Bab 5 3
Bab 5 3
BAB V
PEMBAHASAN
terhadap kualitas hidup dan peak expiratory flow rate pada penyakit paru
diuraikan pada bab IV. Data yang telah diolah peneliti bertujuan untuk mengetahui
kontrol dengan diperkuat oleh hasil penelitian sebelumnya dan teori-teori yang
telah ada. Bab ini juga membahas mengenai keterbatasan penelitian, dan implikasi
keperawatan.
responden didapatkan bahwa ada hubungan tingkat kualitas hidup dan nilai
peak expiratory flow rate dengan usia pada pasien PPOK. Usia responden
akhir yaitu (36-45 tahun) dan kategori usia responden pada kelompok kontrol
sebagian besar pada rentang usia lansia awal (46-55 tahun) yang mengalami
PPOK dengan perubahan kualitas hidup dan nilai peak expiratory flow rate.
Penelitian Jordan et al (2012) menyatakan bahwa perkiraan prevalensi
PPOK bervariasi sesuai dengan definisi penyakit dan lebih ditandai dengan
kardiorespirasi hal ini terjadi karena pada organ paru, jantung dan pembuluh
hidup yang buruk yaitu pada kelompok usia 50-59 tahun dan bertambahnya
usia pasien dapat menurunkan tingkat kualitas hidup. Beberapa faktor yang
al (2017) salah satunya adalah usia. Hal ini sejalan dengan penelitian
semakin bertambahnya usia fungsi paru akan mengalami kemunduran hal ini
Akibat dari kerusakan pada jaringan paru akan menimbulkan obstruksi jalan
organ tubuh terutama pada organ paru-paru, sebagian besar aktifitas fisik
pada usia lanjut mulai berkurang sehingga oksigen yang dibutuhkan relatif
sedikit hal ini menyebabkan kualitas hidup dan nilai peak expiratory flow
banyak menderita PPOK disertai dengan penurunan kualitas hidup dan nilai
peak expiratory flow rate dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan hal
sebagian besar infeksi saluran pernapasan lebih parah pada laki-laki dan
60
mengarah pada kematian. Hal ini sejalan dengan penelitian Fajriawan dkk
penelitian terakhir jumlah perokok laki-laki diatas 10 tahun sekitar 52.9% dan
perbedaan jenis kelamin muncul karena penurunan alami dalam tubuh yang
dimulai lebih awal pada pria (sekitar usia 42 tahun) dibandingkan dengan
Schuur, Cape Town, Afrika Selatan tahun 2016 bahwa mayoritas pasien
Muthmainnah dkk tahun 2015 di Poli Paru RSUD Arifin Achmad Provinsi
Riau dari total 71 orang pasien PPOK di dapatkan yaitu 57 orang (80,28%)
perempuan. Hal inilah yang dianggap sebagai pemicu terjadinya kasus PPOK
pada laki-laki.
Berdasarkan hasil dari data didapatkan sebagian besar responden dalam
bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kualitas hidup
dan peak expiratory flow rate. Menurut Jia et al (2018) pengetahuan yang
Klinik Rawat Jalan Turki pada tahun 2017 menyatakan bahwa yang memiliki
pendidikan sekolah dasar (SD) dari 201 responden ada sebanyak 135 (67,2%)
semakin tinggi tingkat pendidikan dan status keuangan maka semakin baik
pada pasien PPOK. Sehingga pada penelitian ini dengan adanya breathing
berdiskusi untuk mengatasi masalah pasien atau mencegah pasien agar tidak
dapat menyebabkan susunan syaraf pusat dan susunan syaraf simpatis bekerja
menyebabkan keterbatasan aliran udara (Birajdar et al, 2016). Hal ini sejalan
termasuk perubahan resistensi aliran udara, batuk, dan iritasi pada saluran
udara.
Asap rokok yang menumpuk di paru-paru jika terlalu lama terpapar
kualitas hidup dan nilai peak expiratory flow rate pada pasien PPOK.
tingkat kualitas hidup yang hampir seluruhnya buruk dan satu responden baik,
pada pertanyaan perasaan sesak ketika jalan mendaki atau naik tangga
dibandingkan pertanyaan lainnya, sama halnya pre test pada kelompok kontrol
olahraga pada pasien dengan PPOK. Sesak saat aktivitas telah dikaitkan
64
dengan hiperinflasi, karena itu pola pernapasan pasien menjadi cepat dan
2013).
post test. Pada hasil post test kelompok intervensi skor kualitas hidup
mengalami penurunan nilai. Sedangkan pada kelompok kontrol hasil post test
hidup PPOK (CAT) adalah kuesioner pendek dan sederhana untuk menilai dan
memantau pasien penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), skor CAT yang
lebih rendah menandakan status kesehatan yang lebih baik dan konsisten
PPOK. Hal ini karena PPOK menyebabkan penyempitan saluran napas dan
saluran napas yang menimbulkan gejala sesak pada pasien PPOK sehingga
sehari-hari.
65
5.3 Identifikasi Peak Expiratory Flow Rate Pasien PPOK Sebelum dan
intervensi menunjukkan nilai yang lebih baik daripada kelompok kontrol. Hal
ini juga didukung dengan data demografi bahwa usia kelompok intervensi
merokok.
Hasil penelitian Firdausi (2014) menunjukkan bahwa faktor resiko
50 tahun akan mengalami penurunan daya tahan sistem kardiorespirasi hal ini
terjadi karena pada organ paru, jantung dan pembuluh darah mulai menurun
hidup yang buruk yaitu pada kelompok usia 50-59 tahun dan bertambahnya
usia pasien dapat menurunkan tingkat kualitas hidup. Beberapa faktor yang
empat minggu dan dilakukan post test pada minggu ke empat terjadi
PEFR.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Jones et al dalam Seo et al
volume tidal pada pasien penyakit paru obstruktif kronik, dan latihan
terjadi pada kelompok intervensi, yaitu dengan nilai post test PEFR lebih baik
kualitas hidup yang menurun pada responden seperti batuk berdahak yang
67
terus menerus, sesak dan terlihat seperti sangat kelelahan. Penurunan kualitas
hidup yang dialami didominasi oleh perasaan sesak yang dialami responden.
dilakukan oleh Elfa (2017) juga menyebutkan hal yang sama bahwa adanya
pursed lip breathing dapat meningkatkan kualitas hidup pada pasien PPOK,
Proses latihan napas terdiri dari pernapasan diafragma dan pursed lip
udara yang berdampak pada pola pernapasan, keadaan ini dapat disebabkan
pola napas responden ditunjukkan dengan sesak yang berkurang dan melatih
nilai mean PEFR terjadi pada kelompok intervensi, yaitu dengan nilai post
test PEFR lebih baik daripada kelompok kontrol. Berdasarkan hasil analisis
Penelitian ini sependapat dengan hasil penelitian Grigin & Lis (2015)
mampu menurunkan sesak pada pasien. Selain itu sejalan dengan penelitian
Paksa), FVC (Kapasitas Vital Paksa), rasio FEV1 / FVC, dan PEFR (Peak
peak expiratory flow rate pada kelompok intervensi karena adanya breathing
dan pursed lip breathing bagi pasien PPOK yang dilaksanakan dengan
keyakinan pasien bahwa terapi yang diajarkan bisa mengatasi masalah pasien
atau mencegah pasien jatuh pada keadaan yang lebih buruk, karena latihan
paru sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien PPOK. Penelitian ini