Disusun oleh:
Kelompok V
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3
2.2 Diet pada Pasien Penyakit Usus Halus dan Usus Besar ….…………5
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………..12
3.2 Saran………………………………………………………………….12
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sistem saluran pencernaan adalah saluran yang berfungsi untuk
mencerna makanan, mengabsorpsi zat-zat gizi, dan mengekresi sisa-sisa
pencernaan. Saluran cerna terdiri atas mulut, kerongkongan, lambung, usus
halus, usus besar dan anus.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
Dari rumusan masalah diatas dapat diambil beberapa tujuan, diantaranya:
1. Untuk mengetahui diet pada pasien penyakit lambung.
2. Untuk mengetahui diet pada pasien dengan penyakit pada usus halus dan
usus besar.
3. Untuk mengetahui diet pada saluran pencernaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tujuan Diet
Tujuan diet penyakit lambung adalah untuk memberikan makan dan
cairan secukupnya yang tidak meberatkan lambung serta mencegah dan
menetralakn sekresi asam lambung yang berlebihan.
B. Syarat Diet
Syarat diet penyakit lambung adalah:
1. Mudah cerna, porsi kecil dan sering di berikan.
2. Energy dan protein cukup, sesuai kemampuan pasien untuk menerimanya.
3. Lemak rendah, yaitu 10 – 15 % dari kebutuhan energy total yang di
tingkatkan secara bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan.
4. Rendah serat, terutama serat tidak arut air yang di tingkatkan secara
bertahap.
5. Cairan cukup, terutama bila ada muntah.
6. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secara
termis, mekanis, maupun kimia ( disesuaikan daya terima perorangan).
7. Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa, umumnya tidak di
anjurkan minum susu terlalu banyak.
8. Makan secara perlahan di lingkunan yang tenang.
9. Pada fase akut dapat diberikan makan parenteral saja selama 24 – 48 jam
untuk member istirahat pada lambung.
a. Diet Lambung I
Diet lambung I diberikan pada pasien gastritis akut, ulkus pektikum,
paska pendarahan, dan tifus abdominalis berat. Makanan diberikan dalam
bentuk saring dan merupakan perpindahan dari pasca – hematemesis –
melena, atau setelah fase akut teratasi. Makanan diberikan setiap tiga jam
(lihat makan saring) selama 1 – 2 hari saja karena membosankan serta
kurang energi, zat besi, tiamin, dan vitamin C.
b. Diet Lambung II
Diet lambung II diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung I,
kepada pasien dengan ulkus pektikum atau gastritis kronis dan tifus
abdominalis ringan. Makanan berbentuk lunak, porsi keci serta deberikan
berupa 3 kali makanan lengkap dan 2 – 3 kali makanan selingan. Makanan
ini cukup energy, protein, vitamin C, tetapi kurang tiamin.
Nilai Gizi
Nilai Gizi
Energy 2054 kkal Besi 26 mg
Protein 70 g Vitamin A 29103 RE
Lemak 69 g Tiamin 0,8 mg
Karbohidrat 290 g Vitamn C 204 mg
Kalsium 653 mg
d. Diet Lambung IV
Diet lambung IV diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet
lambung III atau kepada pasien ulkus peptikum ringan, gastritis ringan,
esofagus ringan, serta tifus abdominalis yang hampir sembuh. Makanan
diberikan dalam bentuk lunak dan biasa, tergantung toleransi pasien.
Makanan ini cukup kalori dan semua zat gizi. Nilai gizi makanan ini
adalah 2.080 kalori, 74 gr protein, 65 gr lemak dan 303 gr karbohidrat.
2.2 Diet pada Pasien dengan Penyakit Usus Halus dan Usus Besar
Penyakit usus adalah peradangan terutama pada ileum dan usus besar
dengan gejala diare, disertai darah, lender, nyeri abdomen, berat badan
berkurang, nafsu makan berkurang, demam, dan kemungkinan terjadi
steatorea (adanya lemak daam feses).
Serat makanan adalah polisakarida non pati yang terdapat daam semua
makanan nabati. Serat tidak dapat dicerna oleh enzim cerna tapi berpengaruh
baik untuk kesehatan. Serat terdiri atas dua golongan, yaitu serat larut air dan
serat tidak arut air. Serat yang tidak larut air Adalah beras, gandum,
sayuran, dan buah-buahan. Serat ini dapat mencegah obstisipasi hemoroid dan
hipertikulosis. Serat yang larut air, kacang-kacangan, sayur, dan buah-buahan
sehingga dapat menurunkan absorbs lemak dan kolesterol darah.
Diet saluran cerna berarti diet yang dilakukan saat terjadi gangguan pada
saluran pencernaan. Ada pun gangguan saluran pencernaan itu meliputi
flatulensi, diare, gastrities dan tipoid.
a. Flatulensi
Flatulensi (perut kembung) adalah meningkatnya jumlah gas dalam
saluran pencernaan. Flatulensi disebabkan adanya udara (gas) yang ikut
masuk dalam saluran pencernaan.
Flatulensi biasanya menyebabkan nyeri perut, kembung, sendawa dan
banyak kentut. Tetapi hubungan antara flatulensi dan beberapa gejala ini
tidak diketahui. Beberapa orang tampaknya peka terhadap pengaruh gas
dalam saluran pencernaan, sedangkan yang lainnya bisa mentolerir
sejumlah besar gas tanpa menimbulkan gajala-gejala.
Seseorang yang sering bersendawa atau mengeluarkan gas
secara berlebihan harus mengubah pola makannya dengan menghindari ma
kanan yang sulit dicerna. Hal ini bisa dimulai dengan menghindari susu
dan produk olahannya, kemudian buah segar, sayuran tertentu dan
makanan lainnya. Sendawa juga bisa disebabkan oleh minuman bersoda
atau antasid (misalnya baking soda) sehingga patut diminimalisir konsumsi
air bersoda jika terjadi flatulensi.
b. Diare
Diare merupakan feses terlalu cair yang dikeluarkan oleh tubuh akibat
penyerapan zat-zat makanan yang tidak sempurna dalam saluran
pencernaan. Diare disebabkan oleh beberapa faktor:
1. Infeksi oleh bakteri, virus atau parasit.
2. Alergi terhadap makanan atau obat tertentu.
3. Infeksi oleh bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain seperti:
Campak, Infeksi telinga, Infeksi tenggorokan, Malaria, dll.
4. Pemanis buatan
Saat terjadi diare, diet yang dapat dilakkukan adalah pengaturan
makanan secara umum yaitu dengan pemenuhan cairan yang cukup.
Suhu makanan yang hangat, bentuk makanan lunak, bumbu tidak
merangsang, sayuran dan buah tidak menimbulkan gas.
Dalam diet saat diat, hindari makan makanan yang berserat seperti
agar-agar, sayur dan buah karena makanan berserat hanya akan
memperpanjang masa diare. Makanan berserat hanya baik untuk
penderita susah buang air besar.
c. Gastrities
Gastrities adalah peradangan lokal atau menyebar pada mukosa
lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi
dengan bakteri atau bahan iritan lain (Reeves,2002).
Diet pada penderita gastritis adalah diet lambung. Prinsip diet pada
penyakit lambung bersifat ad libitum, yang artinya adalah bahwa diet
lambung dilaksanakan berdasarkan kehendak pasien.
Makanan pada diet lambung harus mudah dicernakan dan
mengandung serat makanan yang halus (soluble dietary fiber). Makanan
tidak boleh mengandung bahan yang merangsang, menimbulkan gas,
bersifat asam, mengandung minyak/ lemak secara berlebihan, dan yang
bersifat melekat. Selain itu, makanan tidak boleh terlalu panas atau dingin.
Beberapa makanan yang berpotensi menyebabkan gastritis antara lain
garam, alkohol, rokok, kafein yang dapat ditemukan dalam kopi, teh
hitam, teh hijau, beberapa minuman ringan (soft drinks), dan coklat.
d. Tipoid (Tipes)
Penyebab dari demam tifoid adalah kuman Salmonella paratyphi yang
masuk ke tubuh manusia melalui makanan. Sebagian kuman dimusnahkan
di dalam lambung, sebagian lagi lolos masuk ke dalam usus dan
berkembang biak. Kuman kemudian akan menembus epitel dan ke lamina
propia. Di lamina propia, kuman akan dofagositosis dan berkembang biak
dalam makrofag. Perdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi
pembuluh darah sekitar plague peyeri yang mengalami nekrosis.
Terjadi problem gizi bagi penderita tipus/gejala tipus karena otot
kehilangan protein sebanyak 250-500 gram dari jaringan otot setiap
harinya. Cadangan glikogen secara cepat menipis dan keseimbangan
cairan terganggu.
Penyerapan nutrisi mengalami gangguan akibat traktus gastrointestinal
mengalami inflamasi/iritasi/diare dalam jangka waktu lama.Luka pada
intestinum yang parah pada sakit yang berkepanjangan dapat
menyebabkan pendarahan bahkan perforasi usus.
Diet untuk penderita tipoid adalah dilakukan beberapa pantangan
konsumsi makanan. Makanan yang dianjurkan adalah:
1. Jus, sup, makanan berkuah atau air mineral lebih dari 2,5 liter perhari.
2. Susu atau produk-produk turunannya.
3. Makanan dengan nilai protein tinggi, seperti: telur, daging yang sudah
dihaluskan, ikan, unggas, keju, dll.
4. Makan halus dengan kadar gula tinggi, seperti: madu, selai,
permen/gula, agar-agar, cincau, kolang-kaling, nata de coco, rumput
laut, dll.
5. Makanan yang mengandung serat rendah, buah-buahan matang,
kentang, dll agar motilitas usus berkurang. Sayuran dengan serat
halus/soluble dietary fibre, seperti: daun bayam, labu siam, lobak, pare,
terong, wortel, dll.
Hasrat Diri
Diet kadang memiliki tujuan dari pribadi untuk meningkatkan atau
menurunkan masa tubuh supaya sesuai dengan rentang normal IMT
(Indeks Massa Tubuh). Hasrat diri untuk melakukan diet ini biasanya
dilakukan oleh model atau artis untuk menjaga bentuk tubuhnya.
Tekanan Darah
Jika tekanan darah terlalu tinggi (hipertensi), harus ada pantangan-
pantangan untuk makanan tertentu supaya tekanan kembali menjadi
normal.
Pola Makan
Diet juga dipengaruhi oleh pola makan, jika seseorang memiliki pola
makan tidak teratur, seseorang tersebut akan berusaha kembali mengatur
pola makannya dengan cara melakukan diet.
Gangguan Penyakit
Seseorang yang terkena gangguan seperti pada saluran cerna, diabetes
dan lainnya akan melakukan diet untuk menjaga asupan nutrisi agar tidak
memperparah gangguan tersebut.
Jenis Kelamin
Perilaku diet menjadi lebih umum diantara anak perempuan
ketimbang laki-laki. Berdasarkan hasil penelitian Vereecken dan Maes
(dalam Papalia, 2008), pada usia 15 tahun, lebih dari setengah remaja
perempuan di enam belas negara melakukan diet atau berpikir mereka
harus melakukan hal tersebut karena pada umumnya perempuan memiliki
lemak tubuh yang lebih banyak dibanding laki-laki.
1. Dampak Biologis
Peneliti mengatakan bahwa diet akan meningkatkan level sistemik
cortisol. Cortisol merupakan pertanda dari timbulnya stres, yang
merupakan prediktor terhadap level rasa lapar dan hal ini merupakan
faktor yang berisiko terhadap timbulnya tulang yang rapuh.
2. Dampak Psikologis
Individu yang melakukan diet biasanya akan lebih depresi dan
emosional daripada individu yang tidak diet, dan akan mengalami
kecemasan, serta kurangnya penyesuaian diri yang baik pada area
sosialisasi, kematangan, tanggung jawab, dan struktur nilai intra personal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan pencernaan dan absorpsi dapat terjadi pada proses menelan,
mengosongkan lambung, absorpsi zat-zat gizi, dan proses buang air besar
(defekasi). Gangguan ini antara lain terjadi karena infeksi atau peradangan,
gangguan motilitas, perdarahan atau hematemesis – melena, kondisi saluran
cerna pasca bedah, dan tumor atau kanker. Penyakit-penyakit saluran cerna
yang terjadi antara lain stenosis esofagus, gastritis akut atau kronik,
hematenesis –melena, ulkus peptikum, sindroma dumping, hemoroid, diare dan
kostipasi.
Diet saluran cerna berarti diet yang dilakukan saat terjadi gangguan pada
saluran pencernaan. Ada pun gangguan saluran pencernaan itu meliputi
flatulensi, diare, gastrities dan tipoid.
B. Saran
Dalam melakukan diet, hendaknya ditetapkan target waktu dan hasil;
penyesuaian gejala serta diseimbangkan dengan aktivitas olahraga sehingga
diet akan tetap sehat. Penyesuaian gejala utamanya dilakukan saat terjadi
gangguan (seperti gangguan saluran cerna) dan diharuskan melakukan diet,
sehingga nantinya diet akan lebih maksimal memberikan hasil.
DAFTAR PUSTAKA
Beck, Mary E. 2011. Ilmu Gizi dan Diet – Hubungannya Dengan Penyakit
– penyakit untuk Perawat dan Dokter. Jakarta: Andi Publisher
Agustina, Elza. 2011. 100% Buku Pintar Diet Sehat, Diet Obesitas, dan
Diet Kesehatan. Jakarta: Gramedia