Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI, BALITA, dan APS

MILIARIESIS, OBSTIPASI, dan SINDROM KEMATIAN MENDADAK

Dosen Pengampu : Rusmilawaty, SKM., M.PH

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Nurul Magfirah P07124118227 Siti Russiana P07124118243
Rahmawati P07124118229 Sri Wahyu Achiry P07124118245
Resma Arianti P07124118231 Suli Tianingsih P07124118247
Riska Aulia P07124118233 Vera Cindy Andani P07124118253
Rizka Aulia P07124118235 Wahidatul Noor Laila P07124118255
Roinda Khoirotun Najah P07124118237 Yeni Muryani P07124118256
Sheila Yunia Anggini P07124118239 Devi Yulianti P07124117136

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN DIII KEBIDANAN
SEMESTER IIIA 2019
ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI, BALITA, dan APS
MILIARIESIS

Dosen Pengampu : Rusmilawaty, SKM., M.PH

Disusun Oleh :
Kelompok 3

Nurul Magfirah P07124118227 Siti Russiana P07124118243


Rahmawati P07124118229 Sri Wahyu Achiry P07124118245
Resma Arianti P07124118231 Suli Tianingsih P07124118247
Riska Aulia P07124118233 Vera Cindy Andani P07124118253
Rizka Aulia P07124118235 Wahidatul Noor Laila P07124118255
Roinda Khoirotun Najah P07124118237 Yeni Muryani P07124118256
Sheila Yunia Anggini P07124118239 Devi Yulianti P07124117136

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN DIII KEBIDANAN
SEMESTER IIIA 2019
KONSEP DASAR
1. Milliariasis (Biang Keringat)
a. Pengertian
Milliariasis ialah dermatosis yang disebabkan oleh retensi
keringat, yaitu akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat.
Milliariasis, disebut juga Sudamina, liken tropikus, biang keringat,
keringat buntet (Rukiyah dan Yulianti, 2012).
Milliariasis merupakan kelainan kulit yang disebabkan
produksi keringat yang berlebihan, disertai sumbatan pada saluran
kelenjar keringat. Biasanya anggota badan yang diserang adalah
dahi, leher, kepala, dada, punggung, atau tempat-tempat tertutup
yang mengalami gesekan dengan pakaian. Keluhan yang timbul
berupa rasa gatal seperti ditusuk-tusuk, kulit kemerahan dan disertai
gelembung-gelembung kecil berisi cairan jernih seperti Kristal
bening berukuran 1-2 mm (Marmi dan Rahardjo, 2015).
Milliaria (disebut juga dengan biang keringat atau keringat
buntet) adalah ruam kulit yang menyebabkan gatal karena
tersumbatnya kelenjar keringat (Mumpuni, 2016).

b. Etiologi
Menurut Dewi (2013), penyebab terjadinya miliariasis ini
adalah udara yang panas dan lembab serta adanya infeksi bakteri
staphylococcus.
Menurut Mumpuni (2016), penyebab terjadinya milliaria
adalah sebagai berikut.
1) Ventilasi udara kurang baik sehingga udara di dalam ruangan
menjadi panas dan lembap.
2) Bayi terkena panas atau demam.
3) Bayi terlalu banyak beraktivitas sehingga banyak mengeluarkan
keringat.
4) Pakaian yang memberi pengaruh gesekan yang kasar pada kulit.
5) Pakaian yang terlalu lembab dan ketat.

c. Patofisiologi

Patofisiologi terjadinya Milliariasis diawali dengan


tersumbatnya pori-pori kelenjar keringat, sehingga pengeluaran
keringat tertahan. Tertahannya pengeluaran keringat ini ditandai
dengan adanya vesikel miliar di muara kelenjar keringat lalu disusul
dengan timbulnya radang dan oedema akibat perspirasi yang tidak
dapat keluar yang kemudian diabsorpsi oleh stratum korneum.
Milliariasis sering terjadi pada bayi premature karena proses
diferensiasi sel epidermal dan apendiks yang belum sempurna. Kasus
Milliariasis terjadi pada 40 – 50% bayi baru lahir. Muncul pada usia
2 – 3 bulan pertama dan akan menghilang dengan sendirinya pada
3 – 4 minggu kemudian. Terkadang kasus ini menetap untuk
beberapa lama dan dapat menyebar ke daerah sekitarnya
(Dewi, 2013).

d. Klasifikasi
Menurut Mumpuni (2016), berdasarkan kedalaman
sumbatannya, milliaria dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1) Milliaria kristalina
Sumbatan yang terjadi di permukaan lapisan jangat atau
lapisan tanduk sehingga lokasinya dangkal sekali. Milliaria tipe
ini paling umum dan sering terjadi. Gejalanya adalah pada kulit
tubuh bayi yang sering keringatan akan tampak mengelupas,
kering, dan kesat. Gejala ini biasanya dipicu oleh panasnya
udara. Selain itu, muncul bintik-bintik berisi air kecil-kecil yang
mudah pecah karena lokasinya yang masih dangkal sekali.

Gambar 2.1 Gamabar milliaria kristalina


2) Milliaria rubra
Milliaria dengan lokasi sumbatan di bagian lapisan
jangat yang lebih dalam. Gejalanya adalah kulit menjadi
beruntusan merah, gatal, dan perih. Anak menjadi mudah rewel
dan pola tidurnya terganggu. Jika hal ini terjadi pada bayi, maka
dirinya akan tampak gelisah.

Gambar 2.2 Gambar milliaria rubra


3) Milliaria profunda
Sumbatan yang terjadi di lapisan subkutan yang letaknya
di bawah lapisan jangat. Jadi, sumbatannya lebih dalam
dibanding tipe rubra. Gejalanya adalah timbul bintik-bintik putih
pada kulit dan bila diraba akan terasa agak keras. Bintil-bintil ini
sekilas mirip jerawat batu.

Gambar 2.3 Gambar milliaria profunda


4) Milliaria pustulosa
Milliaria pustulosa selalu didahului dengan dermatitis
lainnya yang dihasilkan oleh suatu luka, kerusakan atau
sumbatan saluran keringat. Pustulanya jelas, superficial, dan
terlepas dari folikel rambut. Pustule yang gatal, paling sering
pada daerah intertriginosa, pada permukaan flekso ekstremitas,
pada skrotum, atau pada bagian belakang pasien yang terbaring
di tempat tidur (Soebakti dan Hoetomo, 2012).

Gambar 2.4 Gambar milliaria pustulosa


e. Pencegahan
Menurut Mumpuni (2016), Milliaria (biang keringat) dapat
tidak dialami bayi asalkan orang tua rajin menghindari penghalang
penguapan keringat yang menutupi pori-pori bayi dengan cara
sebagai berikut:
1) Jika cuaca panas, gunakan pakaian yang menyerap keringat,
lembut, dan ringan seperti kain katun.
2) Hindari pakaian ketat yang dapat menyebabkan iritasi kulit.
3) Hindari menggunakan krim atau minyak karena dapat
menghalangi keringat yang akan keluar melalui pori-pori.
4) Usahakan untuk tetap mandi secara teratur 2 kali sehari
menggunakan air dingin dan sabun cair karena sabun cair tidak
akan meninggalkan partikel yang dapat menghambat
penyembuhan.
5) Bila berkeringat, segera basuh dengan handuk basah, lalu
keringkan dengan kain yang lembut baru diberi bedak.
6) Jangan berikan bedak tanpa membasuh kulit anak yang
berkeringat karena hal ini akan memperparah penyumbatan dan
dapat menyebabkan infeksi baik oleh bakteri maupun jamur.
7) Hindari menggunakan pakaian tebal seperti nilon dan kain wol.
f. Penatalaksanaan
Menurut Dewi (2013), asuhan/pelaksanaan dari Milliariasis
yang umum diberikan adalah sebagai berikut:
1) Prinsip asuhan adalah mengurangi penyumbatan keringat dan
menghilangkan sumbatan yang sudah timbul.
2) Jaga kebersihan tubuh bayi.
3) Upayakan untuk menciptakan lingkungan dengan kelembapan
yang cukup serta suhu yang sejuk dan kering, misalnya pasien
tinggal di daerah yang sejuk dan kering.
4) Gunakan pakaian yang menyerap keringat dan tidak terlalu
sempit.
5) Segera ganti pakaian yang basah dan kotor.
6) Pada milliaria rubra dapat diberikan bedak salisil 2% dengan
menambahkan mentol 0,5 – 2% yang bersifat mendinginkan
ruam.
Menurut Marmi dan Rahardjo (2015), adapun
penanggulangan dari Milliariasis adalah sebagai berikut:
1) Pada prinsipnya, tak perlu pengobatan khusus. Cukup dengan
merawat kulit bayi secara benar dan bersih.
2) Bila biang keringat berupa gelembung kecil tanpa kemerahan
pada kulit, kering, dan tanpa keluhan, bayi cukup diberi bedak
tabor atau bedak kocok segera setelah mandi.
3) Jika biang keringat menjadi luka yang basah, jangan dibedaki
karena akan timbul gumpalan-gumpalan yang memperparah
sumbatan keringat dan menjadi sarang kuman yang dapat
menyebabkan infeksi.
4) Untuk keluhan yang parah, gatal, pedih, luka atau lecet, rewel
dan sulit tidur, segera bawa ke dokter.
5) Bila timbul bisul, jangan dipijit karena kuman akan menyebar
dan meluas ke permukaan kulit lainnya.

g. Komplikasi
Menurut Manggiasih dan Jaya (2016), adapun komplikasi
dari Milliariasis adalah terjadi infeksi sekunder yang meliputi :
1) Impetigo
Impetigo adalah suatu penyakit menular. Impetigo adalah i
nfeksi kulit yang menyebabkan terbentuknya lepuhan-lepuhan
kecil berisi nanah (pustula). Impetigo paling sering menyerang
anak-anak, terutama yang kebersihan badannya kurang dan bisa
muncul di bagian tubuh manapun, tetapi paling sering ditemukan
di wajah, lengan dan tungkai.

2) Folikulitis
Folikulitis adalah peradangan yang hanya terjadi pada umbi akar rambut saja.
Berdasarkan letak munculnya, bisul jenis ini dapat dibedakan menjadi 2, yaitu
superficial atau hanya di permukaan saja dan yang letaknya lebih dalam lagi
disebut profunda.

TINJAUAN KASUS
Tanggal : 20 Mei 2017
Pukul :14.00 WIB

IDENTITAS

1. IDENTITAS ANAK

Nama Anak : By. E

Umur : 5 bulan

Tanggal Lahir : 18 Desember 2016

Anak ke- : 3 (Tiga)

Jenis Kelamin : Laki – laki

IDENTITAS IBU IDENTITAS AYAH

Nama : Ny. E Nama : Tn. E

Umur : 36 th Umur : 39 th

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMK Pendidikan : Diploma

Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Pronggahan Rt 02/Rw 07, Baturan,

Colomadu, Karanganyar.
PROLOG
Pada tanggal 20 Mei 2017 pukul: 14.00 WITA Ny.E datang ke BPM Bidan M, Ibu
mengatakan sudah 2 hari ini bayinya rewel dan pada daerah dahi tampak gelembung –
gelembung berisi cairan jernih serta pada daerah lipatan lutut sebelah kiri tampak
kemerahan.

DATA SUBJEKTIF
Alasan datang / keluhan utama: Ibu mengatakan sudah 2 hari ini bayinya rewel dan
pada daerah dahi tampak gelembung – gelembung berisi cairan jernih serta pada
daerah lipatan lutut sebelah kiri tampak kemerahan.
1. Riwayat Kesehatan

1. Imunisasi

1) BCG : Tanggal 10 Maret 2017

2) DPT 1 : Tanggal 10 April 2017

3) DPT 2 : Belum

4) DPT 3 : Belum

5) Polio 1 : Tanggal 10 Maret 2017

6) Polio 2 : Tanggal 10 April 2017

7) Polio 3 : Belum

8) Polio 4 : Belum

9) Hepatitis HB 0 : Tanggal 18 Desember 2016

10) Campak : Belum

11) Imunisasi lain : Tidak ada

2. Riwayat Penyakit yang lalu: Ibu mengatakan anaknya tidak pernah sakit berat,
operasi dan tidak pernah cidera.
3. Riwayat Penyakit sekarang: Ibu mengatakan anaknya tampak gelisah, ada
bintik–bintik berisi air pada daerah dahi dan kemerahan pada lipatan lutut
sebelah kiri.
4. Riwayat Penyakit keluarga: Ibu mengatakan dari keluarganya maupun dari
keluarga suaminya tidak ada yang menderita penyakit menular ( TBC, hepatitis )
ataupun penyakit menurun ( hipertensi, asma, DM ).

2. Riwayat Sosial

1. Yang mengasuh: Ibu mengatakan mengasuh anaknya bersama suaminya.


2. Hubungan dengan anggota keluarga: Ibu mengatakan hubungan dengan
anggota keluarga baik/harmonis.
3. Hubungan dengan teman sebaya: Ibu mengatakan hubungan dengan teman
sebayanya baik.
4. Lingkungan rumah: Ibu mengatakan lingkungan rumahnya aman, bersih
dan nyaman.

3. Pola Kebiasaan Sehari-hari (Sebelum sakit dan selama sakit)

1. Nutrisi

Sebelum sakit

Nutrisi yang diberikan: ibu mengatakan bayinya diberikan ASI saja dengan
frekuensi ± 12x/hari.
Selama sakit

Nutrisi yang diberikan: ibu mengatakan bayinya menyusu ASI saja telah
berkurang dengan frekuensi ± 8x/hari.
2. Istirahat / Tidur Sebelum sakit
1) Tidur siang : Ibu mengatakan ± 6 jam

2) Tidur malam : Ibu mengatakan ± 10 jam Selama sakit


1) Tidur siang : Ibu mengatakan ± 4 jam

2) Tidur malam : Ibu mengatakan ± 8 jam

3. Personal Hygiene Sebelum sakit


Ibu mengatakan bayinya mandi 2x/hari (air hangat), keramas setiap sore hari,
ganti pakaian 2x/hari dan ganti popok saat bayinya ngompol, setelah BAB/BAK
dibersihkan menggunakan tissue basah serta menggunakan pampers saat
bepergian saja.
Selama sakit

Ibu mengatakan bayinya mandi 2x/hari (air hangat), ganti pakaian dan popok
saat kotor/basah, setelah BAB/BAK dibersihkan menggunakan tissue basah
serta menggunakan pempers saat bepergian saja.

4. Aktifitas

Sebelum sakit

Ibu mengatakan bayinya sudah bisa tengkurap, dan mengoceh.


Selama sakit
Ibu mengatakan bayinya rewel dan hanya di gendong terus.

5. Eliminasi Sebelum sakit


1) BAK :Ibu mengatakan bayinya BAK ± 5-6 kali sehari,
konsistensi warna kuning jernih, bau khas urine.
2) BAB : Ibu mengatakan bayinya BAB 2 kali

sehari, konsistensi warna kuning, bau khas feses, dan tidak lembek.
Selama sakit

1) BAK : Ibu mengatakan bayinya BAK ± 4-5 kali sehari,


konsistensi warna kuning jernih, bau khas urine.
BAB : Ibu mengatakan bayinya BAB ± 2 kali sehari,
konsistensi warna kuning bau khas feses, dan tidak lembek.

DATA OBYEKTIF
Status Generalis
1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV : Nadi : 112 x/ menit


: Respirasi : 40 x/ menit

: Suhu : 36,70C

4. BB / TB : 7500 gram / 54 cm

5. LK / LD : 43 cm / 40 cm

6. LLA : 11 cm

Pemeriksaan Sistematis

1. Kepala : Ubun – ubun berdenyut, kepala bersih,

rambut tidak mudah rontok

2. Muka : Bersih, ada gelembung – gelembung kecil

berisi cairan jernih pada daerah dahi dan tidak pucat


3. Mata : Konjungtiva merah muda dan sklera putih

4. Telinga : Bersih, simetris dan tidak ada serumen

5. Hidung : Bersih, simetris dan tidak ada secret

6. Mulut : Bibir tidak pucat, tidak ada labioskisis, dan

labiopalatoskisis, tidak stomatitis


7. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

8. Dada : Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding

dada

9. Perut : Tidak ada bising usus dan nyeri tekan

10.Kulit : Turgor kulit baik, tampak gelembung-


gelembung kecil berisi cairan jernih pada daerah dahi dan
kemerahan pada daerah lipatan lutut sebelah kiri.

11.Ekstremitas : Atas: Dapat bergerak bebas, jari tangan


bawah : dapat bergerak bebas, jari kaki lengkap dan pada
lipatan lutut sebelah kiri berwarna kemerahan.

12.Genetalia : Bersih, testis sudah turun ke skrotum dan berlubang


Pemeriksaan tingkat perkembangan :

1. Motorik kasar : dada terangkat menumpu 1 lengan,


membalik, dan bangkit kepala tegak.
2. Bahasa : tertawa, berteriak, dan menoleh ke bunyi icik-icik,
menoleh kearah suara.
3. Motorik halus : tangan bersentuhan, mengikuti 1800,
mengamati manik-manik, dan meraih.
4. Personal sosial : tersenyum spontan, mengamati tangannya, dan berusaha
mencapai mainan.
Pemeriksaan penunjang : tidak dilakukan
3. ANALISA
Bayi mengalami Milliariasis

4. PELAKSANAAN

a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa bayinya sedang mengalami


Milliariasis atau keringat buntet, yaitu gelembung – gelembung kecil yang berisi
cairan jernih pada daerah dahi dan kemerahan pada lipatan lutut sebelah kiri
disebabkan oleh tertahannya pengeluaran keringat.
b. Menginformasikan pada ibu untuk segera mengganti pakaian bayinya jika basah
/ kotor dan gunakan pakaian yang menyerap keringat, lembut, ringan seperti
katun, dan hindari pakaian yang terlalu ketat/sempit.
c. Menganjurkan ibu untuk tetap memandikan bayinya secara teratur 2 kali sehari
pada pagi dan sore hari menggunakan air hangat dan Giovan (sabun cair) karena
sabun cair tidak akan meninggalkan partikel yang dapat menghambat
penyembuhan kemudian berikan Caladine (bedak cair) setelah mandi pada
daerah dahi yang tampak gelembung – gelembung kecil berisi air dan pada
daerah lipatan lutut sebelah kiri yang tampak kemerahan. Dianjurkan untuk
tidak diberi bedak tabur karena akan menyumbat pori – pori kulit.
d. Memberitahu ibu apabila bayi berkeringat untuk segera membasuh
menggunakan handuk basah kemudian dikeringkan dengan kain yang lembut
dan bersih lalu baru diberi Caladine.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, V. N. L. 2013. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita.
Jakarta: Salemba Medika.
Marmi, Rahardjo. K. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Maryunani, A. 2016. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita & Anak Pra-
sekolah.Bogor: In Media.
Mumpuni, Y. Romiyanti. 2016. 45 Penyakit Yang Sering
Hinggap Pada Anak.Yogyakarta: Rapha Publishing.
Muslihatun, dkk. 2009. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta:
Fitramaya. Muslihatun, W. N. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan
Balita. Yogyakarta:Fitramaya
ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI, BALITA, dan APS
OBSTIPASI

Dosen Pengampu : Rusmilawaty, SKM., M.PH

Disusun Oleh :
Kelompok 3

Nurul Magfirah P07124118227 Siti Russiana P07124118243


Rahmawati P07124118229 Sri Wahyu Achiry P07124118245
Resma Arianti P07124118231 Suli Tianingsih P07124118247
Riska Aulia P07124118233 Vera Cindy Andani P07124118253
Rizka Aulia P07124118235 Wahidatul Noor Laila P07124118255
Roinda Khoirotun Najah P07124118237 Yeni Muryani P07124118256
Sheila Yunia Anggini P07124118239 Devi Yulianti P07124117136

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN DIII KEBIDANAN
SEMESTER IIIA 2019
KONSEP DASAR
A. Definisi Obstipasi
Obstipasi adalah penimbunan feses yang keras akibat adanya
penyakit atau adanya obstruksi pada saluran cerna. Bisa juga didefinisikan
sebagai tidak adanya pengeluaran feses selama 3 hari atau lebih.
Lebih dari 90% bayi baru lahir akan mengeluarkan mekonium dalam
24 jam pertama, sedangkan sisanya akan mengeluarkan mekonium dalam
36 jam pertama kelahiran. Jika hal ini tidak terjadi, maka harus difikirkan
adanya obstipasi. Akan tetapi harus diingat bahwa ketidakteraturan
defekasi bukanlah suatu obstipasi karena pada bayi yang menusu dapat
terjadi keadaan tanpa defekasi selama 5-7 hari dan tidak menunjukkan
adanya gangguan karena feses akan dikeluarkan dalam jumlah yang
banyak sewaktu defeksai. Hal ini masih dikatakan normal, dengan
bertambahnya usia dan variasi dalam dietnya akan menyebabkan defekasi
menjadi lebih jarang dan fesesnya lebih keras.

B. Etiologi Obstipasi
Obstipasi pada anak dapat disebabkan oleh hal-hal berikut :
1. Kebiasaan makan
Obstipasi dapat timbul bila feses terlalu kecil untuk
membangkitkan keinginan untuk buajng air besar. Keadaan ini terjadi
akibat kelaparan, dehidrasi dan mengkonsumsi makanan yang
mengandung selulosa.

2. Hipotiroidisme
Obstipasi merupakan grejala dari dua keadaan, yaitu kreatinisme
dan myodem yang menyebabkan tidak cukupnya eksresi hormon tiroid
sehingga semua proses metabolisme berkurang.

3. Keadaan-keadaan mental
Faktor kejiwaan memegang peran penting terhadap terjadinya
obstipasi, terutama depresi berat yang tidak memperdulikan
keinginannya untuk buang air besar. Biasanya terjadi pada anak usia
1-2 tahun. Jika pada anak usia 1-2 tahun pernah mengalami buang air
besar yang keras dan terasa nyeri, maka mereka cenderung tidak mau
buang air besar untuk beberapa hari, bahkan beberapa minggu sampai
beberapa bulan sesudahnya karena takut kembali mengalami nyeri.
Dengantertahannya feses dalam beberapa hari/minggu/ bulan, maka
akan mengakibatkan kotoran menjadi keras dan lebih terasa nyeri,
sehingga anak menjadi semakin malas buang air besar. Kondisi anak
dengan keterbelakangan mental juga merupakan penyebab terjadinya
obstipasi karena anak sulit dilatih untuk buang air besar.

4. Penyakit organik
Obstipasi bisa terjadi dengan berganti-ganti dengan diare pada
kasus krasinoma kolon dan dipertikulitis. Obstipasi ini terjadi bila
terasa nyeri saat buang air besar dan sengaja dihindari seperti pada
fistula ani atau wasir yang mengalami thrombosis.

5. Kelainan kongenital
Adanya penyakit seperti atresia, stenosis, megakolon,
aganglionik, congenital ( penyakit hiris chsprum ), obstruksi, bolus
usus ileus mekonium, atau sumbatan mekonium. Hal ini dicurigai
terjadi pada neonatus yang tidak mengeluarkan mekonium dalam 36
jam pertama.

6. Penyebab lain
Penyebab lain adalah diet yang salah, tidak mengonsumsi
makanan yang mengandung serat selulosa sehingga bisa mendorong
terjadinya peristaltik atau pada anak setelah sakit atau sedang sakit,
ketika anak masih kekurangan cairan.

C. Tanda dan Gejala Obstipasi


1. Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam
pertama, pada bayi jika tidak mengeluarkan feses selama 3 hari atau
lebih.
2. Sakit dan kejang pada perut
3. Pada pemeriksaan rektal jari akan merasa jepitan udara dan mekonium
yang menyemprot.
4. Feses besar dan tidak dapat digerakan dalam rektum
5. Bising usus yang janggal
6. Merasa tidak enak badan, anoreksia dan sakit kepala.
7. Terdapat luka pada anus

D. Patofisiologi dan Patogenesis Obstipasi


Pada keadaan normal sebagian besar rectum dalam keadaan kosong
kecuali bila adanjya reflek defekasi. Dengan adanya stimulus pada arkus
aferen tersebut akan menyebabklan kontraksi otot dinding abdomen
sehingga terjkadilah defekasi.
Mekanisme usus yang normal terdiri dari 3 faktor yaiotu sebagai berikut :
1. Asupan cairan yan adekuat
2. Kegiatan fisik dan mental
3. Jumlah asupan makanan berserat

Dalam keadaan normal, ketika bahan makanan yang akan dicerna


memasuki kolon, air dan elektrolit diabsorbsi melewati membran
penyerapan. Penyerapan tersebut berakibat pada perubahan bentuk feses,
dari bentuk cair menjadi bahan yang berbentuk lunak. Ketika feses
melewati rektum, feses menekan dinding rectum dan merangsang untuk
defekasi. Apabila anak tidak mengkonsumsi cairan secara adekuat, produk
dari pencernaan lebih kering dan padat, serta tidak dapat dengan segera
digerakkan oleh gerakkan peristaltik menuju rektum, sehingga penyerapan
terjadi terus menerus dan feses menjadi semakin kering, pada dan susah
dikeluarkan serta menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit ini dapat
menyebabkan anak malas atau tidak mau buang air besar dan akan
menyebabkan kemungkinan berkembangnyaa luka. Proses ini dapa terjadi
bilaanak kurang beraktifitas, menurunnnya peristaltik usus, dan lain-lain.
Hal tersebut menyebabkan sisa metabolisme berjalan lambat yang
kemungkinan akan terjadi penyerapan air yang berlebihan.
Bahan makanan berserat sangat dibutuhkan untuk merangsang
peristaltik usus dan pergerakan normal dalam metabolisme saluran
pencernaan menuju ke saluran yang lebigh besar. Sumbatan pada usus
dapat juga menyebabkan obstipasi.

E. Jenis-Jenis Obstipasi

1. Obstipasi akut
Yaitu rektum tetaap mempertahankan tonusnya dan defekasi
timbul secara mudah dengan stimulasi slaksatif, suporitoria atau
enema.

2. Obstipasi kronik
Yaitu rektum tidak kosong dan dindingnya mengalami peregangan
berlebih secara kronik, sehingga tambahan feses yang datang mencapai
tempat ini tidak menyebabkan rektum meregang lebih lanjt. Reseptor
sensorik tidak memberikan respon pada dinding rektum lebihh lanjut,
flaksid dan tidak mampu untk berkontraksi secara efektif.

3. Obstipasi total
Memiliki ciri khas tidak keluarnya feses atau flatus dan pada
pemeriksaan colok dubur didapat rektum yang kosong, kecuali jika
obstruksi terdapat pada rektum

4. Obstipasi parsial
Memiliki ciri pasien tidak dapat buang air besar selama beberapa
hari, tetapi kemudian dapat mengeluarkan feses didertai gas. Keadaan
obstruksi parsial kurang darurat darii pada obstruksi total.
ASUHAN KEBIDANAN OBSTIPASI

A. Pengkajian Data dan Penegakan Diagnosa


Obstipasi dapat di diagnosa melalui cara :
1. Anamnesa
Anamnesa juga digunakan untuk riwayat penyakit difokuskan
pada gangguan untuk mengeluarkan baik feses maupun gas. Perlu
untuk menentukan apakah termasuk obstruksi total natau pertial.
Anamnesis ditunjukkana untuk menggali lebih dalam riwayat penyakit
terdahulu yang mungkin dapat menstimulasi terjadinya obstipasi.
Dicari juga apakah ada kelainan usus sebelumnya, nyeripadaperut dan
masalah sistemil lain yang penting, sebagai contoh riwayat adanya
penurunan berat badan yang kronis dan feses yang bercampur darah
kemungkinan akibat obstruksi neoplasma.

2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan abdomen standar seperti infeksi, auskultasi,
perekusi, dan palapasi untuk melihat apakah ada massa abdomen nyeri
abdomen dan adanya distensi kolon. Obstruksi usus pada fase lanjut
tidak terdengar bising usus. Pemeriksaan region femoral dan inguinal
untuk melihat apakah ada hernia atau tidak.
Obstruksi kolon bisa terjadi akibat hernia inguinal kolo signoid.
Pemeriksaan rektal tissae ( colok dubur ) untuk mengidentifikasi
kelainan rektum yang mungkin menyebabkan obtruksi dan
memberikan gambaran tentang isi rektum.

3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada bayi yang
menderita obstipasi adalah : pemeriksaan Hemoglobin, pemeriksaan
urine dan pemeriksaan penunjang lain yanng dianggap perlu.

4. Pencitraan
Pencitraan dengan CT Scan, USG, X rays dengan atau tanpa bahan
kontras. Pencitraan untuk melihat apakah ada dilatasi kolon. Dilatasi
kolon tanpa udara emnandakan obstruksi total dan dilatasi kolon
dengan terdapat udara menandakan partial obstruksi parsial. Pencitraan
ini dapat digunakan untuk menentukan letak obstruksi dan penyebab
obstruksi.

5. Pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan elektrolit darah
(mengetahui dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit), hematokrit
(apakah ada anemia yang dihubungkan dengan perdarahan usus
misalnya akibat neoplasma), hitung leukosit (mengetahui infeksi
usus). Endoskopi untuk melihat bagian dalam kolon dan menentukan
sebab obstipasi.
Adapun komplikasi yang terjadi pad penderita obstipasi adalah
sebagai berikut :
1. Perdarahan
2. Ulserasi
3. Obsttruksi parsial
4. Diare intermiten
5. Distensi kolon akan mehilang jika ada sensasi peregangan rektum
yang mengawalil proses defekasi

B. Manajemen Terapi dan Penatalaksanaan Obstipasi


1. Manajemen Terapi
Berikut ini adalah penilaian yang perlu dilakukan pada saat
melakukan manajemen kebidanan :
a. Penilaian asupan makanan dan cairan
b. Penilaian dari kebiasaan usus ( kebiasaan pola makan )
c. Penilaian penampakan stress emosional pada anak yang dapat
mempengaruhi pola defekais anak.

2. Penatalaksanaan
a. Mencari penyebab obstipasi
b. Menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan
memperhatikakn gizi, tambahan cairan dan kondisi psikis.
c. Pengosongan rektum dilakukan jika tidak ada kemajuan setelah
dianjurkan untuk menegalkkan kembalikebiasaan defekasi
pengosongan rektum bisa diulakukan dengan didimpaksi digital,
enema minyak zaitun dan laktasif.
ASUHAN KEBIDANAN DENGAN OBSTIPASI PADA BAYI NY. N
UMUR 5 HARI DI PMB BIDAN E

I. PENGKAJIAN
Tanggal : 31 Mei 2017
Jam : 08.00 WITA
Tempat : PMB Bidan E

IDENTITAS
a. Bayi
Nama : By. Ny N
Umur : 5 hari
Tanggal lahir : 26 mei 2017
Jam lahir : 20.00 WITA
Jenis kelamin : Perempuan

b. Orang Tua
Ibu Ayah
Nama : Ny. N Nama : Tn. S
Umur : 21 Tahun Umur : 28 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan: SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Bobotsari Alamat :Bobotsari

PROLOG
Pada tanggal 31 Mei 2017 Pukul 08.00 WITA Ny.N datang ke PMB Bidan
E Bersama suami dan Bayi nya. Ny.N mengeluhkan bayi nya belum BAB.

SUBJEKTIF
Keluhan
Ibu mengatakan bayinya belum BAB.

Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan ibu
a. Riwayat kesehatan ibu yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit seperti :
1) Penyakit menular : TBC, Hepatitis, HIV/AIDS , GO, Sipilis
2) Penyakit menerus : Asma , Diabetes Melitus

b. Riwayat kesehatan ibu sekarang


Ibu mengatakan tidak sedang menderita :
1) Penyakit menular : TBC, Hepatitis, HIV/AIDS , GO, Sipilis
2) Penyakit menerus : Asma, Diabetes Melitus
3) Penyakit menahun : Hipertensi, jantung

c. Riwayat penyakit keluarga


Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita :
1) Penyakit menular : TBC, Hepatitis, HIV/AIDS, GO, Sipilis
2) Penyakit menerus : Asma , Diabetes Melitus
3) Penyakit menahun : Hipertensi, jantung

2. Riwayat kesehatan bayi


Bayi lahir spontan tanggal 26 mei 2017 jam 20.00 WITA. Jenis
kelamin perempuan dengan berat badan 3.300 gram dan bayi sudah
dikasih makan pisang, bayi sudah 1x buang air besar satu hari post
partum, terus bayi sampai sekarang belum BAB lagi.

3. Riwayat obstetri
a. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu : Tidak ada
b. Riwayat Kehamilan sekarang
HPHT 19 agustus 2016
1) Trimester I
a) Frekuensi ANC 2x di PMB bidan E
b) PP test (+) diperiksa sendiri tanggal 10 september 2016
c) Keluhan/masalah : Mual dan muntah
d) Obat/suplementasi : Vitamin C, Fe, B6
e) Imunisasi TT : Tidak ada
f) Nasehat/ penkes yang didapat: Istirahat cukup
g) Obat yang diminum : Tidak ada

2) Trimester II
a) Frekuensi ANC 1x di Bidan
b) Gerakan janin pertama kali dirasakan pada saat kehamilan 5
bulan
c) Gerakan janin sehari kurang lebih 9x dalam 12 jam
d) Keluhan/ masalah: Tidak ada
e) Obat/suplementasi : Vitamin C, Fe, Kalsium
f) Imunisasi TT : Tidak ada
g) Nasehat/penkes yang didapat : Gizi yang baik bagi ibu
hamil

3) Trimester III
a) Frekuensi ANC 2x di Bidan
b) Keluhan/masalah : Tidak ada
c) Obat/suplementasi : Vitamin C, Fe
d) Imunisasi TT : Tidak ada
e) Nasehat/penkes yang didapat : Persiapan persalinan, tanda-
tanda persalinan
c. Riwayat persalinan sekarang
Mula-mula ibu merasakan kencang kencang tanggal 26 mei
2017 jaam 06.00 WITA. Frekuensi 3x dalam 10menit, sifat kuat
dan teratur. Mengeluarkan cairan berupa lendir darah 26 mei 2017
jam 19.30 WITA, warna jernih bercampur darah, bau khas, jumlah
sedikit.
Datang ke bidan E 26 mei 2017 jam 07.00 WITA. Hasil
pemeriksaan TD : 120/80 mmHg, HB 11 gr% . Pemeriksaan
dalam : Vulva dan uretra tidak oedem, porsio tipis, pembukaan 3
cm, selaput ketuban (+), preskep.

Tindakan yang dilakukan


1) Observasi kemajuan persalinan
Persalinan tanggal : 26 mei 2017 jam 20.00 wita
Penolong persalinan : Bidan E
Jenis persalinan : Spontan
APGAR score : 8-9-10
Penyulit/komplikasi : tidak ada

2) Lama persalinan
Kala I : 11 jam
Kala II : 40 menit
Kala III : 20 menit
Kala IV : 2 jam

3) Perdarahan persalinan
Kala I : - cc
Kala II : 50 cc
Kala III : 75 cc
Kala IV : 75 cc

4) Keadaan placenta
Jumlah kotiledon : Lengkap kurang lebih 20 buah
Diameter : Kurang lebih 20 cm
Insersi tali pusat : Normal
d. Riwayat perkawinan
1) Status perkawinan sah
2) Usia perkawinan 2 tahun
3) Hubungan dengan suami baik

e. Riwayat imunisasi
Imunisasi yang sudah diberikan pada bayi HB1 1 x 7

f. Pola kehidupan sehari-hari


Ibu Selama Hamil
1) Makan 3x sehari , tidak ada pantangan makan sesuatu.
2) Minum jenis air putih dan susu 2x sehari
3) Eliminasi
a) Buang air kecil : 7-8 kali sehari
Warna : Kuning jernih
Keluhan : Tidak ada

b) Buang air besar : 1 kali sehari


Warna : Kuning kecoklatan
Konsistensi : Lembek
Keluhan : Tidak ada

4) Aktifitas fisik (beban pekerjaan)


Ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga dibantu suami

5) Istirahat
Tidur malam : 7-8 jam per hari
Tidur siang : 2 jam per hari
Keluhan : Tidak ada
Bayi
1) Intake Asi, frekuensi 6x, volume25ml
2) Eliminasi
a) Miksi keluar 4x sehari , keluar pertama tanggal 26 Mei
2017 jam 21.00 wita, warna jernih kekuningan , bau khas,
konsistensi cair
b) Mekonium keluar 1x sehari, keluar tanggal 26 mei 2017
warna kuning, konsistensi cair
3) Aktifitas
Bayi menangis kuat dan tidur
4) Istirahat
Tidur 17 jam sehari
g. Data psikososial, kultural, sosial, ekonomi dan lingkungan yang
berpengaruh
1) Kelahiran ini diharapkan/ tidak oleh ibu dan suami : Sangat
diharapkan
2) Respon dan dukungan keluarga terhadap kelahiran ini : Senang
dan mendukung
3) Mekanisme koping (pemecahan masalah) : Dengan cara
kekeluargaan
4) Ibu tinggal bersama suami
5) Hewan peliharaan tidak ada
6) Pengambilan keputusan utama dalam keluarga apabila ada
masalah oleh suami dengan melaui musyawarah kekeluargaan
7) Penghasilan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
8) Praktik agama yang berhubungan dengan pengasuhan anak :
ibu taat beribadah sesuai ajaran agama islam
9) Tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan anak : ibu belum
tahu cara merawat bayi sehari-hari
10) Kondisi tempat tinggal keluarga : lingkungan sehat dan bersih

OBJEKTIF
Pemeriksaan umum
Keadaan umum baik, denyut jantung : 146x/menit, pernapasan :
48x/menit, suhu : 36,6x/menit.
Antropometri
Berat Badan : 3.300 gram
Panjang Badan : 47 cm
Lingkar Kepala : 34 cm
Lingkar Dada : 33 cm
Lingkar Perut : 34 cm
LILA : 11 cm

Pemeriksaan fisik
1. Kepala
Bentuk : Mesochepal
Sutura : Terpisah
Frontola Anterior : Datar
Frontola Posterior : Datar
Caput Succedaneum : Tidak ada
Cephal Hematom : Tidak ada
Distribusi Rambut : Tebal
Warna Rambut : Hitam
2. Kullit
Warna : Kemerahan
Turgor : Ada
Verniks Caseosa : Tidak ada
Milia : Tidak ada
Lanugo : Ada
Tanda lahir : Tidak ada
3. Muka
Warna : Kemerahan
Oedem : Tidak ada
Tanda lahir : Tidak ada
4. Mata
Letak :Simetris
Bentuk : Normal
Sekret : Tidak ada
Konjungtiva : Merah muda
Sklera : Putih
5. Hidung
Bentuk : normal
Sekret : tidak ada
6. Mulut
Warna : merah muda
Lidah : bersih
Bentuk : simetris
7. Tellinga
Bentuk : simetris
Tulang rawan : lunak
Sekret : tidak ada
8. Leher
pembesaran kelenjar getah bening : tidak ada
pembendungan vena jugularis : tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada
kaku kuduk : tidak ada
9. Dada dan Aksila
Letak :Simetris
Retraksi dada : tidak ada
Pembesaran kelenjar getah bening : tidak ada
10. Perut
Bentuk kembung, tali pusat tidak ada perdarahan, peristaltik kurang,
pembesaran hepar dan lien tidak ada.
11. Punggung
Bentuk tulang belakang normal, spina bifida tidak ada.
12. Ektremitas
a. Atas : Gerakan aktif, jumlah jari lengkap 10 jari, warna merah
muda.
b. Bawah : gerak aktifjumlah jari lengkap 10 jari, warna merah muda
13. Genetalia
Wanita bagian labiya mayora sudah mulai menutup labia minora,
uretra, sekret.
14. Anus
Berlubang
15. Reflek
a. Reflek moro : baik
b. Reflek rootimg : baik
c. Reflek sucking : baik
d. Reflek swallowing : baik
e. Reflek walking : baik
f. Refleks babinski : baik
g. Reflek grasping : baik
h. Reflek tonic neck : baik

II. INTERPRESTASI DATA

Diagnosa Kebidanan
Bayi Ny. N umur 5 hari dengan obstipasi

Data Dasar
Data Subjektif :
Ibu mengatakan bayinya lahir tanggal 26 mei 2017 jam 20.00 WITA
melalui persalinan normal dan berat badan 3.300 gram, ibu
mengatakan umur kehamilannya sudah cukup bulan pada saat
anaknya lahir.

Data Objektif :
a. Pemeriksaan umum :
Kondisi umum baik, detak jantung 146x/menit, suhu 46,60C
b. Antropometri
c. Berat Badan : 3.300 gram
d. Panjang Badan : 47 cm
e. Lingkar Kepala : 34 cm
f. Lingkar Dada : 33 cm
g. Lingkar Perut : 34 cm
h. LILA : 11 cm

MASALAH : Gangguan Nutrisi

III. DIAGNOSA POTENSIAL


Embolus

IV. KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA, KONSULTAN DAN


KOLABORASI
Konsultasi dengan dokter anak untuk memberikan microlak 1 kali
per hari dengan dosis 5ml.

V. PERENCANAAN
Tanggal 6 april 2017 jam 07.10 WITA
1. Menganjurkan ibu memberikan ASI Ekslusif
2. Anjurkan ibu makan-makanan yang berserat
3. Berikan terapi obat
4. Jaga kehangatan bayi
5. Observasi eliminasi istirahat
6. Rawat tali pusat
7. Jaga personal hygiene

VI. IMPLEMENTASI
Tanggal 6 april 2017 jam 08.10 WITA
1. Pukul 08.10 WITA menganjurkan ibu memberikan ASI
Ekslusif yaitu setiap bayi haus atau lapar
2. Pukul 08.15 WITA menganjurkan ibu makanmakanan yang
berserat seperti sayur dan buah buahan
3. Pukul 08.25 WITA menjaga kehangatan bayi dengan bayi
dalam keadaan dibedong
4. Pukul 08.30 WITA mengobservasi eliminasi dengan
menghitung frekuensi BAB dan BAK
5. Pukul 08.35 WITA melakukan perawatan tali pusat dengan
menggunakan kasa DTT tanpa dibungkus atau diberi obat
6. Pukul 08.40 WITA mrnjaga personal hygiene bayi debgab cara
membersihkan tempat tidur serta mengganti kebersihan pakaian
dan bedomgnya
7. Pukul 08.45 WITA mengkonsulkan bayi kedokter anak untuk
pemberian mikrolak 1 kali sehari dengan dosis 5ml.

VII. EVALUASI
Tanggal 26 april 2017
1. Pukul 08.50 WITA ibu sudah mau memberikan ASI Eksklusif
2. Pukul 08.55 WITA ibu sudah kmau makan makanan yang
berserat
3. Pukul 09.00 WITA bayi sudah diberikan obat mikrolak
4. Pukul 09.05 WITA bayi dalam keadaan dibedong dan
diselimuti
5. Pukul 09.10 WITA bayi sudah BAK dan BAB
6. Pukul 09.15 WITA tali pusat bersih dan tidak ada perdarahan
7. Pukul 09.20 WITA tempat tidur sudah dibersihkan, pakaian
bayi dan bedong sudah diganti
8. Pukul 09.25 WITA bayi sudah dikonsultasikan dan diberikan
obat mikrolak oleh dokter
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta :
Salemba Medika
ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI, BALITA, dan APS
SINDROM KEMATIAN MENDADAK

Dosen Pengampu : Rusmilawaty, SKM., M.PH

Disusun Oleh :
Kelompok 3

Nurul Magfirah P07124118227 Siti Russiana P07124118243


Rahmawati P07124118229 Sri Wahyu Achiry P07124118245
Resma Arianti P07124118231 Suli Tianingsih P07124118247
Riska Aulia P07124118233 Vera Cindy Andani P07124118253
Rizka Aulia P07124118235 Wahidatul Noor Laila P07124118255
Roinda Khoirotun Najah P07124118237 Yeni Muryani P07124118256
Sheila Yunia Anggini P07124118239 Devi Yulianti P07124117136

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN DIII KEBIDANAN
SEMESTER IIIA 2019
KONSEP DASAR
A. Definisi
Sindroma Kematian Bayi Mendadak (SIDS, Sudden Infant Death
Syndrome) adalah suatu kematian yang mendadak dan tidak terduga pada
bayi yang tampaknya sehat. SIDS merupakan penyebab kematian yang
paling sering ditemukan pada bayi yang berusia 2 minggu-1 tahun. 3 dari
2000 bayi mengalami SIDS dan hampir selalu ketika mereka sedang tidur.
Kebanyakan SIDS terjadi pada usia 2-4 bulan dan terjadi di seluruh dunia.
Kematian bayi mendadak tidak terduga dan dengan alasan yang
tetap tidak jelas, bahkan setelah otopsi,merupakan sara kematian paling
utama pada tahun pertama kehidupan setelah masa neonatus. Peristiwa ini
menggambarkan sindroma bayi mati mendadak (SIDS yaitu Sudden Infant
Death Syndrome). Sindroma Kematian Bayi Mendadak (SIDS, Sudden
Infant Death Syndrome) adalah suatu kematian yang mendadak dan tidak
terduga pada bayi yang tampaknya sehat.
Pada kasus yang khas seorang bayi berusia 2-3 bulan yang tampak
sehat, di tidurkan tanpa kecurigaan bahwa segala sesuatunya di luar
keadaan yang biasa, beberapa waktu kemudian bayi di temukan
meninggal, dan otopsi konvensional gagal menemukan penyebab
kematian. Telah di ungkapkan bahwa bayi tampak sehat sebelum
meninggal, tetapi riwayat perinatal yang lebih rinci serta pemeriksaan
intensif fungsi kardiorespiratorik dan neurologik menghasilkan bukti-bukti
bahwa anak tidak berada dalam keadaan yang normal sebelumnya.
Seorang ibu yang merokok pada masa kehamilan meningkatkan
risiko sindrom mati mendadak pada bayi. Kematian mendadak pada bayi
terjadi ketika bayi kekurangan napas di tempat tidur setelah posisinya
menghalangi pernapasannya. Seperti yang dikutip dari AFP, sindrom mati
mendadak itu banyak dikaitkan dengan kurangnya respons yang
mengejutkan pada otak yang memicu bayi bernapas megap-megap. Dalam
kondisi semacam itu, bayi akan menangis untuk merangsang pernapasan
normal kembali.
B. Penyebab
Penyebab ketidaknormalan itu masih belum diketahui jelas.
Namun, bukti statistik menunjukkan ada kaitan bayi yang terpapar
tembakau selama kehamilan dengan sindrom mati mendadak pada bayi.
Tim dokter yang dipimpin Dr Anne Chang, seorang profesor di bidang
pernapasan di Royal Children’s Hospital Foundation di Brisbane,
Australia, berupaya mencari kaitan antara kedua hal itu dengan mengamati
20 bayi sehat berusia sekitar tiga sampai lima bulan. Usia itu merupakan
usia yang berisiko mati mendadak.
Para ahli mengamati sepuluh ibu bayi yang tidak merokok pada
masa kehamilan, sedangkan yang lain merokok selama kehamilan. Untuk
penelitian, bayi diletakkan di punggung, posisi yang direkomendasikan
untuk mencegah kematian mendadak. Kemudian, bayi-bayi itu diganggu
oleh suara nyanyian yang kekuatannya mencapai 80 desibel dari pengeras
suara di dekat mereka setelah tidur. Tes dilakukan selama para bayi tidur
nyenyak dan dalam keadaan terang sepanjang tahap tidur antara sepuluh
sampai dua belas jam. Irama jantung dan pernapasan serta respons tingkah
laku bayi seperti gerakan badan dan membuka mata diamati. Para peneliti
menemukan tidak ada perbedaan cara tidur bayi atau bangun ketika suara
terdengar selama tidur nyenyak. Periode ditentukan oleh kecepatan gerak
mata di samping pupil. Tetapi, perbedaan besar meningkat pada respons
mereka selama membuka mata atau bergerak selama periode itu, bahkan
ketika rangsangan terhadap telinga diperbesar. Para peneliti percaya
penemuan itu menambah kecurigaan bahwa nikotin dapat berakibat pada
perkembangan kunci fungsi motoris bayi, yakni memerintahkan otak
untuk tidur dan membangunkan serta fungsi jantung serta paru-paru.
Penyebabnya tidak diketahui. Penelitian terbaru menunjukkan
bahwa SIDS lebih sering terjadi pada bayi yang tidurnya tengkurap
dibandingkan dengan bayi yang tidurnya terlentang atau miring. Karena
itu sebaiknya bayi ditidurkan dalam posisi terlentang atau miring. Resiko
terjadinya SIDS juga ditemukan pada bayi yang pada saat tidur wajahnya
menghadap ke kasur atau selimut yang lembut/empuk. Karena itu
sebaiknya bayi ditidurkan diatas kasur yang keras.

C. Faktor Resiko Terjadinya SIDS


Adapun faktor resiko terjadinga SIDS adalah sebagai berikut:
1. Tidur tengkurap (pada bayi kurang dari 4 bulan)
2. Kasur yang lembut (pada bayi kuran dari 1 tahun)
3. Bayi premature
4. Riwayat SIDS pada saudara kandung
5. Banyak anak
6. Musim dingin
7. Ibunya perokok
8. Ibunya pecandu obat terlarang
9. Ibunya berusia muda
10. Jarak yang pendek diantara 2 kehamilan
11. Perawatan selama kehamilan yang kurang
12. Golongan sosial-ekonomi rendah. SIDS lebih banyak ditemukan pada
bayi laki-laki

D. Faktor-faktor yang Mungkin Menyebabkan Bayi Meninggal Mendadak


Faktor-faktor yang mungkin menyebabkan bayi meninggal mendadak
adalah:
1. Jeda pernafasan karena Apnea dan sianosis yang lama selama tidur
telah diobservasi pada dua bayi yang kemudian dianggap meninggal
karena SIDS dan telah diamati pula adanya obstruksi saluran nafas
bagian atas dengan jeda pernafasan serta bradikardia yang lama pada
bayi-bayi dengan SIDS abortif. Walaupun demikian masih belum pasti
apakah apnea sentral atau apnea obstruktif yang lebih penting dalam
terjadinya SIDS
2. Cacat batang otak karena sedikitnya 2 kepingan bukti telah
mengisyaratkan bahwa bayi-bayi dengan SIDS memiliki abnormalitas
pada susunan saraf pusat.
3. Fungsi saluran nafas atas yang abnormal, berdasarkan pada
perkembangan dan anatomi, maka bayi yang muda dianggap beresiko
tinggi terhadap saluran pernafasan bagian atas, apakah keadaan ini
terjadi pada SIDS masih belum di ketahui.
4. Reflek saluran nafas yang hiperaktif karena masuknya sejumlah cairan
ke dalam laring dapat merangsang timbulnya reflek ini dan di duga
menimblkan apnea, maka di berikan perhatian yang cukup besar akan
kemungkinan reflek gasoesofagus dan aspirasi sebagai mekanisme
primer terjadinya SIDS pada beberapa bayi.
5. Abnormalita jantung, beberapa ahli mengajukan adanya
ketidakstabilan pada jantung muda, tetapi tidak mendapatkan bukti
yang meyakinkan saa ini untuk menunjukan bahwa aritmia jantung
memainkan perana pada SIDS.

E. Gejala
Tidak ada gejala yang mendahului terjadinya SIDS

F. Diagnosa
SIDS didiagnosis jika seorang bayi yang tampaknya sehat tiba-tiba
meninggal dan hasil otopsi tidak menunjukkan adanya penyebab
kematian yang jelas. Semakin banyak bukti bahwa bayi dengan resiko
SIDS mempunyai cacat fisiologik sebelum lahir. Pada neonatus dapat
di temukan nilai apgar yang rendah dan abnormalitas control respirasi,
denyut jantung dan suhu tubuh, serta dapat pula mengalami retardasi
pertumbuhan pasca natal. SIDS didiagnosis jika seorang bayi yang
tampaknya sehat tiba-tiba meninggal dan hasil otopsi tidak
menunjukkan adanya penyebab kematian yang jelas

G. Pengobatan
Orang tua yang kehilangan anaknya karena SIDS memerlukan
dukungan emosional. Penyebab kematian anaknya tidak diketahui,
sehingga mereka seringkali merasa bersalah. Mungkin ada baiknya
jika orang tua merencanakan untuk memiliki anak lagi.

H. Pencegahan
Angka kejadian SIDS telah menurun secara berarti (hampir
mendekati 50%) sejak para orang tua dianjurkan untuk menidurkan
bayinya dalam posisi terlentang atau miring (terutama ke kanan).
1. Selalu letakkan bayi Anda dalam posisi terlentang ketika ia sedang
tidur, walaupun saat tidur siang. Posisi ini adalah posisi yang paling
aman bagi bayi yang sehat untuk mengurangi risiko SIDS.
2. Jangan pernah menengkurapkan bayi secara sengaja ketika bayi
tersebut belum waktunya untuk bisa tengkurap sendiri secara alami.
3. Gunakan kasur atau matras yang rata dan tidak terlalu empuk.
Penelitian menyimpulkan bahwa risiko SIDS akan meningkat drastis
apabila bayi diletakkan di atas kasur yang terlalu empuk, sofa, bantalan
sofa, kasur air, bulu domba atau permukaan lembut lainnya.
4. Jauhkan berbagai selimut atau kain yang lembut, berbulu dan lemas
serta mainan yang diisi dengan kapuk atau kain dari sekitar tempat
tidur bayi Anda. Hal ini untuk mencegah bayi Anda terselimuti atau
tertindih benda-benda tersebut.
5. Pastikan bahwa setiap orang yang suka mengurus bayi Anda atau
tempat penitipan bayi untuk mengetahui semua hal di atas. Ingat setiap
hitungan waktu tidur mengandung risiko SIDS.
6. Pastikan wajah dan kepala bayi Anda tidak tertutup oleh apapun
selama dia tidur. Jauhkan selimut dan kain penutup apapun dari hidung
dan mulut bayi Anda.
7. Pakaikan pakaian tidur lengkap kepada bayi Anda sehingga tidak perlu
lagi untuk menggunakan selimut. Tetapi seandainya tetap diperlukan
selimut sebaiknya Anda perhatikan hal-hal berikut ini: Pastikan kaki
bayi Anda berada di ujung ranjangnya, Selimutnya tidak lebih tinggi
dari dada si bayi,Ujung bawah selimut yang ke arah kaki bayi, Anda
selipkan di bawah kasur atau matras sehingga terhimpit.
8. Jangan biarkan siapapun merokok di sekitar bayi Anda khususnya
Anda sendiri. Hentikan kebiasaan merokok pada masa kehamilan
maupun kelahiran bayi Anda dan pastikan orang di sekitar si bayi tidak
ada yang merokok.
9. Jangan biarkan bayi Anda kepanasan atau kegerahan selama dia tidur.
Buat dia tetap hangat tetapi jangan terlalu panas atau gerah. Kamar
bayi sebaiknya berada pada suhu yang nyaman bagi orang dewasa.
Selimut yang terlalu tebal dan berlapis-lapis bisa membuat bayi Anda
terlalu kepanasan.
10. Saat ia tidur. Jangan pernah ditinggal-tinggal sendiri untuk waktu yang
cukup lama.

I. Penatalaksanaan
1. Bantu orang tua mengatur jadwal untuk melakukan konseling.
2. Berikan dukungan dan dorongan kepada orang tua,biarkan orang tua
mengungkapkan rasa dukanya.
3. Berikan penjelasan mengenai SIDS, beri kesempatan pada orang tua
untuk mengungkapkan pertanyaan mereka.
4. Beri pengertian pada orang tua bahwa perasaan yang mereka rasakan
adalah hal yang wajar.
5. Beri keyakinan pada sibling (jika ada) bahwa mereka tidak bersalah
terhadap kematian bayi tersebut, bahkan jika mereka sebenarnya juga
mengharapkan kematian dari bayi tersebut.
6. Jika kemudian ibu melahirkan bayi lagi, beri dukungan pada orang tua
selama beberapa bulan pertama paling tidak sampai melewati usia bayi
yang meninggal sebelumnya.
KASUS SEMU SINDROM BAYI MENINGGAL MENDADAK

PROLOG

Ny. M melahirkan bayi berjenis kelamin laki-laki di PMB bidan B pada tanggal 06
Oktober 2019 dengan berat 2700 gram dan PB 47 cm.

Bayi Ny.M tidur telungkup di malam hari kemudian tidak bangun lagi hingga pagi dan
bayi ditemukan dalam keadaan kaku, tubuh dan ujung kuku bayi terlihat kebiruan/pucat,
nadi tidak teraba, dan bayi juga tidak terlihat bernapas.

A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
a. Identitas Bayi

Nama By. Ny. M


Nama Ayah Tn. WHY
Tanggal Lahir 06 Oktober 2019
Jenis Kelamin Laki-laki
Berat Lahir 2700 gram
Panjang Badan 47 cm
Lingkar Kepala 32,5 cm
Lingkar Dada 31 cm
Lingkar Lengan 9,4 cm
No.Rekam 3*****
Medik
Alamat Komplek Bukit Permata Indah
b. Identitas Ibu Bayi

Nama Ny. M
Umur 35 th
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga
Pendidikan SMA
Alamat Komplek Bukit Permata Indah
c. Identitas Ayah Bayi

Nama Tn. WHY


Umur 39 th
Pekerjaan Wiraswasta
Pendidikan SMA
Alamat Komplek Bukit Permata Indah

2. Keluhan Utama
Bayi tidur telungkup di malam hari kemudian tidak bangun lagi hingga pagi
dan bayi ditemukan dalam keadaan kaku, tubuh dan ujung kuku bayi terlihat
kebiruan/pucat, nadi tidak teraba, dan bayi juga tidak terlihat bernapas.
Sebelum tidur bayi dalam keadaan baik-baik saja dan terpapar kipas angin.

3. Riwayat Kesehatan yang Lalu


a. Prenatal
Selama hamil, ibu tidak mengalami gangguan kesehatan. Namun suami
ibu adalah perokok. Seringkali ibu terpapar asap dari rokok tersebut. Ibu
mengatakan ini kehamilan yang ke 3, ibu sudah mendapatkan imunisasi
TT lengkap, selama kehamilan ibu tidak pernah mengkonsumsi obat-
obatan dan tidak memiliki penyakit komplikasi selama hamil.
b. Riwayat persalinan
Ibu melahirkan di BPS Harapan Bunda, jenis persalinannya spontan dan
lama persalinannya kurang lebih 18 jam.
Presentasi : belakang kepala
Ketuban pecah : spontan, warna jernih
Komplikasi persalinan: tidak ada komplikasi
Keadaan tali pusat : tidak ada lilitan
c. Keadaan bayi saat lahir
Resusitasi : baik dengan dilakukan rangsangan taktil
Keadaan umum : baik
Reflek hisap : baik
Reflek berkedip : baik
Pernapasan : pontan
Frekuensi : 50 x/menit
Suara nafas : bersih
Menangis : kuat
Warna kulit : kemerah-merahan
d. Riwayat post-natal
BB : 2600 gram
PB : 48 cm
Kelainan congenital : tidak ditemukan
Kondisi kesehatan : baik
e. Riwayat imunisasi
Pada saat lahir bayi diberikan imunisasi BCG, Vit K, DTP, tidak ada
gejala yang serius setelah pemberian imunisasi hanya badan bayi terasa
hangat.
f. Riwayat tumbuh kembang
Keadaan bayi pada saat ini bayi mulai memberikan peningkatan mulai
dari kenaikan BB 3500 gram, PB 60 cm bayi sudah bisa menggenggam
dan memasukan benda apapun pada mulutnya.
g. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan keadaan keluarganya tidak ada yang mengidap penyakit
menular serta keturunan dan juga tidak ada yang mengalami kelainan
kongenital.
h. Riwayat psiko-sosial
Ibu mengatakan ini kelahiran anak yang diinginkannya bersama keluarga,
hubungan ibu dengan bayi sangat baik begitupun dengan keluarga dan
bayi sangat baik pula.
i. Pola kebiasaan sehari-hari
Nutrisi : ASI
BAB : 3 kali sehari dengan konsistensi lembek dan
berwarna kuning
Keadaan waktu tidur : tenang
Hygien : setiap BAK atau BAB
Ganti baju : setiap terlihat basah
Ganti popok : setiap habis BAK atau BAB
B. DATA OBYEKTIF
1. Keadaan Umum : bayi sudah tidak menampakan adanya kehidupan
2. Pemeriksaan Antropometri
BB lahir : 2600 gram BB sekarang : 3500
gram
PB lahir : 48 cm PB sekarang : 60 cm
LK lahir : 34 cm LK sekarang : 40 cm
LD lahir : 30 cm LD sekarang : 38 cm
3. Pemeriksaan TTV
Pernapasan : 0 x/menit
Nadi : 0 x/menit
Suhu : 0 x/menit
4. Pemeriksaan Fisik
Kepala : ubun-ubun kecil sudah menutup, keadaan cembung,
sutura pelebaran.
Mata : bentuk simetris, sekret tidak ada, konjungtiva pucat,
sklera putih, reflek pupil tidak ada, reflek berkedip tidak
ada.
Hidung : pernapasan cuping hidung tidak ada gerakan.
Bibir : warna sianosis.
Mulut : lidah tertelan, reflek suckhing tidak ada, reflek rooting
tidak ada.
Telinga : posisi telinga melipat.
Leher : reflek tonik neck tidak ada, tidak ada gerakan.
Dada : bentuk tidak simetris, pergerakan tidak ada.
Bunyi jantung : tidak terdengar.
Abdomen : bising usus tidak terdengar .
Genetalia : testis turun.
Ekstremitas atas : gerakan tangan kaku, reflek moro tidak ada.
Ektremitas bawah : gerakan kaki kaku, reflek babinski tidak ada.

C. ANALISA
Bayi meninggal tanpa diketahui sebab-sebab yang jelas.

D. PENATALAKSANAAN
1. Melakukan perawatan jenazah.
2. Memberi dukungan kepada ibu dan suaminya untuk tetap tabah.
3. Memberikan pendidikan pencegahan agar resiko SIDS sedikit terhindar.
4. Memberikan pengertian kepada keluarga untuk tetap temani ibu dan
mendukungnya.
DAFTAR PUSTAKA

Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan.


Jakarta : Trans Info Media.
Sudarti. 2010. Kelainan dan Penyakit Pada Bayi dan Anak. Yogyakarta
: Nuha Medika.
Bayi dengan bisulan. http://eniskure.blogspot.com/ (Diakses pada
tanggal 30 Oktober 2013, pukul 17.34).
Verney, Helen. 1997. Varney’s Midwifery. 3rd ed. P 551-559. London
: Johanes and Barlett Publishers Internasional
Varney, Helen. 2004. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Ed.4, vol. 2.
Jakarta : EGC
Nelson, Waldo E. 1996. Ilmu Kesehatan Anak. Volume 1 Edisi 15.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai