Anda di halaman 1dari 25

Adrian Pratama - 406138060 FIBROMIALGIA

BAB I
PENDAHULUAN

Fibromialgia berasal dari kata fibro, yaitu jaringan ikat fibrosa, tendon, dan ligamen; myo,
yaitu otot; dan algia, yaitu nyeri sehingga secara harafiah diartikan sebagai nyeri yang berasal
dari otot dan jaringan ikat1. Fibromialgia atau yang sering disebut sindrom fibromialgia
merupakan gangguan kronis dengan gambaran klinis berupa adanya riwayat nyeri menyebar
(widespread pain) yang disertai adanya nyeri tekan pada titik nyeri yang jelas secara
anatomis, serta adanya kelelahan persisten, dan gangguan pola tidur.1,2 Gejala umum lainnya
juga sering didapatkan seperti gangguan kognitif, sakit kepala rekuren, parestesia, gangguan
neuroendokrin serta otonom, intoleransi aktivitas, dan kekakuan pada pagi hari.1,2 Menurut
International Classification of Disease (ICD) yang dikeluarkan oleh WHO, fibromialgia
termasuk kedalam kelas penyakit reumatik non artikuler.1
Pada tahun 1904, dr. William Gowers menemukan beberapa kasus nyeri pada
punggung dan tulang belakang yang menurutnya berbeda dengan nyeri punggung biasa yang
menurutnya merupakan fibrositis, untuk mendeskripsikan nyeri yang berkaitan dengan
jaringan ikat fibrosa.1 Selanjutnya pada tahun 1960-an, fibrositis juga dipakai untuk semua
gejala nyeri muskuloskeletal difus dengan titik nyeri multipel yang disertai dengan kelelahan
dan gangguan tidur.1 Akhirnya, pada tahun 1970-an, Smythe dan Moldofsky dari Kanada
menemukan bahwa sindrom yang ditemukan seperti kelemahan, nyeri otot difus yang sering
ditemukan itu memiliki hubungan dengan perubahan EEG saat tidur dari pasien – pasien
tersebut dan saat itulah kriteria dari fibrositis dengan fibromialgia jelas dibedakan oleh
American College of Rheumatology (ACR).1
Dahulu, akibat belum ditemukannya adanya gangguan organik yang mendasari
terjadinya fibromialgia serta adanya peningkatan gangguan afek pada fibromialgia, gangguan
ini dipertimbangkan sebagai bukan suatu penyakit tertentu atau dengan kata lain merupakan
kelainan psikosomatik.2 Tetapi saat ini telah diketahui bahwa sindrom ini menunjukkan
adanya gangguan regulasi dari rasa nyeri yang disebut sebagai sensitisasi sentral / central
sensitization.2 Gejala – gejala yang ditimbulkan oleh fibromialgia sendiri biasanya
berlangsung untuk jangka waktu yang lama dan cenderung untuk semakin memburuk dan
pada banyak pasien tidak dapat hilang dalam waktu yang lama.1

1 KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT SARAF


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus, 31 Agustus 2015 – 3 Oktober 2015
Adrian Pratama - 406138060 FIBROMIALGIA

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan studi di Ontario London, 3,3% dari seluruh orang dewasa menderita
fibromialgia dan studi lainnya mengatakan sebesar 10% atau 2.000 – 10.000 kasus per
100.000 orang dalam populasi menderita fibromialgia.1 Sementara sebesar 2% dari seluruh
populasi AS menderita fibromialgia.2 Pada anak – anak didapatkan angka kejadian sebesar
6,2% yang memenuhi kriteria fibromialgia.1
Fibromialgia ini sendiri 2 – 5x lebih sering terjadi dibandingkan dengan reumatoid
artritis (RA).1 Dari segi jenis kelamin, fibromialgia 7x lebih sering menyerang wanita
dibanding pria.2 Dari segi usia, fibromialgia bisa menyerang setiap orang dengan usia berapa
pun, terapi paling sering terjadi pada orang – orang dengan kelompok usia 35 – 50 tahun.1

2.2 ETIOPATOGENESIS
Etiologi dan patogensis dari fibromialgia sampai saat ini belum dimengerti secara
sepenuhnya.3 Beberapa faktor diduga mendasari timbulnya kelainan ini seperti disfungsi dari
sistem saraf pusat, sistem saraf otonom, neurotransmiter, hormon, sistem imun, stresor
eksternal, aspek psikiatrik, dan faktor lainnya.2,3,4 (Gambar 1 dan 2)

Gambar 1. Hubungan berbagai faktor pada fibromialgia.2

2 KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT SARAF


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus, 31 Agustus 2015 – 3 Oktober 2015
Adrian Pratama - 406138060 FIBROMIALGIA

Gambar 2. Proses penghantaran nyeri normal dan pada fibromialgia.4

Fibromialgia memiliki keterkaitan dengan stres dan kondisi penyakit – penyakit yang
berkaitan dengan stres lainnya seperti chronic fatigue syndrome, post traumatic stress
disorder, dan irritable bowel syndrome (Tabel 1).5,6

Tabel 1. Beberapa kondisi penyakit yang berkaitan dengan fibromialgia6


Muskuloskeletal Genitourinaria Gastrointestinal Lainnya
Parestesia non Dismenore Irritable bowel Tension/migraine
dermatomal syndrome headache
Sindrom sendi Sistitis interstisial Dismotilitas Prolaps mitral
temporomandibular esofageal
Sindrom Vulvodynia Alergi
hipermobilitas
Restless leg Female urethral Gangguan vestibuler
syndrome syndrome
Reumatoid artritis Vestibulitis vulvar Gangguan okuler
Lupus eritematosus Sindrom Gangguan cemas
sistemik premenstrual

3 KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT SARAF


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus, 31 Agustus 2015 – 3 Oktober 2015
Adrian Pratama - 406138060 FIBROMIALGIA

Sindrom sjogren Fenomena Reynaud


Osteoartritis Disfungsi tiroid
Chronic fatigue Penyakit Lyme
syndrome
Carpal tunnel Hiperventilasi
syndrome
Myofascialpain Disfungsi kognitif
syndrome

2.2.1 Sistem saraf pusat


Central sensitization atau sensitisasi sentral merupakan mekanisme utama yang mendasari
timbulnya gejala pada fibromialgia dan hal ini merupakan peningkatan respon terhadap
stimulus yang dimediasi oleh sinyal – sinyal yang dihantarkan oleh sistem saraf pusat
(Gambar 3).3 Sensitisasi sentral ini terjadi akibat konsekuensi dari aktivitas saraf secara
spontan, lapang reseptif yang membesar, dan respon terhadap stimulus oleh saraf aferen yang
mengalami augmentasi.3 Mekanisme yang paling sering terjadi adalah peningkatan
eksitabilitas dari neuron – neuron medula spinalis setelah stimulus dengan intensitas berulang
yang sama kuat dan hal ini disebabkan oleh adanya proses neuroplastisitas yang dimediasi
oleh reseptor N-methyl-D-Aspartate (NMDA) pada kornu posterior medula spinalis.3

Gambar 3. Sensitisasi sentral pada fibromialgia. (Sumber: medscape.com)

4 KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT SARAF


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus, 31 Agustus 2015 – 3 Oktober 2015
Adrian Pratama - 406138060 FIBROMIALGIA

Hal lain yang terjadi antara lain adalah gangguan inhibisi dalam penghantaran rasa
nyeri dan ini mengakibatkan eksaserbasi dari proses sensitisasi sentral pada fibromialgia. 3,4
Aktivasi sel – sel glia juga berperan dalam patogenesis fibromialgia karena sel – sel ini
teraktivasi terhadap stimulus – stimulus nyeri yang bervariasi dan akan menghasilkan sitokin
– sitokin proinflamasi, nitric oxide, prostaglandin, dan reactive oxygen species yang akan
menstimulasi dan memperpanjang hipereksitabilitas dari medula spinalis.3,4
Adanya gangguan beberapa neurotransmiter seperti serotonin yang berperan sebagai
modulator rasa nyeri, mood, dan proses tidur.3 Pada beberapa pasien fibromialgia didapatkan
jumlah serotonin lebih rendah dibandingkan dengan kontrol sehingga menjelaskan gejala –
gejala yang timbul pada pasien – pasien fibromialgia.3 Neurotransmiter lainnya seperti
norepinefrin, dopamin, dan substansi P diduga ikut terlibat karena kadarnya ditemukan cukup
tinggi pada pasien – pasien fibromialgia dan neurotransmiter – neurotransmiter ini diinhibisi
oleh serotonin.3 Endorfin dan metenkefalin juga ditemukan pada kadar yang tinggi dan
diduga bersifat hiperaktif tetapi tidak dapat memodulasi nyeri yang ada pada pasien
fibromialgia.3
Pada penelitian – penelitian dengan pemeriksaan Single - Photon - Emission
Computed Tomography (SPECT) didapatkan adanya penurunan aliran darah otak regional
(rCBF) terutama pada talamus dan ganglia basal (nukleus kaudatus dan nukleus lentiformis).3
Pada penelitian yang dilakukan oleh Wik, et al dengan pemeriksaan Positron Emission
Tomography (PET) pada pasien fibromialgia didapatkan peningkatan rCBF pada korteks
retroplenial bilateral serta penurunan rCBF pada korteks frontal, temporal, parietal, dan
oksipital kiri.3 Hal ini dapat menjelaskan adanya peningkatan atensi terhadap sinyal
somatosensori subnoksial dan adanya disfungsi dari proses kognitif normal terhadap nyeri
pada pasien dengan fibromialgia.3 Pada penelitian yang dilakukan Harris, et al didapatkan
penurunan reseptor opioid μ pada nukleus akumbens kanan dan kiri, amigdala kiri, serta
korteks cingulata dorsoanterior kanan, hal ini menandakan bahwa terjadi pelepasan opioid
endogen berlebih sebagai respon nyeri yang berlangsung terus menerus dan adanya
downregulation dari reseptor – reseptor opioid.3
Pada pemeriksaan MRI fungsional (fMRI) yang dilakukan pada pasien – pasien
fibromialgia didapatkan bahwa terdapat peningkatan respon terhadap rangsang bukan nyeri
yang ditandai dengan peningkatan aktivitas pada korteks insular, prefrontal, motorik
suplemental, dan cingulata anterior serta adanya peningkatan respon terhadap rangsang nyeri
terutama pada bagian insular kontralateral.3 Pada penelitian terbaru, didapatkan pula adanya

5 KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT SARAF


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus, 31 Agustus 2015 – 3 Oktober 2015
Adrian Pratama - 406138060 FIBROMIALGIA

peranan dari korteks insular, premotor kanan, area motorik suplemental, midcingulata, dan
girus frontalis inferior kanan pada fibromialgia.3 Pada penelitian yang dilakukan oleh Jensen,
et al didapatkan adanya peningkatan respon nyeri pada korteks cingulata anterior bagian
rostral yang merupakan regio penting dari jaras desendens sistem regulasi nyeri.3

2.2.2 Sistem neuroendokrin dan sistem saraf otonom


Aksis hipotalamus – hipofisis turut terlibat karena fibromialgia merupakan gangguan yang
berkaitan dengan stres.3 Pada beberapa penelitian didapatkan kadar kortisol yang tinggi pada
pasien – pasien ini terutama pada malam hari dan disertai dengan gangguan irama
sirkadian.3,4 Didapatkan pula peningkatan adrenocorticotropic hormone (ACTH) pada
keadaan basal dan setelah adanya stres, hal ini terjadi sebagai akibat dari hiposekresi
corticotropin releasing hormone (CRH).3 Hiposekresi ini diduga terjadi karena rendahnya
kadar serotonin sebagai neurotransmiter yang berperan dalam aksis hipotalamus – hipofisis.3
Kadar growth hormone (GH) didapatkan normal pada pagi hari tetapi menurun pada
saat tidur.3 Hal ini disebabkan oleh karena 2 hal, yaitu GH disekresikan pada fase tidur
stadium 4 dan fase ini terganggu pada pasien – pasien fibromialgia, dan GH terinhibisi oleh
kadar somatostatin yang tinggi akibat tingginya kadar ACTH.3 Kadar hormon tiroid
menunjukkan kadar yang normal, keadaan hipotiroidisme yang sering didapatkan pada pasien
fibromialgia disebabkan oleh karena tirotropin releasing hormone (TRH) yang tidak normal.3
Kadar hormon – hormon gonad didapatkan pada keadaan yang normal.3
Gangguan pada fungsi sistem saraf otonom dapat mengakibatkan terjadinya rasa nyeri
yang berlebih dan gangguan klinis lainnya akibat gangguan respon fisiologis yang diperlukan
untuk manajemen stres secara efektif.4 Gangguan sistem saraf otonom yang dapat terjadi
antara lain seperti penurunan aliran darah mikrosrikulasi, vasokonstriksi pembuluh darah, dan
terjadinya hipotensi ortostatik.4 Terjadinya ketidakmampuan dalam mengontrol tekanan
darah mengakibatkan terjadinya gejala – gejala seperti kelelahan, dizziness, dan
mempengaruhi respon fisiologis terhadap berbagai stresor.4 Pada pasien – pasien fibromialgia
ini juga sering ditemukan bradikardia yang berhubungan dengan terjadinya gangguan tidur
dan kelelahan.4

2.2.3 Gangguan tidur


Pada pemeriksaan EEG didapatkan gangguan tidur terutama pada fase keempat dari proses
tidur pada pasien – pasien dengan fibromialgia sehingga mengakibatkan defisit GH dan

6 KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT SARAF


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus, 31 Agustus 2015 – 3 Oktober 2015
Adrian Pratama - 406138060 FIBROMIALGIA

insulin like growth factor 1 (IGF-1) yang berdampak pada gangguan penyembuhan
mikrotrauma pada otot sehingga akan memperpanjang transmisi stimulus sensorik dari sel –
sel otot yang rusak ke sistem saraf pusat dan memperkuat persepsi nyeri akibat kerusakan
otot tersebut.3,4 Gangguan tidur yang dialami ini dapat berupa tidur nonrestoratif, insomnia,
bangun terlalu pagi, dan tidur dengan kualitas yang buruk.4 Biasanya gejala nyeri yang sering
dialami akan memburuk setelah mengalami gangguan tidur ini dan pada pemeriksaan
polisomnografi didapatkan pola tidur alpha-delta yang berkaitan dengan tidur nonrestoratif
(Gambar 4).4 Gejala nyeri yang semakin bertambah ini akan meningkatkan gangguan tidur
yang sudah terjadi dan akan mempertahankan kondisi kelelahan kronis yang dialami serta
gangguan perbaikan sel – sel otot akan terus terganggu.4

Gambar 4. Pola tidur alpha (panah merah) – delta (panah hitam) pada pasien fibromialgia
(Sumber: http://www.swjpcc.com/sleep/2014/6/5/alpha-intrusion-on-overnight-
polysomnogram.html)

2.2.4 Faktor genetik


Faktor genetik merupakan salah satu faktor penting pada fibromialgia dan transmisinya
diduga bersifat poligenik.3 Gen transporter serotonin dengan karakteristik single nucleotide
polymorphism (SNP) berupa alel pendek lebih sering ditemukan pada pasien – pasien
fibromialgia dan memberikan kontribusi kepada peningkatan sensitivitas nyeri bagi pasien –
pasien tersebut.3,4 Alel pendek ini juga ditemukan pada beberapa kelainan lain seperti
gangguan depresif mayor dengan gejala depresif yang lebih berat akibat berbagai episode

7 KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT SARAF


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus, 31 Agustus 2015 – 3 Oktober 2015
Adrian Pratama - 406138060 FIBROMIALGIA

stres pada kehidupan pasien tersebut dan pada irritable bowel syndrome (IBS) dengan
gambaran klinis dominan diare.4
Varian yang ada pada gen catechol-O-methyltransferase (COMT) yang mengkode
enzim yang memetabolisme katekolamin (norepinefrin dan dopamin) mempengaruhi
beberapa fenotip kognitif-afektif termasuk pada fenotip nyeri.4 Varian yang didapatkan
berupa substitusi asam amino valin pada kodon 158 dengan metionin yang menghasilkan
penurunan fungsi dari enzim ini.4 Substitusi yang bersifat homozigot memberikan gambaran
hilangnya respon sistem opioid μ terhadap nyeri tonik dibandingkan dengan substitusi
heterozigot dan respon ini disertai dengan peningkatan intensitas nyeri dan keadaan dengan
afek negatif.4 Aktivitas COMT yang rendah atau intermediet lebih sering ditemukan pada
pasien fibromialgia.4
Adanya hubungan fibromialgia dengan gen pada reseptor dopamin D4 (DRD4) juga
diteliti lebih lanjut dan telah terbukti berupa variasi gen pada ekson III memberikan hasil
berupa penurunan bermakna pada metabolisme dopamin presinaptik pada beberapa regio
sistem saraf pusat.4 Dopamin secara normal memberikan kontribusi berupa inhibisi rasa nyeri
seperti pada talamus bagian medial dan korteks cingulata anterior.4

2.2.5 Sistem imun


Fibromialgia cukup umum ditemukan pada pasien – pasien dengan kelainan autoimunitas.3
Beberapa penelitian telah dilakukan dan dicurigai adanya hubungan antara fibromialgia
dengan adanya antibodi antipolimer (APAs) tetapi hasil penelitian masih kontroversial dan
APAs tidak dapat digunakan sebagai marker diagnosis.3

2.2.6 Aspek psikiatri


Prevalensi gangguan psikiatrik pada pasien fibromialgia lebih tinggi dibandingkan dengan
gangguan reumatik lainnya.3 Gangguan yang sering muncul antara lain adalah gangguan
cemas, somatisasi, distimia, serangan panik, post traumatic stress disorder, dan depresi.3
Depresi merupakan gangguan yang paling sering muncul pada fibromialgia dan dikaitkan
dengan defisit serotonin.3 Depresi akan memperberat gejala fibromialgia begitu pun
sebaliknya sehingga pemberian antidepresan merupakan pengobatan yang perlu diberikan
pada pasien fibromialgia.3

8 KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT SARAF


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus, 31 Agustus 2015 – 3 Oktober 2015
Adrian Pratama - 406138060 FIBROMIALGIA

2.2.7 Jaringan perifer


Faktor jaringan perifer seperti kulit, otot, dan pembuluh – pembuluh darah kecil turut
berperan dalam terjadinya fibromialgia.3 Disregulasi vaskuler pada otot, respon inadekuat
terhadap stres oksidatif yang diperburuk dengan saturasi yang menurun pada malam hari,
peningkatan IL-1 pada jaringan kutaneus, peningkatan substansi P pada otot, dan fragmentasi
DNA pada serat – serat otot semuanya diduga memiliki peranan pada timbulnya gejala –
gejala yang berkaitan dengan fibromialgia.3

2.2.8 Faktor pencetus


Infeksi diduga dapat mencetuskan timbulnya fibromialgia meskipun hubungannya belum
diketahui secara jelas, seperti infeksi HCV, HIV, Coxsackie B, dan Parvovirus.3 Beberapa
bakteri seperti Borrelia juga dapat berperan dalam menimbulkan fibromialgia.3 Hal ini
diduga terjadi karena aktivitas sel – sel glia dan sitokin yang mengekspresikan reseptor bagi
virus dan bakteri – bakteri ini.3 Trauma fisik maupun stresor fisik seperti mengangkat berat,
gerakan berat berulang, atau jongkok bangun yang dilakukan dalam jangka waktu yang lama;
vaksinasi; dan beberapa substansi kimia dapat mencetuskan terjadinya fibromialgia.3,4
Stres psikososial juga berperan dalam mencetuskan terjadinya fibromialgia seperti
ketidakpuasan terhadap lingkungan sosial di tempat kerja dan pekerjaan yang monoton
merupakan faktor stres psikososial utama yang sering ditemukan.4 Hal ini dibuktikan dengan
tes induksi mood negatif yang dilakukan pada pasien fibromialgia memberikan hasil berupa
peningkatan gejala klinis nyeri yang mereka alami.4 Beberapa faktor lingkungan juga
diketahui berpengaruh seperti lingkungan pekerjaan yang panas yang tidak nyaman sewaktu
bekerja.4

2.3 MANIFESTASI KLINIS


Manifestasi klinis yang umum pada fibromialgia antara lain adalah:
 Manifestasi neurologis,
 Manifestasi neurokognitif,
 Kelelahan (fatigue),
 Gangguan tidur,
 Manifestasi otonom dan atau neuroendokrin,
 Kekakuan pada otot dan sendi.1

9 KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT SARAF


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus, 31 Agustus 2015 – 3 Oktober 2015
Adrian Pratama - 406138060 FIBROMIALGIA

2.3.1 Nyeri
Pasien fibromialgia mendeskripsikan nyeri yang dialaminya sebagai kombinasi dari rasa
terbakar, terpanggang, tingling, seperti tertembak, tertusuk, nyeri yang dirasakan pada tubuh
bagian dalam dan tajam, serta perasaan memar pada tubuh.1 Karakteristik nyeri yang paling
sering dikeluhkan pasien antara lain adalah:
 Allodynia, penurunan ambang nyeri dari stimulus yang seharusnya tidak
menimbulkan nyeri,
 Hiperalgesia, sensitivitas yang tinggi terhadap nyeri setelah stimulus yang memang
menimbulkan nyeri dan pasien merasa lebih nyeri dibanding orang normal,
 Nyeri persisten, nyeri bertahan dalam durasi melebihi normal setelah stimulus nyeri,
 Adanya efek sumasi dan after reaction setelah stimulus berulang,
 Hiperpatia pada kulit,
 Nyeri pada penekanan, yang biasanya timbul setelah diaplikasikan pada 18 titik nyeri
khas pada pasien fibromialgia dengan penekanan sebesar 4 kg/1,4 cm2 (Gambar 5)1
Karakteristik nyeri lainnya yang juga sering ditemukan pada pasien – pasien fibromialgia
antara lain adalah sebagai berikut:
 Nyeri yang menyebar (widespread pain), yang dirasakan secara global, bilateral, di
atas dan di bawah pinggang dan nyeri ini bisa didapatkan dari whiplash injury yang
akhirnya menginisasi titik – titik nyeri yang khas pada fibromialgia,
 Nyeri terdistribusi secara non anatomis, generalisata, hilang timbul, dan timbul pada
waktu dan tempat – tempat yang tidak diduga dan terus berubah dari hari ke hari
bahkan jam ke jam,
 Penundaan onset nyeri setelah adanya cedera atau kejadian yang mempresipitasi,
 Nyeri yang dirasakan pada regio dengan defisit sensorik,
 Artralgia difus tanpa pembengkakan dan kemerahan pada sendi,
 Nafas yang pendek dan nyeri dada,
 Nyeri punggung bawah (LBP) yang menyerupai ischialgia,
 Keram pada kaki,
 Kekakuan sendi generalisata terutama setelah bangun tidur,
 Sakit kepala kronis yang sangat berat terutama disertai dengan ketegangan pada otot –
otot leher dan nyeri pada otot leher serta pundak.1

10 KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT SARAF


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus, 31 Agustus 2015 – 3 Oktober 2015
Adrian Pratama - 406138060 FIBROMIALGIA

Gambar 5. Titik – titik nyeri pada fibromialgia.3

2.3.2 Manifestasi neurologis lainnya


 Hipersensitivitas terhadap getaran,
 Tes Romberg positif,
 Gait abnormal,
 Kelemahan otot dan fasikulasi general,
 Rasa baal dan tingling atipikal (disestesia),
 Gangguan persepsi seperti penurunan kemampuan untuk melakukan diskriminasi,
kehilangan persepsi akan kedalaman, ketidakmampuan untuk memfokuskan
pandangan dan atensi, hingga gangguan lapang pandang,
 Instabilitas temporal berupa gangguan dimensional penentuan waktu,
 Instabilitas spasial,

11 KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT SARAF


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus, 31 Agustus 2015 – 3 Oktober 2015
Adrian Pratama - 406138060 FIBROMIALGIA

 Fenomena overload, dimana terjadi hipersensitivitas terhadap cahaya, suara,


kebisingan, kecepatan, bau, dan gangguan modalitas sensorik campuran lainnya yang
terkadang disertai overload motorik seperti kelemahan motorik lokalisata maupun
generalisata; sering didapatkan pula terjadinya overload emosional yang terjadi
setelah mengalami kesibukan, kemarahan, dan kejadian depresif,
 Gejala menyerupai mielopati yang terjadi akibat kompresi korda servikalis tetapi
harus memperhatikan adanya hal – hal di bawah ini seperti:
o Sistem motorik : penilaian terhadap kekuatan, tonus, dan adanya tremor,
o Sistem sensorik : penilaian terhadap diskriminasi nyeri tumpul, sensasi
kolumna posterior dan sensasi vibrasi dengan tes Romberg,
o Fungsi serebelar : penilaian terhadap nistagmus, gait, jari – hidung,
disdiadokokinesis,
o Nervus kranialis : penilaian disesuaikan dengan tanda dan gejala,
o Refleks – refleks : penilaian terutama dilakukan untuk mencari adanya tanda –
tanda traktus seperti klonus, babinski, hoffman,
o Fungsi kognitif : penilaian dengan MMSE.1

2.3.3 Disfungsi neurokognitif


Gangguan kognitif yang sering ditemukan pada fibromialgia antara lain seperti cognitive fog
(simple confusion); masalah performa linguistik; disleksia yang timbul ketika pasien
kelelahan; masalah dalam menulis, membaca, matematika, mengingat kata, dan bercakap –
cakap; gangguan memori jangka pendek; gangguan proses dalam melakukan lebih dari 1
aktivitas; melupakan nama, angka, kalimat, percakapan, janji, rencana, letak benda, dan
tempat yang biasanya bersifat gangguan memori jangka pendek.1

2.3.4 Kelelahan (fatigue)


Kelelahan umum biasa dirasakan oleh pasien yang biasa memburuk pada pagi hari dan
biasanya mereka merasa lebih lelah saat terbangun dibanding saat ingin tidur.1 Rasa lelah ini
biasanya disertai dengan nyeri difus dan kekakuan pada otot.1 Beberapa jenis kelelahan yang
sering dikeluhkan oleh pasien antara lain adalah:
 Structural fatigue
Kegagalan dari struktur penyokong tubuh untuk bertahan dari tekanan atau beban
yang disebabkan oleh abnormalitas tulang dan biasanya pada sendi atau diskus –

12 KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT SARAF


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus, 31 Agustus 2015 – 3 Oktober 2015
Adrian Pratama - 406138060 FIBROMIALGIA

diskus.1 Karakteristik kelelahan ini biasanya berkaitan dengan beratnya beban yang
diberikan kepada pasien.1
 Muscular fatigue
Kelelahan ini berkaitan dengan disfungsi otot dengan kelainan paresis atau spastik
yang diawali dengan tonus yang berkurang dan meningkat pada akhirnya.1 Kelelahan
ini memiliki karakteristik biasanya dicetuskan saat pergerakan dan membaik jika
menghentikan gerakan lalu pulih dalam waktu yang cukup panjang.1
 Arousal fatigue
Kelelahan ini disebabkan oleh tidak adekuatnya kuantitas dan kualitas tidur yang
dilalui pasien dan dapat pula disebabkan oleh beberapa obat – obatan.1
 Motivational fatigue
Menurunnya dorongan emosional pasien dengan fibromialgia ini untuk melakukan
aktivitas sebanyak 30% berkaitan dengan keadaan depresi.1
 Oxygenation fatigue
Kelelahan ini disebabkan oleh kegagalan tubuh dalam mengantarkan oksigen ke
jaringan – jaringan tubuh.1 Kelelahan ini berkaitan dengan peningkatan proses
bernapas atau denyut jantung dan biasanya membaik dengan menghentikan segala
aktivitas tanpa mengubah – ubah postur tubuh.1
 Metabolic fatigue
Kelelahan ini disebabkan karena ketidakmampuan mengubah substrat untuk
memproduksi energi dan biasanya disebabkan oleh gangguan hormonal seperti
hipotiroidism, insufisiensi adrenal, atau disfungsi mitokondria.1

2.3.5 Disfungsi pola tidur


Pasien – pasien fibromialgia cenderung mengalami gangguan tidur dan irama diurnal yang
mengakibatkan timbulnya insomnia dan hipersomnia.1 Gangguan ini terjadi karena hilangnya
fase tidur yang lebih dalam terutama pada stadium 3 – 4 yang mengakibatkan seringnya
terbangun, dan hilangnya perasaan pulihnya tubuh setelah beristirahat setelah terbangun
nantinya.1 Gangguan ini juga sering disertai dengan adanya restless leg syndrome (30%) dan
periodic limb movement disorder.1 Mioklonus nokturnal juga ditemukan pada 50% pasien
fibromialgia.1

13 KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT SARAF


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus, 31 Agustus 2015 – 3 Oktober 2015
Adrian Pratama - 406138060 FIBROMIALGIA

2.3.6 Disfungsi otonom


 Dizziness, neurally mediated hypotension (NMH), dan vertigo
Pasien fibromialgia dapat merasakan sensasi ketidakseimbangan transien yang dapat
disertai kepala yang terasa ringan dan biasanya dicetuskan dengan ekstensi leher dan
gerakan rotasi yang cepat.1 Gejala ini lebih sering ditemukan pada pasien dengan
penyakit diskus servikalis karena korda spinalis yang tertekan pada dinding vertebra
yang mengakibatkan gangguan propriosepsi transien dan biasanya membaik apabila
pasien berdiri sejenak.1
Sementara pada pasien – pasien dengan NMH biasa didapatkan keluhan
seperti kepala yang terasa ringan saat bangun dari posisi duduk, gangguan kognitif,
pandangan kabur, pucat, kelelahan berat, dan sinkop.1 Untuk vertigo pasien biasa
mengeluhkan pandangan yang berputar disertai nistagmus, mual, dan muntah.1
Terkadang juga dapat disertai dengan tinitus dan gangguan pendengaran terutama
pada pasien dengan riwayat trauma kepala.1
 Hilangnya stabilitas termostatik dan vasomotor
Pasien biasanya mengalami gangguan suhu tubuh atau perasaan panas dan dingin,
instabilitas vasomotor yang biasanya terdistribusi secara tidak biasa.1 Pada bagian
tubuh yang mengalami nyeri neuropatik, biasanya persepsi dingin meningkat dan
adanya katabolisme ketika iskemia dapat mencetuskan rasa nyeri.1 Didapatkan juga
aktivitas sudomotor yang berlebih dimana terlihat peningkatan sekresi keringat saat
terjadi nyeri saat bergerak.1 Refleks pilomotor juga meningkat pada dermatom yang
terkena akibat adanya nyeri, begitu pun sebaliknya sehingga terlihat gambaran goose
bumps pada kulit.1
 Edema neurogenik atau tropik
Akibat adanya inaktivitas pada pasien fibromialgia, sering didapatkan adanya edema
pada anggota gerak maupun generalisata.1 Hal ini terjadi karena peningkatan tonus
otot polos pembuluh limfatik dan pembuluh darah sehingga terjadi edema subkutan.1
Dapat pula ditemukan peau d’orange, sementara pada edema tropik didapatkan tes
matchstick yang positif dimana pada penekanan kulit menggunakan benda tumpul
seperti dasar batang korek api didapatkan indentasi yang bertahan selama beberapa
menit dengan histaminic flare dan terkadang timbul wheal.1

14 KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT SARAF


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus, 31 Agustus 2015 – 3 Oktober 2015
Adrian Pratama - 406138060 FIBROMIALGIA

 Sindrom sicca
Pasien – pasien fibromialgia sering ditemukan juga mengalami mata dan mulut yang
kering kronis dan perlu dipertimbangkan pemberian antikolinergik.1
 Iregularitas pernapasan dan jantung
Pasien – pasien fibromialgia juga sering mengalami disregulasi pernapasan, regulasi
denyut jantung abnormal, dan aritmia jantung.1
 Iregularitas intestinal dan disfungsi kandung kemih
Pada fibromialgia juga sering didapatkan keadaan iregularitas intestinal yang disertai
hipersensitivitas terhadap nyeri dengan kondisi seperti irritable bowel syndrome
(IBS), diare, konstipasi, diare – konstipasi bergantian, keram abdominal, dan perut
kembung.1 IBS berkaitan dengan penyakit diskus atau stenosis spinal terutama pada
L5 – S1.1 Disfungsi kandung kemih yang disertai dengan frekuensi urinasi, disuria,
dan nokturia juga sering ditemukan pada pasien – pasien dengan alodinia dan
hipersensitivitas terhadap nyeri.1

2.3.7 Disfungsi neuroendokrin


 Kehilangan kemampuan adaptasi dan toleransi terhadap stres karena gangguan pada
aksis hipotalamus hipofisis,
 Peningkatan berat badan akibat hipotiroidism,
 Dismenore.1

2.3.8 Tanda – tanda lainnya


 Pemendekan otot karena spasme
Spasme terjadi pada fase awal dari cedera otot dan disebut sebagai fase disfungsi
neuromuskuler karena terjadi peningkatan tegangan otot karena aktivitas motor
neuron non volunter yang terlihat pada EMG.1 Pada akhirnya terjadi kontraktur dan
disebut sebagai fase distrofik dan otot yang sudah memendek ini teraba seperti pita
tali (rope band) karena adanya fibrosis dari otot.1 Karena pemendekan otot ini maka
terjadilah disfungsi dari otot – otot tersebut dan dapat menghasilkan nyeri.1 Terdapat
2 kondisi yang sering didapatkan pada pemendekan otot pada fibromialgia yaitu
jangkauan gerak sendi yang terbatas dan enthesopathy.1

15 KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT SARAF


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus, 31 Agustus 2015 – 3 Oktober 2015
Adrian Pratama - 406138060 FIBROMIALGIA

 Kepala dan leher letaknya terlalu ke depan


Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti:
o Pemendekan ekstensor sub oksipital yang mengakibatkan ekstensi sendi
atlanto-oksipital,
o Sendi servikal tengah yang tertekuk ke depan,
o Peningkatan tegangan pada ekstensor longus oksipital,
o Ketidakseimbangan otot – otot servikal anterior,
o Tonus otot posterolateral lebih kecil dibandingkan otot anterolateral,
o Ligamentum nuchae yang tidak dapat menyangga beban dari kepala dan leher,
o Pembatasan jangkauan gerak pada tulang – tulang servikal,
o M. sternocleidomastoideus yang pendek dan tegang,
o M. scalenus yang pendek dan tegang,
o Ketidakseimbangan aktivitas m. sternocleidomastoideus, m. levator scapulae,
dan m. trapezius,
o Restriksi dari sendi pada costae pertama pada bagian anterior dan posterior,
o Ketidakseimbangan otot – otot servikal yang disebabkan gangguan diskus
terutama C4 – C7 dan segmen dari T4.1
Posisi ini dapat mencetuskan titik nyeri pada daerah miofasial yang akhirnya
mengakibatkan nyeri pada leher, lengan, pundak, dan punggung atas.1
 Ketidakseimbangan muskuler dan postural pada tubuh bagian atas
Gangguan yang dapat terlihat antara lain adalah:
o Elevasi dan adduksi pada daerah pundak dengan ketegangan pada m. levator
scapulae, m. trapezius bagian atas, m. pectoralis mayor dan minor, m. serratus
anterior, dan m. scalenus,
o Protraksi dan rotasi internal pada daerah pundak yang melibatkan m.
latissimus dorsi, m. subscapularis, m. pectoralis, m. teres mayor.1
Gangguan dari posisi sendi bahu ini akan memberikan stres berlebih pada taut
serviko-kranial terutama pada segmen C4/C5 dan T4.1 Gerakan dan posisi abnormal
ini akan mengakibatkan restriksi kapsul sendi, gangguan propriosepsi, dan penurunan
kekuatan tubuh.1
 Ketidakseimbangan muskuler dan postural dari bagian lateral
Gangguan yang mungkin didapatkan antara lain adalah:

16 KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT SARAF


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus, 31 Agustus 2015 – 3 Oktober 2015
Adrian Pratama - 406138060 FIBROMIALGIA

o Lordosis servikal, kifosis torakal, dan lordosis lumbal berlebih yang disertai
dengan pelvic yang maju ke depan,
o Kepala dan pundak terletak lebih depan dibanding pinggang, lutut, dan
pergelangan kaki,
o Bahu kiri terletak lebih anterior dibanding bahu kanan.1
 Ketidakseimbangan muskuler dan postural dari bagian posterior
Gangguan yang mungkin didapatkan antara lain adalah:
o Crista iliaca lebih kearah posterosuperior dengan posisi bahu yang lebih
rendah,
o Scapula kiri lebih inferior dibanding kanan dan keduanya mengalami
protraksi.1
 Ketidakseimbangan muskuler dan postural dari bagian anterior
Gangguan yang mungkin didapatkan antara lain adalah:
o Clavicula kiri bagian medial lebih posterior dibanding kanan dan costae kanan
pertama lebih tinggi dibanding kiri,
o Bahu kiri lebih rendah dibanding kanan dan crista iliaca kiri lebih tinggi
dibanding kanan,
o Subluksasi C1 dan T12 ke arah crista iliaca yang lebih tinggi dan C2 ke arah
sebaliknya,
o Gangguan pernapasan diafragma karena inhibisi dari ekspansi dinding dada
bagian bawah dan bisa didapatkan restriksi pernapasan menggunakan dinding
dada bagian atas karena m. pectoralis yang tegang dan adduksi dari bahu.1
 Ketidakseimbangan muskuler mayor pada tubuh bagian bawah
Gangguan yang mungkin didapatkan antara lain adalah:
o Biasa didapatkan pemenedekan dari m. quadriceps femoris yang
mengakibatkan penurunan gerakan fleksi dari lutut dan terdapat keluhan nyeri
lutut serta kesulitan dalam turun naik tangga dan jongkok – bangun,
o Pemendekan dan ketegangan pada m. iliopsoas dan rectus femoris sehingga
mengakibatkan penurunan gerakan ekstensi sendi panggul,
o Ketidakseimbangan antara otot – otot fleksor panggul yang tegang dan m.
erector spinae yang mengakibatkan kelemahan otot gluteal dan abdomen,
o Ketegangan otot – otot hamstring, triceps surae, dan adduktor.1

17 KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT SARAF


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus, 31 Agustus 2015 – 3 Oktober 2015
Adrian Pratama - 406138060 FIBROMIALGIA

 Kaki yang memendek fungsional dan skoliosis


Pemendekan kaki terjadi akibat adanya pemendekan atau kontraktur dari otot – otot
seperti m. iliopsoas, m. quadratus lumborum, m. latissimus dorsi, dan kelemahan dari
ligamen sacroiliaca.1 Juga didapatkan skoliosis lumbal kompensatorik ke arah kaki
yang memendek dan skoliosis torakal ke arah sebaliknya.1
 Penampakan secara keseluruhan
o Dari belakang dapat terlihat otot – otot hamstring, area T12/L1, trapezius atas,
dam ekstensor pada daerah leher yang mengalami hipertrofi; serta otot – otot
gluteal, dan erector spinae pada L4, L5, dan S1 yang mengalami hipotrofi,
o Dari depan dapat terlihat m. rectus abdominis yang mengalami hipotrofi dan
m. obliquus abdominis yang mengalami hipertrofi.1

2.4 DIAGNOSIS
Berdasarkan American College of Rheumatology (ACR) tahun 2010 disebutkan kriteria
diagnosis untuk fibromialgia adalah sebagai berikut:7
 Kriteria
Pasien memenuhi diagnosis fibromialgia jika memenuhi 3 dari kondisi berikut:
o Widespread pain index (WPI) ≥ 7 dan skala symptoms severity (SS) ≥ 5 atau
WPI 3 – 6 dan skala SS ≥ 9.
o Gejala telah muncul dalam intensitas yang serupa selama setidaknya 3 bulan.
o Pasien tidak memiliki gangguan yang dapat menjelaskan gejala yang
dialaminya.
 Penilaian
o WPI : pada area mana saja pasien mengalami nyeri pada minggu terakhir?
bahu kiri, pinggul kiri, rahang kiri, punggung atas,
bahu kanan, pinggul kanan, rahang kanan, punggung bawah,
lengan atas kiri, tungkai atas kiri, dada, leher.
lengan atas kanan, tungkai atas kanan, perut,
lengan bawah kiri, tungkai bawah kiri,
lengan bawah kanan, tungkai bawah kanan,
(Skor 0 – 19)

18 KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT SARAF


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus, 31 Agustus 2015 – 3 Oktober 2015
Adrian Pratama - 406138060 FIBROMIALGIA

o Skala SS :
Kelelahan
Perasaan tidak segar setelah tidur
Gejala kognitif
Untuk ketiga gejala di atas apabila dirasakan dalam minggu terakhir, gunakan
skala di bawah ini untuk menilainya:
0 : tidak ada masalah
1 : masalah ringan, intermiten
2 : masalah moderat, sering muncul
3 : berat: pervasif, kontinu, menggangu aktivitas sehari – hari
Pertimbangkan gejala somatik secara umum seperti:
Nyeri otot, IBS, kelelahan, mengingat masalah, kelemahan otot, sakit
kepala, nyeri/keram perut, tingling/baal, dizziness, insomnia, depresi,
konstipasi, nyeri pada perut bagian atas, mual, gugup, nyeri dada,
pandangan kabur, demam, diare, mulut kering, gatal, mengi, fenomena
Raynaud, urtikaria, tinitus, muntah, heartburn, ulkus pada mulut,
gangguan pengecapan, kejang, mata kering, napas pendek, hilang
napsu makan, ruam, sensitif terhadap cahaya matahari, gangguan
pendengaran, mudah memar, rambut rontok, berkemih yang sering,
nyeri berkemih, spasme kandung kemih.
Berikan skala di bawah ini :
0 : tidak ada
1 : sedikit gejala
2 : gejala berjumlah moderat
3 : gejala berjumlah banyak
(Skor 0 – 12)

Untuk kriteria diagnostik berdasarkan Canadian Clinical Working Case, maka terdapat 2
kriteria yaitu:1
1. Adanya riwayat berulang dari nyeri menyebar (widespread pain) dan sudah
berlangsung selama 3 bulan yang terdiri dari:
 Nyeri pada kedua sisi tubuh.
 Nyeri pada bagian atas dan bawah pinggang (termasuk nyeri punggung).

19 KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT SARAF


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus, 31 Agustus 2015 – 3 Oktober 2015
Adrian Pratama - 406138060 FIBROMIALGIA

 Nyeri sumbu tubuh (vertebra servikal, dada anterior, vertebra torakal atau
punggung bagian bawah). Bahu dan bokong termasuk jika didapatkan pada
sisi tubuh manapun.
2. Adanya riwayat nyeri tekan berulang pada 11 dari 18 titik nyeri, antara lain:
 Oksipital [2], pada insersi m. subocipital.
 Servikal bawah [2], pada aspek anterior dari spatium intertransversa pada C5 –
C7.
 Trapezius [2], pada bagian tengah dari batas atas otot tersebut.
 Supraspinatus [2], pada origo otot teresebut, di atas spina scapulae pada batas
medialnya.
 Costae kedua [2], pada bagian lateral dari taut costokondral pada permukaan
atas costae tersebut.
 Epikondilus lateral [2], pada 2 cm distal dari linea epikondilaris pada m.
brachioradialis.
 Gluteal [2], pada kuadran atas lateral pada bokong di lipatan anterior otot
tersebut.
 Trochanter mayor [2], pada bagian posterior dari tonjolan trochanter.
 Lutut [2], pada bantalan lemak di medial dari persendian lutut.

2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan penunjang terutama laboratorik seperti darah lengkap, laju sedimentasi eritrosit,
faktor reumatoid, antibodi antinuklear, TSH, T3, T4, kreatinin fosfokinase, enzim – enzim
otot pada serum, vitamin D, CRP, tes fungsi ginjal dan hati perlu dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan penyakit lainnya.6 Sementara pemeriksaan foto rontgen dan CT
scan biasanya menunjukkan hasil yang normal pada penderita fibromialgia.6

2.6 TATALAKSANA
Beberapa hal yang penting untuk diperhatikan dalam tatalaksana fibromialgia antara lain
adalah seperti:8
 Konsep umum
o Tidak ada terapi tunggal yang lebih baik dibanding yang lain, pendekatan
multimodal merupakan yang terbaik.

20 KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT SARAF


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus, 31 Agustus 2015 – 3 Oktober 2015
Adrian Pratama - 406138060 FIBROMIALGIA

o Tujuan akhir dari pengobatan adalah mengontrol gejala dan meningkatkan


fungsi.
o Adanya kontak yang baik dengan pasien akan memberikan kepatuhan yang
baik, sementara kegagalan terapi berkaitan dengan keadaan pasif, gangguan
mood yang tidak terkontrol, adanya secondary gain.
 Tatalaksana non farmakologis
o Tatalakasana non farmakologis merupakan aspek penting yang perlu
dimasukkan ke dalam rencana terapi.
o Kerja sama yang baik, adanya peran serta pasien dan edukasi pasien akan
menjadi dasar bagi pengobatan mandiri bagi pasien.
o Meyakinkan pasien untuk tetap melakukan aktivitas harian meskipun bukti
klinis akan hal ini masih sangat terbatas.
o Belum ada terapi alternatif yang terbukti secara medis memberi hasil yang
baik pada fibromialgia.
 Tatalaksana farmakologis
o Terapi yang diberikan merupakan terapi simtomatik terutama bagi gejala
nyeri, gangguan tidur, gangguan mood, dan kelelahan tetapi dengan hasil yang
moderat.
o “Start low, go slow” merupakan dasar terapi farmakologis yang diberikan.
o Obat – obatan dengan cara kerja yang berbeda dapat dikombinasikan untuk
meningkatkan hasil pengobatan.
o Selama pengobatan, hasil dan efek samping pengobatan perlu dimonitor terus
menerus.

2.6.1 Tatalaksana non farmakologis


1. Edukasi mengenai penyakit yang diderita pasien
Meyakinkan pasien bahwa dirinya tidak menderita penyakit yang mematikan dapat
mengurangi perasaan cemas yang dirasakan oleh pasien.2 Penjelasan mengenai
apakah penyakit yang diderita juga dapat meningkatkan hubungan dokter – pasien
sehingga pasien lebih patuh akan pengobatan yang diberikan oleh dokter dan turut
berperan aktif dalam pengobatan dirinya.2

21 KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT SARAF


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus, 31 Agustus 2015 – 3 Oktober 2015
Adrian Pratama - 406138060 FIBROMIALGIA

2. Cognitive behavioural therapy


Terapi ini dapat membuat pasien memanajemen fungsi pikiran maladaptif yang biasa
dimiliki oleh pasien – pasien fibromialgia dan hasilnya juga cukup memuaskan.2
3. Latihan
Pasien dapat melakukan latihan – latihan yang diawali dengan latihan ringan seperti
berjalan, latihan di kolam renang, dan aktivitas kelompok yang telah terbukti dapat
memanajemen fibromialgia ini dalam jangka waktu yang lebih panjang.2 Latihan
ditingkatkan secara perlahan untuk menghindari terjadinya serangan nyeri yang
mengakibatkan pasien tidak mau lagi melakukan latihan.2 Latihan aerobik dan
penguatan otot dapat meningkatkan kondisi tubuh dan memperbaiki gangguan tidur,
nyeri, dan fungsi – fungsi lainnya pada pasien fibromialgia.2
4. Terapi alternatif
Terapi pijat dapat memberikan hasil yang baik setelah dilakukan selama 6 bulan.2
Pada studi lainnya, terapi osteopathic manipulative juga memberikan efek yang baik
apabila dikombinasikan dengan medikamentosa dibandingkan dengan medikamentosa
saja.2

2.6.2 Tatalaksana farmakologis (Tabel 2)


 Antidepresan
Antidepresan terutama trisiklik seperti amitriptilin, desipramin, dan nortriptilin dalam
pemberian jangka pendek dapat mengurangi nyeri, memperbaiki pola tidur, kelelahan,
dan mengembalikan tubuh seperti orang sehat pada umumnya.2,5 Untuk pasien dengan
depresi, SSRI dapat diberikan tetapi efek terhadap nyeri dan gangguan tidur yang
kurang memuaskan.2,5 Oleh karena itu, SNRI seperti duloxetine dan milnacipran lebih
dipilih.2,5
 Antikonvulsan
Obat antiepilepsi seperti pregabalin dapat diberikan karena menghambat
neurotransmiter terutama substansi P dan glutamat sehingga menghilangkan nyeri,
memperbaiki pola tidur, kelelahan, dan kualitas hidup keseluruhan.2 Gabapentin juga
memberikan hasil yang baik untuk mengurangi gejala fibromialgia tetapi belum
terbukti secara pasti secara pasti dibandingkan dengan pregabalin.5

22 KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT SARAF


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus, 31 Agustus 2015 – 3 Oktober 2015
Adrian Pratama - 406138060 FIBROMIALGIA

 Opioid
Opioid kecuali tramadol memberikan efek hiperalgesia dan efek samping jangka
panjang, oleh karena itu sebaiknya dihindari sedapat mungkin.2 Tramadol dapat
diguanakan karena bekerja dalam memberi efek analgesik sentral dan juga memiliki
efek antidepresan sehingga lebih baik diberikan pada pasien fibromialgia terutama
apabila dikombinasikan dengan asetaminofen.5

Tabel 2. Beberapa obat pilihan bagi fibromialgia.2


Obat Dosis awal Dosis target Efek samping
umum
Amitriptilin 5 – 10 mg, 2 jam 25 – 50 mg drowsiness, mulut
sebelum tidur kering, dizziness
Desipramin 5 – 10 mg, 2 jam 25 – 50 mg drowsiness, mulut
sebelum tidur kering, dizziness
Siklobenzaprin 5 – 10 mg, 2 jam 10 – 30 mg drowsiness, mulut
sebelum tidur kering, dizziness
Duloxetine 20 – 30 mg tiap pagi 30 – 60 mg mual, sakit kepala,
dizziness, insomnia
Milnacipran 12,5 mg tiap pagi 50 – 100 mg, 2x/hari mual, sakit kepala,
dizziness, insomnia
Pregabalin 25 mg sebelum tidur 100 – 450 mg dizziness, somnolen,
peningkatan BB,
pandangan kabur
Tramadol – 50 mg tiap pagi atau 50 – 200 mg mual, sakit kepala,
asetaminofen saat tidur dizziness, insomnia

23 KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT SARAF


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus, 31 Agustus 2015 – 3 Oktober 2015
Adrian Pratama - 406138060 FIBROMIALGIA

BAB III
PENUTUP

Fibromialgia atau yang sering disebut sindrom fibromialgia merupakan gangguan kronis
dengan gambaran klinis berupa adanya riwayat nyeri menyebar (widespread pain) yang
disertai adanya nyeri tekan pada titik nyeri yang jelas secara anatomis, serta adanya kelelahan
persisten, dan gangguan pola tidur. Gejala umum lainnya juga sering didapatkan seperti
gangguan kognitif, sakit kepala rekuren, parestesia, gangguan neuroendokrin serta otonom,
intoleransi aktivitas, dan kekakuan pada pagi hari.
Patogenesis yang mendasari terjadinya fibromialgia adalah akibat adanya proses
sensitisasi sentral yang akhirnya menimbulkan manifestasi seperti manifestasi neurologis,
manifestasi neurokognitif, kelelahan (fatigue), gangguan tidur, manifestasi otonom dan atau
neuroendokrin, serta kekakuan pada otot dan sendi. Tatalaksana baik secara non farmakologis
maupun farmakologis diperlukan bersamaan bagi penderita fibromialgia karena perjalanan
penyakitnya yang bersifat kronis dan menyebabkan gangguan pada kualitas hidup yang
cukup berat apabila tidak ditatalaksana dengan baik.

24 KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT SARAF


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus, 31 Agustus 2015 – 3 Oktober 2015
Adrian Pratama - 406138060 FIBROMIALGIA

DAFTAR PUSTAKA

1. Russell J, editor. The Fibromyalgia Syndrome: A Clinical Case Definitions for


Practitioners. In: Journal of Musculoskeletal Pain Volume 11, Number 4. Canada, The
Haworth Medical Press; 2003 [cited 2015 September 6]. Available from:
http://www.haworthpress.com/web/jmp.
2. Hawkins RA. Fibromyalgia: A Clinical Update. J Am Osteopath Assoc.
2013;113(9):680-689.
3. Bellato E, Marini E, Castoldi F, Barbasetti N, Mattei L, Bonasia DE, et al.
Fibromyalgia Syndrome: Etiology, Pathogenesis, Diagnosis, and Treatment. Hindawi
Publishing Corporation Pain Research and Treatment Volume 2012, Article ID
426130.
4. Bradley LA. Pathophysiology of Fibromyalgia. Am J Med. 2009 December ; 122(12
Suppl): S22.
5. Anwar F, Fahim S. Fibromyalgia: A Complex Pain Problem. Khyber Med Univ J
2013; 5(1): 40 – 44.
6. Jahan F, Nanji K, Qidwai W, Qasim R. Fibromyalgia Syndrome: An Overview of
Pathophysiology, Diagnosis and Management. Oman Medical Journal (2012) Vol. 27,
No. 3: 192 – 195.
7. Wolfe F, Clauw DJ, Fitzcharles MA, Goldenberg DL, Katz RS, Mease P, et al. The
American College of Rheumatology Preliminary Diagnostic Criteria for Fibromyalgia
and Measurement of Symptom Severity. Arthritis Care & Research Vol. 62, No. 5,
May 2010, pp 600 – 610.
8. Fitzcharles MA, Ste-Marie PA, Pereira JX. Fibromyalgia: evolving concepts over the
past 2 decades. CMAJ 2013. DOI: 10.1503/cmaj.121414.

25 KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT SARAF


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus, 31 Agustus 2015 – 3 Oktober 2015

Anda mungkin juga menyukai