Anda di halaman 1dari 90

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. TINJAUAN TEORI MEDIS

1. KEHAMILAN

a. Pengertian

Lamanya kehamilan dimulai dari ovulasi sampai partus kira-kira 280

hari ( 40 minggu ), dan tidak lebih dari 300 ( 43 minggu ). Kehamilan 40

minggu ini disebut kehamilan matur ( cukup bulan ). Bila kehamilan lebih

dari ( 43 minggu) disebut kehamilan postmatur. Kehamilan antara 28

sampai 36 minggu disebut kehamilan prematur.

( Sarwono, 2006 : hal 125 )

Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi menjadi 3 yaitu:

kehamilan triwulan pertama ( antara 0 sampai 12 minggu ); kehamilan

triwulan kedua ( antara 12 sampai 28 minggu ); kehamilan triwulan ketiga

( antara 28 sampai 40 minggu )

( Sarwono, 2006 : hal 125 )

b. Perubahan adaptasi Fisiologis

1) Sistem reproduksi

a) Uterus

Uterus bertambah besar, dari alat yang beratnya 30 gram,

menjadi 1000 gram. dengan ukuran panjang 32 cm, lebar 24 cm,

dan ukuran muka belakang 22 cm. Pembesaran ini disebabkan

oleh hipertrofi dari otot-otot rahim.(Obstetri Fisiologi : Hal 162)

9
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015
10

b) Serviks

Pelunakan serviks yaitu karena pembuluh darah dalam serviks

bertambah dan karena timbul odema dari serviks dan hiperplasia

kelenjar-kelenjar serviks.

c) Vagina

Pembuluh darah dinding vagina bertambah, hingga selaput

lendirnya membiru ( tanda Chadwick ). Kekenyalan (elastisitet)

vagina bertambah, artinya daya bertambah, sebagai persiapan

persalinan.

d) Ovarium

Pada salah satu ovarium diketemukan corpus luteum graviditatis,

tetapi setelah bulan ke-IV corpus liteum ini mengisut.

e) Mamae

Mamae biasanya membesar dalam kehamilan disebabkan

hypertrofi dari alveoli. Ini sering menyebabkan hypersensitivitas

pada mamae. Di bawah kulit buah dada sering nampak

gambaran-gambaran dari vena yang meluas. Puting susu

biasanya membesar dan lebih tua warnanya. Areola mamae

melebar dan lebih tua warnanya. ( Obstetri Fisiologi : hal 143 )

2) Sistem kardiovaskuler

Dalam kehamilan sirkulasi darah dipengaruhi oleh adanya

sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-

pembuluh darah yang membesar pula. Volume darah ibu dalam

kehamilan bertambah secara fisiologis dengan adanya pencairan

darah yang disebut hidremia. Volume darah akan bertambah

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


11

banyak, kira-kira 25 %, dengan puncak kehamilan 32 minggu, diikuti

dengan cardiac output yang meninggi sebanyak kira-kira 30 %,

akibat hemodilusi tersebut, yang mulai jelas timbul pada kehamilan

16 minggu, ibu yang mempunyai penyakit jantung dapat jatuh

edalam keadaan dekompensasi kordis.

( Sarwono, 2006 : hal 96 )

3) Sistem perkemihan

Pada bulan-bulan pertama kandung kencing tertekan oleh

uterus yang mulai membesar, sehingga timbul sering kencing.

Keadaan ini hilang dengan makin tuanya umur kehamilanbila uterus

gravidus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, bila

kepala janin mulai turun ke bawah pintu atas panggul, keluhan

sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing mulai

tertekan kembali. ( Sarwono, 2006 : hal 97 )

4) Sistem Muskuloskeletal

Pada trimester pertama tidak banyak perubahan pada sistem

muuskuloskeletal. Akibat peningkatan hormon estrogen dan

progesteron, terjadi relaksasi dari jaringan ikat, kartilago, dan

ligament juga meningkatkan jumlah cairan synovial. Karena

pengaruh hormon estrogen dan progesteron, terjadi relaksasi dari

ligamen-ligamen dari tubuh menyebabkan peningkatan mobilitas

dari otot terutama otot-otot pelvic.

( Yeni dan Heni dan Sujiyatini , 2010 : hal 60 )

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


12

5) Sistem persyarafan

Perubahan fisiologis spesifik akibat kehamilan dapat terjadi

timbulnya gejala neurologis dan neuromuskular berikut : kompresi

syaraf panggul, lordosis dorsolumbal, edema yang melibatkan

syaraf perifer, rasa nyeri dan gatal di tangan, nyeri kepala,

hipokalsemia.

( Yeni dan Heni dan Sujiyatini, 2010 : hal 64 )

6) Sistem Gastroitestinal

Seiring dengan kemajuan kehamilan, lambung dan usus

tergeser oleh uterus yang membesar. Sebagai akibat perubahan-

perubahan posisi visera. Pengosongan lambung dan waktu transit

di usus halus menurun pada kehamilan karena faktor hormonal atau

mekanis, hal ini mungkin diakibatkan oleh progesteron dan

penurunan kadar motilin, suatu peptida hormon yang diketahui

mempunyai efek stimulasi otot polos.

( Obstetri Wiliam vol 1 edisi 21, 2006 : hal 206 )

7) Sistem Endokrin

Kelenjar hipofisis selama kehamilan mengalami perbesaran

kira-kira 135 %. Dugaan bahwa ukurannya mungkin bertambah

cukup besar sehingga dapat menekan khiasma optikum dan

mengurangi lapang pandang, perubahan-perubahan visual selama

kehamilan normal sifatnya minimal.

( Obstetri Wiliam vol 1 edisi 21, 2006 : hal 207 )

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


13

8) Sistem pernapasan

Diafragma naik 4 cm selama kehamilan. Pada semua tahap

kehamilan normal, banyaknya oksigen yang dialirkan keparu melalui

peningkatan volume tidak melebihi kebutuhan oksigen yang

dtimbulkan oleh kehamilan. Lebih lanjut, jumlah hemoglobin dalam

sirkulasi dan juga kapasitas pembawa oksigen total, meningkat

cukup besar selama kehamilan normal.

( Obstetri Wiliam Vol 1 Edisi 21, 2006 : hal 201 )

9) Sistem pencernaan

Perubahan rasa tidak enak di ulu hati disebabkan karena

perubahan posisi lambung dan aliran balik asam lambung ke

esofagus bagian bawah. Produksi asam lambung menurun. Sering

terjadi nausea dan muntah karena pengaruh HCG, tonus otot-otot

traktus digestivus menurun sehingga motilitas seluruh traktus

digestivus juga berkurang.

( Yeni dan Heni dan Sujiyatini, 2010 : hal 59 )

c. Perubahan Adaptasi Psikologi

( Yeni dan Heni dan Sujiyatini, 2010 : hal 71 )

1) Perubahan Psikologi trimester I ( masa penentuan )

a) Banyak ibu hamil merasakan kekecewaan, penolakan,

kecemasan dan kesedihan pada perubahan fisik yang

dialaminya.

b) Kekhawatiran ibu hamil timbul pada trimester I dan berkaitan

dengan kemungkinan keguguran.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


14

c) Ibu akan selalu mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan

bahwa dirinya memang hamil. Setiap perubahan yang terjadi

pada tubuhnya akan selalu diperhatikan dengan seksama.

d) Hasrat untuk melakukan hubungan seks berbeda-beda pada

tiap wanita, kebanyakan mereka mengalami penurunan libido.

2) Perubahan psikologi trimester II ( masa pancaran kesehatan)

a) Ibu sudah mulai terbiasa dengan kadar hormon yang tinggi

dan rasa tidak nyaman karena kehamilannya sudah

berkurang.

b) Ibu sudah dapat menerima kehamilannya dan mulai dapat

menggunakan energi dan pikirannya lebih konstruktif.

c) Ibu dapat merasakan gerakan bayinya, ibu mulai merasakan

kehadiran dirinya sebagai seseorang diluar dari dirinya

sendiri.

d) Ibu merasa terlepas dari rasa kecemasan dan rasa tidak

nyaman seperti yang dirasakan pada trimester pertama.

e) Merasakan meningkatnya libido.

3) Perubahan psikologi trimester III ( masa penantian )

a) Ibu menantikan kehadiran bayinya sebagai bagian dari

dirinya, dia menjadi tidak sabar untuk melihat bayinya.

b) Ibu merasakan perasaan tidak senang ketika bayinya tidak

lahir tepat waktu.

c) Ibu mulai mempersiapkan kelahiran dan kedudukannya

sebagai orang tua.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


15

d) Ibu merasa canggung, jelek, tidak rapi, dia membutuhkan

perhatian khusus dari pasangannya.

e) Hasrat seksual tidak setinggi pada trimester II karena

abdomen menjadi penghalang.

d. Diagnostik kehamilan ( Sarwono, 2006 : hal 125 )

Pada wanita hamil terdapat beberapa tanda atau gejala, antara lain

sebagai berikut :

1) Amenorea (tidak dapat haid).

2) Nausea (enek) dan emesis (muntah).

3) Mengidam (mengingini makanan dan minuman tertentu).

4) Pingsan.

5) Mamae menjadi tegang dan membesar.

6) Anoreksia (tidak ada nafsu makan)

7) Sering kencing.

8) Obstipasi.

9) Pigmentasi kulit.

10) Epulis.

11) Varises.

12) Suhu basal.

13) PP test (+).

e. Tanda tidak pasti Kehamilan

( Yuni dan Heni dan Sujiyatini, 2010 : hal 97 )

1) Amenorhea.

2) Mual dan muntah.

3) Mastodinia.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


16

4) Konstipasi.

5) Perubahan berat badan.

6) Perubahan payudara.

7) Perubahan warna kulit.

8) Perunahan payudara.

9) Perubahan pada uterus.

10) Keluhan kencing.

11) Perubahan temperatur basal.

f. Tanda pasti hamil ( Sarwono, 2006 : hal 129)

1) Dapat diraba dan kemudian dikenal bagian-bagian janin.

2) Dapat dicatat dan didengar bunyi jantung janin dengan beberapa

cara.

3) Dapat dirasakan gerakan janin dan ballotemen.

4) Pada pemeriksaan dengan sinar Rontgen tampak kerangka janin.

5) Dengan Ultrasonografi ( scanning ) dapat diketahui ukuran kantong

janin, panjangnya janin (crown-rump), dan diameter biparietalis

hingga dapat diperkirakan tuanya umur kehamilan.

g. Pemeriksaan Fisik

1) Pemeriksaan Abdomen (Obstetri Fisiologi, 2006 : hal 160-166)

a) Inspeksi

Pemeriksaan perut untuk menilai apakah perut membesar

kedepan atau ke samping, keadaan pusat, pigmentasi di linea

alba, nampak kah kaki gerakan anak atau kontraksi rahim,

adakah striae gravidarum atau bekas luka.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


17

b) Palpasi

Maksudnya periksa raba untuk menentukan : besarnya rahim

dengan ini menentukan tuanya kehamilan, menentukan

letaknya anak dalam rahim.

Cara melakukan palpasi ialah menurut Leopold yang terdiri

dari 4 bagian :

(1) Lepold I

Leopold I untuk menentukan tuanya umur kehamilan

dari tingginya fundus uteri. Cara melakukan

pemeriksaannya yaitu : kaki pasien dibengkokan pada

lutut dan lipat paha, pemeriksa berdiri sebelah kanan

pasien dan melihat kearah muka pasien, rahim dibawa

ketengah, tingginya fundus uteri ditentukan, tentukan

bagian apa dari anak yang terdapat dalam fundus. Sifat

kepala ialah keras, bundar, dan melenting. Sifat bokong

ialah lunak, kurang bundar dan kurang melenting.

(2) Leopold II

Leopold II untuk menentukan dimana letaknya

punggung anak dan dimana letaknya bagian-bagian

kecil. Cara melakukan pemeriksaannya yaitu : kedua

tangan pindah kesamping; tentukan dimana punggung

anak, punggung anak terdapat di fihak yang

memberikan rintangan yang terbesar, carilah bagian-

bagian kecil, yang biasanya terletak bertentangan

dengan fihak yang memberi rintangan terbesar; kadang-

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


18

kadang disamping terdapat kepala atau bokong ialah

pada letak lintang.

(3) Leopold III

Leopold III untuk menentukan apa yang terdapat di

bagian bawah dan apakah bagian bawah anak ini sudah

masuk panggul atau belum terpegang oleh pintu atas

panggul. Cara melakukan pemeriksaannya yaitu :

menggunakan satu tangan saja, bagian bawah

ditentukan antara ibu jari dan jari lainnya, cobalah

apakah bagian bawah masih dapat digoyangkan.

(4) Leopold IV

Leopold IV untuk menentukan apa yang menjadi bagian

bawah dan berapa masuknya bagian bawah ke dalam

rongga panggul. Cara melakukan pemeriksaannya yaitu

: pemeriksa berubah sikapnya ialah melihat ke arah kaki

pasien, dengan kedua tangan ditentukan apa yang

menjadi bagian bawah, ditentukan apakah bagian

bawah sudah masuk pintu atas panggul, dan berapa

masuknya bagian bawah ke dalam rongga panggul, jika

kita rapatkan kedua tangan dengan permukaan dari

bagian terbawah dari kepala yang masih teraba dari

bagian luar itu apakah konvergent ( belum masuk

panggul ) apakah divergent ( sudah masuk panggul ).

Leopold IV dilakukan bila janin sudah cukup besar kira-

kira dari bulan VI ke atas.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


19

c) Auskultasi

Bunyi jantung anak baru dapat didengar menggunakan

linex pada akhir bulan ke V, walaupun dengan

ultrasound ( doptone ) sudah dapat didengar pada akhir

bulan ke III. Frekuensi lebih cepat dari bunyi jantung

orang dewasa ialah antara 120-140x/menit. Bunyi

jantung paling jelas terdengar pada bagian punggung

anak.

2) Pemeiksaan Laborat

(1) Pemeriksaan air kencing.

(2) Pemeriksaan darah.

(3) Pemeriksaan faeces.

h. Identifikasi tanda-tanda bahaya kehamilan

1) Tanda-tanda bahaya kehamilan muda (Sarwono, 2006 : hal 305)

a) Perdarahan pervaginam

(1) Abortus Imminens (abortus yang mengancam)

(2) Abortus Insipiens (perdarahan uterus pada kehamilan

20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang

meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus)

(3) Abortus Incomplitus (sebagian dari hasil konsepsi

telah keluar)

(4) Abortus Komplitus (semua hasil konsepsi sudah

dikeluarkan)

b) Kehamilan ektopik

( Yuni dan Heni dan Sujiyatini, 2010 : hal 158)

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


20

Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi diluar rahim,

misalnya dalam tuba, ovarium, rongga perut, serviks,

partsinerstiliasis tuba, atau dalam tanduk rudimenter rahim.

c) Mola Hidatidosa

( Yuni dan Heni dan Sujiyatini, 2010 : hal 159)

Hamil mola adalah suatu kehamilan dimana setelah

fertilisasi hasil konsepsi tidak berkembang menjadi

embrio.

2) Tanda bahaya kehamilan lanjut ( Yuni dan Heni dan Sujiyatini, 2010

: hal 163)

a) Perdarahan pervaginam.

b) Sakit kepala yang hebat.

c) Penglihatan kabur.

d) Bengkak di wajah dan jari-jari tangan.

e) Bengkak pada muka dan jari tangan.

f) Keluar cairan pervaginam.

g) Gerakan janin tidak terasa.

i. Antenatal care

Pemeriksaan kehamilan dilakukan :

1) 1 kali sebulan sampai bulan ke-VI

2) 2 kali sebulam dari bulan ke-VI sampai dengan bulan ke-IX

3) 1 kali seminggu pada bulan terakhir.

(Obstetri Fisiologi : hal 213)

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


21

Tujuan antenatal care :

1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan

ibu dan tumbuh kembang bayi

2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental,

sosial ibu dan bayi.

3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi

yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit

secara umum, kebidanan dan pembedahan.

4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan

selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal

mungkin.

5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan

pemberian asi eksklusif.

6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima

kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

Jadwal kunjungan ulang :

1) Kunjungan I (16 minggu) dilakukan untuk :

a) Penapisan dan pengobatan anemia.

b) Perencanaan persalinan.

c) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan

pengobatannya.

2) Kunjungan II (24-28 minggu) dan kunjungan III (32 minggu),

dilakukan untuk :

a) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan

pengobatannya.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


22

b) Penapisan preeklamsia, gemelli, infeksi, atau alat reproduksi

dan salurak perkemihan.

c) Mengulang perencanaan persalinan.

3) Kunjungan IV (36 minggu sampai lahir)

a) Sama seperti kegiatan kunjungan I dan II.

b) Mengenali adanya letak dan presentasi.

c) Memantapkan rencana persalinan.

d) Mengenali tanda-tanda persalinan.

(Sarwono, 2002 : hal 90-98)

2. PERSALINAN

a. Pengertian

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan

pengeluaran bayi yang cukup bulan dan hampir cukup bulan, disusul

dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Obstetri

Fisiologi hal : 221).

Persalinan dan kelahiran normal adalah bila bayi lahir dengan

presentasi belakang kepala tanpa memakai alat atau pertolongan

istimewa, serta tidak melukai ibu dan bayi , dan umunya berlangsung

dalam waktu kurang dari 24 jam.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

1) Faktor Power (Obstetri Fisiologi : hal 224)

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


23

Power adalah Tenaga yang mendorong anak keluar. Kekuatan

tersebut meliputi his, kontraksi otot-otot dinding perut dan

penekanan diafragma kebawah.

a) His ( kontraksi otot-otot rahim) adalah suatu kontraksi dari otot-

otot dinding rahim yang fisiologis, bersifat nyeri. Nyeri ini

mungkin disebabkan oleh anoxia dari sel-sel otot-otot waktu

kontraksi, tekanan pada ganglia dalam cervix dan segmen

bawah rahim oleh serabut-serabut otot-otot yang berkontraksi.

b) Tenaga mengejan

(1) Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah

tenaga yang mendorong anak keluar selain his, terutama

disebabkan oleh kontraksi otot-otot dinding perut yang

mengakibatkan peninggian tekanan intraabdominal.

(2) Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan waktu kita

buang air besar tapi jauh lebih kuat lagi.

(3) Waktu kepala sampai pada pintu atas panggul, timbul

suatu reflek yang mengakibatkan bahwa pasien glottisnya,

mengontraksikan otot-otot perutnya dan menekan

diafragma kebawah.

(4) Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil, bila

pembukaan sudah lengkap dan paling efektif saat rahim

berkontraksi.

(5) Tanpa tenaga mengejan ini anak tidak dapat lahir, misalnya

pada penderita yang lumpuh otot-otot perutnya, persalinan

harus dibantu dengan forceps.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


24

(6) Tenaga mengejan ini juga melahirkan plasenta setelah

plasenta terlepas dari dinding rahim.

2) Faktor Passage ( Sumarah dkk, 2008 : hal 23 )

Faktor passage atau jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian

tulang padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar

vagina). meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot

dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu

jauh lebih berperan dalam proses persalinan.

a) Bagian keras panggul

Tulang panggul :

(1) 2 tulang pangkal paha (os coxae) terdiri dari os ilium, os

ischium, dan os pubis

(2) 1 tulang kelangkang (os sacrum)

(3) 1 tulang tungging (os cocygis)

b) tulang panggul dipisahkan oleh pintu atas panggul menjadi dua

bagian yaitu :

(1) Pelvis mayor

Bagian di atas pintu atas panggul dan tidak berkaitan

dengan persalinan.

(2) Pelvis Minor

Bentuk pelvis minor menyerupai suatu saluran yang

menyerupai sumbu melengkung ke depan.

Dalam obstetri yang dimaksud pelvis minor terdiri dari :

(3) Pintu atas panggul (PAP) yang disebut juga pelvic inclet.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


25

(4) Bidang tengah panggul atau midpelvic

Terdiri atas bidang luas panggul dan bidang sempit

panggul. Pintu bawah panggul (PBP) atau disebut juga

pelvic outlet.

c) Pintu atas panggul / PAP

(1) Bagian anterior pintu atas panggul, yakni batas atas pelvis

minor, dibentuk oleh tepi atas tulang pubis.

(2) Bagian lateralnya dibentuk oleh linea iliopektinea, yaitu

sepanjang tulang inominata.

(3) Bagian posteriornya dibentu oleh bagian anterior tepi atas

sacrum dan promontorium sacrum.

d) Rongga panggul atau panggul tengah panggul

(1) Merupakan saluran lengkung yang memiliki dinding

anterior pendek dan dinding posterior yang jauh lebih

cembung dan panjang.

(2) Rongga panggul melekat pada bagian posterior simpisis

pubis, iskium, sebagian illium, sakrum, dan koksigeum.

e) Pintu bawah panggul

(1) Adalah batas bawah pelvis minor.

(2) Jika dilihat dari bawah, struktur ini berbentuk lonjong, agak

menyerupai intan, dibagian anterior dibatasi oleh lengkung

pubis, dibagian lateral oleh tuberositas iskium dan bagian

posterior oleh ujung kokksigeum.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


26

f) Bidang-bidang Hodge

(1) Hodge I : Bidang yang setinggi Pintu Atas Panggul (PAP)

yang dibentuk oleh promontorium, artikulasio sacro-iliaka,

sayap sacrum, linea iniminata, ramus superior os pubis,

tepi atas simfisis pubis.

(2) Hodge II : Bidang setinggi pinggir bawah sympisis pubis

berhimpit dengan PAP (Hodge I).

(3) Hodge III : Bidang setinggi spina ischiadika berhimpit

dengan PAP ( Hodge I).

(4) Hodge IV : Bidang setinggi ujung os.coccygis berhimpit

dengan PAP (Hodge I).

g) Ukuran-ukuran panggul

(1) Distansia spinarum : 24-26 cm

(2) Distansia kristarum : 28-30 cm

(3) Distansia Boudeleque : 18-20 cm

(4) Lingkar panggul : 80-90 cm

3) Faktor Passenger

Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir Merupakan

akibat interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin,

presentasi, letak, sikap, dan posisi janin.

c. Tahap-tahap persalinan (Fisiologi Obstetri : hal 224)

1) Kala I

Dimulai dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan cervix

menjadi lengkap.

2) Kala II

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


27

Dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi.

3) kala III

Dimulai dari lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta.

4) Kala IV

Dimulai dari 2 jam pertama setelah plasenta lahir.

d. Mekanisme persalinan ( Fisiologi Obstetri : hal 235-243)

1) Turunnya kepala

Turunnya kepala dibagi dalam : masuknya kepala dalam pintu atas

panggul, majunya kepala.

2) Fleksi

Fleksi ini disebabkan karena anak didiorong maju dan sebaliknya

mendapat tahanan dari pinggir pintu atas panggu, cervix, dinding

panggul, atau dasar panggul.

3) Putaran paksi dalam

Pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian

terendah dari bagian depan memutar ke depan ke bawah

symphysis. Pada presentasi belakang kepala bagian yang terendah

ialah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke

depan ke bawah symphysis.

4) Extensi

Setelah putaran paksi selesai da kepala sampai di dasar

panggul, terjadilah extensi atau defleksi dari kepala. Hal ini

disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


28

mengarah ke depan dan ke atas, sehingga kepala harus

mengadakan extensi untuk melaluinya

5) Putaran paksi luar

Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke arah

punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi

karena putaran paksi dalam. Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga

belakang kepala berhadapan dengan tubr ischiadicum sendiri.

6) Expulsi

Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai dibawah symphysis

dan menjadi hypomocholin untuk kelahiran bahu belakang.

Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan

anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.

e. Asuhan persalinan kala I

kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontrasi uterus yang teratur

dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka

lengkap (10cm). Kala I persalinan terdiri dari dua fase :

1) fase laten

Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan

pembukaan serviks secara bertahap, berlangsung hingga serviks

membuka 4cm, dan umumnya berlangsung hingga 8 jam

2) Fase aktif

Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara

bertahap, dan dianggap adekuat bila terjadi 3 kali dalam waktu 10

menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


29

Hal-hal yang dilakukan dalam kala I adalah :

1) Menentukan tinggi fundus.

2) Memantau kontraksi uterus.

3) Memantau denyut jantung janin.

4) Menentukan presentasi.

5) Menentukan penurunan bagian terbawah janin.

( JNPK-KR Depkes RI revisi, 2008 : hal 38-42)

f. Asuhan persalinan kala II

pesalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap

(10cm) dan berakhir dengan keluarnya bayi. Kala II juga disebut kala

pengeluaran bayi.

( JNPK-KR Depkes RI, 2008 : hal 77)

langkah-langkah pertolongan persalinan kala II sesuai APN ( Asuhan

Persalinan Normal ) Ada 58 Langkah :

( JNPK-KR Depkes RI, 2008 : hal 77-113)

1) Mendengar, melihat, dan memeriksa tanda gejala Kala Dua

2) Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan

esensial untuk menolong persalinan dan menetalaksana

komplikasi ibu dan bayi baru lahir.

3) Memakai celemek plastik.

4) Melepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai, cuci

tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan

tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

5) Memakai sarung tangan DTT untuk melakukan periksa dalam.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


30

6) Memasukan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan

yang memakai sarung tangan DTT dan steril pastikan tidak terjadi

kontaminasi pada alat suntik).

7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati

dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa

yang di basahi air DTT.

8) Melakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan Lengkap.

Bila selaput ketuban dalam belum pecah dan pembukaan sudah

lengkap maka lakukan amniotomi.

9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan

tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan

klorin 0,5 % kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan

terbalik dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. Cuci kedua

tangan setelah sarung tangan dilepaskan.

10) Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat

relaksasi uterus unuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal

(120-160x/menit)

11) Memberitahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan

janin baik dan bantu ibu unyuk menemukan posisi yang nyaman

dan sesuai dengan keinginannya.

12) Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila

ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu

ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan

pastikan ibu merasa nyaman).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


31

13) Melaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada

dorongan untuk meneran.

14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil

posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk

meneran dalam 600 menit.

15) Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut ibu,

jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.

16) Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong

ibu.

17) Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan

alat dan bahan.

18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm

Membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang

dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan

kepala bayi untuk menahan posisi defleksidan membantu lahirnya

kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan sambil bernapas

cepat dan dangkal.

20) Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil

tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan

proses kelahiran bayi.

21) Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara

spontan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


32

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara

biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat ada kontraksi.

Dengan lembut gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga

bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan

arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

23) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah

Perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah

bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang

lengan dan siku sebelah atas.

24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut

ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki

(masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing

mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).

25) Melakukan penilaian (sepintas)

26) Mengeringkan dan memposisikan tubuh bayi diatas perut ibu.

27) Memeriksa kembali perut ibu untuk memastikan tak ada bayi lain

di dalam uterus (hamil tunggal)

28) Memberitahukan pada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan

oksitosin (agar uterus berkontraksi dengan baik)

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 IU

(intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan

aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin)

30) Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat (dua menit setelah

bayi lahir) pada sekitar 3 cm dari pusar (umbilikus) bayi. Dari sisi

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


33

luar klem penjepit dorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan

lakukan penjepitan ke dua pada 2 cm distal dari klem pertama.

31) Memotong dan mengikat tali pusat.

32) Menempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi.

33) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di

kepala bayi.

34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari

vulva.

35) Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas

simpisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.

36) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah

sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas

(dorso kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri).

Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikkan

penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi

berikutnya dan ulangi prosedur di atas.

Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau

anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.

37) Melakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga

plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali

pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas,

mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan dorso kranial).

38) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan

kedua Tangan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


34

39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan

masase uterus.

40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan

pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukan plasenta ke

dalam kantung plastik atau tempat khusus.

41) Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.

Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera

lakukan penjahitan.

42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam.

43) Memberi cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu-bayi

(di dada ibu paling sedikit 1 jam)

44) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan

pervaginam

45) Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan

menilai kontraksi.

46) Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

47) Membersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa

cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian

yang bersih dan kering.

48) Memastikan ibu merasa nyaman. Pemantauan kontraksi 15 menit

yang kedua

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


35

49) memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit

selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit

selama jam kedua pascapersalinan.

50) Menempatkan semua peralatan bekas pakai kedalam larutan

klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas

peralatan setelah didekontaminasi.

51) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat sampah

yang sesuai.

52) Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%

53) Menyelupkam sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%.

Balikan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin

0,5% selama 10 menit.

54) Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian

keringkan dengan tissue dan handuk pribadi yang kering dan

bersih.

55) mengamati dan periksa apa bayi berhasil menyusu.

56) Melakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata

antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramuskular di paha kiri

anterolateral setelah satu jam kontak kulit ibu-bayi.

57) Memberikan suntikan imunisasi hepatiti B (setelah 1 jam

pemberian vitamin K1) di paha kanan anterolateral.

58) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa

tanda vital dan asuhan Kala IV.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


36

f. Asuhan persalinan kala III (JNPK-KR Depkes RI, 2008 : hal 98)

persalinan kala III merupakan kala yang dimulai setelah lahirnya bayi

dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban

Tanda-tanda lepasnya plasenta :

1) Perubahan bentuk dan tinggi uterus.

2) Tali pusat memanjang.

3) Semburan darah mendadak dan singkat.

Asuhan yang diberikan pada kala III yaitu : Manajemen Aktif kala III

(MAK), langkahnya yaitu :

1) Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi

lahir.

2) Melakukan penegangan tali pusat terkendali.

3) Massase fundus uteri.

g. Asuhan Persalinan kala IV

persalinan kala IV yaitu dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir

dua jam setelah itu.

Asuhan yang diberikan pada kala IV yaitu :

1) Memperkirakan jumlah kehilangan darah.

2) Memeriksa perdarahan dari perineum.

3) Pencegahan Infeksi.

4) Pemantauan keadaan umum ibu selama 2 jam. Yang meliputi TD,

Nadi, Suhu, TFU, kandung kemih, dan jumlah darah yang keluar.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


37

h. IMD ( Inisisasi Menyusui Dini )

Menurut JNPK-KR Depkes RI, 2008 : hal 127. Inisiasi menyusui dini

merupakan keharusan bayi untuk mendapatkan kontak kulit dengan

ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit 1 jam. Dianjurkan agar

tetap melakukan kontak kulit ibu-bayi selama 1 jam pertama

kelahirannya walaupun bayi telah menghisap puting susu ibu dalam

waktu kurang dari 1 jam.

i. Partograf (JNPK-KR Depkes RI, 2008 : hal 55 )

Partograf merupakan alat bantu untuk memantau kemajuan persalinan

dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Partograf akan

membantu menolong persalinan untuk :

1) Mencatat kemajuan persalinan.

2) Mencatat kondisi ibu dan bayinya.

3) Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan

kelahiran.

4) Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit

persalinan.

5) Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan

klinis yang sesuai dan tepat waktu.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


38

3. Bayi Baru lahir (BBL)

a. Definisi

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan 38-42 minggu

dengan berat badan sekitar 2500-4000 gram, dan panjang badan sekitar

50-55 cm.

( Jenny J.S.,2013 : hal 150 )

b. Bayi baru lahir dikatakan normal jika termasuk dalam kriteria sebagai

berikut :

1) Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram.

2) Panjang badan bayi 48-50 cm.

3) Lingkar dada bayi 32-34 cm.

4) Lingkar kepala bayi 33-35 cm.

5) Bunyi jantung dalam menit pertama ± 180x/menit. Kemudian turun

sampai 140-120 x/menitpada saat bayi berumur 30 menit.

6) Pernapasan cepat pada menit-menit pertama 80x/menit disertai

cuping hidung, retraksi suprasternal dan interkostal, serta rintihan

hanya berlangsung 10-15 menit.

7) Kulit kemerah-merahan dan licinkarena jaringan subkutn Cukup

terbentuk dan dilapisi verniks kaseosa.

8) Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik.

9) Kuku telah agak panjang dan lemas.

10) Genitalia : testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia Mayora

telah menutupi labia minora (pada bayi perempuan).

11) Reflek isap, menelan, dan moro telah terbentuk.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


39

12) Eliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam

pertama. Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan

lengket.

c. Perubahan-perubahan yang segera terjdi setelah kelahiran

(Sarwono, 2006 : hal 253-255)

1) Gangguan metabolisme karbohidrat

Bila perubahan glukosa menjadi glikogen meningkat atau adanya

gangguan pada metabolisme asam lemak yang tidak dapat

memenuhi kebutuhan neonatus, maka kemungkinan besar bayi

akan menderita hipoglikemia, misalnya terdapat pada bayi BBLR,

bayi dan ibu menderita diabetes melitus dan lain-lain.

2) Gangguan umum

Sesaat sesudah bayi lahir ia akan berada ditempat yang suhunya

lebih rendah dari dalam kandungan. Bila dibiarkan saja dalam suhu

kamar, maka bayi akan kehilangan panas. Kejadian ini sangat

berbahaya untuk neonatus terutama bayi berat lahir rendah, dan

bayi asfiksia karena mereka tidak sanggup mengimbangi penurunan

suhu tersebut dengan vasokonstriksi, insulasi dan produksi panas

yang dibuat sendiri. Kehilangan panas dapat dikurangi dengan

mengatu

suhu lingkungan (mengeringkan, membungkus badan, dan kepala

dan kemudian diletakkan ditempat yang hangat seperti pangkuan

ibu atau dalam inkubator dan dapat pula dibawah sorotan lampu).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


40

3) Perubahan sistem pernafasan

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik

sesudah kelahiran. Pernapasan ini timbul sebagai akibat aktivitas

normal susunan saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa

rangsangan lainnya, seperti kemoreseptor karotid yang sangat peka

terhadap kekurangan oksigen. rangsangan hipoksemia, sentuhan

dan perubahan suhu didalam uterus dan di luar uterus. Semua ini

menyebabkan perangsangan pusat pernapasan dalam otak yang

melanjutkan rangsangan tersebut untuk menggerakan diafragma

serta otot otot pernapasan lainnya. Tekanan rongga dada bayi pada

waktu melalui jalan lahir pervaginam mengakibatkan bahwa paru-

paru pada janin normalcukup bulan mengandung 80 sampai 100 ml

cairan, kehilangan 1/3 dari cairan ini. Sesudah bayi lahir cairan yang

hilang diganti dengan udara. Paru-paru berkembang, sehingga

rongga dada kembali ke bentuk semula.

4) Perubahan sistem sirkulasi

Dengan berkembangnya paru-paru, tekanan oksigen didalam

alveoli meningkat. Sebaliknya tekanan karbondioksida turun. hal-hal

tersebut mengakibatkan turunnya resistensi pembuluh darah paru,

sehingga aliran darah meningkat. Ini menyebabkan darah dari arteri

pulmonalis mengalir ke paru-paru dan duktus arteriosus menutup.

Dengan menciutnya arteri dan vena umbilikalisdan kemudian

dipotongnya tali pusat, aliran darah dari plasenta melalui vena kava

inferior dan feramne ovaleke atrium kiri terhenti. Dengan

diterimanya darah oleh atrium kiri dari paru-paru, tekanan atrium kiri

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


41

menjadi lebih tinggi daripada tekanan atrium kanan, ini

menyebabkan foramen ovale menutup, sirkulasi janin sekarang

berubah menjadi sirkulasi bayi yang hidup diluar badan ibu.

5) Perubahan lain

Alat-alat pencernaan, hati, ginjal dan alat-alat lain mulai berfungsi.

6) Kegawatdaruratan pada Bayi baru lahir (APN.2008 hal: 142)

a) Asfikisia

Asfiksia adalah bayi tidak bernapas secara spontan dan teratur

segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya

mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia sesudah

persalinan. Masalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu,

tali pusat atau masalah pada bayi selama atau sesudah

persalinan.

b) Penyebab yang memungkinkannya terjadinya asfiksia

1) Keadaan ibu

(a) Preeklamsia dan eklamsia.

(b) Perdarahan abnormal (plasenta previa atau solusio

plasenta).

(c) Partus lama atau partus macet.

(d) Demam selama persalinan.

(e) Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)

(f) Kehamilan post matur (sesudah 42 minggu kehamilan)

2) Keadaan tali pusat

(a) Lilitan tali pusat.

(b) Tali pusat pendek.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


42

(c) Simpul tali pusat.

(d) Prolapsus tali pusat.

3) Keadaan bayi

(a) Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan).

(b) Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia

bahu, ekstraksi vacum, forsep).

(c) Kelainan kongenital.

(d) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan).

c) Kunjungan Neonatal

1) Kunjungan neonatal I pada 6 jam - 48 jam setelah lahir

2) Kunjungan neonatal II pada hari ke 3 – hari ke 7

3) Kunjungan neonatal III pada hari ke 8 – hari ke 28

d) Reflek pada Neonatus

(Jeni.J.S, 2013 : hal 51)

1) Reflek menggenggam

Meletakkan kelingking ke telapak tangan bayi akan

Menunjukan reflek menggenggam.

2) Plantar reflek

Menyentuh satu kaki dengan jari akan memperoleh respon

plantar. Sama dengan reflek genggaman palmer.

3) Traction reflek

Mengangkat bayi ke atas dengan tangan akan

menyebabkan sikutmenegang

4) Rooting reflek

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


43

Mengusap dagu bayi dengan jari menyebabkan kepala

turun ke arah jari dan mulut akan membuka.

5) Reflek menghisap

Dengan menempatkan satu jari bersih pada mulut bayi,

akan dapat menilai kekuatan dan kordinasi reflek

menghisap.

6) Reflek melangkah

Peganglah bayi di bawah lengan dengan kedua tangan,

kaki bayi dimungkinkan untuk menyentuh permukaan yang

rata.

7) Moro reflek

Reflek ini menjelaskan respon klasik moro dimana kedua

tangan bayi terlempar keluar dan kemudian kembali ke

tengah.

e) Asuhan pada bayi usia 24 jam (wafi nur, 2010 : hal 252)

pengkajian fisik Bayi baru lahir

1) Pemeriksaan umum

(a) Pernafasan

Pernafasan BBL normal 30-60 kali permenit, tanpa

retraksi dada dan tanpa suara merintih pada fase

eksprasi.pada bayi kecil mungkin terdapat retraksi

dada ringan dan jika bayi berhenti nafas secara

periodik selama beberapa detik masih dalam batas

normal.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


44

(b) Warna kulit

Warna kulit bayi baru lahir aterm kelihatan lebih pucat

dibanding bayi preterm karena kulit lebih tebal.

(c) Denyut jantung

Denyut jantung BBL normal antara 100-160 kali

permenit, tetapi dianggap masih normal jika di atas

160 kali permenit dalam jangka waktu pendek,

beberapa kali dalam satu hari selama beberapa hari

pertama kehidupan, terutama bila bayi mengalami

distres. Jika ragu ulangi penghitungan denyut jantung.

(d) Suhu aksiler 36,5ºC dan sampai 37,5ºC

(e) Postur dan gerakan

Postur normal BBL dalam keadaan istirahat adalah

kepalan tangan longgar, dengan lengan, panggul dan

lutut semi fleksi. Pada bayi kecil ekstremitas dalam

keadaan sedikit ekstensi. Gerakan ekstremitas bayi

harus secara spontan dan simetris disertai gerakan

sendi penuh. Bayi normal dapat sedikit gemetar.

(f) Tonus otot/tingkat kesadaran

Rentang normal tingkat kesadaran BBL adalah mulai

dari diam hingga sadar penuh dan dapat ditenangkan

bila rewel. Bayi apat dibangunkan jika sedang tidur.

(g) Ekstremitas

Periksa posisi, gerakan, reaksi bayi bila ekstremitas

disentuh, dan pembengkakan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


45

(h) Kulit

Warna kulit dan adanya vernik kaseosa,

pembengakakan atau bercak hitam, tanda lahir/tanda

mongol. Selama bayi dianggap normal, beberapa

kelainan kulit juga dapat dianggap normal.

(i) Tali pusat

Normal berwarna putih kebiruan pada hari pertama,

mulai kering dan mengkerut/mengecil dan akhirnya

lepas setelah 7-10 hari.

(j) Berat badan

Berat badan normalnya 2500-4000 gram.

2) Pemeriksaan umum

(a) Kepala

Ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil, sutura, moulase,

caput succadeneum, cephal hematoma, hidrosefalus.

(b) Muka

Tanda-tanda paralisis.

(c) Mata

Keluar nanah, bengkak pada kelopak mata,

perdarahan subkonjungtiva dan kesimetrisan.

(d) Telinga

Kesimetrisan letak dihubungkan dengan mata dan

kepala.

(e) Hidung

Kebersihan, palatoskisis.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


46

(f) Mulut

Labio/palatoskisis, trush, sianosis, mukosa

kering/basah

(g) Leher

Pembengkakan atau benjolan

(h) Klavikula dan lengan tangan

Gerakan, jumlah jari.

(i) Dada

Bentuk dada, puting susu, bunyi jantung dan

pernapasan.

(j) Abdomen

Penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis,

perdarahan tali pusat, dinding peut dan adanya

benjolan, distensi, gastroskisis, omfalokel, bentuk.

(k) Genetalia

Kelamin laki-laki : testis berada dalam skrotum, penis

berlubang dan berada di ujung penis.

Kelamin perempuan : vagina, uretra berlubang, labia

mayora dan labia minora.

(l) Tungkai dan kaki

Gerakan, bentuk, dan jumlah kaki.

(m) Anus

Berlubang/tidak, fungsi spingter ani.

(n) Punggung

Spina bifida, meningokel.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


47

(o) Reflek

Moro, rooting, walking, gaspring, sucking, tonickneck.

(p) Antropometri

BB, PB, LK, LD, LP, LILA

(q) Eliminasi

BBL normal biasanya BAK lebih dari enam kali perhari,

BAB cair 6 sampai 8 kali perhari, dicurigai diare

apabila frekuensi meningkat, tinja hijau atau

mengandung lendir atau darah. Perdarahan vagina

pada BBL dapat terjadi pada beberapa hari pada

minggu pertama kehidupan dan hal ini dianggap

normal.

4. Nifas

a. Definisi

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat-alat kendungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, namun

secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan.

Waktu masa nifas yang paling lama pada wanita umumnya adalah

40 hari, dimulai sejak melahirkan atau sebelum melahirkan (yang

disertai tanda-tanda kelahiran). Jika sudah selesai masa 40 hari akan

tetapi darah tidak berhenti-henti atau tetap keluar darah, maka

perhatikanlah bila keluarnya disaat „adah (kebiasaan) haid, maka itu

darah haid. Akan tetapi jika darah keluar terus dan tidak pada masa-

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


48

masa („adah) haidnya dan darah itu terus dan tidak berhenti mengalir,

perlu diperiksakan ke bidan atau dokter. (yeti anggraeni, 2010 : hal 1)

b. Tujuan masa nifas (Marmi, 2012 : hal 12)

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.

2) Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayi.

3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

dini, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi

serta perawatan bayi sehari-hari.

4) Memberikan pelayanan keluarga berencana.

5) Mendapatkan kesehatan emosi.

c. Tahapan masa nifas ( vivian nani, 2011 : hal 4)

Beberapa tahapan masa nifas adalah sebagai berikut :

1) Puerperium dini

Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan, serta

menjalankan aktivitas layaknya perempuan normal lainnya.

2) Puerperium intermediate

Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya

sekitar 6-8 minggu.

3) Puerperium remote

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama

apabila ibu selama hamil atau persalinan mengalami komplikasi.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


49

d. Perubahan masa nifas (yetti anggraeni, 2010 : hal 31)

1) Involusi uterus

a) Pengertian

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses

dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat

sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta

lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus.

b) Proses involusi uterus

(1) Autolysis

Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri

yang terjadi di dalam otot uterine. Enzim proteolitik akan

memendekan jaringan otot yang telah sempat mengendur

hingga 10 kali panjangnya dari semula dan 5 kali lebarnya

dari semula selama kehamilan. Sitoplasma sel yang

berlebih akan tercerna sendiri sehingga tertinggal jaringan

fibro elastik dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan.

(2) Atrofi jaringan

Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen

dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai

reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang

pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot-

otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan

terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan

beregenerasi menjadi endometrium yang baru.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


50

(3) Efek oksitosin (kontraksi)

Hormon oksitosin yang dilepas dari kelenjar hipofisis

memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,

mengompresi pembuluh darah dan membantu proses

hemostatis. Kontraksi dan retraksi otot uterin akan

mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan

membantu mengurangi bekas luka tempat implantasi

plasenta serta mengurangi perdarahan. Luka bekas

perlekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk

sembuh total.

c) Bagian bekas implantasi plasenta

Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak

pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus. Luka

bekas implantasi plasenta tidak meninggalkan parut karena

dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium

baru di bawah permukaan luka.endometrium ini tumbuh dari

pinggir luka dan juga sisa-sisa kelnjar pada dasar luka.

d) Perubahan-perubahan normal pada uterus selama post partum.

Bobot Diameter
Waktu TFU Palpasi serviks
Uterus Uterus

Pada akhir persalinan Setinggi pusat 900-1000 gram 12,5 cm Lembut/lunak

½ pusat sympisis
Akhir minggu ke-1 Tidak teraba 450-500 gram 7,5 cm 2 cm

Akhir minggu ke-2 Normal 200 gram 5,0 cm 1 cm

Akhir minggu ke-6 60 gram 2,5 cm Menyempit

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


51

Involusi uteri dari luar dapat diamatinyaitu dengan memeriksa

fundus uteri dengan cara :

1) Segera setelah persalinan, TFU 2 cm dibawah pusat, 12

Jam kemudian kembali 1 cm di atas pusat dan menurun kira-

kira 1cm setiap hari.

2) Pada hari ke dua setelah persalinanan TFU 1 cm di bawah

pusat. Pada hari ke 3-4 TFU 2 cm di bawah pusat. Pada hari

ke 5-7 TFU setengah pusat simpisis. Pada hari ke 10 TFU

tidak teraba.

e) Lokhea

Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.

Lokhea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang

nekrotik dari dalam uterus. Lokhea mempunyai bau yang amis

meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-

beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap

menandakan adanya infeksi. Lokhea mengalami perubahan

karena proses involusi. Pengeluaran lokhea dapat dibagi

berdasarkan waktu dan warnanya, seperti pada tabel dibawah

ini :

Lokhea Waktu Warna Ciri-ciri

Rubra (kureta) 1-3 hari Merah kehitaman Terdiri dari darah segar,
jaringan sisa-sisa plasenta,
dinding rahim, lemak bayi,
lanugo (rambut bayi), dan
sisa mekonium.

Sanginolenta 4-7 hari Merah kecoklatan Sisa darah bercampur lendir.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


52

dan berlendir

Serosa 7-14 hari Kuning kecoklatan Lebih sedikit darah dan lebih
banyak serum, juga terdiri
dari leukosit dan
robekan/laserasi plasenta.

Alba ≥ 14 hari Putih Mengandung leukosit, sel


berlangsung desidua dan sel epitel,
2-6 minggu selaput lendir serviks dan
pospartum serabut jaringan yang mati.

2) Cerviks

Segera setelah proses post partum bentuk serviks agak menganga

seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat

mengadakan kontraksi, sedangkan serviks uteri tidak berkontraksi,

sehingga seolah-olah pada perbatasan antar korpus dan serviks

uteri terbentuk semacam cincin. Serviks mengalami involusi

bersama-sama uterus. Setelah persalinan, ostium eksterna dapat

dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan

serviks menutup.

3) Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang

sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa

hari pertamasesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam

posisi kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada

keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-

angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih

menonjol. Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


53

karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang

bergerak maju.

4) Perineum

Segera setelah melahirkan perineum menjadi kendur karena

sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak

maju. Pada post natal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan

kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari

pada keadaan sebelum melahirkan.

5) Rahim

Setelah melahirkan rahim akan berkontraksi (gerakan meremas)

untuk merapatkan dinding rahim sehingga tidak terjadi perdarahan,

kontraksi inilah yang menimbulkan rasa mulas pada perut ibu.

Berangsur-angsur rahim akan mengecil seperti sebelum hamil,

sesaat setelah melahirkan normalnya rahim teraba keras setinggi 2

jari di bawah pusat, 2 minggu setelah melahirkan rahim sudah tidak

teraba, 6 minggu akan pulih seperti semula. Akan tetapi perut ibu

masih terlhat buncit dan muncul garis garis putih atau coklat

berkelok, hal ini dikarenakan peregangan kulit perut yang

berlebihan selama hamil.

6) Payudara (Marmi, 2012 : hal 18)

Payudara disebut glandulla mammae, berkembang sejak usia janin

6 minggu dan membesar karena pengaruh hormon ibu yang tinggi

yaitu estrogen dan progesteron. Estrogen meningkatkan

pertumbuhan duktus-duktus dan saluran penampung. Progesteron

merangsang pertumbuhan tunas-tunas alveoli. Hormon-hormon lain

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


54

seperti prolaktin, growth hormon, adenokostikosteroid dan tiroid

juga diperlukan dalam kelenjar air susu.

e. Reflek dalam pembentukan dan pengeluaran air susu, yaitu

1) Reflek prolaktin

Pada akhir kehamilan, hormon prolaktin memegang peranan untuk

membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas karena

aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang

kadarnya memang tinggi. Setelah partus, lepasmya plasenta dan

kurang berfungsinya korpus lateum membuat estrogen dan

progesteron sangat berkurang, ditambah dengan adanya isapan

bayi yang merangsang puting susu dan kalang payudara yang akan

merangsang ujung-ujung saraf sensorik yang berfungsi sebagai

reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus

melalui medula spinalis hipotalamus yang akan menekan

pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin dan

sebaliknya merangsang pengeluaran faktor-faktor yang memacu

sekresi prolaktin. Faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin akan

merangsang hipofisis anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini

merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu.

(Vivian nanny, 2011 : hal11-12)

2) Reflek let down

Bersama dengan pembuatan prolaktin oleh hipofisis anterior,

rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan ke

hipofisis posterior (neurohipofisis) yang kemudin dikeluarkan

oksitosin.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


55

Melalui aliran darah, hormon ini diangkat menuju uterus yang dapat

menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari

organ tersebut. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah

diproduksi keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus,

selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi.

(vivian nanny, 2011 : hal 13)

f. Mekanisme menyusui

Bayi mempunyai 3 refleks intrinsik yang dibutuhkan dalam keberhasilan

menyusui ( Yetti Anggraeni, 2010 : hal 12-13)

1) Refleks mencari (Rooting reflex)

Payudara yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut

merupakan rangsangan yang menimbulkan refleks mencari pada

bayi. Ini menyebabkan kepala bayi berputar menuju putting susu

yang menempel tadi diikuti dengan membuka mulut dan kemudian

putting susu ditarik masuk ke dalam mulut.

2) Refleks Menghisap

Teknik menyusui yang baik adalah seluruh areola payudara sedapat

mungkin semuanya masuk ke dalam mulut bayi, tetapi hal ini tidak

mungkin dilakukan pada ibu yang mempunyai areola yang besar.

Untuk ini maka sudah cukup bila rahang bayi supaya menekan

sinus laktiferus. Tidak dibenarkan bila rahang bayi hanya menekan

putting susu saja. Karena bayi hanya dapat menghisap susu sedikit

dan hal bisa menimbulkan lecet pada putting ibu.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


56

3) Refleks menelan

Pada saat air susu keluar dari puting susu, akan disusul dengan

gerakan menghisap yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga

pengeluaran iar susu akan bertambah dan diteruskan dengan

mekanisme mesuk ke lambung.

g. Langkah-langkah menyusi yang benar :

1) Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan

oleskan disekitar putting, dudukk dan berbaring dengan santai

2) Ibu harus mencari posisi nyaman, biasanya duduk tegak di tempat

tidur / kursi ibu harus merasa rileks.

3) Lengan ibu menopang kepala, leher dan seluruh badan bayi (kepala

dan tubuh berada dalam garis lurus) muka bayi menghadap ke

payudara ibu, hidung bayi didepan putting susu bayi.

4) Ibu mendekatkan bayi ketubuh (muka bayi ke payudara ibu) dan

mengamati bayi yang siap menyusui : membuka mulut, bergerak

mencari, dan menoleh.

5) Ibu menyentuhkan putting susunya ke biir bayi, menunggu hingga

mulut Bayi terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut bayi ke

putting susu ibu hingga bibir bayi dapat menangkap putting susu

tersebut.

6) Memastikan bahwa sebagian besar areola masuk kedalam mulut

bayi.

7) Bayi diletakan menghadap ibu dengan posisi sanggah keseluruh

tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja. Kepala dan tubuh

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


57

bayi harus lurus hadapkan bayi kedada ibu sehinggga hidung bayi

berhadapan dengan puting susu. Dekatkan badan bayi ke badan

ibu, menyetuh bibir bayi ke putting susunya dan menunggu sampai

mulut bayi terbuka lebar.

8) Jika bayi sudah selesai menyusu, ibu mengeluarkan putting dari

mulut bayi dengan cara memasukan jari kelingkin ibu diantara

mulut dan payudara.

9) Menyendawakan bayi dengan menyandarkan bayi di pundak atau

menelungkupkan bayi melintang kemudian menepuk –nepuk

punggung bayi.

(Vivian nani, 2011 : hal 32-34)

h. Hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI

1) Makanan.

2) Ketenangan jiwa dan pikiran.

3) Pengunanaan alat kontrasepsi.

4) Perawatan payudara.

5) Anatomi payudara.

6) Faktor fisiologi.

7) Faktor istirahat.

8) Faktor isapan anak atau frekuesi penyusuan anak.

9) Faktor obat-obatan.

10) Berat lahir bayi.

11) Umur kehamilan saat melahirkan.

12) Konsumsi rokok dan alkohol.

(Marmi, 2012 : hal 36-37)

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


58

i. Tanda bayi cukup ASI

Bayi usia 0 – 6 bulan dapat dinilai mendapat kecukuan ASI bila

mencapai keadaan sebagai berikut :

1) Bayi minum ASI tiap 2 – 3 jam atau dalam 24 jam minimal

mendapatkan ASI 8 kali pada 2 – 3 minggu pertama.

2) Kotoran berwarna kuning dengan frekuesi sering dan warna menjadi

lebih mudah pada hari ke 5 setah lahir.

3) Bayi akan buang air kecil paling tidak 6 – 8 kali sehari.

4) Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI

5) Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI telah

habis.

6) Warna bayi merah (tidak kuning) dan kulit terasa kenyal.

7) Pertumbuhan berat badan dan tinggi badan bayi sesuai dengan

grafik pertumbuhan.

8) Perkembangan motorik bayi (bayi aktif dan motoriknya sesuai

dengan rentan usianya).

9) Bayi kelihatan puas, sewaktu-waktu saat lapar akan bangun dan

tidur dengan cukup.

10) Bayi menyusui dengan kuat (rakus) kemudian melemah dan

Tertidur pulas.

(Vivian Nanny, 2011 : hal 24).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


59

j. Manfaat pemberian ASI (Marmi, 2012 : hal 29 – 30)

Bagi bayi :

1) ASI mengandung komponen perlindungan terhadap infeksi,

mengadung protein yang spesifik untuk perlindungan terhadap

alergi dan merangsang sistem kekebalan tubuh.

2) Komponen ASI sangat baik karena mempunyai kandungan protein,

karbohidrat, lemak dan mineral yang seimbang.

3) ASI Memudahkan kerja pencernaan, mudah diserap oleh usus bayi

serta mengurangi timbulnya gangguan pencernaan seperti diare

atau sembelit.

4) Bayi yang minuman ASI mempunyai kecenderungan memiliki berat

badan ideal.

5) ASI mengandung zat – zat gizi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan

dan perkembangan bayi termasuk untuk kecerdasan bayi.

6) Secara alamiah ASI Memberkan kebutuhan yang sesuai dengan

usia kelahiran bayi.

7) ASI bebas kuman karena diberikan langsung dari payudara

sehingga kebersihanya terjamin.

8) ASI mengandung banyak kadar selenium yang melindungi gigi dari

kerusakan.

9) Menyusui akan melatih daya hisap bayi dan membantu mengurangi

Insiden maloklusi dan membetuk otot pipi yang baik.

10) ASI memberikan keuntungan psikologis.

11) Suhu ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


60

Manfaat untuk Ibu :

1) Membantu mempercepat pengembalian uterus ke bentuk semula

dan mengurangi pendaraahan post parfum karena isapan bayi pada

payudara akan merangsang kelenjar hipopesis untuk mengeluarkan

hormon oksitosin. Oksitosin bekerja untuk konstraksi saluran SI

pada kelenjar air susu dan merangsang kontraksi uterus.

2) Menyusui secara teratur akan menurunkan berat badan secara

bertahap karena mengeluarkan energi untuk ASI dan proses

pembentukanya akan mempercepat kehilangan lemak.

3) Pemberian ASI yang cukup lama dapat memperkecil kejadian

karsinoma payudara dan karsiroma ovarium.

4) Pemberian ASI mudah karena tersedia dalam keadaan segar

dengan suhu yang sesuai sehingga dapat diberikan kapan dan

dimana saja

(Marmi ,2012 : hal 30)

k. Perubahann sistem Pencernaan (yetti anggraeni, 2010 : hal 41)

Perubahan kadar hormon dan gerak tubuh yang kurang menyebabkan

menurunya fungsi usus, sehingga ibu tidak merasa ingin atau sulit BAB

(buang air bersih). Kerapkali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal

usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah

melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami penurunan

selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian

bawah sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa

sakit didaerah perineum dapat menghalangi keinginan ke belakang.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


61

l. Perubahan Sistem Perkemihan (yetti anggraeni, 2010 : hal 41)

Hari pertama biasanya ibu mengalami kesulitn buang air kecil, selain

khawatir nyeri jahitan juga karena penyempitan saluran kencing akibat

penekanan kepala bayi saat proses mmelahirkan. Buang air kecil sering

selama 24 jam peratam. Kemungkinan terdapat spasine sfingter dan

edema lehr buli – buli sesudah bagian ini mengalami kompresiantara

kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urin dalam jumlah

yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah

melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang

bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok.

Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureer yang berdilatasi akan kembali

normal dalam tempo 6 bulan.

m. Perubahan sistem muskuloskeletal (yetti anggraeni, 2010 : hal 45)

Adaptasi sistem muskuloskeletal ibunyang terjadi selama masa hamil

berlangsung secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini

mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi

dan perubahan pusat gravitasi ibu akibat pembesaran rahim. Stabilisasi

sendi lengkap pada minggu ke-6 sampai minggu ke08 setelah wanita

melahirkan.

n. Perubahan sistem endokrin (Sitti saleha, 2009 : hal 60)

Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada

sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam

proses tersebut

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


62

1) Oksitosin

Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Selama

tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam

pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga

mecegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi

ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali

ke bentuk semula.

2) Prolaktin

Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar

pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin, hormon ini

berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang

produksi susu. Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar

prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada rangsangan folikel

dalam ovarium yang ditekan.

3) Estrogen dan progesteron

Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun

mekanismenya secara penuh belum dimengerti. Diperkirakan

bahwa tingkat estrogen yang tinggi memperbesar hormon

antidiuretik yang meningkatkan volume darah. Disamping itu

progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi

perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat

mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar

panggul, perineum, vulva dan vagina.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


63

o. Perubahan tanda-tanda vital (vivian nanny, 2010 : hal 60)

1) Suhu badan

Satu hari (24 jam) post partum suhu badan akan naik sedikit (37,5-

38ºC) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan

cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu badan

menjadi biasa. Biasanya pada hari ke-3 suhu badan naik lagi

karena ada pembentukan Asi dan payudara menjadi bengkak,

berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun

kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, mastitis, traktus

genitalis, atau sistem lain.

2) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80x/menit. Sehabis

melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat.

3) Tekanan darah

Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah

setelah melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah pada

post partum dapat menandakan terjadinya preeklmasia post

partum.

4) Pernapasan

Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu

dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernapasan juga

akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada

saluran napas.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


64

p. Perubahan sistem hematologi (yetti anggraeni, 2010 : hal 50)

Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma

serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama post

partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah

lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan

faktor pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat dimana jumlah

sel darah putih dapat mencapai 15000 selama persalinan akan tetap

tinggi pada beberapa hari pertama dari masa post partum. Jumlah sel

darah putih tersebut masih bisa naik lagi sampai 25000 atau 30000

tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami

persalinan lama.

q. Kebutuhan dasar ibu pada masa nifas

(sitti saleha, 2009 : hal 71 - 75)

1) Nutrisi dan cairan

Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang

serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat

penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu.

Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori,

tinggi protein, dan banyak mengandung cairan.

Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai

berikut :

a) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.

b) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,

mineral, dan vitamin yang cukup.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


65

c) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari.

d) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya

selama 40 hari pasca persalinan.

e) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat

memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.

2) Ambulasi

Ambulasi dini adalah kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan

membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya dan

membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan. Ambulasi dini

tentu tidak dibenarkan pada ibu post partum dengan penyulit

misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam,

dan sebagainya.

3) Eliminasi

a) Buang air kecil

ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam post partum. Jika

dalam 8 jam post partum belum dapat berkemih atau sekali

berkemih belum mencapai 100 cc, maka dilakukan kateterisasi.

Akan tetapi kalau ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu

menunggu 8 jam untuk kateterisasi.

b) Buang air besar

ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar (defekasi)

setelah hari kedua post partum. Jika hari ketiga belum juga BAB,

maka perlu diberi obat pencahar per oral atau per rektal. Jika

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


66

setelah pemberian obat pencahar masih belum bisa BAB, maka

dilakukan klisma (huknah)

c) Personal hygiene

Pada masa post partum, seorang ibu sangat rentan terhadap

infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk

mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat

tidur, dan lingkungan sangat penting untuk dijaga.

4) Istirahat dan tidur

Hal-hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan

istirahat dan tidur adalah :

a) Anjurkan ibu agar isitirahat cukup untuk mencegah kelelahan

yang berlebihan.

b) Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah

tangga secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau

beristirahat selagi bayi tidur.

5) Aktivitas seksual

Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifas harus

memenuhi syarat :

a) Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami-istri begitu

darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua

jarimya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk

memulai melakukan hubungan suami-istri kapan saja ibu siap.

b) Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan

suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


67

atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan ini bergantung

pada pasangan yang bersangkutan.

6) Latihan senam nifas

Setelah persalinan terjadi involusi pada hampir seluruh organ tubuh

wanita. Involusi ini sangat jelas terlihat pada alat-alat kandungan.

Sebagai akibat kehamilan dinding perut menjadi lembek dan lemas

disertai adanya striae gravidarum yang membuat keindahan tubuh

akan sangat terganggu. Oleh karena itu mereka akan selalu

berusaha memulihkan dan mengencangkan keadaan dinding perut

yang sudah tidak indah lagi.

r. Adaptasi psikologis pada ibu nifas

(Vivian nanny, 2011 : hal 65-66)

1) Fase taking in

Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada

hari pertama sampe hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu,

fokus perhatian ibu tentunya pada dirinya sendiri. Pengalaman

selama proses persalinan berulang kali diceritakanya. Hal ini

membuat ibu cenderung pasif terhadap lingkunganya. Keampuan

mendengerkan dan menyediakan waktu yang cukup merupakan

dukungan yang tidak ternilai bagi ibu. Kehadiran suami dan

keluarga sangat diperlukan pada fase ini.

2) Fase taking hold

Pada taking hold adalah fase atau periode yang berlangsung antara

3 – 10 setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu merasa khawatir akan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


68

tidak kemampuanya dan rasa tangung jawabnya untuk merawat

bayi. Ibu memiliki perasaan yang sangat sensitif sehingga mudah

tersinggung dan gampang marah sehingga kita perlu berhati-hati

dalam berkomunikasi dengan ibu. Pada fase ini ibu memerlukan

dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk

menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya,

sehingga timbul percaya diri.

3) fase letting go

Merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya

yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat

menyesuaikan diri, merawat dir dan bayinya, serta kepercayaan

dirinya sudah meningkat. Pendidikan kesehatan yang kita berikan

pada fase sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu, ibu lebih

mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya. Dukunga dari

suami dan keluarga masih sangat diperlukan ibu.

s. Kebijakan program nasional pada masa nifas

(Vivian nani, 2011 : hal 4 - 5)

Pada kebijakan nasional masa nifas paling sedikit 4 kali kunjungan yang

dilakukan. Hal ini untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir serta untuk

mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi

antara lain sebagai berikut :

1) 6 – 8 jam setelah persalinan

a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


69

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila

perdarahan berlanjut .

c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota

keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena

atonia uteri.

d) Pemberian ASI awal.

e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mecegah hipotermi.

2) 6 hari setelah persalinan

a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uteus

berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada

perdarahan abnormal, tidak bau.

b) Menilai ada tanda-tanda demam, infeksi, dan perdarahan

abnormal.

c) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan

istirahat

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit.

e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi dan

tali pusar, serta menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi

sehari-hari.

3) 2 Minggu setelah persalinan

Memastikan rahim sudah kembali normal dengan mengukur dan

meraba bagian rahim.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


70

4) 6 minggu setelah persalinan

a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau

bayi alami.

b) Memberikan konseling untuk KB secara dini.

5. Keluarga Berencana

a. Definisi KB (Hanafi Hartanto, 2004 : hal 27)

Menurut WHO adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan

suami istri untuk :

1) Mendapat objektif-objektif tertentu menghindari kelahiran yang tidak

diinginkan

2) Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan

3) Mendaptakan kelahiran yang memang diinginkan

4) Mengatur interval di antara kehamilan.

5) Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur

suami isteri

6) Menetukan jumlah anak dalam keluarga.

b. Penapisan Klien (Kkb, 2012 : hal U9-U13)

1) Tujuan utama penapisan klien sebelum pemberian suatu metode

kontrasepsi (misalnya pil KB, suntikan atau AKDR) adalah untuk

menentukan apakah ada :

a) Kehamilan.

b) Keadaan yang membutuhkan perhatian khusus.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


71

c) Masalah (misalnya diabetes atau tekanan darah tinggi) yang

membutuhkan pengamatan dan pengelolaan lebih lanjut.

2) Tanyakan kepada Klien hal-hal di bawah ini, bila semua jawaban

klien adalah TIDAK, klien yang bersangkutan bisa memakai

metode yang diinginkan.

Tabel 2.1 : Daftar Tilik Penapisan Klien. Metode Nonoperatif

Metode Hormonal
YA TIDAK
(pil kombinasi, pil progestin, suntikan dan susuk)

Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu atau lebih.

Apakah anda menyusui dan kurang dari 6 minggu pascapersalinan ?

Apakah mengalami perdarahan/perdarahan bercak antara haid setelah


senggama.

Apakah pernah ikterus/pada kulit atau mata.

Apakah pernah nyeri kepala hebat atau gangguan visual.

Apakah pernah nyeri hebat pada betis, paha atau dada, atau tungkai
bengkak (edema).

Apakah pernah tekanan darah di atas 160 mmHg (sistolik) dan 90


mmHg (diastolik).

Apakah ada massa atau benjolan pada payudara.

Apakah anda sedang minum obat-obatan anti kejang (epilepsi)

AKDR (semua jenis pelepas tembaga dan progestin)

Apakah hari pertama haid terakhir7 hari yang lalu.

Apakah klien (atau pasangan) mempunyai pasangan seks lain.

Apakah pernah mengalami infeksi menular seksual (IMS)

Apakah pernah mengalami radang panggul atau kehamilan ektopik.

Apakah pernah mengalami haid banyak (lebih 1-2 pembalut tiap 4 jam)

Apakah pernah mengalami haid lama (lebih dari 8 hari)

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


72

Apakah pernah mengalami dismenorea berat yang membutuhkan


analgetika dan/istirahat baring.

Apakah pernah mengalami perdarahan/perdarahan bercak antara haid


atau setelah senggama.

Apakah pernah mengalami gejala penyakit jantung valvular atau


kongenital.

1. Apabila Klien menyusui dan kurang dari 6 minggu pascapersalinan

maka pil kombinasi adalah metode pilihan terakhir

2. Tidak cocok untuk pil progestin (minipil), suntikan (DMPA atau

NET-EN), atau susuk.

3. Tidak cocok untuk suntikan progestin (DMPA atau NET-EN)

c. Pemilihan kontrasepsi harus sesuai dengan pertimbangan pada masa

nifas. Apabila hendak memakai kontrasepsi yang mengandung

hormon, harus menggunakan obat yang tidak menggangu dengan

produksi ASI. Hubungan suami istri pada masa nifas tidak dianjurkan.

(Yetti Anggraini, 2010 : hal 62)

d. Metode Amenorea Laktasi (MAL)

1) Definisi

Metode Amenorea (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan

pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya

diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apa pun

lainya.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


73

2) MAL dapat dipakai sebagai kontasepsi bila :

a) Menyusui secara penuh (full breast feeding) ; lebih efektif

pemberian tidak kurang dari 8 kali sehari.

b) Belum haid.

c) Umur bayi kurang dari 6 bulan.

d) Efektif sampai 6 bulan.

e) Harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi

lainnya.

3) Cara Kerja

Penundaan / penekanan ovulasi.

4) Keuntungan kontrasepsi

a) Efektifitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pasca

persalinan)

b) Segera Efektif.

c) Tidak mengganggu sanggama.

d) Tidak ada efek saping secara sistematik.

e) Tidak perlu pengawasan medis.

5) Kerugian kontrasepsi

a) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera

meyusui dalam 30 menit pasca persalinan.

b) Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial.

c) Evektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai

dengan 6 bulan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


74

d) Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV

dan HIV/AIDS. (KKB, 2012 : hal MK1 - MK2)

e. Mini pil

1) Definisi

Mini pil bukan hanya menjadi pengganti dari pil oral kombinasi,

tetapi hanya sebagai suplemen/tambahan, yang digunakan oleh

wanita yang ingin menggunakan kontrasepsi oral tetapi sedang

menyusui atau untuk wanita yang harus menghindari estrogen oleh

sebab apapun.

2) Keuntungan mini pil

a) Dapat diberikan untuk wanita yang menderita keadaan

tromboembolik.

b) Laktasi.

c) Mungkin cocok untuk wanita dengan keluhan efek samping yang

disebabkan oleh estrogen (sakit kepala, hipertensi, nyeri tungkai

bawah, chloasma, berat badan bertambah dan rasa mual).

3) Kerugian mini pil

a) Mini pil kurang efektif dalam mencegah kehamilan dibandingkan

pil oral kombinasi.

b) Karena tidak mengandung estrogen, mini pil menambah insiden

dari perdarahan bercak (spotting), perdarahan menyerupai hid

(breakthorough bleeding), variasi dalam panjang siklus haid,

kadang-kadang emenore.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


75

c) Kurang efektif dalam mencegah kehamilan ektopik dibandingkan

dengan mencegah kehamilan intra uterin.

d) Lupa minum 1 atau 2 tablet mini pil atau kegagalan dalam

absorpsi mini pil oleh sebab muntah atau diare, sudah cukup

untuk meniadakan proteksi dan kontraseptifnya.

4) Mekanisme kerja mini pil

a) Mencegah terjadinya ovulasi pada beberapa siklus.

b) Perubahan dalam motilitas tuba.

c) Perubahan dalam fungsi corpus luteum.

d) Perubahan lendir serviks, yang mengganggu motilitas atau daya

hidup spermatozoa.

e) Perubahan dalam endometrium sehingga implantasi ovum yang

telah dibuahi tidak mungkin terjadi.

(dr. Hanafi hartanto, 2004 : hal 155-157)

f. Suntikan progestin

1) Terdapat 2 jenis suntikan progestin yang hanya mengandung

progestin,

yaitu :

a) Depo Medroksiprogesteron asetat (depo provera), mengandung

150mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara

disuntik intramuskular (didaerah bokong).

b) Depo Noretisteron Enatat (Depo Noristerat), yang mengandung

200mg norentindron enatat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara

disuntik intramuskular.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


76

2) Cara kerja :

Mencegah ovulasi dengan cara mengentalkan lendir serviks

sehingga kemampuan penetrasi sperma, menjadikan selaput lendir

rahim tipis dan atrofi, yang dapat menghambat transportasi gamet

oleh tuba.

3) Keuntungan

a) Sangat efektif.

b) Pencegahan kehamilan jangka panjang.

c) Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri.

d) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.

e) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan

ektopik.

4) Kerugian

a) Sering ditemukan gangguan haid seperti perdarahan tidak teratur

atau perdarahan bercak (spotting).

b) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan

berikutnya.

c) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian

pemakaian.

d) Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.

e) Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan

kepadatan tulang (densitas). (KKb, 2012 : hal MK43-MK44)

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


77

g. Implan (AKBK)

1) Definisi

Implan adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak

permanen, dan dapat mencegah terjadinya kehamilan antara tiga

hingga 5 tahun.

2) Macam-macam implant

a) Norplant terdiri dari 6 kapsul.

b) Jadelle (Norplant II) terdiri dari 2 kapsul

c) Implanon terdiri dari 1 kapsul.

3) Mekanisme kerja

Menebalkan mukus serviks sehingga tidak dapat dilewati oleh

sperma.

4) Keuntungan

a) Mencegah ovulasi.

b) Perubahan perdarahan haid.

c) Sakit kepala

d) Perubahan berat badan (biasanya meningkat 1,7%)

h. IUD/AKDR

1) cara kerja

Endometrium mengalami transformasi yang ireguler, epitel atrofi

sehingga mengganggu implantasi, mencegah terjadinya

pembuahan dengan mengeblok bersatunya ovum dengan sperma.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


78

2) Keuntungan

a) Efektif dengan proteksi jangka panjang.

b) Tidak mengganggu hubungan suami-istri.

c) Tidak berpengaruh terhadap ASI.

d) Kesuburan segera kembali setelah AKDR diangkat.

3) Kerugian

a) Diperlukan pemeriksaan dalam dan penyaringan infeksi

genetalia sebelum pemasangan AKDR.

b) Diperlukan tenaga terlatih untuk memasang dan pencabutan

AKDR.

c) Klien tidak dapat mengehentikan sendiri setiap saat, sehingga

sangat tergantung pada tenaga kesehatan.

d) Kejadian kehamilan ektopik realtif tinggi.

e) Pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi amenore.

6. Kehamilan dengan resiko tinggi

Menurut Hebert Hutabarat faktor resiko yang perlu diperhatikan

sehubungan kehamilan dengan resiko tinggi, yaitu :

a. Komplikasi obstetri yaitu (usia < 19 tahun atau > 35 tahun), paritas

(primigravida tua primer atau sekunder, grande multipara), riwayat

persalinan (abortus lebih dari 2 kali, partus prematur 2 kali atau lebih,

riwayat kematian janin dalam rahim, perdarahan pasca persalinan,

riwayat preeklamsia atau eklamsia, riwayat kehamilan mola hidatidosa,

riwayat persalinan dengan tindakan operasi ( ekstraksi vakum, ekstraksi

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


79

vorsep, ekstraksi versi atau manual plasenta), terdapat disproporsi

cepalopelvik, perdarahan antepartum, kehamilan ganda atau

hidramnion, serviks inkompeten, hamil disertai mioma uteri atau kista

ovarium)

b. Komplikasi medis, kehamilan yang disertai dengan anemia, hipertensi,

penyakit jantung, hamil dengan diabetes melitus, hamil dengan diabetes

melitus, hamil dengan obesitas, hamil dengan penyakit hati, hamil

disertai dengan penyakit paru, hamil disertai penyakit lainnya.

(Manuaba. 2012 : hal 242)

7. Hipertensi dalam kehamilan

a. Hipertensi kronik

1) Hipertensi yang muncul sebelum kehamilan, atau pada usia

kehamilan < 20 minggu.

2) Tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan diastolik > 90 mmHg.

3) Apabila hipertensi didiagnosis sebelum kehamilan, tetapi tidak

kunjung menurun hingga pasca partum

b. Preeklamsia adalah sekumpulan gejala secara spesifik yang hanya

muncul selama kehamilan dengan usia > 20 minggu, dengan kriteria:

1) Peningkatan tekanan darah selama kehamilan (sistolik > 140

mmHg, atau diastolik > 90 mmHg) yang sebelumnya normal disertai

dengan protein urine > + 1.

2) Apabila hipertensi selama kehamilan muncul tanpa protein urine,

perlu dicurigai adanya preeklamsia seiring kemajuan kehamilan, jika

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


80

muncul gejala nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri pada

abdomen, nilai trombosit rendah dan kadar enzim ginjal abnormal.

c. Preeklamsia berat

1) Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau diastolik > 110 mmHg

2) Protein urin + 2 atau +3, muncul pertama kali selama kehamilan dan

menurun setelah persalinan.

3) Gejala gangguan syaraf : nyeri kepala menetap, gangguan

penglihatan.

4) Nyeri ulu hati yang menetap.

5) Oliguria 400 mililiter dalam 24 jam.

d. Eklamsia

Gejala kejang, sebagai gejala preeklamsia yang telah disebutkan diatas.

e) Hipertensi kehamilan

1) Peningkatan tekanan darah setelah 20 minggu kehamilan > 140

mmHg untuk sistolik dan > 90 mmHg untuk diastolik, tanpa protein

urine.

2) Penentuan akhir antara hipertensi kehamilan atau preeklamsia

hanya dapat dilakukan pada periode pasca partum.

8. Oligo Hidrmanion

Oligodramnion adalah suatu keadaan dimana cairan amnion sangat

sedikit. Kondisi ini biasanya terjadi akibat insufisiensi uteroplasenta. Dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara volume cairan yang kecil dengan

peningkatan kematian perinatal.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


81

Kondisi yang beresiko tinggi menyebabkan oligohidramnion :

a. Penyakit virus

b. IUGR

c. Insufisiensi uteroplasenta

d. Pecah Ketuban dini (minggu ke 24 sampai ke 26)

e. Hipoksia janin

f. Aspirasi mekonium dan cairan yang bercampur mekonium

g. Sindrom pascamatur

gejala dan tanda oligohidramnion, yaitu :

a. “ molding” uterus mengelilingi janin

b. Janin dapat diraba dengan mudah

c. Tidak ada efek pantul (balottement) pada janin

d. Penambahan tinggi fundus uteri berlangsung lambat.

Umumnya cairan amnion meningkat hingga mencapai 1000 mililiter

pada trimester III kehamilan. Menginjak usia kehamilan 34 minggu, jumlah

tersebut mulai berkurang secara bertahap dan menyisakan sekitar 800 ml

pada usia cukup bulan. Pengukuran cairan amnion dilakukan menggunakan

ultrasonografi. (Helen Varney.2007 : hal 634)

9. Induksi Persalinan

Induksi persalinan yaitu tindakan untuk merangsang uterus untuk

memulai terjdinya persalinan. Akselerasi persalinan yaitu tindakan untuk

meningkatkan frekuensi, lama dan kekuatan kontraksi uterus dalam

persalinan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


82

Tujuan tindakan tersebut adalah mencapai his 3 kali dalam 10 menit,

lamanya 40 detik. Salah satu cara induksi persalinan yaitu dengan

menggunakan Misoprostol.

MISOPROSTOL

Penggunaan misoprostol untuk pematangan serviks hanya pada kasus-

kasus tertentu misalnya :

a. Preeklamsia berat/eklamsia dan serviks belum matang sedangkan seksio

caesaria belum dapat segera dilakukan atau bayi terlalu prematur untuk

bisa hidup.

b. Kematian janin dalam rahim lebih dari 4 minggu belum inpartu, dan

terdapat tanda-tanda gangguan pemekuan darah.

Cara pemakaian Misoprostol yaitu :

a. Tempatkan tablet misoprostol 25 mcg diforniks posterior vagina dan jika

his tidak timbul dapat diulangi setelah 6 jam.

b. Jika tidak ada reaksi setelah 2 kali pemberian 25 mcg, naikkan dosis

menjadi 50 mcg tiap 6 jam.

c. Jangan lebih dari 50 mcg setiap kali pakai dan jangan lebih dari 4 dosis

atau 200 mcg.

Misoprostol mempunyai resiko meningkatkan kejadian ruptur uteri. Oleh

karena itu hanya dikerjakan dipelayanan kesehatan yang lengkap.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


83

LANDASAN HUKUM DAN KEWENANGAN BIDAN

Landasan hukum dan kewenangan bidan tercantum dalam :

PERMENKES RI NO 1464/MENKES/PER/X/2010

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :

1. Bidan adalah seorang perempuan yg lulus dari pendidkan bidan yang telah

teregistrasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah tempat yg digunakan untuk

menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik promotif, preventif,

kuratif, maupun rehabilitatif, yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah

daerah, dan/atau masyarakat.

3. Surat Tanda Registrasi, selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang

diberikan oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan yang diregistrasi setelah

memiliki sertifikat kompetensi

4. Surat Izin Kerja Bidan, selanjutnya disingkat SIKB adalah bukti tertulis yang

diberikan kepada Bidan yang sudah memenuhi persyaratan untuk bekerja di

fasilitas pelayanan kesehatan.

5. Surat Izin Praktik Bidan, selanjutnya disingkat SIPB adalah bukti tertulis yang

diberikan kepada Bidan yang sudah memenuhi persyaratan untuk mejalankan

praktik bidan mandiri

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


84

6. Standar adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam

menjalankan profesi yang meliputi standar pelayanan, standar profesi, dan

standar operasional prosedur.

7. Praktik mandiri adalah praktik bidan swasta perorangan.

8. Organisasi profesi adalah Ikatan Bidan Indonesia (IBI).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


85

BAB II

PERIZINAN

Pasal 2

1. Bidan dapat menjalankan praktik mandiri dan/atau bekerja di fasilitas

pelayanan kesehatan.

2. Bidan yg menjalankan praktik mandiri harus berpendidikan minimal Diploma III

(D III) Kebidanan.

Pasal 3

1. Setiap bidan yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan wajib memiliki

SIKB.

2. Setiap bidan yg menjalankan praktik mandiri wajib memiliki SIPB.

3. SIKB atau SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) Berlaku

untuk 1 (satu) tempat.

Pasal 4

1. Untuk memperoleh SIKB dan SIPB sebagaimana dimaksud pada pasal

Bidan harus mengajukan permohonan kepada pemerintah daerah

kabupaten/kota dengan melampirkan :

a. Fotokopi STR yang masih berlaku dan dilegalisir

b. Surat ket sehat fisik dari dokter yangg memiliki SIP

c. Surat pernyataan memiliki tempat kerja di fasilitas pelayanan Kesehatan

atau tempat praktik

d. Pasfoto berwarna ukuran 4x6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar

e. Rekomendasi dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota atau pejabat

yang ditunjuk

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


86

f. Rekomendasi dari organisasi profesi.

2. Kewajiban memiliki STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.

3. Apabila belum terbentuk Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI), Majelis

Tenaga Kesehatan Provinsi (MTKP) dan/atau proses STR belum dapat

dilaksanakan, Surat Izin Bidan ditetapkan berlaku sebagai STR.

4. Contoh surat permohonan memperoleh SIKB/SIPB sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Formulir I terlampir

5. Contoh SIKB sebagaimana tercantum dalam Formulir II terlampir

6. Contoh SIPB sebagaimana tercantum dalam Formulir III terlampir.

Pasal 5

1. SIKB / SIPB dikeluarkan oleh pemerintah daerah kabupaten / kota

2. Dalam hal SIKB/SIPB dikeluarkan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota maka

persyaratan sebagaimana dimaksud pada pasal 4 ayat (1) huruf e tidak

diperlukan.

3. Permohonan SIB/SIPB yang disetujui atau ditolak harus disampaikan oleh

pemerintah daerah kabupaten /kota atau dinas kesehatan kabupaten/kota

kepada pemohon dalam waktu selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak

tanggal permohonan diterima.

Pasal 6

Bidan hanya dapat menjalankan praktik dan/atau kerja paling banyak di (satu)

tempat kerja dan 1 (satu) tempat praktik.

Pasal 7

1. SIKB/SIPB berlaku selama STR masih berlaku dan dapat diperbaharui

kembali jika habis masa berlakunya.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


87

2. Pembaharuan SIKB/SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan

kepada pemerintah daerah kabupaten/kota setempat dengan melampirkan:

a. Fotokopi SIKB/SIB yg lama

b. Fotokopi STR

c. Surat keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki SIP

d. Pasfoto berwarna terbaru ukuran 4x6 sebanyak 3 (tiga) lembar

e. Rekomendasi dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota atau pejabat

yang ditunjuk sesuai ketentuan Pasal 4 ayat (1) huruf e

f. Rekomendasi dari oranisasi profesi

Pasal 8

SIKB/SIPB dinyatakan tdk berlaku bila :

a. Tempat kerja/praktik tidak sesuai lagi dengan SIKB/SIPB

b. Masa berlakunya habis dan tidak diperpanjang

c. Dicabut oleh pejabat yang berwenang memberikan izin

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


88

BAB III

PENYELENGGARAAN PRAKTIK

Pasal 9

Bidan dalam mejalankan praktik berwenang untuk memberikan Pelayanan yang

meliputi :

1. Pelayanan kesehatan ibu

2. Pelayanan kesehatan anak

3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana

Pasal 10

1. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a

diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas,

masa menyusui dan masa antara dua kehamilan.

2. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil

b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal

c. Pelayanan persalinan normal

d. Pelayanan ibu nifas normal

e. Pelayanan ibu menyusui

f. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan

3. Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat 2.

berwenang untuk :

a. Episiotomi

b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II

c. Penanganan kegawat-daruratan, dlanjutkan dengan perujukan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


89

d. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil

e. Pemberian Vit A dosis tinggi pada ibu nifas

f. Bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi ASI ekslusif

g. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan

postpartum

h. Penyuluhan dan konseling

i. Bimbingan pada kelompok ibu hamil

j. Pemberian surat keterangan kematian

k. Pemberian surat keterangan cuti bersalin.

Pasal 11

1. Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksd dalam pasal 9 huruf b

diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah

2. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) berwenang untuk :

a. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,

pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vit K 1,

perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hr) perawatan

tali pusat

b. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk

c. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan rujukan

d. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah

e. Pemantauan tubuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah

f. Pemberian konseling dan penyuluhan

g. Pemberian surat keterangan kelahiran

h. Pemberian surat keterangan kematian

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


90

Pasal 12

Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan

keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c berwenang

untuk :

a. Memberikan penyuluhan dan konseling; kesehatan reproduksi perempuan

dan keluarga berencana

b. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom

Pasal 13

1. Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, 11, dan 12 bidan

yang menjalankan program pemerintah berwenang melakukan pelayanan

kesehatan meliputi :

a. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kotrasepsi dalam rahim, dan alat

kontrasepsi bawah kulit

b. Asuhan

antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis

tertentu dilakukan dibawah supervisi dokter

c. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan

d. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang

kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan

penyehatan lingkungan

e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra

sekolah, dan anak sekolah

f. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


91

g. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan

tehadap Infeksi Menular Seksual ( IMS ) termasuk pemberian kondom,

dan penyakit lainnya

h. Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat

Adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi

i. Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program Pemerintah

2. Pelayanan alat kontasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi,

penanganan bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk

dan memberikan peyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan

penyakit lainnya, serta pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan

Zat Adiktif lainnya (NAPZA) hanya dapat dilakukan oleh bidan yang telah dilatih

untuk itu.

Pasal 14

1. Bagi bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter,

dapat melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 9.

2. Daerah yang tidak memiliki dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah

kecamatan atau kelurahan/desa yang ditetapkan oleh kepala dinas kesehatan

kabupaten/kota.

3. Dalam hal daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah terdapat dokter,

kewenangan bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku.

Pasal 15

Pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota menugaskan bidan praktek Mandiri

tertentu untuk melaksanakan program pemerintah :

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


92

Bidan praktek mandiri yang ditugaskan sebagai pelaksana program pemerintah

berhak atas pelatihan dan pembinaan dari pemeritah daerah

provinsi/kabupaten/kota.

Pasal 16

1. Pada daerah yang belum memiliki dokter, pemerintah dan pemerintah daerah

harus menempatkan bidan dengan pendidikan minimal Diploma III Kebidanan.

2. Apabila tidak terdapat tenaga bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

pemerintah dan pemerintah daerah dapat menempatkan bidan yang telah

mengikuti pelatihan.

3. Pemerintah daerah propinsi/kabupaten/kota bertanggung jawab

menyelenggarakan pelatihan bagi bidan yang memberikan pelayanan di daerah

yang tidak memilki dokter.

Pasal 17

1. Bidan dalam menjalankan praktik mandiri harus memenuhi persyaratan meliputi :

a. Memiliki tempat praktek, ruangan praktik dan peralatan untuk tindakan

asuhan kebidanan, serta peralatan untuk menunjang pelayanan kesehatan

bayi, anak balita dan pra sekolah yang memenuhi persyaratan lingkungan

sehat

b. menyediakan maksimal 2 ( dua ) tempat tidur untuk persalinan

c. memiliki sarana, peralatan dan obat sesuai dengan ketentuan yang

berlaku

2.Ketentuan persyaratan tempat praktik dan peralatan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) satu tercantum dalam Lampiran Peraturan ini.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


93

Pasal 18

1. Dalam melaksanakan praktek/kerja, bidan berkewajiban untuk :

a. Menghormati hak pasien

b. Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien dan pelayanan

yang dibutuhkan

c. Merujuk kasus yang bukan kewenangannya atau tidak dapat ditangani

dengan tepat waktu

d. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan

e. Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan

f. Melakukan pencatatan asuhan kebidanan dan pelyanan lainnya secara

sistematis

g. Mematuhi standar

h. Melakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan praktik kebidanan

termasuk pelaporan kelahiran dan kematian

2. Bidan dalam menjalankan praktik / kerja senantiasa

meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti perkembangan

iptek melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya.

3. Bidan dalam menjalankan praktik kebidanan harus membantu program

pemerintah dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Pasal 19

Dalam melaksanakan praktek bidan mempunyai hak :

1. Memperoleh perlindungan hukum dalam pelaksanaan praktik/kerja sepanjang

sesuai dengan standar

2. Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari pasien dan/atau keluarganya

3. Melaksanakan tugas sesuai dengan kewenangan dan standar

4. Menerima imbalan jasa profesi.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


94

BAB IV

PENCATATAN DAN PELAPORAN

Pasal 20

1. Dalam melakukan tugasnya bidan wajib melakukan pencatatan dan pelaporan

sesuai dg pelayanan yg diberikan.

2. Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan ke Puskesmas

wilayah tempat praktik.

3. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk bidan

yang bekerja di fasilitas pelayan kesehatan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


95

BAB V

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 21

1. Menteri, Pemerintah daerah Provinsi, Pemda kabupaten/kota melakukan

pembinaan dan pengawasan dengan mengikutsertakan Majelis Tenaga Kesehatan

Indonesia, Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi, organisasi profesi dan asosiasi

institusi pendidikan yang bersangkutan.

2. Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pd ayat (1) diarahkan untuk

meningkatkan mutu pelayanan, keselamatan pasien dan melindungi masyarakat

terhadap segala kemungkinan yang dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan

3. Kepala Dinas Kesehatan Kab/kota hraus melaksanakan pembinaan dan

pengawasan penyelenggaraan praktik bidan.

4. Dalam melaksanakan tugas sebaggimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Dinas

Kab/Kota hraus membuat pemetaan tenaga bidan praktik mandiri dan bidan di desa

serta menetapkan dokter Puskesmas terdekat untuk pelaksanaan tugas supervisi

terhadap bidan di wilayah tersebut.

Pasal 22

Pimpinan fasilitas kesehatan wajib melaporkan bidan yang bekerja dan yang berhenti

bekerja di fasilitas pelayanan kesehatannya pada tiap triwulan kepada Kepala Dinas

Kesehatan Kab/Kota dengan tembusan kepada organisasi profesi

Pasal 23

1. Dalam rangka pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21,

Menteri, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kab/kota dapat

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


96

memberikan tindakan administratif kepada bidan yang melakukan pelanggaran

terhadap ketentuan penyelenggaraan praktik dalam Peraturan ini.

2. Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui :

a. Teguran lisan

b. Teguran tertulis

c. Pencabutan SKIB/SIPB untuk sementara paling lama 1 tahun

d. Pencabutan SKIB/SIPB selamanya

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


97

BAB VI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 25

1. Bidan yang telah mempunyai SIPB berdasarkan Kepmenkes No

900/Menkes/SK/VI/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan dan Permenkes No

HK.02.02/Menkes/149/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan

dinyatakan telah memiliki SIPB berdasarkan Peraturan ini s.d. masa berlakunya

berakhir.

2. Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memperbaharui SIPB apabila

Surat Izin Bidan yang bersangkutan telah habis jangka waktunya berdasarkan

Peraturan ini.

Pasal 26

Apabila Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) dan Majelis Kesehatan Provinsi

(MTKP) belum dibentuk dan/atau belum dapat melaksanakan tugasnya maka registrasi

bidan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Kepmenkes No 900/Menkes/SK/VII/2002

tentang Registrasi dan Praktik Bidan.

Pasal 27

Bidan yang telah melaksanakan kerja di fasilitas pelayanan kesehatan sebelum

ditetapkan Peraturan ini harus memiliki SIKB berdasarkan Peraturan ini paling

selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak peraturan ini ditetapkan.

Pasal 28

Bidan yang berpendidikan di bawah Diploma III (D III) Kebidanan yang menjalankan

praktik mandiri hrs menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan ini selambat-lambatnya

5 (lima) tahun sejak Peraturan ini ditetapkan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015


98

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 29

Pada saat peraturan ini mulai berlaku :

a. Kepmenkes No 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan

sepanjang yang berkaitan dengan perizinan dan praktik bidan

b. Permenkes No HK.02.02/Menkes/149/I/2010 tentang Izin dan penyelenggaraan

Praktik Bidan; dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 30

Peraturan ini berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya,

memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita

Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 4 Oktober 2010

Menteri Kesehatan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diah Ulfiatun, Kebidanan DIII UMP, 2015

Anda mungkin juga menyukai