PENDAHULUAN
Luka bakar dapat terjadi dimana saja baik dirumah, tempat kerja bahkan dijalan atau ditempat
– tempat lain. Penyebab luka bakarpun bermacam – macam bisa berupa api, cairan panas, uap
panas bahkan bahan kimia, aliran listrik dan lain-lain.
Luka bakar merupakan kerusakan jaringan akibat kontak dengan sumber panas.
Menimbulkan kondisi kerusakan kulit selain itu juga dapat mempengaruhi berbagai sistem
tubuh. Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi
kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsun. Masalah kompleks
ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan.
Akibat perawatan luka bakar yang tidak semaksimal mungkin maka dapat menimbulkan
hipertrofi jaringan parut, kontraktur, deformitas, dekubitus, gagal ginjal akut, sepsis dan
pneumonia. Dengan demikian perlu adanya kerja sama yang baik antara anggota tim
kesehatan yang terkait.
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana diet yang baik pada pasien luka bakar ?
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PELAYANAN GIZI PADA LUKA BAKAR
E. Bahan Makanan Sehari serta Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak
Dianjurkan
1. Bahan Makanan Sehari
a. Bentuk Cair
Diberikan dalam bentuk Makanan Cair Penuh, yaitu Formula Rumah Sakit (FRS) dan
Formula Komersial (FK).
b. Bentuk Saring
Diberikan dalam bentuk Makanan Saring, yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.2 Bahan Makanan Sehari (Makanan Cair)
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA pasien DENGAN LUKA BAKAR (COMBUSTIO)
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi kerusakan
fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi
semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan. Dua puluh tahun lalu,
seorang dengan luka bakar 50% dari luas permukaan tubuh dan mengalami komplikasi dari luka dan
pengobatan dapat terjadi gangguan fungsional, hal ini mempunyai harapan hidup kurang dari 50%.
Sekarang, seorang dewasa dengan luas luka bakar 75% mempunyai harapan hidup 50%. dan bukan
merupakan hal yang luar biasa untuk memulangkanpasien dengan luka bakar 95% yang
diselamatkan. Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini untuk
mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka dan tehnik rehabilitasi yang
lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup pada sejumlah klien dengan
luka bakar serius.
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang
berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka bakar
yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam,
memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka
bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan
komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi.
Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena
sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan
resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada
kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik
pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. Pengetahuan umum perawat tentang
anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk mengenal perbedaan dan
derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya
komplikasi multi organ yang menyertai.
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan lokasi
dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya dan inhalasi asap
dapat mempengaruhi beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang menyertai. Klien luka bakar sering
mengalami kejadian bersamaan yang merugikan, seperti luka atau kematian anggota keluarga yang
lain, kehilangan rumah dan lainnya. Klien luka bakar harus dirujuk untuk mendapatkan fasilitas
perawatan yang lebih baik untuk menangani segera dan masalah jangka panjang yang menyertai
pada luka bakar tertentu.
Definisi
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan
petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo,
2001).
Etiologi
b. Cairan
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini, seorang penderita
akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life thretening. Dalam fase awal penderita akan
mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation
(sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar,
namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam
pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut.
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera
termal yang berdampak sistemik. Problema sirkulasi yang berawal dengan kondisi syok (terjadinya
ketidakseimbangan antara paskan O2 dan tingkat kebutuhan respirasi sel dan jaringan) yang bersifat
hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih ditingkahi denagn problema
instabilitas sirkulasi.
2. Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas
dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional.
3. Keadaan hipermetabolisme.
C. Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan
fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang
hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.
Lebih dalam Kontak dengan Blister besar dan lembab Berbintik-bintik Sangat nyeri
dari ketebalan bahan air atau yang ukurannya bertambah yang kurang
partial bahan padat. besar. jelas, putih,
coklat, pink,
(tingkat II) Jilatan api kepada Pucat bial ditekan dengan daerah merah
pakaian. ujung jari, bila tekanan coklat.
- Superfisial dilepas berisi kembali.
Jilatan langsung
- Dalam kimiawi.
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama
rule of nine atua rule of wallace yaitu:
5) Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%
Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain
:
4) Umur klien.
Tingkat II kurang dari 15% Total Body Surface Area pada orang dewasa atau kurang dari 10% Total Body Surface
Area pada anak-anak.
Tingkat III kurang dari 2% Total Body Surface Area yang tidak disertai komplikasi.
Tingkat II 15% - 25% Total Body Surface Area pada orang dewasa atau kurang dari 10% - 20% Total Body Surface
Area pada anak-anak.
Tingkat III kurang dari 10% Total Body Surface Area yang tidak disertai komplikasi.
Tingkat II 32% Total Body Surface Area atau lebih pada orang dewasa atau lebih dari 20% Total Body Surface Area
pada anak-anak..
c) Luka bakar yang melibatkan muka, tangan, mata, telinga, kaki dan perineum..
f) Luka bakar yang disertai dengan masalah yang memperlemah daya tahan tubuh seperti luka jaringan
linak, fractur, trauma lain atau masalah kesehatan sebelumnya..
A. Parah – critical:
d) Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang luas.
B. Sedang – moderate:
a) Tingkat II : 15 – 30%
C. Ringan – minor:
a) Tingkat II : kurang 15%
Efek fisiologi yang merugikan pada luka bakar dapat ringan, pembentukan jaringan parut lokal
atau luka bakar yang berat yang berupa kematian. Pada luka bakar yang lebih besar terjadi
kecacatan. Setelah permulaan luka bakar dan akibat trauma kulit dapat berkembang dan merusak
berbagai organ. Perkembangan ini kompleks dan pada beberapa kasus kejadiannya tak dapat
dijelaskan. Yang penting besarnya perubahan fisiologi yang disertai dengan luka bakar berkisar pada
dua kejadian yang mendasari yaitu :
2. Stimulasi kompensasi reaksi pertahanan masif yang meliputi pengaktifan respon keradangan dan
respon stress sistem syaraf simpatis.
Ketebalan kulit yang terlibat tergantung pada kerusakan jaringan yang disebabkan oleh
panas. Panas yang kurang dalam waktu yang diperlukan untuk kerusakan pada daerah tubuh dengan
kulit tipis sebanding dengan daerah dimana kulit lebih tebal. Kulit yang paling tebal adalah pada
daerah belakang dan paha, dan yang paling tipis sekitar tangan bagian medial, batang hidung dan
wajah. Kulit umumnya lebih tipis pada anak-anak dan orang tua dari pada dewasa pertengahan.
Orang tua mempunyai penurunan lapisan subkutan, kehilangan serat elastik dan pengurangan
semua kemampuan untuk merespon terhadap trauma.
2. Aktifitas Respon Kompensasi Terhadap Keradangan.
Beberapa luka jaringan yang diterima tubuh sebagai ancaman homeostasis yang normal
adalah respon pertahanan yang dirangsang sebagai sebagai kondisi dan kerusakan, urutan respun
aktual ini selalu sama. Besarnya respon tergantung pada intensitas dan lamanya permulaam
kerusakan. Satu hal yang penting untuk diingat dahwa respon keradangan (inflamatory respon)
merupakan mekanisme kompensasi yang segera membantu tubuh bila invasi atau luka terjadi. Aksi-
aksi ini merencanakan pertahanan lokal dan dalam waktu yang relatif pendek. Bila aksi-aksi ini
menyebar cepat dan menetap, maka akan menyebabkan komplikasi fisiologis yang merugikan yang
juga mempengaruhi pertahanan homeostasis.
Respon terhadap keradangan pada luka terjadi secara primer pada tingkat vasculer.
Kerusakan jaringan dan makrofage dalam jaringan mengurangi kelenjar kimia tubuh (histamin,
bradikinin, serotonin dan vasoaktif-amin yang lain) yang menyebabkan dilatasi pembuluh darah
(vaso) dan meningkatkan permiabilitas kapiler. Bila kerusakan jaringan bersifat luas, substansi ini
disekresi dalam jumlah besar, diedarkan secara sistemik dan menyebabkan perubahan vaskuler pada
semua jaringan. perubahan vaskuler ini bertanggungjawab terhadapmanifestasi klinik dini pembuluh
darah (kardiovasculer) dan komplikasi yang menyertai luka bakar. Substansi ini juga mempengaruhi
darah dan pembuluh darah, substansi kimiawi (chemotaksik) yang disertai oleh jaringan makrofage
yang mengikal leukosit khusus pada lokasi luka dan merubah sumsum tulang dan kematangan
leukosit. Perubahan ini segera menyeluruh dan lebih jauh mempengaruhi fungsi kekebalan tubuh.
Respon sistem syaraf simpatis dibangkitkan oleh pemisahan simpatis pada sistem syaraf
otonom pada hubungan sistem endokirn sebagai reaksi internal pada kondisi yang mengancam
kekacauan homeostasis internal. Reaksi ini kadang-kadang berbentuk gejala adaptasi umum (general
adaptif syndrom) atau reaksi bertempur dan lari (fight or flight) karena mereka mempersiapkan
tubuh untuk aktifitas yang mengijinkan perubahan pada keadaan semula. Respon terhadap stress
segera menimbulkan perubahan fisiologi (adaptasi) yang merangsang atau menambah fungsi untuk
keperluan bertempur atau lari (fight or flight) atau menambah fungsi agar tidak segera
menyebabkan fight or flight.
Perubahan ( s/d 48-72 jam pertama) (12 jam – 18/24 jam pertama)
Kadar Na+ direabsorbsi oleh Defisit sodium. Kehilangan Na+ Defisit sodium.
sodium/natri ginjal, tapi melalui diuresis
um. kehilangan Na+ (normal kembali
melalui eksudat dan setelah 1
tertahan dalam minggu).
cairan oedem.
Respon stres. Terjadi karena Aliran darah Terjadi karena Stres karena
trauma, peningkatan renal sifat cidera luka.
produksi cortison. berkurang. berlangsung
lama dan
terancam
psikologi pribadi.
Penatalaksanaan
A. Resusitasi A, B, C.
1) Pernafasan:
b) Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin iritasi Bronkhokontriksi obstruksi gagal
nafas.
2) Sirkulasi:
gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra vaskuler hipovolemi
relatif syok ATN gagal ginjal.
Dewasa : Baxter.
RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.
RL : Dextran = 17 : 3
2 cc x BB x % LB.
Kebutuhan faal:
1 – 3 tahun : BB x 75 cc
3 – 5 tahun : BB x 50 cc
Hari kedua:
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
100
- Tulle.
F. Obat – obatan:
o Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.
o Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur.
1. Pengkajian
a) Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit; gangguan
massa otot, perubahan tonus.
b) Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan nadi perifer
distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih
dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan
oedema jaringan (semua luka bakar).
c) Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
d) Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila
terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan
mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar
kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
e) Makanan/cairan:
f) Neurosensori:
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera
ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman
penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran
saraf).
g) Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh;
ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat
nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung
saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
h) Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi).
Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral
dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau
stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas:
gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
i) Keamanan:
Tanda:
Kulit umum: destruksi jarinagn dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan
proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya
penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase intensitas panas yang
dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh
pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau
jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan
jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis. Penampilan luka
bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada
proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar.
Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik sehubungan
dengan syok listrik).
j) Pemeriksaan diagnostik:
(2) Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama penting untuk
memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat
menyebabkan henti jantung.
(3) Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada cedera
inhalasi asap.
(5) Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan otot pada luka bakar
ketebalan penuh luas.
(7) Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar masif.
(8) Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.
2. Diagnosa Keperawatan
Sebagian klien luka bakar dapat terjadi Diagnosa Utama dan Diagnosa Tambahan selama menderita
luka bakar (common and additional). Diagnosis yang lazim terjadi pada klien yang dirawat di rumah
sakit yang menderila luka bakar lebih dari 25 % Total Body Surface Area
2. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan ketidak seimbangan elektrolit dan kehilangan volume
plasma dari pembuluh darah.
3. Perubahan Perfusi Jaringan berhubungan dengan Penurunan Kardiak Output dan edema.
4. Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan kesukaran bernafas (Respiratory Distress) dari
trauma inhalasi, sumbatan (Obstruksi) jalan nafas dan pneumoni.
5. Perubahan Rasa Nyaman : Nyeri berhubungan dengan paparan ujung syaraf pada kulit yang rusak.
8. Perubahan Nutrisi : Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan peningkatan rata-
rata metabolisme.
9. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan luka bakar, scar dan kontraktur.
10. Gangguan Gambaran Tubuh (Body Image) berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
Marilynn E. Doenges dalam Nursing care plans, Guidelines for planning and documenting patient
care mengemukakan beberapa Diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1 Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi trakeabronkial;edema
mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka bakar daerah leher; kompresi jalan nafas thorak dan dada
atau keterdatasan pengembangan dada.
2 Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan melalui rute
abnormal. Peningkatan kebutuhan : status hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan. Kehilangan
perdarahan.
3 Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau sindrom
kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher.
4 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat; kerusakan
perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan Hb,
penekanan respons inflamasi.
7 Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik
(sebanyak 50 % - 60% lebih besar dari proporsi normal pada cedera berat) atau katabolisme protein.
9 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan permukaan kulit karena
destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam).
10 Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisis situasi; kejadian traumatik
peran klien tergantung, kecacatan dan nyeri.
11 Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
Salah interpretasi informasi Tidak mengenal sumber informasi.
Rencana Intervensi
Rencana Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan
Keperawata
Kriteria Intervensi Rasional
n
Hasil
Resiko Bersihan Kaji refleks Dugaan cedera inhalasi
bersihan jalan nafas gangguan/menelan;
jalan nafas tetap efektif. perhatikan pengaliran air
tidak efektif Kriteria liur, ketidakmampuan Takipnea, penggunaan
berhubungan Hasil : menelan, serak, batuk otot bantu, sianosis dan
dengan obstr Bunyi nafas mengi. perubahan sputum
uksi vesikuler, Awasi frekuensi, irama, menunjukkan terjadi
trakheobronk RR dalam kedalaman pernafasan ; distress
hial; oedema batas perhatikan adanya pernafasan/edema paru
mukosa; normal, pucat/sianosis dan dan kebutuhan
kompressi bebas sputum mengandung intervensi medik.
jalan nafas . dispnoe/cya karbon atau merah muda.
nosis. Obstruksi jalan
Auskultasi paru, nafas/distres pernafasan
perhatikan stridor, dapat terjadi sangat
mengi/gemericik, cepat atau lambat contoh
penurunan bunyi nafas, sampai 48 jam setelah
batuk rejan. terbakar.
Temuan-temuan ini
mennadakan
hipovolemia dan
perlunya peningkatan
cairan. Pada lka bakar
luas, perpindahan cairan
dari ruang intravaskular
ke ruang interstitial
menimbukan
hipovolemi.
Rasional
Pemeriksaan untuk
mengkaji pertukaran gas
yang adekuat dan bersihan
saluran napas merupakan
aktivitas keperawatan yang
esensial. Frekuensi,
kualitas, dan dalamnya
respirasi harus dicatat.
Paru-paru diauskultasi
1. Asuhan keperawatan cedera luka bakar di rawat darurat untuk mendeteksi suara
tambahan (abnormal).
a. Pengkajian Disamping pengkajian
keperawatan terhadap
Dalam melakukan pengkajian cedera luka bakar di ruang gawat status respirfasi, oksimeter
darurat, perawat menginventarisasi dari data-data hasil pengkajian denyut nadi dapat
yang didapat melalui petugas di luar rumah sakit (petugas digunakan untuk
penyelamat, seperti PPPK atau petugas gawat darurat). Pengkajian memantau kadar oksigen
keperawatan dalam fase darurat luka bakar berfokus pada dalam darah arterial.
prioritas utama bagi setiap pasien terutama dengan luka sebagai Pemakaian oksimeter
permasalahan sekunder. denyut nadi pada pasien
luka bakar memiliki
Apabila pasien mampu bicara, lakukan pemberian pertanyaan kekurangan, yaitu perfusi
tetang proses dan mekanisme cedera secara ringkas dan cepat. jaringan yang buruk, serta
Parameter anamnesis yang penting adalah penyebab cedera luka edema mempersulit
bakar yang akan berpengaruh terhadap intervensi yang akan pemeriksaan untuk
dilaksanakan. mendapatkan signal yang
akurat, dan oksimeter tidak
Pengkajian tanda-tanda vital harus diperiksa dengan sering. Status dapat membedakan
respirasi dipantau dengan ketat. Denyut nadi apikal, karotid, dan karboksi-hemoglobin
femoral dievaluasi. Pemantauan jantung dilakukan bila terdapat dengan oksihemoglobin.
indikasi pasien memiliki riwayat penyakit jantung,cedera listrik
atau masalah respirasi, atau bilamana irama denyut nadi Monitor ketat TTV
terganggu, atau frekuensi nadinya abnormal lambat atau cepat.
Jika semua ekstremitas terbakar. Pengukuran tekanan darah Perubahan TTV akan
mungkin sulit dikerjakan. Balutan steril yang ditaruh di bawah memberikan dampak pada
manset sphygmomanometer akan melindungi luka terhadap risiko asidosis yang
kemungkinan terkontaminasi. Oleh karena bertmabahnya edema bertambah berat dan
membuat tekanan darah sulit diauskultasi. berindikasi pada intervensi
untuk secepatnya
Pada pasien dengan cedera luka bakar derajat 2 dan 3, selang infus melakukan koreksi asidosis.
yang berdiameter besar dan kateter urine harus dipasang.
Pengkajian perawat mencakup pemantauan intake dan output Beri oksigen 4 l/menit
cairan. Urine output merupakan indikator yang sangat baik untuk dengan metode kanul atau
memajukan status sirkulasi harus dipantau dengan cermat dan sungkup non-rebreating.
diukur setiap 1 jam. Jumlah urin yang diperoleh pertama kali ketika
kateter urine dipasang harus dicatat karena data ini dapat Terapi pemeliharaan untuk
membantu menentukan fungsi ginjal dan status cairan sebelum kebutuhan asupan
pasien mengalami luka bakar. Pengkajian urine output dan oksigenasi.
mioglobin yang terjadi akibat kerusakan otot karena luka bakar
yang dalam dengan disertai cedera listrik atau kontak yang lama Istirahatkan pasien dengan
dengan nyala api. posisi fowler
Pengkajian suhu tubuh, berat badan, riwayat berat praluka bakar, Posisi fowler akan
alergi, imunisasi tetanus, masalah medis serta bedah pada masa meningkatkan ekspansi
lalu, penyakit yang sekarang dan penggunaan obat harus dinilai. paru optimal. Istirahat akan
Pengkajian fisik dari kepala hingga ujung kaki dilakukan dengan mengurangi kerja jantung,
berfokus pada tanda-tanda dan gejala dari penyakit atau cedera meningkatkan tenaga
yang menyertai atau komplikasi yang timbul. cadangan jantung, dan
menurunkan tekanan
Pengkajian terhadap luas luka bakar harus berkesinambungan dan darah.
difasilitasi dengan menggunakan diagram anatomik. Disamping itu,
perawat harus bekerja sama dengan dokter untuk mengkaji Ukur intake dan output
dalamnya luka bakar, serta mengidentifikasi daerah-daerah luka
bakar derajat 2 dan 3. Luka bakar derajat 2 superfisial ditandai oleh Penurunan curah jantung,
segera terjadinya lepuh dan nyeri hebat. Luka bakar derajat kedua mengakibatkan gangguan
dalam ditandai oleh lepuh, atau jaringan kering yang sangat tipis perfusi ginjal, retensi
yang menutupi luka yang kemudian terkelupas. Luka yang mungkin natrium/air, dan penurunan
tidak nyeri. Luka bakar derajat 3 tampak datar, tipis, dan urine output.
kemerahan. Dapat ditemukan koagulasi pembuluh-pembuluh
darah. Kulit mungkin tampak putih atau hitam. Luka bakar listrik Manajemen lingkungan:
mungkin mirip dengan luka bakar panas, atau mungkin tampak lingkungan tenang dan
sebagai daerah keperakan yang menjadi gembung. Luka bakar batasi pengunjung
listrik biasanya timbul di titik kontak listrik. Kerusakan internal
akibat luka bakar lustrik mungkin jauh lebih parah daripada luka Lingkungan tenang akan
yang tampak dari bagian luar. menurunkan stimulasi nyeri
eksternal dan pembatasan
Pengkajian neurologik berfokus pada tingkat kesadaran pasien, pengunjung akan
status fsikologik, tingkat nyeri serta kecemasan, dan perilaku membantu meningkatkan
pasien. Pemahaman pasien dan keluarganya terhadap cedera serta kondisi O2 ruangan yang
penanganannya juga perlu dinilai. akan berkurang apabila
banyak pengunjung yang
b. Diagnosa Keperawatan berada diruangan.
1) Aktual/risiko gangguan pertukaran gas b.d keracunan karbon Jika penyebab masalah
monoksida, inhalasi asap dan obstruksi saluran napas atas. adalah masukan klorida,
maka pengobatannya
2) Aktual/risiko bersihan jalan napas tidak efektif b.d edema dan adalah ditujukan pada
efek dari inhalasi asap. menghilangkan sumber
klorida.
3) Aktual/risiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d
peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan akibat * Pantau data laboraturium
evaporasi dari daerah luka bakar. analisis gas darah
berkelanjutan.
4) Aktual/risiko hipotermia b.d gangguan mikrosirkulasi kulit dan
luka yang terbuka. Tujuan intervensi
keperawatan pada asidosis
5) Nyeri b.d hipoksia jaringan, cedera jaringan, serta saraf dan metabolik adalah
dampak emosional dari luka bakar. meningkatkan pH sistemik
sampai ke batas yang aman,
6) Kecemasan b.d ketakutan dan dampak emosional dari luka dan menanggulangi sebab-
bakar. sebab asidosis yang
mendasarinya. Dengan
c. Rencana Keperawatan monitoring perubahan dari
analisa gas darah berguna
Tujuan utama fase darurat/resusitiasi dalam perawatan luka bakar untuk menghindari
mencakup pemeliharaan saluran napas yang paten, ventilasi, dan komplikasi yang tidak
oksigenasi jaringan, pencapaian keseimbangan cairan serta diharapkan.
elektrolit yang optimal dan perfusi organ-organ vital, pemeliharaan
suhu tubuh yang normal, rasa nyeri serta ansietas yang minimal, 1) Aktual/risiko bersihan
dan tidak adanya komplikasi yang potensial. jalan napas tidak efektif b.d
edema dan efek dari
1) Aktual/risiko gangguan pertukaran gas b.d keracunan karbon inhalasi asap.
monoksida, inhalasi asap dan obstruksi saluran napas atas.
Tujuan:
Tujuan:
Dalam waktu 1 x 24 jam
Dalam waktu 1 x 24 jam gangguan pertukaran gas teratasi. pasca-bedah hati,
kebersihan jalan napas
Kriteria Evaluasi: pasien tetap optimal.
b) RR dalam rentang normal sesuai tingkat usia, misalnya pada a. Jalan napas bersih,
dewasa 12-20x/menit. tidak ada obstruksi pada
jalan napas.
Intervensi
Rasional
Pemberian oksigen
dilakukan pada fase awal
pascabedah. Pemenuhan
oksigen dapat membantu
meningkatkan PaO2 di
cairan otak yang akan
memengaruhi pengaturan
pernapasan.
Lakukan tindakan
kedaruratan jalan napas
agresif.
Tindakan perawatan
pulmoner yang agresif,
termasuk tindakan
membalikkan tubuh pasien,
mendorong pasien untuk
batuk serta bernapas
dalam, memulai inspirasi
kuat yang periodik dengan
spirometri, dan
mengeluarkan timbunan
sekret melalui pengisapan
trakea jika diperlukan.
Semuanya ini merupakan
tindakan yang penting
terutama pada pasien luka
bakar dengan cedera
inhalasi. Pengaturan posisi
tubuh pasien untuk
mengurangi kerja
pernapasan, meningkatkan
ekspansi dada yang
maksimal, dan pemberian
oksigen yang dilembapkan
atau pelaksanaan ventilasi
mekanis dapat menurunkan
lebih lanjut stres metabolik
dan memastikan oksigenasi
jaringan yang adekuat.
Asepsi dipertahankan
melalui perawatan untuk
menghindari kontaminasi
pada traktus respiratorius
dan mencegah infeksi yang
meningkatkan kebutuhan
oksigen metabolik.
2) Aktual/risiko
ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit b.d
peningkatan permeabilitas
kapiler dan kehilangan
cairan akibat evaporasi dari
daerah luka bakar.
Tujuan:
Dalam waktu 1 x 24 jam
tidak terjadi
ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit.
Kriteria Evaluasi:
b) Membran mukosa
lembap, turgor kulit
normal, CRT < 3 detik.
d) Laboratorium: nilai
elektrolit normal, analisis
gas darah normal.
Intervensi
Rasional
Intervensi pemenuhan
cairan:
* Identifikasi faktor
penyebab, awitan (onset),
spesifik usia, luas luka
bakar, kedalaman luka
bakar, dan adanya riwayat
penyakit lain.
* Lakukan pemasangan
IVFD (intravenous fluid
drops).
* Dokumentasi dengan
akurat tentang intake dan
output cairan.
Parameter dalam
menentukan intervensi
kedaruratan. Perpindahan
dan kehilangan cairan yang
cepat selama periode awal
pasca-luka bakar
mengharuskan perawat
untuk memeriksa tanda-
tanda vital dan urine output
dengan sering disamping
menilai tekanan vena
sentral, tekanan arteri
pulmonalis, serta curah
jantung pada pasien luka
bakar yang sakitnya berat.
Pemberian cairan infus
dilakukan menurut program
medis. Volume cairan yang
diinfuskan harus sebanding
dengan volume urin output.
Pencatatan intake dan
output cairan yang cermat
serta berat badan pasien
juga diperlukan. Kadar
elektrolit serum harus
dipantau. Perawat biasanya
merupakan petugas
pertama untuk mengenali
terjadinya
ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit.
* Dokumentasikan
perubahan klinik dan
laporkan dengan tim medis
* Monitor khusus
ketidakseimbangan
elektrolit pada lansia
3) Aktual/risiko
hipotermia b.d gangguan
mikrosirkulasi kulit dan luka
yang terbuka.
Tujuan:
Kriteria Evaluasi:
c) Akral hangat
Intervensi
Rasional
Lakukan intervensi
perawatan luka dengan
cepat.
Tujuan:
Kriteria Evaluasi:
a) Secara subjektif
melaporkan nyeri
berkurang atau dapat
diadaptasi. Skala nyeri 0-1
(0-4).
b) Dapat
mengidentifikasi aktivitas
yang meningkat atau
menurunkan nyeri.
Intervensi
Rasional
* Istirahatkan klien
Distraksi ( pengalihan
perhaitan) dapat
menurunkan stimulus
internal dengan mekanisme
peningkatan produksi
endorfin dan enkefalin yang
dapat memblok reseptor
nyeri untuk tidak dikirimkan
ke korteks serebri sehingga
menurunkan persepsi nyeri.
5) Kecemasan b.d
ketakutan dan dampak
emosional dari luka bakar.
Tujuan:
Kriteria Evaluasi:
a) Pasien menyatakan
kecemasan berkurang,
mengenal perasaannya,
dapat menidentifikasi
penyebab atau faktor yang
memengaruhinya,
kooperatif terhadap
tindakan , dan wajah rileks.
Intervensi
Rasional
Hindari konfrontasi
Konfrontasi dapat
meningkatkan rasa marah,
menurunkan kerja sama
dam mungkin
memperlambat
penyembuhan.
Dapat menghilangkan
ketegangan terhadap
kekhawatiran yang tidak
diekspresikan.
Kolaborasi: berikan
anticemas sesuai indikasi,
contohnya diazepam.
Powered by