Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PEMBERIAN INFORMASI TENTANG PERSIAPAN OPERASI

DENGAN PENDEKATAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP


TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BOUGENVILLE
RSUD SLEMAN

Siti Arifah & Ida Nuriala Trise


Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi Keperawatan Magelang
Rumah Sakit Jiwa Ghrasia Jogyakarta

ABSTRAK
Kecemasan merupakan sesuatu hal yang tidak jelas, adanya
perasaan gelisah atau tidak tenang dengan sumber yang tidak
spesifik dan tidak diketahui oleh seseorang. Untuk dapat
menurunkan kecemasan pada pasien preoperasi salah satunya
diperlukan komunikasi yang efektif terutama komunikasi
terapeutik. Hal ini perlu mendapat perhatian serius dari perawat
karena perawat merupakan petugas kesehatan yang terdekat
dan terlama dengan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pemberian informasi tentang persiapan
operasi dengan pendekatan komunikasi terapeutik terhadap
tingkat kecemasan klien.
Desain penelitian ini adalah pra-eksperimental dengan
menggunakan one- group pre-post test design. Jumlah sampel 45
orang dengan teknik pemilihan sampel dengan cara consecutive
sampling. Data dikumpulkan dari pasien dengan menggunakan
kuesioner tingkat kecemasan yang dimodifikasi dari Taylor
Manifest Anxiety Scale (T-MAS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 46,7% responden
mengalami kecemasan ringan, 51,1% mengalami kecemasan
sedang, dan kecemasan berat 2,2% sebelum pelaksanaan
pemberian informasi tentang persiapan operasi dengan
pendekatan komunikasi terapeutik. Setelah pelaksanaan pasien
pre operasi tingkat kecemasannya menjadi ringan 82,2%, tingkat
kecemasan sedang 4,4%, dan yang menjadi tidak cemas sebesar
13,3%.. Penelitian ini dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon
menunjukkan bahwa pemberian informasi tentang persiapan
operasi dengan pendekatan komunikasi terapeutik mempunyai
pengaruh yang signifikan dalam menurunkan kecemasan pasien
(p = 0,00o; α = 0,05 dan z = -5,858). Rekomendasi dari hasil
penelitian ini adalah ditujukan pada perawat ruangan agar
dapat menerapkan komunikasi terapeutik yang efektif dalam
pemberian informasi tentang persiapan operasi sehingga dapat
menurunkan kecemasan pasien pre operasi.

Kata Kunci : Pemberian informasi, komunikasi terapeutik,


kecemasan

PENDAHULUAN di bidang kesehatan fisik dan


Modernisasi dan kemajuan kesehatan jiwa. Tidak semua orang
tehnologi membawa perubahan mampu menyesuaikan diri dengan
dalam cara berfikir dan dalam pola perubahan tersebut, akibatnya akan
hidup masyarakat luas. Perubahan menimbulkan ketegangan atau stres.
tersebut, akan membawa konsekuensi

Jurnal Kebidanan, Vol. IV, No. 01, Juni 2012 40


Prevalensi gangguan wawancara yang dilakukan kepada
kecemasan di Amerika Serikat, lebih 17 orang pasien di ruang Bougenville
dari 23 juta penduduk (kira-kira satu pada tanggal 7 Januari 2012, mereka
dari empat individu) terkena menyatakan bahwa penyebab dari
kecemasan. Kurang dari 25% kecemasan berbeda-beda, antara
penduduk yang mengalami lain : belum mengerti tentang operasi
gangguan panik mencari bantuan yang akan dilakukan, untuk apa
terutama karena mereka tidak dilakukan puasa sebelum operasi,
menyadari bahwa gejala fisik yang takut dengan situasi di ruang operasi,
mereka alami (misal : palpitasi jantung, serta bagaimana nanti perawatan
nyeri dada, sesak nafas) disebabkan setelah operasi.
oleh masalah kecemasan (Stuart, Kemampuan komunikasi
2006). terapeutik dalam pemberian informasi
Di Indonesia, prevalensi harus
gangguan kecemasan berkisar pada digunakan dalam menghadapi
angka 6-7% dari populasi umum berbagai macam reaksi dalam
(perempuan lebih banyak interaksi tersebut. Salah satunya
dibandingkan prevalensi laki-laki). adalah kemampuan mendengarkan
Kecemasan merupakan pengalaman saat berinteraksi dan terlibat dalam
emosional yang berlangsung singkat percakapan. Sikap perawat yang
dan merupakan respon yang wajar, tenang, memperhatikan, dan penuh
pada saat individu menghadapi pengertian dapat menimbulkan
tekanan atau peristiwa yang kepercayaan pada pihak pasien.
mengancam kehidupannya baik itu Fenomena yang terjadi
ancaman external dan internal. sekarang, walaupun informasi pre
Tindakan operasi merupakan operasi sudah diberikan oleh perawat
pengalaman menegangkan bagi dan dokter tetapi kecemasan pasien
sebagian pasien, hal ini dikarenakan yang akan menjalani operasi tetap
oleh takut pada anastesi, takut ada. Hal inilah yang membuat penulis
terhadap nyeri dan kematian, takut tertarik untuk mengambil
tentang ketidaktahuan atau takut permasalahan sebagai bahan
tentang deformitas atau ancaman lain penelitian dengan judul “Pengaruh
terhadap citra tubuh sehingga Pemberian Informasi Tentang
menyebabkan kecemasan. Pada Persiapan Operasi Dengan
periode pre operasi pasien dapat Pendekatan Komunikasi Terapeutik
mengalami kecemasan kemungkinan Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien
karena merupakan suatu respon Pre Operasi di Ruang Bougenville
antisipasi terhadap suatu Rumah Sakit Umum Daerah Sleman.”
pengalaman yang dapat dianggap
pasien sebagai suatu ancaman METODE PENELITIAN
terhadap perannya dalam hidup, Penelitian ini merupakan
integritas tubuh, bahkan kelangsungan penelitian pra-eksperimental yang
hidup pasien itu sendiri (Smeltzer and bertujuan untuk melihat pengaruh
Bare, 2001). pemberian informasi tentang
Di Rumah Sakit Umum Daerah persiapan operasi dengan
(RSUD) Sleman berdasarkan studi pendekatan komunikasi terapeutik
pendahuluan pada tgl 23 s/d 26 terhadap tingkat kecemasan pasien
Desember 2011 dengan pre operasi. Sedangkan jenis penelitian
menggunakan instrumen HARS ini menggunakan one-group pra-post
menunjukkan bahwa dari 31 test design. Menurut Nursalam (2009)
responden didapatkan pasien pre rancangan ini dapat diilustrasikan
operasi yang mengalami kecemasan sebagai berikut :
54,8%. Sedangkan dari hasil

Jurnal Kebidanan, Vol. IV, No. 01, Juni 2012 41


Pretes Perlakuan Postes

O1 X O2
1
Design Penelitian

Populasi penelitian adalah pasien pembicaraan yang


keseluruhan objek penelitian atau dilakukan antara perawat dengan
objek yang diteliti (Notoatmodjo, pasien secara interpersonal
2005). Populasi dalam penelitian ini tersebut dengan menggunakan
adalah pasien pre operasi pada langkah-langkah yang terencana
tanggal 16 s/d 28 Januari 2012 dalam rangka mendiskusikan
dengan kecemasan minimal tingkat masalah-masalah yang masih
ringan yang terdaftar secara elektif dirasakan/tidak dimengerti oleh
dengan berbagai macam pasien dalam persiapan operasi
kasus/penyakit yang dirawat di Ruang dan bertujuan untuk menyiapkan
Bougenville RSUD Sleman. pasien agar dapat siap menjalani
Sampel adalah sebagian atau operasi sebagai jalan
wakil populasi yang diteliti (Arikunto, penyembuhan.
2006). Sampel penelitian ini adalah b. Tingkat kecemasan. Kecemasan
pasien yang opname di rumah sakit merupakan suatu kekhawatiran
dan sudah mendapatkan ketentuan yang berhubungan dengan
dari dokter tentang jadwal/waktu perasaan dan emosi pasien ketika
operasi. (Sastroasmoro & Ismail, 1995 akan menjalani operasi dengan
cit Nursalam, 2009). kriteria tingkatan yang diukur dan
Jumlah pengambilan sampel dinilai menggunakan modifikasi
pada penelitian pasien yang akan alat ukur T-MAS dengan skala
operasi tidak dapat diprediksi secara interval, dengan kriteria :
tepat, maka dilakukan dengan tehnik skor 1–7 : cemas ringan, 8–
consecutive sampling, yaitu pasien pre 14:cemas sedang , 15 – 21 : cemas
operasi yang terdaftar secara elektif berat.
pada tanggal 16 s/d 28 Januari 2012 :
a. Kriteria inklusi : Instrumen yang digunakan
1) Kooperatif berupa kuisioner. Bagian pertama
2) Jadual operasi sudah berupa data demografi meliputi :
ditentukan dengan nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
jelas/elektif pekerjaan, dan jenis operasi . Bagian
3) Bersedia menjadi responden kedua berisi alat ukur kecemasan T-
4) Pasien baru pertama kali MAS yang dikembangkan oleh Janet
mengalami operasi Taylor dari item-item Minnesota
b. Kriteria eksklusi Multiphasic Personality Inventory
1) Pasien dengan operasi cito; (MMPI). Skala ini cukup sederhana dan
2) Pasien dengan komplikasi mudah dalam pengisiannya. Alat ukur
ini berisi 50 item pertanyaan, yang
Definisi operasional sudah dimodifikasi disesuaikan dengan
a. Pemberian informasi tentang penelitian yang akan dilakukan yaitu
persiapan operasi dengan terkait dengan keperawatan medikal
pendekatan komunikasi terapeutik bedah khususnya kondisi pasien pada
adalah merupakan suatu tahap pre operasi kemudian
perlakuan terhadap responden diujicobakan kembali berupa kuisioner.
dengan cara memberikan Alat ukur yang digunakan
penjelasan secara langsung adalah hasil modifikasi TMAS dengan
(verbal) dengan bahasa 21 item pernyataan yang valid dan
sederhana dan dimengerti oleh reliabel setelah dilakukan uji validitas

Jurnal Kebidanan, Vol. IV, No. 01, Juni 2012 42


dan reliabilitasnya dengan post test p = 0,23 berarti dapat
menggunakan fasilitas Statistikal disimpulkan bahwa data hasil pre test
Product and Service Solution (SPSS) distribusinya normal dengan nilai p >
versi 16.0 for windows (lihat lampiran 4). 0,05 dan data post testnya dikatakan
Pertanyaan-pertanyaan yang distribusi tidak normal karena niali p <
ada dalam instrumen T-MAS kemudian 0,05. Sehingga dilakukan tranformasi
dibuat kisi-kisi dengan tujuan untuk data untuk menormalisasi data post
memudahkan penghitungan dimana test. selanjutnya analisa data yang
apabila responden menjawab item dilakukan adalah dengan
favourable dengan jawaban “ya” menggunakan uji wilcoxon (uji
mendapat nilai nol tetapi bila nonparametrik dengan dua kelompok
menjawab “tidak” mendapat nilai yang berpasangan dengan distribusi
satu. Sebaliknya bila pada item data tidak normal).
unfavourable menjawab “ya”
mendapat nilai satu tetapi bila HASIL PENELITIAN
menjawab “tidak” mendapat nilai nol. Penelitian tentang pengaruh
pemberian informasi tentang
Menurut Arikunto (2009) untuk persiapan operasi dengan
menentukan tingkat kecemasannya pendekatan komunikasi terapeutik
dapat dilakukan dengan skor yang terhadap tingkat kecemasan pasien
diperoleh dibagi menjadi tiga sama pre operasi di Ruang Bougenville RSUD
besar,yaitu Cemas ringan: skor 1 – 7 , Sleman dengan sampel 45 orang,
Cemas sedang: skor 8 – 14 , Cemas dengan karakteristik responden
berat : skor 15 – 21 sebagai berikut :
Peneliti selain menggunakan
skala T-MAS, juga menggunakan Responden di Ruang Bougenville RSUD
Sleman Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur,
Standar Prosedur Operasional (SPO)
Pendidikan, dan PekerjaanTanggal 16 – 28
yang digunakan sebagai pedoman Januari 2012
langkah-langkah dalam melakukan KARAKTERISTIK
NO F %
perlakuan pemberian informasi RESPONDEN
tentang persiapan operasi dengan 1. Jenis Kelamin
Laki-Laki 24 53.3
pendekatan komunikasi terapeutik Perempuan 21 46.7
kepada responden. 2. Umur
Data diolah dengan analisis 12-20 th 3 6.7
univariat digunakan untuk 21-40 th 22 48.9
41-60 th 15 33.3
mendapatkan gambaran distribusi > 60 th 5 11.1
frekuensi karakteristik responden, 3. Pendidikan
disajikan dalam bentuk tabel dan SD 7 15.6
narasi. Dilanjutkan dengan analisa SMP 9 20.0
SLTA 22 48.9
bivariat dilakukan terhadap dua DIPLOMA 7 15.6
variabel yang diduga berhubungan 4. Pekerjaan
atau berkorelasi (Notoadmodjo, 2002). Buruh 12 16.7
Hasil dari pengukuran tingkat Pedagang 2 4.4
Petani 5 11.1
kecemasan ditabulasikan untuk PNS 5 11.1
mencari nilai pre tes dan post tes, Swasta 18 40.0
kemudian dicari nilai signifikansi antara Ibu Rumah Tangga 1 2.2
pre tes dan post tes. Dikatakan Pelajar/ Mahasiswa 2 4.4
signifikan apabila ada perbedaan
yang bermakna. Dalam penelitian ini Berdasarkan tabel di atas yang
setelah dilakukan uji distribusi data menjadi responden dalam penelitian
dengan uji statistik secara analitis ini terbanyak adalah laki-laki sebanyak
dengan menggunakan SPSS versi 16.0 24 orang (53,3%), berdasarkan umur
for windows uji Shapiro-Wilk (sampel pada uisa 21 – 40 tahun (48,9%), dan
kurang dari 50) didapatkan bahwa untuk berdasarkan tingkat pendidikan
untuk pre test nilai p = 0,524 dan nilai pada tingkat SLTA yaitu 22 orang
(48,9%). Adapun berdasarkan status

Jurnal Kebidanan, Vol. IV, No. 01, Juni 2012 43


pekerjaan didominasi oleh swasta dapat peneliti uraikan sebagai
dengan jumlah 18 orang (40,0%). berikut (sumber : data primer hasil
1. Distribusi frekuensi tingkat pre tes) :
kecemasan responden sebelum Tingkat kecemasan responden
pemberian informasi tentang berdasarkan jenis kelamin.
persiapan operasi dengan Untuk melihat tingkat kecemasan
pendekatan komunikasi terapeutik berdasarkan pada jenis kelamin dapat
berdasarkan karakteristiknya dilihat pada di bawah ini.

Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Responden di Ruang Bougenville RSUD Sleman


Berdasarkan Jenis KelaminTanggal 16 – 28 Januari 2012
Tingkat Kecematas Total
Ringan Sedang Berat
Jenis Kelamin
Frek %
n % n % n %
Laki-laki 15 33.3 9 20.0 - - 24 53.3
Perempuan 6 13.3 14 31.1 1 2.2 21 46.7
Total 21 46.6 23 51.1 1 2.2 45 100.0

Berdasarkan tabel di atas terlihat kecemasan berat 1 orang (2,2%)


bahwa responden yang mengalami dialami oleh perempuan.
kecemasan lebih banyak adalah
pasien laki-laki dengan tingkat 2. Tingkat kecemasan responden
kecemasan ringan 15 orang (33,3%) sebelum dan sesudah pemberian
dan sedang 9 orang (20,0%). informasi tentang persiapan
Sedangkan yang mengalami tingkat operasi dengan pendekatan
komunikasi terapeutik.

Tingkat Kecemasan Responden Sebelum dan Sesudah Perlakuan di Ruang Bougenville RSUD
Sleman Tanggal 16 – 28 Januari 2012
Sebelum Sesudah
No Tingkat Kecemasan Perlakukan Perlakuan
Frekuensi % Frekuensi %
1. Tidak Cemas - - 6 13.3
2. Cemas Ringan 21 46.7 37 82.2
3. Cemas Sedang 23 51.1 2 4.4
4. Cemas Berat 1 2.2 - -
Total 45 100 45 100

Pada tabel di atas memuat tingkat kecemasan berat dan


perubahan tingkat kecemasan pasien sedang), maka pada tingkat
sebelum dan sesudah pemberian kecemasan ringan sesudah perlakuan
informasi tentang persiapan operasi menjadi meningkat 35,5% dari 46,7%
dengan pendekatan komunikasi (sebelum perlakuan) menjadi 82,2%
terapeutik (perlakuan). Pada sebelum serta responden yang tidak cemas
perlakuan terdapat responden menjadi ada 6 orang (13,3%). Dari
dengan tingkat kecemasan berat 1 data diatas dapat disimpulkan bahwa
orang (2,2%) tetapi setelah perlakuan ada penurunan tingkat kecemasan
tidak ada yang mengalami tingkat pada pasien pre operasi antara
cemas berat. Pada sebelum perlakuan sebelum dan sesudah perlakuan yaitu
tingkat kecemasan yang paling dengan pemberian informasi tentang
banyak adalah pada tingkat persiapan operasi dengan
kecemasan sedang yaitu terdapat 23 pendekatan komunikasi terapeutik, Bar
orang (51,1%), dan mengalami Diagram dibawah ini menggambarkan
penurunan 46,7% menjadi 2 orang adanya penurunan tingkat
(4,4%) pada sesudah perlakuan. Akibat kecemasan sebelum dan sesudah
adanya penurunan tersebut (pada perlakuan (lihat Gambar 2).

Jurnal Kebidanan, Vol. IV, No. 01, Juni 2012 44


Tingkat Kecemasan Sebelum Dan Sesudah
Perlakuan
40
37
Jumlah Responden 35
30
25
21 23
20
15
10 sebelum
6
5 sesudah
0 2
0 1 0
tidak cemas cemas cemas
cemas ringan sedang berat

Tingkat Kecemasan

Bar Diagram Tingkat Kecemasan Sebelum dan Sesudah Perlakuan

3. Perbedaan tingkat kecemasan tendency central sebelum dan


sebelum dan sesudah perlakuan, sesudah perlakuan yaitu sebelum
diuji dengan uji Wilcoxon. perlakuan angka mean 7,36 dan
Hasil uji statistik yang sesudah perlakuan angka mean
menunjukkan adanya perbedaan menurun menjadi 3,20 yang berarti
tingkat kecemasan antara sebelum ada penurunan sebesar 4,16.
dan sesudah perlakuan dapat dilihat Sedangkan simpangan baku sebelum
dalam tabel berikut : perlakuan sebesar 3,657 dan sesudah
perlakuan sebesar 2,292 dimana ada
Frekuensi Nilai Mean, Standar Deviasi, penurunan sebesar 1,365 . Kemudian,
Nilai z, dan p Tingkat Kecemasan setelah dilakukan uji wilcoxon
Responden Sebelum dan Sesudah didapatkan bahwa nilai z hitungnya
Pemberian Informasi Tentang Persiapan
sebesar -5,858 dan Asymp. Sig. nya
Operasi di Ruang Bougenville RSUD Sleman
Tingkat Std.
sebesar 0,000 (nilai p). Hal ini
Mea menunjukkan bahwa nilai p< 0,050
Kecemasa n Devia z P
n
n si yang berarti bahwa ada
Sebelum 4
7.36 3.657 beda/pengaruh yang signifikan antara
perlakuan 5 -
5.85
0.00 sebelum dan sesudah pemberian
Sesudah 4 0 informasi tentang persiapan operasi
3.20 2.292 8
perlakuan 5 dengan pendekatan komunikasi
Nilai Signifikasi (p) < 0,05 terapeutik terhadap tingkat
kecemasan pasien pre operasi.
Perubahan tingkat kecemasan
yang telah diukur pada responden PEMBAHASAN
yang merupakan pasien pre operasi Menurut Baradero, dkk (2008)
sesudah dilakukan pemberian Operasi adalah suatu stresor yang bisa
informasi tentang persiapan operasi menimbulkan stres fisiologis (respon
dengan pendekatan komunikasi neuroendokrin), stres psikologis (cemas
terapeutik (perlakuan) yang terlihat dan takut), dan stres sosial yang
pada tabel telah diuji secara statistik
dengan adanya penurunan angka

Jurnal Kebidanan, Vol. IV, No. 01, Juni 2012 45


mengharuskan keluarga beradaptasi hasil pre tes, kemudian dilanjutkan
terhadap perubahan peran. klarifikasi masalah pasien didapatkan
Pasien yang akan menjalani bahwa operasi mengakibatkan rasa
operasi di RSUD Sleman Ruang cemas dengan penyebab yang
Bougenville pada saat penelitian yaitu berbeda-beda antara lain : khawatir
pada tanggal 16 s/d 28 Januari 2012 akan tidak tahan terhadap nyeri
terdapat 69 pasien dengan klasifikasi akibat operasi, bingung akan
anak 9 orang dan 60 orang dewasa. perawatan luka di rumah, khawatir
Dari hasil screening didapatkan bahwa jika luka akibat operasi tidak sembuh-
pasien yang mengalami kecemasan sembuh sehingga tidak bisa cepat
sebanyak 47 orang (92,2%). kembali bekerja, khawatir akan hasil
Menurut Kaplan dan Sadock dari operasi terutama hasil Patologi
(1997) faktor yang mempengaruhi Anatomi yang tidak bisa langsung
kecemasan pasien antara lain : usia diketahui hasilnya, takut bagaimana
pasien dan jenis kelamin. Dikatakan nanti di kamar oprasi.
bahwa gangguan kecemasan dapat Pernyataan-pertanyataan dari
terjadi pada semua usia, lebih sering responden diatas sesuai dengan teori
pada usia dewasa sebagian besar yang menyatakan bahwa operasi
pada umur 21 – 45 tahun, dan lebih akan mengakibatkan rasa cemas
banyak pada wanita. Berdasarkan karena dikaitkan dengan takut akan
hasil penelitian diatas yang banyak sesuatu yang belum diketahui, nyeri,
mengalami kecemasan ringan 15 perubahan citra tubuh, perubahan
orang (33,3%) adalah laki-laki. Tetapi fungsi tubuh, kehilangan kendali, dan
dilihat dari tingkat kecemasannya kematian (Baradero, dkk, 2008).
tampak bahwa perempuan lebih Informasi adalah
dominan dalam kecemasannya yaitu pemberitahuan, penerangan (Batan
terdapat kecemasan berat 1 orang A.R, 1998 cit Asda 2005). Pasien
(2,2%) dan kecemasan sedang memiliki kebutuhan dan hak untuk
sebanyak 14 orang (31,1%). Menurut mendapat informasi yang dibutuhkan.
teori yang lain dikatakan bahwa pada Sebelum menandatangani informed
umumnya stress dan kecemasan consent, pasien harus mendapatkan
banyak dialami perempuan yang penjelasan mengenai sifat
disebabkan oleh faktor hormonal pembedahan, efek, untung ruginya,
(Prawirohusodo,1988 cit Sunyar, 2008). prognosis, alternatif, dan sebagainya
Pendidikan pada umumnya dan ini merupakan kewenangan dari
berguna dalam mengubah pola pikir, dokter, sehingga diharapkan informed
pola bertingkah laku dan pola decision/pengambilan keputusan
pengambilan keputusan. Tingkat berdasarkan pengetahuan.
pendidikan yang cukup akan lebih Memberikan informasi sangat penting
mudah dalam mengidentifikasi stresor dan yang perlu dijelaskan kepada
dalam diri sendiri maupun dari luar pasien adalah prosedur pre operasi,
dirinya (Notoatmodjo, 2000). operasi dan apa yang diharapkan
Berdasarkan di atas didapatkan dari operasi yang dilakukan.
bahwa jumlah responden dengan (Baradero, dkk, 2008).
latar belakang pendidikan SLTA Akan tetapi berdasarkan data
sebanyak 22 orang (48,9%) dengan 12 hasil pre tes dalam penelitian ini
orang (26,7%) dengan tingkat menunjukkan bahwa meskipun pasien
kecemasan sedang, bisa dikatakan pre operasi sudah mendapatkan
bahwa konsep teori yang menyatakan informasi dari medis dan perawatan
bahwa tingkat pendidikan termasuk ternyata masih mengalami
faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan. Oleh karena itu dalam
kecemasan seseorang tidak sesuai pelaksanaan penelitian, peneliti
dengan hasil penelitian ini. menggunakan SOP pemberian
Pada saat menjelaskan tentang informasi tentang persiapan operasi
tujuan penelitian, dikaitkan dengan dengan pendekatan komunikasi

Jurnal Kebidanan, Vol. IV, No. 01, Juni 2012 46


terapeutik sehingga dalam melakukan interaksi interpersonal perawat-pasien,
perlakuan sesuai dengan masalah yang selama interaksi berlangsung,
yang dirasakan dan kebutuhan perawat berfokus pada kebutuhan
informasi yang diperlukan dalam khusus pasien untuk meningkatkan
mengatasi penyebab kecemasan pertukaran informasi yang efektif
atau hal-hal yang belum dimengerti antara perawat dan pasien.
oleh pasien dalam menghadapi Sesuai dengan teori diatas
operasi yang akan dialaminya. dalam pelaksanan penelitian,
Pendapat tersebut didukung penyebab kecemasan yang bersifat
oleh pernyataan ahli yang lain yaitu individual misalnya akibat hasil
Baradero, dkk (2008) yang Patologi Anatomi dipersepsikan
mengatakan bahwa sebelum hasilnya keganasan, dapat
melakukan aktivitas pemberian menimbulkan kecemasan. Hal ini bisa
informasi terlebih dahulu dikaji tentang dilakukan dengan pemberdayaan
kesiapan dan kemampuan pasien kemampuan dari pasien yaitu dengan
karena pasien yang mengalami membangkitkan motivasi theologis
kecemasan yang tinggi akan sulit yaitu interaksi antara manusia dengan
menangkap apa yang dijelaskan. Tuhan-Nya. Sehingga muncul dalam
Pada umumnya pasien yang diri pasien itu untuk berserah diri
menjadi responden menyetujui kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
sebagai responden pada awalnya apapun akan diterimanya.
hanya berupa kesediaan saja karena Oleh karena itulah penggunaan
hal itu dilakukan secara resmi di dalam tehnik komunikasi yang tepat sangat
lingkungan rumah sakit, tetapi setelah berarti bagi keberhasilan dalam
mengikuti prosedur dari penelitian menyampaikan informasi dan
yang dilakukan akan terjadi menurunkan kecemasan pasien
perubahan perilaku ataupun sikap karena selain menggunakan
didalam menanggapi pemberian kemampuan mendengarkan,
informasi.kukan. komunikasi itu terdiri dari percakapan-
Pada saat pasien masuk rumah percakapan yang berkembang
sakit (RS) dan dinyatakan akan sehingga pasien merasa bebas untuk
menjalani operasi, maka setelah berkomunikasi dan merasa dibantu
melalui prosedur pasien baru dari dengan tidak mengabaikan adanya
pihak RS, pasien dilakukan screening. perubahan ekspresi wajah dan
Pelaksanaan perlakuan dilakukan gerakan tubuh pasien untuk
secara individu karena diharapkan menemukan situasi yang berarti pada
dengan cara tersebut informasi yang pasien tersebut (Long, 1996).
diberikan dapat langsung diterima, Dalam penelitian ini selain
direspon atau ditanggapi pada saat menggunakan SOP, juga
itu juga. Apabila ada ketidakjelasan menggunakan media lain yaitu leaflet
pesan atau informasi yang diterima yang diberikan setelah responden
maka pada saat itu juga dapat mendapat perlakuan kemudian diberi
diklarifikasi atau dijelaskan oleh waktu untuk mempelajarinya dan
peneliti. Hal ini selaras dengan tujuan kemudian didiskusikan kembali jika ada
dari penelitian ini bahwa pemberian hal-hal yang belum dimengerti oleh
informasi tentang persiapan operasi pasien, kemudian baru responden
dengan pendekatan komunikasi diminta untuk mengisi post tes yang
terapeutik yang direncanakan secara diberikan. Hal ini sesuai dengan
sadar, mempunyai tujuan, serta pendapat yang disampaikan oleh
kegiatannya dipusatkan untuk Notoatmodjo (2003) yang
kesembuhan pasien mengatakan bahwab media yang
Penggunaan komunikasi paling penting dalam komunikasi
terapeutik sesuai dengan pendapat interpersonal adalah bahasa, baik lisan
ahli yang menyatakan bahwa maupun tulisan dengan alat bantu
komunikasi terapeutik ialah suatu media lain antara lain : dalam bentuk

Jurnal Kebidanan, Vol. IV, No. 01, Juni 2012 47


cetak (leaflet, flip chart, buku, dan lain- Sedangkan penelitian Asda, 2005
lain). Akan tetapi tidak semua pasien yang berjudul Pengaruh Pemberian
tertarik untuk membaca leaflet Informasi Tentang Prosedur Operasi
ataupun brosur. Maka perlu dilakukan Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien
dengan metode yang tepat yaitu Pre Operatif di RS PKU Muhammadiyah
diberikan kemudian dijelaskan atau Yogyakarta didapatkan hasil t = 11,338
didiskusikan dengan pasien. untuk df = 29, dengan taraf signifianct
(Baradero,1998). sebesar 5% yang berarti terdapat
Perubahan tingkat kecemasan perbedaan yang bermakna pada
yang telah diukur pada responden tingkat kecemasan pasien pre operasi
sesudah dilakukan perlakuan yang sebelum dan sesudah diberikan
terlihat pada tabel telah diuji secara informasi tentang prosedur operasi.
statistik menunjukkan hasil adanya Pendapat-pendapat tersebut
penurunan angka tendency central diatas mendukung hasil dari penelitian
sebelum dan sesudah perlakuan yaitu ini, dimana tingkat kecemasan pasien
sebelum perlakuan angka mean 7,36 menurun setelah diberikan informasi
dan sesudah perlakuan angka mean tentang persiapan operasi dengan
menurun menjadi 3,20 yang berarti pendekatan komunikasi terapeutik
ada penurunan sebesar 4,16. dan ada pengaruh yang cukup kuat
Sedangkan simpangan baku sebelum dari perlakuan tersebut terhadap
perlakuan sebesar 3,657 dan sesudah tingkat kecemasan pasien pre operasi
perlakuan sebesar 2,292 dimana ada di Ruang Bougenville RSUD Sleman.
penurunan sebesar 1,365.
Penurunan tingkat kecemasan PENUTUP
pasien pre operasi sesudah diberikan Kesimpulan
informasi ini sesuai dengan teori yang 1. Terjadi penurunan tingkat
dikemukakan oleh Long (1996) bahwa kecemasan dari responden antara
pemahaman terhadap suatu sebelum dan sesudah perlakuan
kerangka berfikir yang jelas akan yaitu tingkat kecemasan berat
menurunkan kecemasan dan sangat dari 2,2% sebelum perlakuan
berguna bagi seseorang untuk menjadi tidak ada, tingkat
menurunkan tingkat kecemasannya kecemasan sedang menurun
sampai kepada kondisi yang ringan 46,7% dari 51,1% menjadi 4,4%.
atau sedang. Sedangkan tingkat kecemasan
Sesuai teori diatas, juga ringan meningkat 35,5% dari 46,7%
mendapat dukungan teori tentang menjadi 82,2% dan sesudah
etiologi kecemasan dari Suliswati, dkk perlakuan menjadi ada yang tidak
(2005) yaitu teori biologi yang cemas sebesar 13,3% (6 orang).
menyatakan bahwa otak memiliki 2. Hasil uji statistik dengan uji
reseptor khusus terhadap Wilcoxon dengan jumlah sampel
benzodiazepin, yang berfungsi 45 orang. Didapatkan data nilai z
membantu regulasi kecemasan. = -5,858 dengan Asymp.Sig. nya
Sementara itu, berdasarkan hasil uji 0,000 disimpulkan bahwa ada
statistik yang dilakukan dengan pengaruh yang kuat dan signifikan
menggunakan uji nonparametrik yaitu mengenai pemberian informasi
uji Wilcoxon dan diperoleh hasil z tentang persiapan operasi
= -5,858 dengan nilai significancy 0,000 dengan pendekatan komunikasi
(p < 0,005) (hasil terlampir), sehingga terapeutik terhadap tingkat
dapat disimpulkan bahwa terdapat kecemasan pasien pre operasi di
perbedaaan tingkat kecemasan yang Ruang Bougenville RSUD Sleman.
bermakna antara sebelum pemberian Saran
informasi dengan sesudah pemberian 1. Institusi pelayanan kesehatan,
informasi tentang persiapan operasi khususnya RSUD Sleman
dengan pendekatan komunikasi a. Perawat dapat
terapeutik. menggunakan pendekatan

Jurnal Kebidanan, Vol. IV, No. 01, Juni 2012 48


komunikasi terapeutik dalam Notoadmodjo, S. (2003). Pendidikan
pemberian informasi dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :
b. Memberikan leaflet tentang PT Rineka Cipta
persiapan pre operasi dan Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi
informasi prosedur oprasi Penelitian Kesehatan. Jakarta :
pada pasien Rineka Cipta
c. Memfasilitasi media Notoatmodjo, S. (2007). Promosi
penunjang promosi kesehatan dan Ilmu Perilaku.
kesehatan, misalnya : leaflet Jakarta :
2. Peneliti selanjutnya Rineka Cipta
Melakukan penelitian serupa Nursalam. (2009). Konsep dan
dengan mengembangkan jenis Penerapan Metodologi
perlakuan yang berbeda dan Penelitian Ilmu Keperawatan. Ed.
pada tahap perioperatif yang lain. 2. Jakarta : Salemba Medika
Riwidikdo, H. (2008). Statistika
DAFTAR PUSTAKA Kesehatan. Yogyakarta : Mitra
Arikunto, S. (2009). Managemen Cendekia Press
Penelitian. Jakarta : PT Rineka Setiawan. (2002). Efek komunikasi
Cipta terapeutik terhadap tingkat
Asda, P. (2005). Pengaruh Pemberian kecemasan pasien pre operasi di
Informasi Tentang Prosedur Rumah Sakit Haji Adam Malik
Operasi Terhadap Tingkat Medan. PSIK FK USU
Kecemasan Pasien Pre Operatif Smeltzer, S.C. dan Bare, B.G. (2001).
di RS PKU Muhammadiyah Buku Ajar Keperawatan Medikal
Yogyakarta. Skripsi. PSIK FK UGM Bedah Brunner & Suddarth . Ed. 8.
Yogyakarta Jakarta : EGC
Baradero, M., Dayrit, M.W., Siswadi, Y., Sugiyono. (2007). Statistika untuk
& Ariani, F. Dan Ester, M. (Eds.). Penelitian. Bandung : CV Alfa
(2008). Keperawatan Perioperatif Beta
: Prinsip dan Praktik. Jakarta : Suliswati, Payapo, T.A., Maruhawa, J.,
EGC Sianturi, Y., Sumijatun. (2005).
Dalami, E., Suliswati, Farida, P., Konsep Dasar Keperawatan
Rochimah, & Banon, E., (2009). kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Asuhan Keperawatan Jiwa Sunyar. (2008). Pengaruh Pemberian
dengan masalah Psikososial, Informasi Prosedur Operasi
Jakarta : Trans Info Media Terhadap Tingkat Kecemasan
Ibrahim, A.S. (2002, 26 Juni). Menyiasati Pasien Pre Operasi di IRNA I RSUP
Gangguan Cemas. Diakses 15 Dr Sardjito Yogyakarta. Skripsi,
September 2011, dari Universitas Gajah Mada
http://www.pdpersi.co.id/ Stuart, G.W. (2006). Buku Saku
Long, B.C. (1996). Perawatan Medical Keperawatan Jiwa. Ed.5. Jakarta
Bedah. Bandung : Yayasan BTPK : EGC
Padjajaran Stuart,G.W dan Sundeen, S.J. (1998).
Buku Saku Keperawatan Jiwa. Ed.3.
Jakarta : EGC

Jurnal Kebidanan, Vol. IV, No. 01, Juni 2012 49

Anda mungkin juga menyukai