Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ANTROPOLOGI

(MASALAH-MASALAH SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI


KESEHATAN MASYARAKAT, UTAMANYA DI BIDANG KEPERAWATAN)

DI SUSUN OLEH:

1. RISKA HIDAYATUL P

UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM


PETERONGAN JOMBANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. bahwa kami telah menyelesaikan
tugas mata kuliah antropologi dengan membahas masalah sosial budaya yang
mempengaruhi kesehatan masyarakat utamanya dslam bidang keperawatan
Makalah ini kami tulis berdasarkan hasil pencarian kami dari beberapa sumber. isi
makalah ini mencakup tentang masalah-masalah sosial budaya yang terjadi di dlam masyarakat
Makalah ini di harapkan cukup untuk memberikan pengertian tentang aspek social budaya yang
mempengaruhi perilaku kesehatan dalam masyarakat.

Sudah tentu makalah ini masih jauh dari sempurna dan juga masih banyak
kekurangannya. Maka saran, petunjuk pengang terjadi dirahan, dan bimbingan dari berbagai
pihak sangat kami harapkan.

Semoga makalah ini mendapat Ridho dari Allah SWT, dan bisa bermanfaat bagi kita
semua.

Jombang 20 april 20115

Penyusun
BAB IPENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
1.2. TUJUAN
BAB IIPEMABAHASAN
2.1. Keperawatan
2.2. Proses keperawatan
BAB IIIPENUTUP
3.1. KESIMPULAN
3.2. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

2.3. LATAR BELAKANG


Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran dan / atau kesehatan dalam
kegiatan, program kesehatan harus mengutamakan peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit. Kegiatan, proyek dan program kesehatan diselenggarakan agar memberikan manfaat
yang sebesar-besarnya bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Kegiatan, proyek dan
program kesehatan diselenggarakan dengan penuh tanggung jawab, sesuai dengan standar
profesi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta mempertimbangkan dengan
sungguh-sungguh kebutuhan dan kondisi spesifik daerah.
Prospek perawat profesional di masa depan sangat ditentukan oleh banyak faktor, mulai
faktor keadaan kestabilan sosial-ekonomi-politik di Indonesia dan faktor internal pada diri
perawat sendiri.
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya
penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan
dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Pendidikan kesehatan adalah proses
membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk
membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang mempengaruhi kesehatan
pribadinya dan orang lain. Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan
para koleganya yang menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar
yang dirancang untuk mempermudah adaptasi sukarela terhadap perilaku yang kondusif bagi
kesehatan. Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80 persen rakyat Indonesia tidak
mampu mendapat jaminan kesehatan dari lembaga atau perusahaan di bidang pemeliharaan
kesehatan, seperti Akses, Taspen, dan Jamsostek. Golongan masyarakat yang dianggap
'teranaktirikan' dalam hal jaminan kesehatan adalah mereka dari golongan masyarakat kecil dan
pedagang. Dalam pelayanan kesehatan, masalah ini menjadi lebih pelik, berhubung dalam
manajemen pelayanan kesehatan tidak saja terkait beberapa kelompok manusia, tetapi juga sifat
yang khusus dari pelayanan kesehatan itu sendiri.
Menjadi seorang tenaga kesehatan (perawat) bukanlah hal yang mudah. Seorang perawat
harus siap fisik maupun mental, karena tugas seorang perawat sangatlah berat. Di Indonesia ini
jumlah perawat memang tidak sedikit, tetapi untuk di pelosok daerah masih banyak masyarakat
yang belum paham akan arti dari profesi tenaga medis. perawat yang siap mengabdi di kawasan
pedesaan, artinya ia juga harus siap dengan konsekuensi yang akan terjadi. Tak mudah
mengubah pola pikir ataupun kebiasaan masyarakat. Apalagi, masalah proses pertolongan atau
penyembuhan. Kehadiran tenaga medis dengan spesialisasi melayani masyarakat di beberapa
daerah terpencil merupakan hal yang baru dan tidak mudah ubtuk beradtasi dengan budaya dan
kebiasaan masyarakat.
Setiap individu, keluarga dan masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkan sehingga dapat mencapai derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya. Kesempatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas,
terjangkau dan tepat waktu tidak boleh memandang perbedaan ras, golongan, agama dan status
sosial ekonomi seorang individu, keluarga atau sekelompok masyarakat.
Pembangunan kesehatan yang cenderung urban-based harus terus diimbangi dengan
upaya-upaya pelayanan kesehatan yang bersifat rujukan, bersifat luar gedung maupun yang
bersifat satelit pelayanan. Dengan demikian, pembangunan kesehatan dapat menjangkau
kantong-kantong penduduk risiko tinggi yang merupakan penyumbang terbesar kejadian sakit
dan kematian. Kelompok-kelompok penduduk inilah yang sesungguhnya lebih membutuhkan
pertolongan karena selain lebih rentan terhadap penyakit, kemampuan membayar mereka jauh
lebih sedikit.
2.4. TUJUAN
 Mengetahuitentanggambaranprospek social budaya terhadap pelayanan kesehatan khusunya
keperawatan
 Mengetahuipengaruh social budaya terhadap penerapan pelayanan kesehatan khususnya
keperawatan
 Mengetahuidamapak- dampakdari social budaya dalam penerapan pelayanan kesehatan
 Sebagaibahan ajar dan penambahan pengetahuan tentang gambaran prospek social budaya
dalam pelayanan kesehatan.
BAB II
PEMABAHASAN

Prospek pengembangan pelayanan kesehatan yang berdasarkan pada perkembangan


social buadaya khusunya keperawat sangat cerah pada masa mendatang ditinjau dari kekayaan
budaya di indonesia. Namun dapat menimbulkan masalah dalam penerapan pelayanan kesehatan
ketika budaya tidak sesuai dengan penerapan asuahan keperawatn. Antara faktor penyokongnya
tersedianya sumber kekayaan alam Indonesia dengan keanekaragaman hayati terbesar kedua di
dunia, sejarah pengobatan tradisional yang telah dikenal lama oleh nenek moyang dan diamalkan
secara turun temurun sehingga menjadi warisan budaya bangsa, isu global “back to nature”
sehingga meningkatkan pasar produk herbal termasuk Indonesia, krisis moneter menyebabkan
pengobatan tradisional menjadi pilihan utama bagi sebagian besar masyarakat dan kebijakan
pemerintah.
Social budaya erat kaitannya dengan pendekatan ilmu antropoligi yaitu Kata Antropologi
berasal dari bahasa Yunani, anthropos dan logos. Anthropos berarti manusia dan logos berarti
pikiran atau ilmu. Secara sederhana, Antropologi dapat dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari
manusia. Tentunya kita akan semakin bertanya-tanya, begitu banyak ilmu yang mempelajari
manusia.
Menurut William A. Haviland, seorang antropologi Amerika, Antropologi adalah ilrnu
pengetahuan yang mempelajari keanekaragaman manusia dan kebudayaannya. Dengan
mempelajari kedua hal tersebut, Antropologi adalah studi yang berusaha menjelaskan tentang
berbagai macam bentuk perbedaan dan persamaan dalam aneka ragam kebudayaan manusia.
berusaha mencapai sebuah pemahaman tentang manusia secara fisik, manusia dalam
masyarakatnya, dan manusia dengan kebudayaannya. Secara praktis, Antropologi berusaha
membangun suatu pandangan bahwa perbedaan manusia dan kebudayaannya merupakan suatu
hal yang harus dapat diterima, bukan sebagai sumber konflik tetapi sebagai sumber pemahaman
baru, agar secara terus-menerus manusia dapat merefleksikan dirinya. Secara praktis, kajian ilmu
Antropologi dapat digunakan untuk membangun masyarakat dan kebudayaannya tanpa harus
membuat masyarakat dan kebudayaan itu, kehilangan identitas atau tersingkir dari peradaban.
Dengan demikian jelas bahwa prospek social budaya dalam pelayanan kesehatan
khususnya keperawatan adalah untuk menerapkan pendekatan antropologi yang berorintasi pada
keaneka ragaman budaya baik antar budaya maupaun lintas budaya terhadap asuhan keperawatan
yang tidak membedakan perbedaan budaya dan melaksanakan sesuai dengan hati nurari dan
sesuai dengan standar penerapan tanpa membedakan suku, ras, budaya, dan lain-lian
Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21, termasuk
tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin besar. Dengan adanya
globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar negara (imigrasi) dimungkinkan, menyebabkan
adaya pergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan.
Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang kuat, yang
dapat dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Perkembangan teori
keperawatan terbagi menjadi 4 level perkembangan yaitu metha theory, grand theory, midle
range theory dan practice theory.Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range theory
adalah TransculturalNursing
Theory. Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam konteks
keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep. keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang
adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan
bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam
penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan
mengakibatkan terjadinya cultural shock.
Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan
munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan danbeberapa mengalami disorientasi. Salah
satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang mengalami nyeri. Pada beberapa
daerah atau negara
diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriak atau menangis.
Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya dengan meringis pelan, bila
berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan, maka ketika ia mendapati klien tersebut
menangis atau berteriak, maka perawat akan memintanya untuk bersuara pelan-pelan, atau
memintanya berdoa atau malah memarahi pasien karena dianggap telah mengganggu pasien
lainnya. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas
pelayanan keperawatan yang diberikan.
2.1. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktikkeperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakangbudayanya.
Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi
yang
digunakan dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan/mempertahankan budaya,mengakom
odasi/negoasiasi budaya dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).yang
prospeknya terdiri dari
 Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan.
Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan
yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status
kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi
 Negosiasibudaya
Intervensidanimplementasikeperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien
beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan
menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang h
amil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber prot
ein hewani yang lain.
 Restrukturisasibudaya
Restrukturisasibudayakliendilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan.
Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak
merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai
dengan keyakinan yang dianut
2.2. Proses keperawatan
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan
dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari
terbit (Sunrise Model). Geisser (1991). menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan
oleh perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew
and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
 Pengkajian
Pengkajianadalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien
sesuai dengan latar belakang budaya klien. Pengkajian
dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada "Sunrise Model" yaitu :
1. Faktorteknologi (tecnological factors)
Teknologikesehatanmemungkinkanindividu untuk memilih atau mendapat penawaran
menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat
sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan,
alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien
tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat
ini.
2. Faktor agama danfalsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalahsuatusimbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para
pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di
atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh
perawat adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab
penyakit, carapengobatandankebiasaan agama yangberdampakpositifterhadapkesehatan.
3. Faktorsosialdanketerikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawatpadatahapini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap, nama panggilan, umur dan
tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga,
dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
4. Nilai-nilaibudayadangaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilaibudayaadalahsesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang
dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat
penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :
posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan
makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas
sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.
5. Faktorkebijakandanperaturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakandanperaturanrumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi
kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam
berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang
dirawat
6. Faktorekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk
membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat
diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,
biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar
anggota keluarga
7. Faktorpendidikan (educational factors)
Latarbelakangpendidikanklien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan
formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya
didukung oleh buktibukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi
terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini
adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara
aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
 Diagnosa keperawatan
Diagnosakeperawatanadalah respon klien sesuai latar belakang
budayanya yang dapatdicegah, diubahataudikurangimelaluiintervensikeperawatan. (Giger and
Davidhizar, 1995). Terdapattigadiagnose keperawatan yang
seringditegakkandalamasuhankeperawatantranscultural yaitu : gangguankomunikasi verbal
berhubungandenganperbedaankultur,gangguaninteraksisosialberhubungandisorientasisosiokultur
aldanketidakpatuhandalampengobatanberhubungandengansistem nilai yang
diyakini.
 Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaandanpelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu proses keperawatan
yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan
pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang budaya klien
(Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan
transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu : mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila
budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya
klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki
klien bertentangan dengan kesehatan.
a. Cultural care preservation/maintenance
1). Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat
2).Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
3). Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
b. Cultural careaccomodation/negotiation
1).Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2).Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3).Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana
kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.
c. Cultual care repartening/reconstruction
1).Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang
diberikan dan melaksanakannya
2).Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya
kelompok
3).Gunakan pihak ketiga bila perlu
4).Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan
yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua
5) .Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan
Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masing- masing melalui proses
akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan
memperkaya budaya budaya mereka.
Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidakpercaya sehingga
hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akanterganggu. Pemahaman budaya klien amat
mendasari efektifitas keberhasilanmenciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat
terapeutik.
 Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang mempertahankan bu
daya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangibudayaklien yang
tidaksesuai dengan kesehatan atau beradaptasidenganbudayabaru yang mungkin sangat
bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui
evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.
BAB III
PENUTUP
6.1. KESIMPULAN
 Prospek social budayaterhadap Keperawatan adalah suatu proses pemberian asuhan
keperawatan yang
difokuskankepadaindividudankelompokuntukmempertahankan,meningkatkanperilakusehatsesuai
denganlatarbelakangbudayadanmenerapakanpelayanankeperawatan sesuai dengan latar belakang
budaya tanpa merugikan kesehatan atau melanggar prosedur asuhan keperawatan.
 Pengkajianasuhankeperawatandalamkonteks social
budayasangatdiperlukanuntukmenjembataniperbedaanpengetahuan yang dimiliki oleh perawat
dengan klien
 Diagnosakeperawatantranskultural yang ditegakkandapatmengidentifikasitindakan yang
dibutuhkanuntukmempertahankanbudaya yang sesuaidengankesehatan, membentukbudayabaru
yang sesuaidengankesehatanataubahkanmenggantibudaya yang tidak sesuai dengan kesehatan
dengan budaya baru.
 Perencanaandanpelaksanaan proses
keperawatantranskulturaltidakdapatbegitusajadipaksakankepadakliensebelumperawatmemahamil
atarbelakangbudayakliensehinggatindakan yang dilakukan dapat sesuai dengan budaya klien.
 Evaluasiasuhankeperawatantranskulturalmelekateratdenganperencanaandanpelaksanaan proses
asuhankeperawatan transkultural.
6.2. SARAN
 Penyusunanmakalahinimasih jauh dari kesempurnaan olehnya itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun sebagai bahan ajar untuk penyusunan berikutnya
DAFTAR PUSTAKA

Cultural Diversity in Nursing, (1997), Transcultural Nursing ; Basic Concepts and Case Studies,
Ditelusuri tanggal 17 desember 2010”http://www/rnc.org/transculturalnursing”
Leininger. M & McFarland. M.R, (2002), Transcultural Nursing : Concepts,Theories, Research
and Practice, 3rd Ed, USA, Mc-Graw Hill Companies
Understanding The Theoretical Basis of Transcultural Nursing Care.Ditelusuri tanggal
17desember 2010 dari “http://www./rnc.org/transculturalnursing”
Transcultural NursingModels ; Theory and Practice, Ditelusuri tanggal 17 september 2006 dari
“http://www./rnc.org/transculturalnursing”
http://www..org/info.konsep dasar transculturalnursing”

http://www./rnc.org/sosialbudaya dan proyeksinya”

Anda mungkin juga menyukai