TAHUN 2015
A. DEFINISI
Menurut WHO, persalinan normal adalah persalinan yang dimulai secara spontan
(dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir), beresiko rendah pada awal
persalinan dan presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37 42 minggu
setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi yang baik.
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam
jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan, lahir spontan dengan presentasi belakang kepala tanpa
komplikasi baik ibu maupun janin (Bandiyah, 2009, p.82).
1. Teori Estrogen-Progesteron
Pada 1-2 minggu sebelum persalinan dimulai, terjadi penurunan kadar hormon
estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos
rahim dan penurunan progesteron akan menyebabkan konstriksi pembuluh darah
sehingga timbul his bila kadar progesteron turun.
2. Teori Oksitosin
Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron menyebabkan oksitosin
yang dikeluarkan oleh hipofise part posterior dapat menimbulkan kontraksi dalam
bentuk Braxton Hicks.
3. Teori Distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot
rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenta.
4. Teori Iritasi Mekanik
Di belakang serviks terletak ganglion servikal (Fleksus Frankenhauser). Bila
ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi
uterus.
5. Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin yang dikeluarkan oleh desidua meningkat sejak
umur hamil 15 minggu. Prostaglandin dianggap dapat memicu persalinan, semakin
tua umur kehamilan maka konsentrasi prostaglandin makin meningkat sehingga
dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan.
6. Teori Hipotalhamus-Pituitari dan Glandula Suprarenal
Teori ini menunjukkan bahwa pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi
keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipothalamus dan glandula
suprarenal yang merupakan pemicu terjadinya persalinan.
7. Induksi Persalinan (Induction of Labour)
Partus yang ditimbulkan dengan jalan :
a. Memecahkan ketuban ( amniotomi)
Pemecahan ketuban akan mengurangi keregangan otot rahim sehingga
kontraksi segera dapat dimulai.
b. Induksi persalinan secara hormonal/kimiawi
Dengan pemberian oksitosin drip/prostaglandin dapat mengakibatkan
kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan.
c. Induksi persalinan dengan mekanis
Dengan menggunakan beberapa gagang laminaria yang dimasukkan dalam
kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser.
d. Induksi persalinan dengan tindakan operasi
Dengan cara seksio caesaria.
D. MEKANISME PERSALINAN
Menurut Prawirohardjo (2008, p.310), pada minggu- minggu terakhir kehamilan,
segmen bawah lahir meluas untuk menerima kepala janin, terutama pada primipara.
Supaya janin dapat dilahirkan, janin harus beradaptasi dengan jalan lahir selama proses
penurunan. Putaran dan penyesuaian lain yang terjadi pada proses kelahiran disebut
mekanisme persalinan, yang terdiri dari :
1. Engagement
Apabila diameter biparietal kepala melewati pintu atas panggul, kepala
dikatakan telah menancap (engaged) pada pintu atas panggul. Pada wanita multipara
hal ini terjadi sebelum persalinan aktif dimulai karena otot-otot abdomen masih
tegang, sehingga bagian presentasi terdorong ke dalam panggul.
2. Penurunan (decent)
Penurunan adalah gerakan bagian presentasi melewati panggul. Penurunan
terjadi akibat tiga kekuatan, yaitu :
a. Tekanan dari cairan amnion
b. Tekanan langsung kontraksi fundus pada janin
c. Kontraksi diafragma dan otot-otot abdomen ibu pada tahap kedua persalinan
3. Fleksi
Segera setelah kepala yang turun tertahan oleh serviks, dinding panggul, atau
dasar panggul, dalam keadaan normal fleksi terjadi dan dagu didekatkan ke arah
dada janin. Dengan fleksi, suboksipitobregmatika yang berdiameter lebih kecil (9,5
cm) dapat masuk ke dalam pintu bawah panggul.
4. Putaran Paksi Dalam
Putaran paksi dalam dimulai pada bidang setinggi spina iskiadika, tetapi putaran
ini belum selesai sampai bagian presentasi mencapai panggul bagian bawah.
5. Ekstensi
Saat kepala janin mencapai perineum, kepala akan defleksi ke arah anterior oleh
perineum. Mula-mula oksiput melewati permukaan bawah simfisis pubis,
kemudian kepala muncul keluar akibat ekstensi, pertama-tama oksiput, kemudian
wajah dan akhirnya dagu.
6. Restitusi dan putaran paksi luar
Setelah kepala lahir, bayi berputar hingga mencapai posisi yang sama dengan
saat ia memasuki pintu atas, gerakan ini dikenal sebagai restitusi. Putaran 450
membuat kepala janin kembali sejajar dengan punggung dan bahunya. Putaran paksi
luar terjadi saat bahu engaged dan turun dengan gerakan kepala.
7. Ekspulsi
Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang pubis ibu dan
badan bayi dikeluarkan dengan gerakan fleksi lateral ke arah simfisis pubis. Ketika
seluruh tubuh bayi keluar, persalinan bayi selesai. Ini merupakan akhir tahap kedua
persalinan.
2) Meningkatkan kenyaman
a) Membantu partisipasi ibu
b) Temukan tujuan ibu
c) Membantu management energy
d) Mengatasi ketidaknyamanan ibu ; ambulasi, posisi, massage,
pernapasan, dan relaksasi
3) Suasana dan lingkungan kamar
4) Support, empati
5) Penerangan hal-hal yang mungkin terjadi kepada keluarga
6) Monitor :
a) Letak jantung janin
b) Pengeluaran cairan
c) Pembukaan → kala II
2. Kala II
a. Pengkajian
1) Melanjutkan monitor
a) Detak jantung janin
b) His (respon janin)
c) Pendarahan
d) Air ketuban
2) Tanda dan gejala fisik serta perilaku
3) Meneran dengan benar atau tidak
4) Mekanisme penyesuaian
5) Support person
b. Diagnosa
1) Tidak mampu mengikuti pimpinan persalinan sampai dengan kelelahan ,
panic, dan amnesia
2) Perubahan konsep diri sehubungan dengan merasa tidak mampu meneran
dengan kuat
3) Resiko perlukaan sehubungan dengan posisi ibu yang tidak tepat
4) Perubahan konsep diri pada suami sehubungan dengan tidak mampu
mensupport istri
c. Intervensi
1) Cara mengejan dan posisi
2) Dorongan psikososial
3) Persiapan pertolongan persalinan
4) Asepsis dan anti asepsis
5) Faktor psikososial
6) Pertolongan persalinan
3. Kala III
a. Pengkajian
1) Timbul kontraksi uterus
2) Uterus tampak membundar
3) Terlihat massa introitus
4) Tali pusat lebih menjulur
5) Pendarahan tiba-tiba dengan warna gelap
a) Observasi keadaan umum ibu dan tanda vital
b) Pengkajian jalan lahir
c) Mengkaji factor yang berkaitan dengan atonia
d) Pemberian utero tonika (k/p)
b. Diagnosa
1) Kurang efektifitas mengatasi masalah sehubungan dengan kurang informasi
tentang kejadian kala III
2) Perdarahan pervaginaan sehubungan dengan kontraksi uterus yang kurang
adekuat
3) Resiko relaksasi uterus sehubungan dengan kandungh kemih panuh
4) Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan luka episiotomy
c. Intervensi
1) Observasi perdarahan, shock, dan tanda vital
2) Observasi bayi dan identifikasi
3) Kaji TFU
4) Identifikasi pengeluaran plasenta
5) Upayakan kontak ibu dan bayi
4. Kala IV
a. Pengkajian
1) Kaji status fisiologis ibu
2) Kaji posisi dan tonus uteri
3) Kaji adanya perdarahan pervaginam
4) Kaji kondisi perineum
b. Diagnosa
1) Resiko tinggi injuri sehubungan dengan tonus uteri yang buruk dan
perdarahan
2) Gangguan eliminasi urin sehubungan dengan haluaran/ anestesi regional
3) Deficit volume cairan dan eliminasi sehubungan denagn kurangnya intake
oral, atonia, uteri, laserasi
4) Nyeri sehubungan dengan trauma perineal
5) Fatigue sehubungan dengan proses persalinan
c. Intervensi
1) Cegah perdarahan
2) Identifikasi perdarahan karena perlukaan
3) Memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi
4) Mencegah penekanan kandung kemih
5) Membantu ibu mengenal pengalamannya
6) Mencatat/melaporkan adanya kelainan
7) Memberikan rasa nyaman dan istirahat cukup
8) Pastikan tidak ada sisa plasenta
9) Luka epis tidak ada hemotom
DAFTAR PUSTAKA
Llewellyn, Derek. ( 2001 ).Dasar –Dasar Obstetri dan Ginekologi, edisi 6 (ed-6) Jakarta :
Hipokrates
Manuaba, I. B. (2009). Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan.Jakarta : EGC.
Suririnah. (2009). Buku Pintar Kesehatan Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama