Anda di halaman 1dari 21

Diet Pada Penderita Luka Bakar

Diet luka bakar adalah suatu tindakan untuk mempercepat


penyembuhan dan mencegah terjadinya gangguan
metabolik serta mempertahankan status gizi secara optimal
selama proses penyembuhan, oleh pasien luka bakar
dengan maksud untuk mempercepat penyembuhan
Tujuan Diet Luka Bakar
• Mempercepat penyembuhan jaringan yang rusak
• Mencegah terjadinya keseimbangan nitrogen
yang negatif
• Memperkecil terjadinya hiperglikemia dan
hipergliseridemia.
• Mencegah terjadinya gejala-gejala kekurangan
zat gizi mikro.
Syarat Diet pada Luka Bakar
• Nutrisi Enteral Dini (NED).
• Kebutuhan energi dihitung dengan
pertimbangan kedalaman dan luas luka bakar
yaitu:
1. Menurut Curreri : 25 kkal/kg BB aktual + 40 kkal x %
luka bakar
2. Menurut Asosiasi Dietetik Australia berdasarkan % luka
bakar.
Kebutuhan energi sehari berdasarkan
persen luka bakar
Luka Bakar (%) Kebutuhan Energi (kkal)

<10 1,2 x AMB


11-20 1,3 x AMB
21-30 1,5 x AMB
31-50 1,8 x AMB
> 50 2,0 x AMB
• Protein tinggi, yaitu 20-25 % dari kebutuhan energi total.
• Lemak sedang, yaitu 15-20 % dari kebutuhan energi total.
• Karbohidrat sedang yaitu 50-60 % dari kebutuhan energi total
• Vitamin diberikan diatas Angka Kecukupan Gizi (AKG)
• Mineral tinggi, terutama zat besi, seng ,natrium, kalium, kalsium, fosfor,
dan magnesium.
• Cairan tinggi
Jenis Diet Dan Indikasi Pemberian
Pada Luka Bakar
• Diet Luka Bakar I-- Air Gula Garam Soda
(AGGS)
0-8 jam pertama : AGGS dan Makanan Cair Penuh ½
kkal/ml, dengan cara drip (tetes) dengan kecepatan 50
ml/jam.
8-16 jam kemudian : ditingkatkan menjadi 1 kkal/ml
dengan kecepatan yang sama.
16-24 jam kemudian: ditingkatkan menjadi 1 kkal/ml
dengan kecepatan 50-75 ml/menit
ditingkatkan menjadi 1 kkal/ml dengan kecepatan 50-
75 ml/menit
Diet Luka Bakar II
Cara pemberiannya sebagai berikut :
– disesuaikan dengan kemampuan pasien, dapat berbentuk cair,
saring, lumat, lunak, atau biasa.
– CairanAGGS, tidak terbatas.
– Bila diberikan dalam bentuk cair, frekuensi pemberian 8 kali sehari.
Volume setiap kali pemberian disesuaikan dengan kemampuan
pasien, maksimal 300 ml.
– Bila diberikan dalam bentuk saring, frekuensi pemberian 3-4 kali
sehari dan dapat dikombinasikan dengan Makanan Cair Penuh untuk
memenuhi kebutuhan gizi.
– Bila diberikan dalam bentuk lunak atau biasa, frekuensi pemberian
disesuaikan dengan kemampuan pasien sehingga asupan zat gizi
terpenuhi.
Preskripsi Diet
• Makanan diberikan setelah fase akut terlampaui dan
aliran darah ke saluran cerna kembali normal.
• Pilih bahan makanan yang mudah dilumatkan,
• Pemberian susu kedelai, kacang merah dan kacang
hijau dapat dianjurkan untuk memberikan glutamin dan
arginin
• Gunakan santan sebagai bahan untuk menggurihkan
makanan
• Minum banyak air untuk mengencerkan darah
• makan sedikit-sedikit tetapi sering.
Bahan Makanan Sehari serta Bahan Makanan
yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan
• Bahan Makanan Sehari
• Bentuk cair : Formula Rumah Sakit (FRS) dan Formula Komersial
(FK).
• Bentuk Saring
Bahan Makanan Berat (gr) URT
Tepung Beras 90 15 sdm
Maizena 15 3 sdm
Telur Ayam 50 1 btr
Daging sapi 100 2 ptg sdg
Tahu 100 1 bh bsr
Kacang Hijau 25 2 ½  sdm
Pepaya 300 3 ptg sdg
Margarin 10 1 sdm
Santan 100 ½ gls
Gula Pasir 60 6 sdm
Gula Merah 50 5 sdm
Susu 500 2 ½ gls
• Makanan ini ditambah Makanan Cair sebagai berikut:
• Pukul 10.00 : Makanan Cair Penuh 200 ml
• Pukul 16.00 : Makanan Cair Penuh 200 ml
• Pukul 21.00 : Makanan Cair Penuh 200 ml
• Pukul 05.00 : Makanan Cair Penuh 200 ml
Bentuk Lunak
Bahan Makanan Berat (gr) URT
Beras 250 5 gls nasi tim
Daging 100 2 ptg sdg
Telur Ayam 50 1 btr
Tempe 100 4 ptg sdg
Kacang Hijau 25 2 ½ sdm
Sayuran 200 2 gls
Buah Pepaya 200 2 ptg sdg
Gula Pasir 50 5 sdm
Minyak 25 2 ½ sdm
Susu 200 1 gls

Makanan ini ditambah Makanan Cair sebagai berikut:


Pukul 10.00 : Makanan Cair Penuh 200 ml
Pukul 16.00 : Makanan Cair Penuh 200 ml
Pukul 21.00 : Makanan Cair Penuh 200 ml
Pukul 05.00 : Makanan Cair Penuh 200 ml
Bentuk Biasa : Diet Energi Tinggi Protein
Tinggi (Diet ETPT),
Bahan ETPT I ETPT II
Makanan
Berat URT Berat URT Bila pasien tidak dapat menghabiskan porsi
(gr) (gr) makanan biasa, maka frekuensi makan dapat
ditambah menjadi 4 kali makanan utama.
Susu 200 1 gls 400 2 gls Jadwal makanan adalah sebagai berikut:
Telur Ayam 50 1 btr 100 2 btr Pukul 08.00 : Makan Pagi
Daging 50 1 ptg 100 2 ptg
Pukul 10.00 : Selingan
Formula 200 sdg 200 sdg
Komersial 30 1 gls 30 1 gls Pukul 13.00 : Makan Siang
Gula Pasir 3 sdm 3 sdm Pukul 16.00 : Selingan
Pukul 18.00 : Makan Malam I
Pukul 21.00 : Makan Malam II
Pukul 05.00 : Selingan
Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak
Dianjurkan
• Bahan makanan yang dianjurkan merupakan semua
bahan makanan sumber energi dan protein seperi
susu, telur, daging, ayam, dan keju, serta gula pasir,
dan sirup.
• Bahan makanan yang tidak dianjurkan yaitu bahan
makanan hiperalergik seperti udang.
Asuhan Keperawatan Kritis
PENGKAJIAN
• Dapatkan riwayat luka bakar. Tanyakan :
– penyebab luka bakar-kimia, termal, atau listrik
– waktu luka bakar-penting karena kebutuhan resusitasi cairan
dihitung dari waktu cedera luka bakar, bukan dari waktu
tibanya ke rumah sakit
– tempat di mana luka bakar terjadi area terbuka atau tertutup
– adanya masalah-masalah medis yang menyertai
– alergi, khususnya sulfa karena banyak antimikrobial topikal
mengandung sulfa
– tanggal terakhir imunisasi tetanus
– obat obatan yang digunakan bersamaan
• Lakukan pengkajian umum (Apendiks F).
• Dapatkan berat badan dasar.
• Lakukan pengkajian luka bakar luka bakar
– Luka luas
– kedalaman luka,
– Inspeksi bagian luar kulit terhadap luka bakar
listrik
Kaji terhadap cedera inhalasi asap
• hangus pada rambut hidung dan wajah
• mukosa bukal merah
• rales pulmonal
Periksa hasil pemeriksaan laboratorium
• JDL mengkaji hemoknnsentrasi.
• Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini
terutama penting untuk memeriksa kalium terhadap peningkatan dalam 24
jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung
• Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar x dada mengkaji fungsi pulmonal,
khususnya pada cedera inhalasi asap
• BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
• Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan
kerusakan atot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
• Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
• Koagulsai memenksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada
luka bakar masif.
• Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.
Kaji pemahaman pasien dan orang terdekat
tentang tindakan, masalah, dan perasaan tentang
cedera
DIAGNOSA
• Kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan cairan aktif
• Resiko infeksi berhubungan dengan adanya
luka
TENGKYU LAF

Anda mungkin juga menyukai