TINJAUAN TEORI
1.1 Tinjauan Medis
1.1.1 Pengertian
Vertigo adalah halusinasi gerakan lingkungan sekitar serasa berputar
mengelilingi pasien atau pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan sekitar.
Vertigo tidak selalu sama dengan dizziness. Dizziness adalah sebuah istilah non
spesifik yang dapat dikategorikan ke dalan 4 subtipe tergantung gejala yang
digambarkan oleh pasien. Dizziness dapat berupa vertigo, presinkop (perasaan
lemas disebabkan oleh berkurangnya perfusi cerebral), light-headness,
disequilibrium (perasaan goyang atau tidak seimbang ketika berdiri)
(Newell,2010).
Vertigo berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar merujuk pada
sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang, umumnya
disebabkan oleh gangguan pada sistim keseimbangan ( Labuguen, 2006).
1.1.2 Etiologi
Vertigo merupakan suatu gejala,sederet penyebabnya antara lain akibat
kecelakaan,stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu
sedikit atau banyak aliran darah ke otak dan lain-lain. Tubuh merasakan posisi
dan mengendalikan keseimbangan melalui organ keseimbangan yang terdapat di
telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang berhubungan dengan area
tertentu di otak. Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam
saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri
(Mardjono, 2008).
Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi tentang
posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata. Penyebab
umum dari vertigo (Marril KA,2012):
1. Keadaan lingkungan : mabuk darat, mabuk laut.
2. Obat-obatan : alkohol, gentamisin.
3. Kelainan telinga : endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di
dalam telinga bagian dalam yang menyebabkan benign paroxysmal
positional
4. vertigo, infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirintis, penyakit
maniere,
5. peradangan saraf vestibuler, herpes zoster.
1
6. Kelainan Neurologis : Tumor otak, tumor yang menekan saraf vestibularis,
sklerosis multipel, dan patah tulang otak yang disertai cedera pada labirin,
persyarafannya atau keduanya.
7. Kelainan sirkularis : Gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya
aliran darah ke salah satu bagian otak ( transient ischemic attack ) pada arteri
vertebral dan arteri basiler.
Penyebab vertigo dapat berasal dari perifer yaitu dari organ vestibuler sampai
ke inti nervus VIII sedangkan kelainan sentral dari inti nervus VIII sampai ke
korteks.
Beberapa obat ototoksik dapat menyebabkan vertigo yang disertai tinitus dan
hilangnya pendengaran.Obat-obat itu antara lain aminoglikosid, diuretik loop,
antiinflamasi nonsteroid, derivat kina atau antineoplasitik yang mengandung
platina. Streptomisin lebih bersifat vestibulotoksik, demikian juga gentamisin;
sedangkan kanamisin, amikasin dan netilmisin lebih bersifat ototoksik.
Antimikroba lain yang dikaitkan dengan gejala vestibuler antara lain sulfonamid,
asam nalidiksat, metronidaziol dan minosiklin. Terapi berupa penghentian obat
bersangkutan dan terapi fisik, penggunaan obat supresan vestibuler tidak
dianjurkan karena jusrtru menghambat pemulihan fungsi vestibluer. Obat
penyekat alfa adrenergik, vasodilator dan antiparkinson dapat menimbulkan
keluhan rasa melayang yang dapat dikacaukan dengan vertigo
1.1.3 Patofisiologi
Vertigo timbul jika terdapat gangguan alat keseimbangan tubuh yang
mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh (informasi aferen) yang
sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat (pusat
kesadaran). Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan
vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan
impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem optik
dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan
nuklei N. III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.
Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor
vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi
paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang
paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik (Kovar,2006).
2
wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-
otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang
menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi
alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak
fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses
pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala
otonom. Di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga
muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat
berdiri/ berjalan dan gejala lainnya (Swartz, 2005)
3
1.1.4 Patway
Vestibuler Non-vestibuler
VERTIGO
– Fisiologis: – Cerebeller
motion sickness hemorrhage
– Vestibular Sistem keseimbangan tubuh – Brainstem ischemic
neuronitis (vestibuler) terganggu attacks
– Meniere's – Basilar artery
migrane
Sensasi seperti brgerak,
Neuroma akustik berputar
Motion sickness
Mengenai N. VIII
Pusing, sakit kepala Gg. di SSP atau SST keterbatasan kognitif, Ketidakcocokan Gerakan berulang dirasakan
tidak mengenal informasi informasi yg di oleh otak melaui N.
Peningkatan tekanan Peristaltik meningkat sampaikan ke otak
Spasme saraf / Optikus, N. Vestibularis, N.
intra kranial Gelisah, ansietas oleh saraf aferen
peningkatan spinovestibuloserebralis
intrakranial Proses pengolahan
penurunan MK: Mual Otak tidak bisa
Nyeri, sakit kepala MK : Kurang informasi terganggu
pendengaran mengkoordinasikan ke-3
pengetahuan (kebutuhan
skunder adanya input dengan baik
belajar) mengenai Transmisi persepsi ke
sumbatan cerumen
kondisi dan kebutuhan reseptor Konflik dalam
pada liang telinga
MK :Nyeri pengobatan proprioception koordinasi ke-3 input
MK : akut / kronis Disorientasi terganggu
Kegagalan koordinasi
Gangguan kelebihan beban kerja
otot
komunkasi Kesadaran menurun
verbal MK : ansietas Ketidak teraturan kerja MK : Koping
MK : Resiko tinggi otot individual tak efektif
Cidera
MK : Intoleransi
aktifitas
4
1.1.5 Tanda Dan Gejala
1. Vertigo Sentral
Gejala yang khas bagi gangguan di batang otak misalnya diplopia, paratesia,
perubahan serisibilitas dan fungsi motorik. Biasanya pasien mengeluh lemah,
gangguan koordinasi, kesulitan dalam gerak supinasi dan pronasi tanyanye secara
berturut-turut (dysdiadochokinesia), gangguan berjalan dan gangguan
kaseimbangan. Percobaan tunjuk hidung yaitu pasien disuruh menunjuk jari
pemeriksa dan kemudian menunjuk hidungnya maka akan dilakukan dengan
buruk dan terlihat adanya ataksia. Namun pada pasien dengan vertigo perifer
dapat melakukan percobaan tunjuk hidung sacara normal. Penyebab vaskuler
labih sering ditemukan dan mencakup insufisiensi vaskuler berulang, TIA dan
strok. Contoh gangguan disentral (batang otak, serebelum) yang dapat
menyebabkan vertigo adalah iskemia batang otak, tumor difossa posterior,
migren basiler.
2. Vertigo perifer
Lamanya vertigo berlangsung:
a. Episode (Serangan ) vertigo yang berlangsung beberapa detik. Vertigo
perifer paling sering disebabkan oleh vertigo posisional berigna (VPB).
Pencetusnya adalah perubahan posisi kepala misalnya berguling sewaktu tidur
atau menengadah mengambil barang dirak yang lebih tinggi. Vertigo
berlangsung beberapa detik kemudian mereda. Penyebab vertigo posisional
berigna adalah trauma kepala, pembedahan ditelinga atau oleh neuronitis
vestibular prognosisnya baik gejala akan menghilang spontan.
b. Episode Vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam. Dapat
dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit meniere
mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun (tuli), vertigo
dan tinitus. Usia penderita biasanya 30-60 tahun pada permulaan munculnya
penyakit. Pada pemeriksaan fisik ditemukan penurunaan pendengaran dan
kesulitan dalam berjalan “Tandem” dengan mata tertutup. Berjalan tandem
yaitu berjalan dengan telapak kaki lurus kedepan, jika menapak tumit kaki
yang satu menyentuh jari kaki lainnya dan membentuk garis lurus kedepan.
Sedangkan pemeriksaan elektronistagmografi sering memberi bukti bahwa
terdapat penurunan fungsi vertibular perifer. Perjalanan yang khas dari
penyakit meniere ialah terdapat kelompok serangan vertigo yang diselingi
oleh masa remisi. Terdapat kemungkinan bahwa penyakit akhirnya berhenti
tidak kambuh lagi pada sebagian terbesar penderitanya dan meninggalkan
cacat pendengaran berupa tuli dan timitus dan sewaktu penderita mengalami
5
disekuilibrium (gangguan keseimbangan) namun bukan vertigo. Penderita
sifilis stadium 2 atau 3 awal mungkin mengalami gejala yang serupa dengan
penyakit meniere jadi kita harus memeriksa kemungkinana sifilis pada setiap
penderi penyakit meniere.
c. Serangan Vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa
minggu. Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering dijumpai pada
penyakit ini mulanya vertigo, nausea, dan muntah yang menyertainya ialah
mendadak. Gejala ini berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu.
Sering penderita merasa lebih lega namun tidak bebas sama sekali dari gejala
bila ia berbaring diam. Pada Neuronitis vestibular fungsi pendengaran tidak
terganggu kemungkinannya disebabkan oleh virus. Pada pemeriksaan fisik
dijumpai nistagmus yang menjadi lebih basar amplitudonya. Jika pandangan
digerakkan menjauhi telinga yang terkena penyakit ini akan mereda secara
gradual dalam waktu beberapa hari atau minggu. Pemeriksaan
elektronistagmografi (ENG) menunjukkan penyembuhan total pada beberapa
penyakit namun pada sebagian besar penderita didapatkan gangguan
vertibular berbagai tingkatan. Kadang terdapat pula vertigo posisional
benigna. Pada penderita dengan serangan vertigo mendadak harus ditelusuri
kemungkinan stroke serebelar. Nistagmus yang bersifat sentral tidak
berkurang jika dilakukan viksasi visual yaitu mata memandang satu benda
yang tidak bergerak dan nigtamus dapat berubah arah bila arah pandangan
berubah. Pada nistagmus perifer, nigtagmus akan berkurang bila kita
menfiksasi pandangan kita suatu benda contoh penyebab vetigo oleh
gangguan system vestibular perifer yaitu mabok kendaraan, penyakit meniere,
vertigo pasca trauma
6
VERTIGO PERIFERAL VERTIGO SENTRAL (NON-
NO
(VESTIBULOGENIK) VESTIBULER)
1 Pandangan gelap Penglihatan ganda
2 Rasa lelah dan stamina menurun Sukar menelan
3 Jantung berdebar wajah Kelumpuhan otot-otot
4 Hilang keseimbangan Sakit kepala yang parah
5 Tidak mampu berkonsentrasi Kesadaran terganggu
6 Perasaan seperti mabuk Tidak mampu berkata-kata
7 Otot terasa sakit Hilangnya koordinasi
8 Mual dan muntah-muntah Mual dan muntah-muntah
9 Memori dan daya pikir menurun Tubuh terasa lema
10 Sensitif pada cahaya terang dan
11 Suara
Berkeringat
1.1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes Romberg yang dipertajam
Sikap kaki seperti tandem, lengan dilipat pada dada dan mata kemudian
ditutup. Orang yang normal mampu berdiri dengan sikap yang romberg
yang dipertajam selama 30 detik atau lebih.
2. Tes Melangkah ditempat (Stepping Test)
Penderita disuruh berjalan ditempat dengan mata tertutup sebanyak 50
langkah. Kedudukan akhir dianggap abnormal jika penderita beranjak
lebih dari satu meter atau badan berputar lebih dari 30 derajat.
3. Salah Tunjuk(post-pointing)
Penderita merentangkan lengannya, angkat lengan tinggi-tinggi (sampai
fertikal) kemudian kembali kesemula.
4. Manuver Nylen Barang atau manuver Hallpike
Penderita duduk ditempat tidur periksa lalu direbahkan sampai kepala
bergantung dipinggir tempat tidur dengan sudut 300 kepala ditoleh kekiri
lalu posisi kepala lurus kemudian menoleh lagi kekanan pada keadaan
abnormal akan terjadi nistagmus.
5. Tes Kalori = dengan menyemprotkan air bersuhu 300 ketelinga penderita
6. Elektronistagmografi
Yaitu alat untuk mencatat lama dan cepatnya nistagmus yang timbul
7. Posturografi
Yaitu tes yang dilakukan untuk mengevaluasi system visual, vestibular
dan somatosensorik.
1.1.7 PENATALAKSANAAN
1. Vertigo posisional Benigna (VPB)
- Latihan : latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi pada
sebagian besar penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi hari dan
7
merupakan kagiatan yang pertama pada hari itu. Penderita duduk dipinggir
tempat tidur, kemudian ia merebahkan dirinya pada posisinya untuk
membangkitkan vertigo posisionalnya. Setelah vertigo mereda ia kembali
keposisi duduk \semula. Gerakan ini diulang kembali sampai vertigo
melemah atau mereda. Biasanya sampai 2 atau 3 kali sehari, tiap hari sampai
tidak didapatkan lagi respon vertigo.
- Obat-obatan : obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen
dapat digunakan sebagai terapi simtomatis sewaktu melakukan latihan atau
jika muncul eksaserbasi atau serangan akut. Obat ini menekan rasa enek
(nausea) dan rasa pusing. Namun ada penderita yang merasa efek samping
obat lebih buruk dari vertigonya sendiri. Jika dokter menyakinkan pasien
bahwa kelainan ini tidak berbahaya dan dapat mereda sendiri maka dengan
membatasi perubahan posisi kepala dapat mengurangi gangguan.
2. Neurotis Vestibular
Terapi farmokologi dapat berupa terapi spesifik misalnya pemberian anti
biotika dan terapi simtomatik. Nistagmus perifer pada neurinitis vestibuler
lebih meningkat bila pandangan diarahkan menjauhi telinga yang terkena
dan nigtagmus akan berkurang jika dilakukan fiksasi visual pada suatu
tempat atau benda.
3. Penyakit Meniere
Sampai saat ini belum ditemukan obat khusus untuk penyakit meniere.
Tujuan dari terapi medik yang diberi adalah:
- Meringankan serangan vertigo: untuk meringankan vertigo dapat dilakukan
upaya : tirah baring, obat untuk sedasi, anti muntah dan anti vertigo.
Pemberian penjelasan bahwa serangan tidak membahayakan jiwa dan akan
mereda dapat lebih membuat penderita tenang atau toleransi terhadap
serangan berikutnya.
- Mengusahakan agar serangan tidak kambuh atau masa kambuh menjadi
lebih jarang. Untuk mencegah kambuh kembali, beberapa ahli ada yang
menganjurkan diet rendah garam dan diberi diuretic. Obat anti histamin dan
vasodilator mungkin pula menberikan efek tambahan yang baik.
- Terapi bedah: diindikasikan bila serangan sering terjadi, tidak dapat
diredakan oleh obat atau tindaka konservatif dan penderita menjadi infalid
tidak dapat bekerja atau kemungkinan kehilangan pekerjaannya.
4. Presbiastaksis (Disekuilibrium pada usia lanjut)
Rasa tidak setabil serta gangguan keseimbangan dapat dibantu obat supresan
vestibular dengan dosis rendah dengan tujuan meningkatkan mobilisasi.
8
Misalnya Dramamine, prometazin, diazepam, pada enderita ini latihan
vertibuler dan latihan gerak dapat membantu. Bila perlu beri tongkat agar
rasa percaya diri meningkat dan kemungkinan jatuh dikurangi.
5. Sindrom Vertigo Fisiologis
Misalnya mabok kendaraan dan vertigo pada ketinggian terjadi karena
terdapat ketidaksesuaian antara rangsang vestibuler dan visual yang diterima
otak. Pada penderita ini dapat diberikan obat anti vertigo.
6. Strok (pada daerah yang didarahi oleh arteria vertebrobasiler)
- TIA: Transient Ischemic Atack yaitu stroke ringan yang gejala klinisnya
pulih sempurna dalam kurun waktu 24 jam
- RIND: Reversible Ischemic Neurologi Defisit yaitu penyembuhan sempurna
terjadi lebih dari 24 jam.
Meskipun ringan kita harus waspada dan memberikan terapi atau
penanganan yang efektif sebab kemungkinan kambuh cukup besar, dan jika
kambuh bisa meninggalkan cacat.
2.1 Konsep Asuhan Keperawatan
2.1.1 Pengkajian
Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit. Pada pasien
vertigo tanyakan adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap
munculnya vertigo, posisi mana yang dapat memicu vertigo.
Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi dan inflamasi dan penyakit
tumor otak. Riwayat penggunaan obat vestibulotoksik missal antibiotik,
aminoglikosid, antikonvulsan dan salisilat.
Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga lain
atau riwayat penyakit lain baik bersifat genetic maupun tidak.
5. Aktivitas / Istirahat
9
Letih, lemah, malaise, Keterbatasan gerak, Ketegangan mata, kesulitan
membaca, Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.
sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau
karena perubahan cuaca
6. Sirkulasi
Riwayat hypertensi, denyutan vaskuler, misal daerah temporal. pucat,
wajah tampak kemerahan.
7. Integritas Ego
Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu, Perubahan
ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi, kekhawatiran,
ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala, mekanisme refresif/dekensif
(sakit kepala kronik).
8. Makanan dan cairan
Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju,
alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG
(pada migrain), mual/muntah, anoreksia (selama nyeri), penurunan berat
badan
9. Neurosensoris
Pening, disorientasi (selama sakit kepala), riwayat kejang, cedera kepala
yang baru terjadi, trauma, stroke, aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus,
perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis.
parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore, perubahan pada
pola bicara/pola pikir, mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
penurunan refleks tendon dalam, papiledema.
10. Nyeri/ kenyamanan
Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain,
ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis. nyeri,
kemerahan, pucat pada daerah wajah. fokus menyempit, fokus pada diri
sendiri, respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah.
otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
11. Keamanan
Riwayat alergi atau reaksi alergi, demam (sakit kepala), gangguan cara
berjalan, parastesia, paralisis, drainase nasal purulent (sakit kepala pada
gangguan sinus).
12. Interaksi sosial
Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan
dengan penyakit.
10
2.1.2 Pemeriksaan Fisik
11
Warna: pucat, sianosis (penurunan perfusi pada kondisi ketoasidosis atau
komplikasi infeksi saluran pernafasan)
g. Rambut
1. Kuantitas: tipis (banyak yang rontok karena kekurangan nutrisi dan
buruknya sirkulasi), lebat.
2. Penyebaran: jarang atau alopesia total.
3. Tekstur: halus atau kasar.
h. Mata dan kepala
a. Kepala
Rambut:termasukkuantitas,penyebaran dan tekstur antara lain: kasar dan
halus.Kulit kepala: termasuk benjolan atau lesi, antara lain: kista pilar dan
psoriasis (yang rentan terjadi pada penderita dibetes milletus karena
penurunan antibody).
b. Tulang tengkorak: termasuk ukuran dan kontur.
Wajah: termasuk simetris dan ekspresi wajah, antara lain: paralisis wajah
(pada penderita dengan komplikasi stroke) dan emosi.
c. Mata
Yang perlu dikaji yaitu lapang pandang dan uji ketajaman pandang dari
masing-masing mata (ketajaman menghilang.
Inspeksi
Posisi dan kesejajaran mata: mungkin muncul eksoftalmus, strabismus.Alis
mata: dermatitis, seborea (penderita sangat berisiko tumbuhnya
mikroorganisme dan jamur pada kulit).
Kelopak mata
Aparatus akrimalis: mungkin ada pembengkakan sakus lakrimalis.Sklera dan
konjungtiva: sclera mungkin ikterik. Konjungtiva anemis pada penderita
yang sulit tidur karena banyak kencing pada malam hari).
Kornea, iris dan lensa: opaksitas atau katarak (penderita diabetes milletus
sangat berisiko pada kekruhan lensa mata).
Pupil: miosis, midriosis atau anisokor.
d. Telinga
Daun telinga dilakukan ispeksi: masih simetris antara kanan dan kiri.
Lubang hidung dan gendang telinga:
1. Lubang telinga: produksi serumen tidak sampai mengganggu diameter
lubang.
2. Gendang telinga: kalau tidak tertutup serumen berwarna putih keabuan,
dan masih dapat bervibrasi dengan baik apa bila tidak mengalami
infeksi sekunder.Pendengaran Pengkajianketajaman pendengaran
terhadap bisikan atau tes garputala dapat mengalami penurunan
e. Hidung
12
Jarang terjadi pembesaran polip dan sumbatan hidung kecuali ada infeksi
sekunder seperti influenza
f. Mulut dan faring
a. Inspeksi
1. Bibir: sianosis, pucat (apabila mengalami asidosis atau penurunanan
perfusi jaringan pada stadium lanjut).
2. Mukosa oral: kering (dalam kondisi dehidrasi akaibat diuresisi
osmosis).Gusi perlu diamati kalau ada gingivitis karena penderita
memang rentan terhadap pertumbuhan mikroorganisme).
3. Langit-langit mulut: mungkin terdapat bercak keputihan karena
pasien mengalami penurunan kemampuan personal hygiene akibat
kelemahan fisik).Lidah mungkin berwarna keputihan dan berbau
akibat penurunan oral hygiene. Faring mungkin terlihat kemeraharn
akibat proses peradangan (faringitis).
g.Leher
Pada inspeksi jarang tampak distensi jugularis, pembesaran kelenjar limfe
leher dapat muncul apabila ada infeksi sistemik
h. Toraks dan paru-paru
a. Inspeksi frekuensi: irama, kedalaman dan upaya bernafas antara lain:
tekipnea, hipernea, dan pernafasan Chyne Stoke (pada kondisi
ketoasidosis)
b. Amati bentuk dada: normal atau dada tong.
c. Dengarkan pernafasan pasien.Stridor pada obstruksi jalan nafas.Mengi
(apabila penderita sekaligus mempunyai riwayat astma atau brokhitis
kronik).
i. Dada
a. Dada posterior
1. Inspeksi : deformitas, atau asimetris dan retruksi inspirasi abdomen.
2. Palpasi: adanya nyeri tekan atau tidak.
3. Perkusi: pekak terjadi bila cairan atau jaringan padat menggantikan
bagian paru yang normalnya terisi udara (terjadi pada penderita dengan
penyakit lain seperti effuse pleura, tumor atau pasca penyembuhan
TBC).
4. Auskultasi: bunyi nafas vasikuler, bronko vesikuler (dalam kondisi
nomal)
j. Dada anterior
13
1. Inspeksi: deformitas atau asimetris
2. Palpasi: adanya nyeri tekan, ekspansi pernafasan
3. Perkusi: pada penderita normal area paru terdengar sonor.
4. Auskultasi bunyi nafas vaskuler, bronkovasikuler (dalam kondisi tanpa
penyerta penyakit lain)asimetris.
k. Aksila
a. Inspeksi terhadap kemerahan, infeksi dan pigmentasi
b. Palpasi kelenjar aksila sentralis apaka linfodenopati.
l. Sistem kardiovaskuler
Adanya riwayat hipertensi, infark miokard akut, takikardi, tekanan darah
yang cenderung meningkat, disritmia, nadi yang menurun, rasa kesemutan
dan kebas pada ekstremitas merupakan tanda gejala dari penderita diabetes
melitus.
m. Abdomen
a. Inspeksi
Pada kulit apakah ada strie dan simteris adanya pembesaran organ (pada
penderita dengan penyerta penyakit sirosis hepatic atau hepatomegali dan
splenomegali).
b. Auskultasi
Auskultasi bising usus apakah terjadi penurunan atau peningkatan
motilitas
c. Perkusi
Perkusi abdomen terhadap proporsi dan pola tympani serta kepekaan.
d. Palpasi
Palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan/massa.
n. Ginjal
Palpasi ginjal apakah ada nyeri tekan sudut kosta vertebral.
o. Genetalia
Penis
Pada inspeksi apakah ada timosis pada prepusium dan apakah ada
hipospadia pada meatus uratrae, apakah ada kemerahan pada kulit skortum
p. Sistem muskuloskeletal
Inspeksi persendian dan jaringan sekitar saat anda memeriksa berbagai
kondisi tubuh. Amati kemudahan dan rentang gesekan kondisi jaringan
sekitar, setiap deformitas muskuloskeletal, termasuk kurvatura abnormal dari
tulang belakang. Sering mengalami penurunan kekuatan muskeloskeletal
dibuktikan dengan skor kekuatan otot yang menurun dari angka 5.
14
q. Sistem neurosensori
Penderita diabetes melitus biasanya merasakan gejala seperti:
a. Pusing.
b. Sakit kepala.
c. Kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia
d. Gangguan penglihatan.
2.2 Diagnosa keperawatan
2.2.1 Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (penyakit)
Nyeri Akut 00132
Definisi :Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul
akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang digambarkan sebagai
kerusakan (International Association fot the Study of Pain); awitan yang tiba tiba atau
lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau
diprediksi
Batasan karakteristik Mengekspresikan perilaku (mis,
gelisah, merengek, menangis,
Bukti nyeri dengan menggunakan waspada)
standar daftar periksa nyeri untuk Perilaku distraksi
pasien yang tidak dapat Perubahan pada parameter fisiologis
mengungkapkannya (mis, Neonatal (mis., tekanan darah, frekuensi
Infant Pain Scale, Pain Assessment jantung, frekuensi pernapasan
Checklist for Senior with Limited saturasi oksigen, dan end- tidal
Ability to Communicate) karbon dioksida [CO2))
Diaforesis Perubahan posisi untuk menghindari
Dilatasi pupil nyeri
Ekspresi wajah nyeri (mis., mata Perubahan selera makan
kurang bercahaya, tampak kacau, Putus asa
gerakan mata berpencar atau tetap Sikap melindungi area nyeri
pada satu fokus, meringis) Sikap tubuh melindungi
Fokus menyempit (mis., persepsi
waktu, proses berpikir, interaksi Faktor yang berhubungan
dengan orang dan lingkungan
Fokus pada diri sendiri Agens cedera biologis (mis infeksi,
Keluhan tentang intensitas iskemia, neoplasma)
menggunakan standar skala nyeri Agens cedera fisik (mis., abses,
(mis., skala Wong-Baker FACES, amputasi, luka bakar, terpotong,
skala analog visual skala penilaian mengangkat berat, prosedur bedah,
numerik) trauma, olahraga berlebihan)
Keluhan tentang karakteristik nyeri Agen cedera kimia (mis, luka bakar,
dengan menggunakan standar kapsaisin, metilen klorida, agen
instrumen nyeri (mis., McGill Pain mustard)
Questionnaire, Brief Pain Inventory)
Laporan tentang perilaku
nyeri/perubahan aktivitas (mis.,
anggota keluarga, pemberi asuhan)
15
belakang tenggorok atau lambungyang dapat atau tidak dapat mengakibatkan
muntah.
Batasan karekteristik Peregangan kapsul hati
Peregangan kapsul limpa
Keengganan terhadap makanan
Program pengobatan
Mual
Tumor intraabdomen
Peningkatan menelan Tumor terelokalisasi (mis.,
neuroma akustik, tumor otak,
Peningkatan salivasi metastasis tulang)
Situasional
Rasa asam di dalam mulut
Ansietas
Sensasi muntah
Gangguan psikologis
Faktor yang berhubungan Rasa makanan/minuman yang
tidak enak
Biofisik
Stimuli lingkungan yang tidak
menyenangkan
Distensi lambung
Stimuli penglihatan yang tidak
Gangguan biokimia (mis., menyenangkan
uremia,ketoasidosis diabetik) Takut
Iritasi gastrointestinal
Kehamilan
Labirinitis
Mabuk perjalanan
Meningitis
Peningkatan tekanan
intrakranial (TIK)
Penyakit esofagus
Penyakit meneire
Penyakit prankreas
2.3.1 Diagnosa Keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
(penyakit)
16
NOC
17
dapatditerima oleh pasien
Aktivitas-aktivitas Dorong pasien untuk mendiskusikan
Lakukan pengkajian nyeri
pengalaman nyerinya sesuai
komprehensif yang meliputi lokasi ,
kebutuhan
karekteristik,onset/durasi, frekuensi, Beri tahu dokter jika tindakan tidak
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri berhasil dan jika keluhan pasien saat
dan faktor pencetus
ini berubah signifikan dari
Observasi adanya petunjuk nonverbal
pengalaman nyeri sebelum nya
mengenai ketidak-nyamanan terutama
Kurangi atau eliminasi faktor-faktor
pada mereka yang tidak bisa
yang dapat mencetuskan atau
berkomunikasi secara efektif
meningkatkan nyeri(misalnya,
Pastikan perawatan analgesic bagi
ketakutan, kelelahan,keadaan
pasien dilakuka dengan pemantauan
monoton dan kurang pengetahuan)
yang ketat
Pertimbangkan keinginann pasien
Gunakan strategi komunikasi
untuk berpartisipasi, kemampuan
terapeutik untuk mengetahui
berpaartisipasi, kecenderungan,
pengalaman nyeri dan sampaikan
dukungan dari orang terdekat terhadap
penerimaan pasien terhadap nyeri
Gali pengetahuan dan kepercayaan dan kontraindikasi ketika memilih
pasien mengenai nyeri strategi penurunan nyeri
Perhatikan pengaruh budaya terhadap Pilih dan implementasikan tindakan
respon nyeri yang beragam (misalnya,farmakologi,
Tentukan akibat dari pengalaman nyeri
nonfarmakologi, interpersonal) untuk
terhadap kualitashidup pasien
memfasilitasi penurunan nyeri, sesuai
(misalnya, tidur, nafsu makan,
dengan kebutuhan
pengertian, perasaan , hubungan Ajarkan prinsip-prinsip manajemen
peforma kerja, dan tanggung jawab nyeri
Pertmbangkan tipe dan sumber nyeri
peran)
Gali bersama pasien faktor-faktor yang ketika memilih strategi penurunn
dapat menurunkan atau memperberat nyeri
Dorong pasien untuk memonitor nyeri
nyeri
Evaluasi pengalaman nyeri dan menangani nyerinya dengan tepat
Ajarkan penggunaan teknik
dimasalaluyang meliputi riwayat nyeri
nonfarmakologi (seperti, biofeed back.
kronik individu atau keluarga atau
TENS, hypnosis, relaksasi, bimbingan
nyeri yang menyebabkan
antisipasif, terapi music, terapi
disability/ketidakmampuan/kecacatan,
bermain,, terapi aktifitas, akupressur,
dengan tepat
Evaluasi bersama pasien dan tim aplikasi panas/dingin dan pijatan,
kesehatan lain mengenai efektivitas sebelum , sesudah dan jika
tindakan pengontrolan nyer yang memungkinkan , ketika melakukan
pernah di lakukan sebelumnya aktifitas yang menimbulkan nyeri,
18
Bantu keluarga dalam mencari dan sebelum nyeri terjadi atau meningkat
menyediakan dukungan dan bersamaan dengan tindakan
Gunakan metode penilaian yang sesuai
penurunan rasa nyeri lainnya)
dengan tahapan perkembangan yang Gali penggunaan metode farmakologi
memungkinkan untuk meonitoring yang di pakai pasien saat ini untuk
perubahan nyeri yang akan dapat menurunkan nyeri
Ajarkan metodefarmakologi untuk
membantu mengidentifikasi faktor
menurunkan nyeri
pencetus actual dan potensial (missal,
Dorong pasien menggunakan obat-
catatan perkembangan dan catatan
oobatan penurun nyeri yang adekuat
harian) Kolaborasi dengan pasien, orang
Tentukan kebutuhan frekuensi untuk
terdekat dan tim kesehatan lainnya
melakukan pengkajian
untuk memilih dan
ketidaknyamanan pasien dan
mengimplementasikan tindakan
mengimplementasikan rencana
penurunan nyeri nonfarmakologi
monitor
sesuai kebutuhan
Berikan informasi mengenai nyeri ,
Beriakn individu penurun nyeri yang
seperti penyebab nyeri, berapa lama
optimal dengan peresepan analgesic
nyeri akan dirasakan , dan antisipasi Implementasikan penggunaan pasien –
dari ketidak-nyamanan akibat prosedur -terkontrol analgesic (PCA), jika
Kendalikan faktor lingkungan yang
sesuai
dapat mempengaaruhi respon pasien Gunakan tindakan pengontrol nyeri
terhadap ketidaknyamanan (misalnya, sebelum nyeri bertambah berat
Berikan obat sebelum melakukan
suhu, ruangan , pencaahayaan, suara
aktivitas untuk meningkatkan
bising)
Informasikan tim kesehatan lain atau partisipasi, namun (lakukan) evaluasi
anggota keluarga mengenai strategi (mengenai) bahaya dari sedasi
Pastikan pemberian analgesic dan atau
nonfarmakologi yang sedang di
strategi nonfarmakologi sebelum
gunakan untuk mendorong pendekatan
dilakukan prosedur yang
preventif terkait dengan manajemen
menimbulkan nyeri
nyeri
Periksa tingkat ketidak nyamanan
Gunakan pendekata multi disiplin untu
bersama pasien , catat perubahan pada
manajemen nyeri , jika sesuai
Pertimbangkan untuk merujuk pasien catatan medis pasien , informasikan
keluarga dan orang terdekat pada petugas kesehatan lain yang merawat
kelompok pendukung dan sumber- pasien
Evaluasi keefektifan dan dari tindakan
sumber lainnya sesuai kebutuhan
Berikan informasi yang akurat untuk pengontol nyeri yang di pakai selama
meningkatkan pengetahun dn respon pengkajian nyeri dilakukan
Mulai dan modifikasi tindakan
keluarga terhadap pengalaman nyeri
Libatkan keluarga dalam modalitas pengontrolan nyeri berdasarkan
19
penurunan nyeri, jika memungkinkan respon pasien
Monitor kepuasan pasien terhadap Dukung istirahaat atau tidur yang
manajeman nyeri dalam interval yang adekuat untuk membantu penurunan
spesifik nyeri
NIC
20
keefektifan analgesik untuk dengan keterlibatan dalam keputusan
mengoptimKolaborasikan dengan pengurangan nyerialkan respon
dokter apakah obat, dosis, rute pem pasien
berian, atau perubahan interval
dibutuhkan, buat rekomendasi khusus
berdasarkan prinsip analgesik
NIC
NIC
21
Berkolaborasi dengan dokter, pasien dan yang tepat pada alat PCA
anggota keluarga dalam memilih jenis Bantu pasien dan keluarga untuk
narkotik yang akan digunakan mengatur dosis tepat yang
Rekomendasikan pemberian aspirin dan dibutuhkan pada alat PCA
obat-obat anti-infla- masi nonsteroid Konsultasikan dengan pasien,
sebagai pengganti narkotik, sesuai anggota keluarga dan dokter
kebutuhan untuk menyesuaikan interval
Rekomendasikan penghentian pemberian penghentian, laju dasar dan dosis
opioid melalui jalur lain yang dibutuhkan sesuai dengan
Hindari penggunaan meperidine respon pasien
hydrochloride (Demerol) Instruksikan pasien bagaimana
Pastikan bahwa pasien tidak alergi terhadap meningkatkan atau menurun kan
analgesik yang akan diberikan titrasi dosis, sesuai dengan laju
Instruksikan pasien dan keluarga untuk pernapasan, intensitas dan
memonitor intensitas, kualitas dan durasi kualitas nyeri dan
nyeri Instruksikan pasien dan anggota
Instruksikan pasien dan keluarga untuk keluarga terkait reaksi efek
memonitor laju per-napasan dan tekanan samping dari agen pengurang
darah rasa nyeri
Pasang akses nasogastrik, vena, subkutan Dokumentasikan nyeri pasien,
atau spiral, sesuai kebutuhan jumlah dan frekuensi dosis obat
Validasi bahwa pasien dapat menggunakan dan respon terhadap pengobatan
alat PCA (misalnya, mampu berkomunikasi, nyeri dalam catatan per
memahami penjelasan dan mengikuti arahan kembangannya
) Monitor ketat ada tidaknya
Kolaborasi dengan pasien dan keluarga depresi pernapasan pada pasien
untuk memilih tipe alat infus PCA yang yang berisiko (misalnya., usia
sesuai lebih dari 70 tahun; riwayat henti
Instruksikan pasien dan anggota keluarga napas saat tidur penggunaan
mengenai bagaimana cara menggunakan bersama PCA dengan agen
alat PCA penekan fungsi sistem saraf
Bantu pasien dan keluarga untuk pusat, obesitas, pembedahan
menghitung konsentrasi yang tepat antara abdo- men bagian atas atau
obat dan cairan, menetapkan jumlah cairan pembedahan thor pemberian
yang mengalir setiap jam melalui alat PCA bolus PCA lebih dari 1 mg;
riwayat kerusakan ginjal, hati,
Bantu pasien bolus analgesik yang tepat
paru paru dan jantung)
Instruksikan pasien dan keluarga untuk
Rekomendasikan rejimen bowel
mengatur laju dasar infus yang tepat pada
untuk menghindari konstipasi
alat PCA
Konsultasikan dengan ahli nyeri di klinik
bagi pasien yang mengalami kesulitan
dalam mencapai pengontrolan nyeri
22
INDIKATOR
101401 Hasrat keinginan untuk makan
101402 Mencari makanan
101403 Menyenangi makan
101404 Merasakan makanan
101405 Energy untuk makan
101406 Intake makanan
101407 Intake nutrisi
101408 Intake cairan
101409 Rangsangan untuk makan
NOC : Kontrol Mual( 1618 )
Definisi : Tindakan personal untuk mengontrol mual, muntah muntah, dan gejala
muntah
INDIKATOR
161801 Mengenali onset mual
161802 Mendeskripsikan faktor faktor penyebab
161803 Mengenali pencetus stimulus [muntah]
161804 Menggunakan buku harian untuk memantau gejala dari waktu ke
waktu
161805 Menggunakan langkah langkah pencegahan
161806 Menghindari faktor faktor penyebab bila mungkin
161807 Menghindari bau yang tidak menyenangkan
161808 Menggunakan obat antiemetik seperti yang direkomendasikan
161809 Melaporkan kegagalan pengobatan antiemetic
161810 Melaporkan efek samping mengganggu dari antiemetic
161811 Melaporkan gejala yang tidak terkontrol kepada professional
kesehatan
161812 Melaporkan mual, muntah muntah, dan muntah yang terkontrol
Definisi : Keparahan efek yang mengganggu dari mual kronis, muntah muntah serta
muntah serta muntah yang mengganggu fungsi hidup sehari hari
INDIKATOR
210601 Asupan cairan menurun
210602 Asupan makanan berkurang
210603 Output urin menurun
210604 Perubahan keseimbangan cairan
23
210605 Perubahan elektrolit serum
210606 Perubahan asam/basa
210625 Kehilangan selera makan
210626 Intoleransi bau
210607 Perubahan status nutrisi
210608 Penurunan berat badan
210609 Malaise
210610 Lethargy
210611 Intoleransi gerakan
210612 Gangguan aktivitas fisik
210613 Tidak terganggu
210614 Menarik diri dari hubungan interpersonal
210615 Gangguan penampilan peran
210616 Gangguan penampilan kinerja
210617 Gangguan pada aktivitas rekreasi
210618 Gangguan pada aktivitas sehari hari
210619 Ansietas
210620 Depresi
210621 Stress emosional
210622 Ketidak berdayaan
210623 Efek samping dari obat antiemtik
210624 Keterlambatan pengobatan karena keparahan gejala
NOC : Keparahan Mual & Muntah ( 2107 )
Definisi : Keparahan dari tanda dan gejala mual, muntah muntah dan
INDIKATOR
210701 Frekuensi mual
210702 Intensitas mual
210703 distres mual
210704 Frekuensi muntah
210705 Intensitas muntah
210706 Distres muntah
210707 Frekuensi muntah
210708 Intensitas muntah
210709 Distres muntah
210710 Skresi air ludah yang banyak
210711 Perubahan pengecapan
210712 Intoleransi bau
210713 Kehilanga berat badan
210714 Rasa panas dalam perut
210715 Nyeri lambung
210716 Muntah proyektil
210717 Darah dalam muntahan
210718 Muntahan serbuk kopi
210719 Muntahan bau feses
210720 Ketidakseimbanga elektrolit
24
NIC
25
yang bersifat personal yang memicu atau nonfarmakologi
meningkatkan mual (kecemasan, takut, Ajari pasien penggunan teknik non
kelelahan dan kurangnya pengetahuan) farmakologi (misalnya, biofeedback,
Indentifikasi strategi yang telah berhasil hypnosis, relaksasi, imajinasi terbimbing,
[dilakukan] dalam [upaya] mengurangi terapi music
mual
NIC
Aktivitas-aktivitas
Tentukan obat apa yang diperlukan, dan Dapatkan resep dokter bagi pasien yang
kelola menurut resep dan/atau protocol melakukan pengobatan sendiri dengan
Diskusikan masalah keuangan yang cara yang tepat
berkaitan dengan regimen obat Buat protocol untuk penyimpanan,
Tentukan kemampuan pasien untuk penyimpanan ulangh, dan pemantauan
mengobati diri sendiri dengan cara obat yang tersisa untuk tujuan
tepat pengobatan sendiri
Monitor efektifitas cara pemberian obat Selidiki sumber sumber keuangan yang
yang sesuai memungkinkan untuk memperoleh obat
Monitor pasien mengenai efek yang diresepkan dengan cara yang tepat
teraupeutik obat Tentukan dampak penggunaan obat pada
Monitor tanda gejala toksisitas obat gaya hidup pasien
Monitor efek samping obat Berikan alternative mengenai jangka
Monitor level serum darah (misalnya, waktu dan cara pengobatan mandiri
elektrolit, protromboin, obat untuk meminimalkan efek gaya hidup
obatan,)yang sesuai Bantu pasien dan anggotaa keluarga
Monitor interaksi obat yang dalam membuat penyesuaian gaya hidup
nonterapeutik yang diperlukan terkait dengan
Kaji ulang pasien dan/atau keluarga [pemakaian] obat obat tertentu dengan
secara berkala mengenai jenis dan cara yang tepat
jumlah obat yang dikonsumsi Anjurkan pasien mengenai kapan harus
Buang obat yang kadaluarsa, yang mencari bantuan medis
sudah diberhentikan atau yang Indentifikasi jenis dan jumlah obat yang
mempunyai kontraindikasi obat digunkan
Fasilitasi perubahan pengobatan dokter Berikan informasi mengenai
Monitor respon terhadap perubahan penggunaan obat bebas dan bagaimana
pengobatan dengan cara tepat obat obatan tersebut dapat
Pertimbangkan pengetahuan pasien mempengaruhi kondisi saat ini
mengenai obat obatan Pertimbangkan apakah pasien
Pantau kepatuhan mengenai regimen menggunakan obat obatan berbasis
obat budaya dan kemungkinan adanya efek
dari penggunaan obat bebas dan obat
Pertimbangkan faktor faktor yang dapat
yang diresepkan
menghalangi pasien untuk
mengkomsumsi obat yang diresepkan Kaji ulang strategi bersama pasien
dalam mengelola obat obatan
Kembangkan strategi bersama pasien
untuk meningkatkan kepatuhan Sediakan pasien dengan daftar sumber
mengenai regimen obat yang sumber untuk [bisa] dihubungi untuk
diresepkan mendapatkan informasi lebih lanjut
mengenai obat obatan tersebut
Kosultasi dengan professional perawat
kesehatan lainnya untuk meminimalkan Hubungi pasien dan keluarga setelah
26
jumlah dan frekuensi obat yang pemulangan pasien untuk menjawab
dibutuhkan agar didapatkan efek pertanyaan dan mendiskusikan
terapeutik kekhawatiran terkait dengan regimen
Ajarkan pasien dan/atau anggota Obat
keluarga mengenai tindakan dan efek Dorong pasien untuk [bersedia
samping yang diharapkan dari obat dilakukan] uji skrining dalam
Berikan pasien dan anggota keluarga menentukan efek obat
mengenai informasi tertulis da visual
untuk meningkatkan pemahaman diri
mengenai pemberian obat yang tepat
Kembangkan strategi untuk mengelola
efek samping obat
27
DAFTAR PUSTAKA
28