Anda di halaman 1dari 94

KATA PENGANTAR

Dampak dari perubahan iklim sudah dapat dirasakan oleh masyarakat banyak ditandai dengan
kenaikan suhu udara, curah hujan yang ekstrim serta kenaikan muka air laut, disamping dampak
lainnya. Untuk dapat mengurangi dampak tersbut, kiranya perlu dilakukan kajian tingkat Bahaya,
tingkat kerentanan dan tingkat resiko akibat dari perubahan iklim. Dampak nyata dari perubahan
iklim tersebut hampir teasa pada semua sektor, namun demikian ada sektor sektor utama bagi
daerah daerah yang harus menjadi prioritas penanganan bagi perubahan Iklim.
Pemerintah Kabupaten Boyolali bekerja sama dengan Program Doktor Ilmu Lingkungan,
Sekolah Pascasarjana Universitas Diponegoro, untuk menyusun kajian Rencana Aksi Daerah Adaptasi
Perubahan Iklim RAD-API. Diharapkan hasil kajian ini dapat menjadi salah satu acuan pengambil
kebijakan Pemerintah Boyolali, terkait dengan Perubahan Iklim.
Keberhasilan pelaksanaan penyusunan RAD – API ini dicapai melalui kerjasama yang terbina
baik antara DLH Boyolali dan Tim penyusun dari Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas
Diponegoro Semarang. Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
kegiatan RAD – API Kabupaten Boyolali Tahun 2018 ini. Untuk kelancaran pelaksanaan pengumpulan
data kami mengucapkan terimakasih kepada Bupati Boyolali, instansi/dinas pemerintah, BUMN selaku
pemilik data atas aksesibilitas dan kemudahan memperoleh data, dan pihak lainnya yang tidak dapa
disebutkan satu persatu. Semoga kegiatan penyusunan RAD-API dapat bermanfaat bagi semua

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 i


DAFTAR ISI
Kata Pengantar I
Daftar Isi ii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan Kegiatan 2
1.3. Luaran 3
1.4. Manfaat 3
1.5. Metodologis 3
BAB 2. PERUBAHAN IKLIM HISTORIS DAN PREDIKSI IKLIM MASA 7
DEPAN

2.1. Perubahan Iklim Historis 8


2.2. Bencana Terkait Iklim di Boyolali 10
2.3. Proyeksi Kondisi Boyolali di Masa Depan 11
BAB 3. ANALISIS KERENTANAN DAN RISIKO IKLIM TERHADAP 17
DAMPAK PERUBAHAN IKLIM
3.1. Konsep Kerentanan 17
3.2.Tingkat Kerentanan di tingkat kelurahan pada wilayah Boyolali 18
BAB 4. PROGRAM DAN RENCANA AKSI ADAPTASI PERUBAHAN 53
IKLIM
4.1. Aksi Adaptasi Perubahan Iklim Sub Sektor Sumber Daya Air 53
4.2. Aksi Adaptasi Perubahan Iklim Sub Sektor Infrastruktur 57
4.2. Aksi Adaptasi Perubahan Iklim Sub Sektor Pertanian 62
4.2. Aksi Adaptasi Perubahan Iklim Sub Sektor Peternakan 68
4.2. Aksi Adaptasi Perubahan Iklim Sub Sektor Kesehatan 70
LAMPIRAN

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 ii


BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) secara resmi


menyampaikan fakta-faktaterjadinya perubahan iklim pada Konferensi Tingkat Tinggi
(KTT) Bumi pada tahun 1992 di Rio de Janeiro Brasil yang diikuti oleh 179 negara.
Fenomena ini kemudian dikenal sebagai perubahan iklim global yang didefinisikan
sebagai perubahan unsur-unsur iklim dalam jangka 50-100 tahun yang dipengaruhi
salah satunya oleh aktivitas manusia seperti konsumsi energi, industri, transportasi
dan perubahan tata guna lahan yang menghasilkan emisi gas rumah kaca (CO2, CH4,
CFC, N2O). Kajian IPCC (2001) melaporkan bahwa sektor-sektor berikut ini sangat
peka terhadap perubahan iklim global: (1) tata air dan sumber daya air; (2) pertanian
dan ketahanan pangan; (3) ekosistem darat dan air tawar; (4) wilayah pesisir dan
lautan; (5) kesehatan manusia; dan (6) pemukiman, energi, industri dan pelayanan
keuangan.
Perubahan iklim akibat dari pemanasan global sudah dirasakan dampaknya.
Pergeseran awal musim, perubahan tinggi maupun keragaman hujan juga sudah
diamati di beberapa daerah. Disamping itu juga ditemukan kecenderungan semakin
meningkatnya frekuensi dan intensitas kejadian iklim ekstrim dirasakan akhir-akhir
ini1. Perubahan pola hujan, pergeseran musim dan kenaikan suhu akan menimbulkan
banyak implikasi pada berbagai sektor. Pada sektor petanian perubahan iklim akan
mempengaruhi pola tanam, menurunkan hasil tanaman, merubah intensitas tanam,
tingkat serangan hama penyakit dan lain-lain. Pada sektor sumberdaya air, perubahan
iklim akan mempengaruhi keberlanjutan ketersediaan air untuk mendukung berbagai
kegiatan pembangunan. Pada sektor kehutanan, keanekaragaman hayati akan
terganggu, risiko kebakaran hutan juga akan meningkat. Pada sektor kesehatan,
tingkat serangan penyakit menular khususnya jenis penyakit dibawa air dan vector
seperti demam berdarah, malaria, diare juga diperkirakan akan meningkat. Impilkasi
buruk perubahan iklim terhadap berbagai sektor kehidupan masyarakat membuat
langkah adaptasi dan mitigasi mutlak dilakukan untuk mengurangi resiko yang
dialami masyarakat. Program aksi adaptasi akan membantu masyarakat untuk
mengurangi dampak langsung perubahan iklim sehingga dapat lebih adaptif terhadap
bencana sedangkan program aksi mitigasi dapat menjadi pedoman penurunan GRK
yang diharapakan dapat menurunkan dampak perubahan iklim.
Disamping berbagai upaya menstabilisasi dan/atau mengurangi emisi gas
rumah kaca, aksi adaptasi tetap dipandang penting mengingat keberhasilan upaya
mitigasi gas rumah kaca sulit diperkirakan (IPCC 2001). Selain itu, proyeksi dampak
perubahan iklim sendiri mengandung kisaran ketidakpastian. Dinamika dan
ketidakpastian dalam proyeksi dampak perubahan iklim memicu pentingnya disusun
rencana antisipasif adaptasi baik melalui kebijakan, inovasi teknologi atau intervensi
pembangunan lain (Crane et al. 2011).

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 1


Untuk mengurangi dampak tersebut perlu dilakukan upaya adaptasi terhadap
perubahan iklim. Adaptasi terhadap perubahan iklim adalah serangkaian upaya
transformatif untuk mengurangi risiko dari stresor iklim dan mengambil manfaat dari
peluang baru yang muncul. Namun, sebelum itu untuk membuat adaptasi yang benar
perlu dibuat kajian kerentanan dan risiko iklim. Kajian kerentanan dan risiko iklim
adalah serangkaian analisis yang didasari informasi proyeksi iklim yang ilmiah untuk
memperkirakan dan memetakan risiko iklim.
Kabupaten Boyolali merupakan salah satu kota di Indonesia yang beresiko
menghadapi dampak perubahan Iklim. Selain itu, dengan tingginya pertumbuhan
penduduk, pembangunan fisik dan industri di Boyolali, banyak resiko seperti
meningkatnya masalah kesehatan, ketersediaan air bersih dan masalah pemukiman
harus dihadapi. Berkenaan dengan hal-hal tersebut, penyusunan Rencana Aksi Daerah
(RAD) Adaptasi Perubahan Iklim menjadi penting agar para pemangku kepentingan
di Kabupaten Boyolali dan masyarakatnya dapat mengetahui sejauh mana kondisi
kerentanan saat ini, daya dukung teknologi dan kemampuan adaptasi lain
(kelembagaan, ketersediaan sumber daya) serta opsi-opsi adaptasi apa yang sesuai di
wilayahnya.

1.2 Tujuan

Kajian ini dibuat sebagai dasar untuk penyusunan strategi adaptasi perubahan
iklim dan ketangguhan daerah. Selain itu kajian ini juga ditujukan sebagai masukan
untuk perencanaan pembangunan daerah yang lebih adaptif terhadap perubahan iklim.
Hasil yang diharapkan dari kajian ini adalah:

a. Penentuan bidang-bidang yang perlu diprioritaskan dalam adaptasi di


daerah ini;
b. Perkiraan kerentanan dan risiko perubahan iklim dalam bidang yang
dipilih;
c. Pilihan adaptasi untuk bidang yang dikaji.

Selain untuk masukan dalam perencanaan pembangunan daerah, hasil kajian


risiko ini juga akan menjadi pertimbangan dalam penentuan desa prioritas, yang
dianggap paling rentan yang perlu didampingi oleh pemerintah daerah Hasil kajian ini
dapat pula digunakan untuk evaluasi upaya adaptasi pada 5 sampai 10 tahun
mendatang.

Tujuan dari kegiatan penyusunan Rencana Aksi Daerah Adaptasi Perubahan


Iklim adalah sebagai referensi bagi para pengambil keputusan di tingkat regional
dalam mengkaji resiko dan dampak perubahan iklim serta menentukan opsi-opsi
konkrit adaptasi perubahan iklim yang akan diimplementasikan di Kabupaten
Boyolali.

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 2


1.3. Luaran
Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah tersusunnya Konsep Rencana
Aksi Daerah Adaptasi Perubahan Iklim sebagai salah satu pedoman dalam antisipasi
dampak perubahan iklim di Kabupaten Boyolali
Dokumen Rencana Aksi Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali
yang memuat basis ilmiah perubahan iklim dan tingkat kerentanan kelurahan, opsi-
opsi aksi adaptasi dan mitigasi penanganan perubahan iklim dan mekanisme
kelembagaan untuk membangun kerjasama dan sinergitas kegiatan aksi antar berbagai
pihak.

1.4 Manfaat
Manfaat dari kegiatan Penyusunan Rencana Aksi Daerah Adaptasi Perubahan
Iklim yaitu sebagai rancangan pedoman bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Kabupaten Boyolali dalam melaksanakan program/kegiatan mengatasi atau
mengurangi dampak perubahan iklim di Kabupaten Boyolali

1.5 Metodologis
Kajian kerentanan dan risiko iklim ini mengacu pada Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Nomor 33 Tahun 2016 tentang Pedoman
Penyusunan Aksi Adaptasi Perubahan Iklim, dan juga pada Peraturan Kepala Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pedoman
Umum Pengkajian Risiko Bencana. Selain itu kajian ini juga mengadaptasi
metodologi yang digunakan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dalam Kajian
Risiko dan Adaptasi Perubahan Iklim (KRAPI) 2012.
Kajian ini menggunakan metode analisis risiko dinamis pada beberapa bidang
strategis daerah. Analisis risiko dinamis adalah pembandingan antara risiko yang ada
masa sekarang dengan risiko pada masa 30 tahun mendatang. Kajian ini dilakukan
melalui konsultasi dengan para pemangku kepentingan lokal dan tenaga ahli pada
masing-masing bidang. Pada setiap bidang digunakan perangkat yang sesuai untuk
membuat analisis risiko di bidang itu. Ada sembilan langkah yang dilakukan dalam
kajian ini seperti dapat dilihat dalam bagan di bawah ini:

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 3


Membentuk Time Penyusun

Mengamati data historis iklim & kebencanaan Mengamati Proyeksi Iklim

Memperkirakan dampak

Pemilihan bidang-bidang strategis yang


akan dikaji

Analisis Analisis Analisis Analisis Analisis


Ancaman Ancaman Ancaman Ancaman Ancaman

Analisis Analisis Analisis Analisis Analisis


Kerentanan Kerentanan Kerentanan Kerentanan Kerentan
an

Analisis Analisis Analisis Analisis Analisis


Risiko Risiko Risiko Risiko Risiko

Sintesa Kerentanan, Ancaman, dan Risiko

Pilihan Adaptasi
Gambar 1. Tahapan Kajian Rencana Aksi Adaptasi Perubahan Iklim

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 4


Penjelasan tentang langkah-langkah yang terdapat dalam bagan di atas adalah sebagai
berikut:

1. Membentuk Tim Penyusun: Untuk adaptasi perubahan iklim yang terdiri dari ahli
bidang Meteorologi dan Fisika, Ahli Lingkungan, Ahli Ekonomi dan drafter pemetaan
dengan menggunakan program Arcgis.

2. Membaca data historis iklim dan kebencanaan: Untuk melihat tren dan
kejadianbencana meteorologis apa yang sering terjadi. Data kehilangan dan kerugian
akibat bencana meteorologis juga perlu dilihat.

3. Membaca proyeksi iklim: berdasarkan data BMKG dan data terkait bisa digunakan
untuk proyeksi iklim untuk 30 tahun kedepan, dari proyeksi ini dapat dilihat berapa
banyak perubahan suhu, curah hujan dan pola musim yang akan terjadi.

4. Perkiraan dampak perubahan pada ekosistem: Dampak langsung perubahan iklimakan


dialami oleh lingkungan hidup maupun masyarakat di Boyolali

5. Pemilihan bidang-bidang strategis yang perlu melakukan adaptasi melalui Forum


Group Discussion yang mengundang OPD terkait: Banyakbidang yang perlu
melakukan adaptasi, namun karena keterbatasan sumberdaya diperlukan adanya prioritas.
Tiga sampai empat bidang dipilih untuk dibuat kajian kerentanannya.

6. Analisis Ancaman: Untuk setiap bidang dibuat analisis ancaman berdasarkan


kondisisekarang dan proyeksi iklim 30 tahun ke depan. Ancaman ini dapat dinyatakan
dengan besaran, internsitas, frekuensi dan probabilitas. Informasi ancaman juga disajikan
dalam bentuk peta ancaman.

7. Analisis Kerentanan: Untuk setiap bidang atau sektor yang terpilih dari dibuat analisis
kerentanan periode sekarangdan tahun 2030 berdasarkan faktor utama yang menyebabkan
keterpaparan, sensitivitas dan kapasitas adaptif. Informasi kerentanan ini disajikan dalam
bentuk petadengan unit analisis desa.

8. Analisis Risiko: Untuk setiap bidang dibuat analisis risiko periode sekarang dan tahu
2030. Analisis ini menghasilkan perbandingan indeks risiko dari setiap kecamatan/desa
melalui tumpang susun peta kerentanan dan peta ancaman menggunakan fungsi
kondisional.

9. Sintesa ancaman dan risiko: Menggabungkan peta ancaman dari semua bidang
dalamsatu peta; dan juga menggabungkan peta-peta risiko dalam satu peta.

10. Pilihan Adaptasi: Ditetapkan melalui diskusi curah pendapat dikumpulkan


solusialternatif untuk mengurangi risiko disetiap bidang dan solusi lintas bidang untuk
jangka pendek dan jangka panjang dan disinkronkan dengan RAN-API, RPJPD maupun
RPJMN Kabupaten Boyolali.

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 5


Dalam kajian ini definisi kerentanan dan risiko yang digunakan adalah sebagai berikut:

Risiko terkait perubahan iklim adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat ancaman
padasuatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kehilangan atau kerusakan
(loss anddamage). Indeks risiko adalah fungsi dari kerentanan dan ancaman. Fungsi yang
dipakai untukanalisis adalah:

Ancaman yang dimaksud adalah stresor iklim yang dapat menimbulkan kerusakan
ataukehilagan pada lingkungan, sistem sosial ekonomi, maupun pada kehidupan manusia.

Kerentanan (vulnerability)adalah kecenderungan suatu wilayah mengalami dampak


negatifdari suatu bencana; kerentanan ditentukan oleh keterpaparan sensitivitas dan
kurangnya kapasitas adaptasi.

Keterpaparan (exposure)adalah keberadaan manusia, mata pencaharian,


spesies/ekosistem,fungsi lingkungan hidup, infrastruktur atau aset ekonomi sosial dan budaya,
di dalam wilayah yang terlanda ancaman bencana.

Sensitivitas (sensitivity)adalah potensi tingkat kerusakan dan kehilangan suatu sistem


bilamengalami bencana tertentu. Sensitivitas tergantung pada jenis ancamannya, daerah yang
sensitif terhadap banjir belum tentu sensitif terhadap kekeringan.

Kapasitas Adaptasi (adaptive capacity)adalah potensi atau kemampuan suatu sistemuntuk


menyesuaikan diri dengan perubahan iklim termasuk variabilitas iklim dan iklim ekstrem,
sehingga potensi kerusakanya dapat dikurangi atau dicegah.

Kajian ini pada akhirnya akan memperlihatkan perbandingan risiko yang dimiliki masing-
masing kabupaten/kota di propinsi Jawa Timur . Pendekatan yang digunakan untuk
melakukan analisis risiko adalah:

Dimana

Konsep ini bukanlah rumus matematika, tapi hanya pendekatan yang menjelaskan
hubungan antar faktor risiko. Pendekatan ini dapat dipakai untuk melihat
perbandingan risiko antarwilayah.

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 6


BAB 2 PERUBAHAN IKLIM HISTORIS DAN
PREDIKSI IKLIM MASA DEPAN
Pemanasan global dan perubahan iklim yang menyertainya merupakan sesuatu
yang sulit untuk dihindari dan telah memberikan dampak terhadap berbagai segi
kehidupan. Frekuensi dan intensitas kejadian iklim ekstrim sudah dirasakan semakin
meningkat akhir-akhir ini. Pada banyak wilayah juga sudah terjadi pergeseran awal
musim, perubahan tinggi maupun keragaman hujan. Kenaikan suhu yang terjadi telah
menyebabkan es dan gletser di wilayah kutub utara dan selatan mencair dan
terjadinyapemuaian massa air laut sehingga telah menyebabkan meningkatnya
masalah kejadian robs di berbagai wilayah.

Indonesia sebagai salah satu negara yang rentan terhadap dampak perubahan
iklim telah mengindentifikasi beberapa dampak perubahan iklim pada berbagai sektor.
Pada sektor pertanian, terjadinya perubahan musim dan peningkatan kejadian iklim
esktrim telah berimplikasi pada perubahan pola tanam dan meningkatnya kegagalan
panen. Demikian juga pada sektor kesehatan, peledakan kasus penyakit manusia yang
berhubungan dengan vektor dan air (seperti deman berdarah, malaria, diare dll) juga
cendrung meningkat. Kejadian kebakaran lahan dan hutan yang meluas juga semakin
sering terjadi akibat meingkatnya kejadian iklim ekstrim. Secara umum, potensi
dampak perubahan iklim di wilayah Kabupaten Boyolali:

a. Kondisi lingkungan dan biofisik wilayah Kabupaten Boyolali semakin


memburuk sehingga tingkat kerentanan semakin meningkat
b. Tingkat keterpaparan dan sensitifitas meningkat terutama akibat
berlangsungnya, peningkatan kepadatan penduduk, kemampuan pengelolaan
sampah tidak seimbang dengan laju timbulan, kapasitas drainase yang tidak
memadai dan semakin berkurangnya ruang terbuka hijau

Apabila tidak ada upaya adaptasi, dampak perubahan iklim sangat signifikan
dan kerugian ekonomi akan semakin besar.
Pemanasan global akibat meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di
atmosfer diyakini telah menyebabkan terjadinya masalah perubahan iklim. Dalam
Kerangka Kerja Konvensi PBB untuk Perubahan Iklim telah disepakati bahwa upaya
untuk mengatasi masalah perubahan iklim melalui upaya penurunan emisi GRK
(mitigasi) dan adaptasi terhadap perubahan iklim yang terjadi perlu dilakukan oleh
semua pihak. Landasan ilmiah tentang masalah perubahan iklim telah dilaporkan oleh
Panel antar Pemerintah mengenai Perubahan Iklim (IPCC). Landasan ilmiah sangat
diperlukan dalam menyusun startegi dan langkah aksi penanggulangan masalah
perubahan iklim. Namum demikian laporan IPCC tesebut walaupun bersifat
komprehensif, akan tetapi masih sangat sedikit membahas perubahan iklim pada skala
regional maupun lokal sehingga pemanfaatannya dalam penyusunan upaya adaptasi
pada tingkat wilayah menjadi kurang efektif. Oleh karena itu, kajian perubahan iklim
regional maupun lokal sangat diperlukan.

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 7


2.1 Perubahan Iklim Historis

Kenaikan konsentrasi GRK di atmosfer telah terjadi sejak awal pra-industri dan
meningkat dengan cepat setelah tahun 1940an (IPCC, 2007). Kenaikan konsentrasi GRK
diyakini sebagai penyebab meningkatnya suhu global yang akan berdampak pada
perubahan iklim. Kejadian iklim ekstrim telah banyak dilaporkan semakin meningkat.
Tanpa adanya upaya yang serius dari masyarakat dunia dalam menurunkan emisi GRK,
upaya adaptasi akan semakin sulit dan akan dibutuhkan biaya yang sangat besar di
kemudian hari.

Boyolali merupakan kota berskala kecil-menengah yang terletak di bagian tengah


Provinsi Jawa Tengah. Lokasinya membuat Boyolali menjadi wilayah perlintasan lalu
lintas dari Jawa Tengah bagian utara menuju selatan dan sebaliknya. Lokasi Boyolali
tidak terjangkau oleh perairan laut dikarenakan tidak berbatasan langsung dengan
wilayah laut, ketersediaan transportasi utama adalah melalui darat, jalur jalan raya. Kota
ini tidak terakses oleh kereta api. Hanya saja, Boyolali memiliki keistimewaan pada
transportasi udara dengan adanya Bandara Internasional Adi Soemarmo. Salah satu pintu
udara utama di Jawa Tengah, khususnya kawasan Surakarta dan Greater Solo. Selain itu,
Kabupaten Boyolali memiliki rata-rata suhu udara sebesar 27,5oC yang termasuk pada
kriteria sejuk dan nyaman untuk ditinggali.

Gambar 2. Peta Administrasi Kabupaten Boyolali

Letak geografis Boyolali pada 110⁰22‟-110⁰50‟ bujur timur (BT) dan 7⁰7‟-
7⁰36‟ lintang selatan (LS). Ketinggian rata rata wilayah Boyolali 75-1500 mdpl yang

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 8


memberikan variasi terhadap bantang lahan mulai dari wilayah datar hingga
pegunungan (Merapi dan Merbabu). Sehingga ditemukan wilayah yang berada di
puncak gunung/pegunungan hingga lembah,wilayah yang terletak diantara dua
pegunungan atau wilayah yang lebih rendah dibandingkan daerah sekitarnya, dan
wilayah dataran yang sebagian besar berupa datar, rata, dan membentang. Selo
merupakan Kecamatan dengan bentang lahan paling tinggi yakni sebesar 1.564 mdpl
dan Kecamatan Juwangi paling rendah yakni sebesar 66 mdpl. Boyolali berbatasan
dengan Kabupaten Semarang dan Kabupaten Grobogan (utara); Kabupaten
Karanganyar, Sragen dan Sukoharjo (timur); Kabupaten Klaten dan Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta (selatan); serta Kabupaten Magelang dan Semarang di sebelah
barat (BPSD Boyolali, 2015).
Serupa dengan seluruh wilayah yang ada di Indonesia, Boyolali memiliki iklim
tropis dengan dua musim utama sepanjang tahun yaitu panas dan penghujan. Musim
penghujan secara umum terjadi pada periode Oktober hingga April, sedangkan musik
panas berlangsung pada periode April-Oktober. Antara musim penghujan dan panas
terjadi masa masa transisi musim yang dikenal dalam bahasa lokal sebagai masa
pancaroba. Perubahan iklim atau climate change membuat awal dan periode masing
masing musim menjadi sulit diprediksi dalam beberapa tahun terakhir.
Data temperatur tahunan dari lokasi pengamatan klimatologi Bandara Ahmad
Yani Semarang dapat menggambarkan rataan temperatur udara untuk kawasan Jawa
Tengah. Berdasarkan data tersebut teramatai bahwa tidak terjadi perubahan ekstrim
atau signifikan pada temperatur tahunan Jawa Tengah, baik untuk suhu minimum
rataan maupun tahunan sejak periode pengamatan 1985 sampai dengan 2014. Rata rata
suhu judara minimum berkisar antara 22⁰-25⁰ C, suhu udara maksimum 30⁰-32⁰ C dan
suhu udara rata rata 27⁰-28⁰ C (Data dan Informasi Lingkungan Hidup Jawa Tengah,
2014).
Khusus untuk pemantauan di Kabupaten Boyolali, diperoleh data suhu tertinggi
pada periode September-November dengan suhu tertinggi 25,2⁰C(rata-rata) pada
Oktober. Sedangkan suhu terendah umumnya akan terjadi pada bulan Juli dengan suhu
rata rata 23,7⁰C. Berikut adalah data lengkap suhu Kabupaten Boyolali (meteocast,
2016).

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 9


Gambar 3. Kecenderungan Suhu Rata terhitung periode 1979 - 2014

Gambar 4. Kecenderungan Curah hujan bulanan terhitung periode 1979 - 2014

2.2 Bencana Terkait Iklim di Boyolali

Berdasarkan data yang diperoleh dari Laporan Kinerja Instansi Pemerintan


(LKJIP) Kabupaten Boyolali, Potret kebencanaan di Kabupaten Boyolali 2015 – 2017
tersaji sebagai berikut:

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 10


Tabel 1. Angka kejadian berbagai Bencana di Boyolali tahun 2015 s.d 2017

Terlihat bahwa di Kabupaten Boyolali, bencana yang paling sering terjadi adalah
tanah longsor. Mulai tahun 2017 Bencana Kekeringan sudah mulai dicatat
sebagai bencana. Bencana yang tersaji pada tabel di atas adalah yang lebih
diakibatkan oleh alam. Sebenarnya masih ada lagi bencana yang terjadi, misalnya
Kasus penyakit, Gagal panen, Produksi Perikanan dan Peternakan menurun yang
sebenarnya bisa dimasukkan ke dalam potret tersebut.

2.3 Proyeksi Kondisi Boyolali di Masa Depan

Berdasarkan hasil Forum Group Discussion disepakati bahwa Sektor yang


akan dikaji dalam kegiatan ini adalah Dampak Perubahan Iklim pada Sektor
Pertanian, Sektor Peternakan dan Sektor Kesehatan, yang disebabkan oleh
Kekeringan karena perubahan pola hujan dan bukan kekeringan yang disebabkan
karena kenaikan temperatur. Oleh karena itu kondisi iklim yang dikaji, lebih pada
kondisi kekeringan akibat pola hujan.

Kekeringan disebabkan karena Curah hujan yang rendah selama beberapa


bulan. Contoh Curah hujan bulanan di Kabupaten Boyolali yang tercatat pada tiap
tiap kecamatan dapat tersaji pada tabel berikut

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 11


Tabel 2. Contoh Perhitungan Angka Kekeringan di Kabupaten Boyolali

Dari data rasio Bulan Kering dan Bulan Basah di 19 Kecamatan di Kabupaten
Boyolali tersebut lalu menggunakan ArcGis dibuat peta kekeringan kondisi
sekarang, sebagaimana tersaji pada gambar berikut.

Gambar 5 Peta Bahaya Kekeringan 2018 di Kabupaten Boyolali

Terlihat bahwa Kecamatan Juwangi, Wonosegoro dan Karanggede mempunya


bahaya kekeringan yang paling tinggi dibanding daerah lain, ditandai dengan warna

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 12


merah. Sementara untuk wilayah Selo, Cepogo dan Musuk, serta sedikit kecamatan
Ampel Bahaya kekeringannya cukup tinggi, ditandai dengan warna Kuning.

Panel Antar Pemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) telah menyusun


berbagai skenario emisi gas rumah kaca yang dikenal dengan SRES. SRES
disusun berdasarkan asumsi bahwa laju emisi ditentukan oleh (i) perubahan
orientasi pembangunan dari yang hanya mementingan pembangunan ekonomi ke
arah yang juga memperhatikan lingkungan, dan (ii) perubahan kerjasama antar
Negara dari yang lebih independen ke arah yang lebih saling tergantung sama
lainnya.

Skenario emisi tinggi (SRES-A2) terjadi apabila orientasi pembangunan


hanya mementingkan pertumbuhan ekonomi saja dan kerjasama antar negara
sangat rendah (SRES-B1), sementara skenario emisi yang rendah terjadi apabila
arah pembangunan tidak hanya mementingkan pertumbuhan ekonomi tetapi juga
lingkungan serta meningkatnya kerjasama antar berbagai Negara sehingga difusi
teknologi berjalan lebih cepat. Skenario emisi antara yang rendah dan tinggi
diantaranya ialah skenario SRES A1B.

Hasil kajian ilmiah terkini menyatakan bahwa kenaikan suhu global melebihi
o
2 C pada tahun 2050 akan menimbulkan masalah perubahan iklim yang
semakin sulit dikendalikan. Oleh karena itu, IPCC menyusun skenario emisi yang
disebut skenario RCP (Representatuve Carbon Pathhway) dimana skenario disusun
berdasarkan target konsentrasi GRK yang ingin dicapai.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia telah


mengembangkan aplikasi Statistical Downscaling Corretion for Climate Scenarios
(SiBiaS). Aplikasi dibangun untuk mempermudah dalam penggunaan data luaran
beberapa skenario dan proses koreksi biasnya dengan teknik bias stastistik metode
delta dan metode koreksi distribusi. Perangkat lunak ini dibangun khusus untuk
peroyeksi iklim di wilayah Indonesia dan tersedia 4 skenario yaitu RCP 2,6, RCP 4.5,
RCP 6,0 dan RCP 8,5.

Sibias ini dapat memproyeksi perubahan temperatur dimasa mendatang


dengan berbagai skenario. Program ini juga dapat memproyeksi perubahan curah
hujan yang akan datang. Proyeksi perubahan curah hujan, dengan menggunakan data
rata rata curah hujan di Boyolali dapat dilihat pada gambar berikut.

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 13


Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 14
Gambar 6. Proyeksi pola hujan rata rata bulanan dengan berbagai skenario (RCP2.6, RCP
4.5, RCP 6.0 dan RCP 8.5) menggunakan software SIBIAS

Data curah hujan hasil SIBIAS (yang terbaru dengan berbagai Skenario)

Proyeksi curah hujan di masing masing kecamatan di Boyolali dapat juga


dibuat dengan program tersebut. Dari dari hasil proyeksi curah hujan dimasing
masing kecamatan tersebut maka dapat dibuat rasio Bulan Kering / Bulan Basah
di masa mendatang. Lalu dengan menggunakan Rasio Bulan Kering / Bulan Basah
untuk masa mendatang di tiap tiap kecamatan dapat dibuat peta tentang bahaya
kekeringan di masa mendatang, sebagai mana tersaji pada gambar berikut
Hasil proyeksi suhu diambil dari rataan banyak model GCM yang
diekstraksi untuk wilayah Kabupaten Boyolali menunjukkan bahwa adanya
perubahan tingkat kekeringan di masing masing Kecamatan yang tersaji
sebagaimana gambar berikut.

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 15


Gambar 7 Peta Proyeksi Bahaya Kekeringan 2030 di Kabupaten Boyolali

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 16


BAB 3 ANALISIS KERENTANAN DAN RISIKO IKLIM
TERHADAP DAMPAK PERUBAHAN IKLIM

3.1 Konsep Kerentanan

Dampak perubahan iklim secara umum dapat melalui perubahan temperatur,


curah hujan, kenaikan muka air dan intrusi air laut serta perubahan frekuensi kejadian
iklim ekstrim seperti banjir dan kekeringan.Perubahan iklim dapat membawa dampak
negatif maupun positif. Sebagai contoh, meningkatnya temperatur rata-rata global
memberikan keuntungan bagi wilayah-wilayah di lintang tinggi yang menghangat
untuk dapat menanam sejumlah komoditas yang sebelumnya tidak dapat ditanam.
Dengan kata lain, berubahnya temperatur rata-rata global dapat mengubah zonasi agro-
ekologi (Parry et al. 2004).

Kerentanan suatu sistem terhadap perubahan iklim tergantung kepada tingkat


keterpaparan terhadap bencana iklim, sensitivitas dan kapasitas adaptasi (IPCC 2001).
Tingkat sensitivitas merupakan kondisi internal dari sistem yang menunjukkan derajat
sejauh mana sistem akan dipengaruhi oleh atau responsif terhadap perubahan iklim.
Tingkat keterpaparan menunjukkan derajat, lama dan/atau besar peluang suatu sistem
untuk kontak dengan goncangan atau gangguan (Adger 2006 dan Kasperson et al.
2005).Tingkat keterpaparan dan sensitivitas menentukan besarnya dampak potensial
perubahan iklim terhadap suatu sistem. Setiap sistem memiliki kemampuan alami
dalam beradaptasi, yang dikenal dengan istilah autonomous adaptation. Kemampuan
adaptasi otonom mempengaruhi cara sistem saat ini menghadapi perubahan iklim
sehingga dampak perubahan iklim yang sesungguhnya mungkin dihadapi di masa datang
(residual impacts) dapat saja berbeda dengan dampak potensialnya.

Adaptasi terencana dibutuhkan untuk meminimalisir kerugian dan mengambil


keuntungan akibat dari residual impacts tersebut. Konsep kerentanan berasal dari 3
pemahaman sederhana. Pertama adalah studi terhadap kerentanan yang berkaitan
dengan bencana alam, kedua yang berkaitan kepada kelaparan dan bantuan kepada
masyarakat, dan yang ketiga berkaitan dengan efek dari perubahan iklim.Pengertian
kerentanan sangat bervariasi pada beberapa literature. Yang paling umum digunakan
dan diterima secara luas pengertian dari kerentanan dalam konteks perubahan iklim
seperti yang terdapat pada laporan “the Intergovermental Panel on Climate Change”
(IPCC). IPCC (2001, 2007) mendefinisikan kerentananmenggambarkan „Derajat atau
tingkat kemudahan terkena atau ketidakmampuan untuk menghadapi dampak buruk dari
perubahan iklim, termasuk keragaman iklim dan iklim esktrim”.

Berdasarkan konsep di atas, kerentanan suatu sistem merupakan dampak


perubahan iklim yang dihitung menggunakan 3 dimensi, tingkat kepaparan, tingkat
sensitifitas, dan kemampuan adaptasi suatu sistem.Tingkat keterpaparan menunjukkan
derajat, lama dan atau besar peluang suatu sistem untuk kontak atau dengan goncangan
atau gangguan (Adger 2006 and Kasperson et al. 2005).Tingkat sensitivitas merupakan

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 17


kondisi internal dari sistem yang menunjukkan derajat kerawanannya terhadap
gangguan.Sensitivitas adalah bagian dari sistem yang sangat dipengaruhi oleh kondisi
manusia dan lingkungannya

3.2 Tingkat Kerentanan Boyolali di tingkat Kelurahan

- Pemilihan Indikator Kerentanan


Hasil dari forum group discussion disepakati bahwa resiko iklim yang dikaji
adalah di sektor Pertanian, Peternakan dan Kesehatan akibat dampak Kekeringan
yang disebabkan oleh pola curah hujan di Kabupaten Boyolali. Beberapa
pertimbangan pemilihan sektor tersebut diantaranya adalah dari kejadian bencana
sebelumnya di Boyolali, bencana kekeringan merupakan bencana yang sudah lama
terjadi dengan tingkat dampak yang semakin meningkat. Sektor Pertanian dan
Peternakan dipilih karena sebagian besar mata pencaharian warga Kabupaten
Boyolali adalah Pertanian dan Peternakan. Sementara sektor Kesehatan dipilih, karena
muara dari perubahan iklim adalah berdampak pada kesehatan manusia. Pemilihan
sektor ini juga didasarkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah maupun
Jangka Panjang Daerah di samping juga mempertimbangkan Produk Domestik
Regional Bruto – PDRB Kabupaten Boyolali
Berdasarkan data yang diperoleh, sejumlah indikator kemudian dipilih untuk
mewakili tingkat keterpaparan, tingkat sensitivitas dan kemampuan adaptasi tiap
kelurahan di Kabupaten Boyolali

Tabel 3 Indikator indikator Kerentanan Pertanian

Indeks Indikator
Kapasitas Adaptif - Tingkat Pendidikan Petani
- Jumlah Penyuluh
Sensitifitas - Kelangkaan Air Irigasi
- Tingkat Kemiskinan
- Tingkat Kekritisan Lahan
Keterpaparan - Presentase Luas Lahan Pertanian
- Jumlah Petani Per Hektar

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 18


Tingkat Pendidikan
Pembangunan pertanian akan berjalan dengan baik bila didukung oleh sumber
daya manusia (SDM) yang berkualitas yang merupakan keluaran (output) dari
pembangunan pendidikan, sehingga kebijakan bidang pendidikan yang mengarah
pada pembangunan pertanian memegang peranan penting dalam sektor pertanian.
Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan menghasilkan perilaku petani yang
lebih baik dan meningkatkan produktivitas pertanian yang dihasilkan dibanding petani
dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah.
Distribusi Kapasitas Adaptasi tahun 2018 dan proyeksi tahun 2030
berdasarkan tingkat pendidikan pada sub sektor Pertanian dapat dilihat pada gambar
berikut berikut.

Gambar 8 Peta Kapasitas Adaptasi sektor Pertanian Berdasarkan Indikator Tingkat


Pendidikan Tahun 2018 dan Proyeksi 2030

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 19


Jumlah Penyuluh Pertanian
Sumberdaya manusia petugas pertanian adalah kelompok fungsional yaitu
kelompok Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), di mana Penyuluh Pertanian adalah
petugas yang melakukan pembinaan dan berhubungan atau berhadapan langsung
dengan petani. Peranan agen penyuluhan pertanian adalah membantu petani
membentuk pendapat yang sehat dan membuat keputusan yang baik dengan cara
komunikasi yang baik dan memberikan informasi yang mereka perlukan, sehingga
dengan semakin banyaknya jumlah penyuluh pertanian, kualitas petani akan semakin
meningkat dan kemajuan pada sektor pertanian pun akan semakin pesat.
Distribusi Kapasitas Adaptasi tahun 2018 dan 2030 berdasarkan Jumlah
Penyuluh Pertanian pada sub sektor Pertanian dapat dilihat pada gambar berikut
berikut.

Gambar 9 Peta Kapasitas Adaptasi sektor Pertanian Berdasarkan Jumlah Penyuluh


Pertanian Tahun 2018 dan Proyeksi 2030

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 20


Kelangkaan Irigasi
Air merupakan suatu hal yang sangat penting di dalam pertanian, terutama bagi
tanaman yang manyoritasnya memerlukan air. Secara alami kebutuhan air untuk
tanaman dapat dipenuhi melalui air hujan. Namun pada kenyataannya dalam beberapa
tempat dan beberapa waktu tertentu jumlah air hujan kurang mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan air bagi tanaman khususnya sektor pertanian. Sedangkan sarana
infrastruktur yang masih dalam proses pembangunan belum dapat secara maksimal
memenuhi sumber daya air bagi tanaman, serta sarana prasarana irigasi yang masih
merupakan permasalahan yang mendasar dalam sektor pertanian. Oleh karenanya,
kelangkaan irigasi menjadi salah satu faktor rpenting dalam pembangunan sektor
pertanian sebab kondisi inilah yang menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang
maksimal dan selanjutnya dapat mengganggu tingkat produktivits tanaman.
Distribusi Sensitifitas tahun 2018 dan proyeksi 2030 berdasarkan kelangkaan
irigasi pada sub sektor Kesehatan dapat dilihat pada gambar berikut berikut.

Gambar 10 Peta Sensitifitas sektor Pertanian Berdasarkan Indikator Kelangkaan Irigasi


Tahun 2018 dan Proyeksi 2030

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 21


Tingkat Kesejahteraan Petani
Salah satu masalah utama dalam pertanian di Indonesia adalah masih
rendahnya tingkat kesejahteraan petani. Rata rata pendapatan perkapita di sektor
pertanian sangat jauh dibawah rata rata pendapatan di sektor lain, oleh sebab itu,
pertanian belum menjadi sektor usaha yang menarik untuk ditekuni. Banyak petani
yang menekuni sektor pertanian karena terpaksa dan tidak punya pilihan lain. Kondisi
ini tentunya sangat berpengaruh pada tingkat produktifitas sektor pertanian yang pada
akhirnya dapat berpengaruh pada total produksi pangan nasional.
Distribusi Sensitifitas tahun 2018 dan proyeksi 2030 berdasarkan tingkat
kesejahteraan petani pada sub sektor Pertanian dapat dilihat pada gambar berikut
berikut.

Gambar 11 Peta Sensitifitas sektor Pertanian Berdasarkan Indikator Kesejahteraan


Petani Tahun 2018 dan Proyeksi 2030

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 22


Nilai Kekritisan Lahan
Lahan kritis merupakan lahan yang sudah tidak dapat berfungsi sebagai media
pengatur tata air dan unsur produksi pertanian yang baik yang selanjutnya
menyebabkan sumber daya lahan mengalami kemunduran produktivitas akibat proses
kerusakan yang disebabkan oleh berbagai faktor penyebab. Tingkat lahan kritis di
Indonesia terus meningkat dan mengkhawatirkan karena mengganggu produktivitas
hasil pertanian dan dianggap sebagai salah satu ancaman utama bagi target
swasembada pangan nasional yang ditetapkan oleh pemerintah. Oleeh karena, nilai
kekritisan lahan sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan pada pembangunan sektor
pertanian
Distribusi Sensitifitas tahun 2018 dan proyeksi 2030 berdasarkan nilai
kekritisan lahan pada sub sektor Pertanian dapat dilihat pada gambar berikut berikut.

Gambar 12 Peta Sensitifitas sektor Pertanian Berdasarkan Indikator Kekritisan Lahan


Tahun 2018 dan Proyeksi 2030

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 23


Luas Lahan Pertanian
Indonesia merupakan negara agraris dengan mayoritas penduduk bekerja di
sektor pertanian, aktivitas ekonomi lebih banyak tertuju pada sektor pertanian sebagai
sektor dominan. Dilihat dari segi faktor produksi, ketersediaan lahan pertanian
sebagai salah satu input produksi semakin menurun seiring dengan proses
pembangunan sektor lainnya. Kondisi ini membawa dampak pada kelangkaan lahan
dengan peningkatan lahan yang bersifat statis. Luas lahan pertanian memiliki peran
yang sangat penting dalam kaitannya pada peningkatan produktivitas sektor pertanian.
Distribusi keterpaparan tahun 2018 dan proyeksi 2030 berdasarkan luas lahan
pertanian pada sub sektor Pertanian dapat dilihat pada gambar berikut berikut.

Gambar 13 Peta Keterpaparan sektor Pertanian Berdasarkan Indikator Luas Lahan


Pertanian Tahun 2018 dan Proyeksi 2030

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 24


Jumlah Petani per Hektar Sawah
Jumlah petani yang mengolah lahan pertanian dengan jumlah luas lahan
pertanian yang diolah harus berjalan sejajar. Apabila per hektar sawah diolah oleh
petani dengan jumlah terlalu sedikit, maka hasil produksi pertanian tidak akan
maksimal, sedangkan apabila per hektar sawah diolah oleh petani dengan jumlah yang
terlalu banyak maka pendapatan petani akan semakin sedikit dan mengakibatkan
petani meninggalkan profesinya dan beralih ke profesi yang lebih menjanjikan. Hal
ini akan berdampak tidak hanya terhadap penurunan produksi pertanian namun juga
mengancam stabilitas pangan nasional.
Distribusi keteraparan tahun 2018 dan proyeksi 2030 berdasarkan Jumlah
Petani per hektar sawah pada sub sektor Pertanian dapat dilihat pada gambar berikut
berikut.

Gambar 14 Peta Keterpaparan sektor Pertanian Berdasarkan Indikator Jumlah Petani per
Hektar Pertanian Tahun 2018 dan Proyeksi 2030

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 25


Tabel 4 Indikator indikator Kerentanan Peternakan

Indeks Indikator
Kapasitas Adaptif - Tingkat Pendidikan Peternak
- Jumlah Penyuluh
Sensitifitas - Tingkat Kemiskinan
- Jarak dengan Sumber Air
Keterpaparan - Jumlah Ternak Ruminansia
- Jumlah Peternak Ruminansia
- Luas Lahan Pakan Ternak

Tingkat Pendidikan Peternak


Pengetahuan masyarakat petani ternak tentang manajemen reproduksi yang
baik sangat berperan dalam upaya pengembangan populasi demi meraih hasil
produksi yang optimal. Petrnak yang berpendidikan lebih tinggi umumnya relatif
lebih cepat paham melaksanakan adopsi inovasi, sebaliknya peternak yang
berpendidikan rendah sulit untuk melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat. Tingkat
pendidikan peternak baik formal maupun non formal akan mempengaruhi cara
berfikir yang diterapkan pada usahanya yaitu dalam rasionalitas usaha dan
kemampuan memanfaatkan setiap kesempatan ekonomi yang ada dalam sektor
peternakan.
Distribusi Kapasitas Adaptasi tahun 2018 dan 2030 berdasarkan tingkat
pendidikan pada sub sektor Kesehatan dapat dilihat pada gambar berikut berikut.

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 26


Gambar 15 Peta Kapasitas Adaptasi sektor Peternakan Berdasarkan Indikator Tingkat
Pendidikan Tahun 2018 dan Proyeksi 2030

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 27


Jumlah Penyuluh Peternak
Penyuluh adalah penghubung atau saluran atau jembatan antara lembaga
penelitian dengan rakyat tani ternak atau sebaliknya dari rakyat tani ternak
kelembaga-lembaga penelitian. Sebagai penghubung, penyuluh bertugas menyebar
luaskan kepada peternak mengenai keterangan yang berguna, cara-cara yang praktis
dan efisien dalam bidang peternakan, dan mengumpulkan persoalan/bahan-bahan
yang berasal dari peternak untuk dipecahkan oleh jawatan penyuluh atau diteruskan
kelembaga-lembaga penelitian. Peternak yang memiliki jumlah ternak banyak
tentunya juga memiliki modal yang besar sehingga dia terstimulasi untuk
mengusahakan usaha ternaknya lebih optimal lagi. Oleh karenanya, jumlah penyuluh
peternak yang semakin banyak akan mampu meningkatkan pembangunan pada sektor
peternakan.
Distribusi Kapasitas Adaptasi tahun 2018 dan 2030 berdasarkan Jumlah
Penyuluh pada sub sektor Peternakan dapat dilihat pada gambar berikut berikut.

Gambar 16 Peta Kapasitas Adaptasi sektor Peternakan Berdasarkan Jumlah Penyuluh


Pertanian Tahun 2018 dan Proyeksi 2030

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 28


Kesejahteraan Peternak
Tingkat kesejahteraan peternak merupakan faktor penting dalam proses
pembangunan sektor peternakan berkelanjutan. Dengan semakin baiknya tingkat
kesejahteraan peternak, akan semakin menarik perhatian masyarakat untuk turut serta
dan menjadi pelaku bisnis pada sektor peternakan. Apabila tingkat kesejahteraan
peternak buruk, sektor peternakan akan ditinggalkan dan peternak lebih memilih
beralih profesi pada sektor lain. Hal ini akan membuat produktivitas sektor peternakan
menurun dan tidak terpenuhinya kebutuhan daging ternak untuk konsumsi.
Distribusi Sensitifitasa tahun 2018 dan proyeksi 2030 berdasarkan tingkat
kesejahteraan peternak pada sub sektor Peternakan dapat dilihat pada gambar berikut
berikut.

Gambar 17 Peta Sensitifitas sektor Peternakan Berdasarkan Indikator Kesejahteraan Petani


Tahun 2018 dan Proyeksi 2030

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 29


Jarak dengan Sumber Air
Keberlangsungan sektor peternakan sangat dipengaruh oleh ketersedaan air
baik untuk minum ternak maupun untuk kebersihan kandang ternak. Ketersediaan air
menjadi faktor yang sangat strategis karena tanpa adanya dukungan ketersediaan air
yang sesuai dengan kebutuhan baik dalam dimensi jumlah, mutu, ruang maupun
waktunya, maka dapat dipastikan kegiatan budidaya tersebut akan berjalan dengan
tidak optimal. Termasuk apabila jarak lokasi ternak dengan sumber air terlalu jauh
maka dapat mengganggu stabilitas usaha ternak itu sendiri.
Distribusi Sensitifitas tahun 2018 dan proyeksi 2030 berdasarkan Jarak
dengan Sumber Air pada sub sektor Peternakan dapat dilihat pada gambar berikut
berikut.

Gambar 18 Peta Sensitifitas sektor Peternakan Berdasarkan Indikator Jarak dari Sumber Air
Tahun 2018 dan Proyeksi 2030

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 30


Jumlah Ternak
Banyaknya jumlah ternak yang dibudidaya akan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pendapatan pada sektor peternakan. Semakin banyak jumlah
ternak, semakin banyak pula pendapatan yang dihasilkan dan akan berpengaruh
positif dengan semakin meningkatnya kesejahteraan peternak sehingga mendorong
perkembangan pembangunan pada sektor peternakan yang berkelanjutan.
Distribusi Keterpaparan tahun 2018 dan proyeksi 2030 berdasarkan Jumlah
Ternak Ruminansia pada sub sektor Peternakan dapat dilihat pada gambar berikut
berikut.

Gambar 19 Peta Keterpaparan pada sektor Peternakan Berdasarkan Indikator Jumlah Ternak
Ruminansia Tahun 2018 dan Proyeksi 2030

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 31


Jumlah Peternak
Jumlah peternak dalam sektor peternakan sangat berpengaruh terhadap
kemampuan produksi ternak yang dihasilkan. Namun, jumlah peternak harus
seimbang dengan kapasitas ternak yang ada. Apabila jumlah peternak terlalu banyak
tanpa disertai peningkatan jumlah ternak di suatu sektor peternakan, akibatnya
pendapatan peternak akan sedikit. Sedangkan apabila jumlah peternak terlalu sedikit,
akan mengakibatkan tidak optimalnya pembangunan pada sektor peternakan.
Distribusi Keterpaparan tahun 2018 dan 2030 berdasarkan tingkat Jumlah
Peternak sub sektor Peternakan dapat dilihat pada gambar berikut berikut.

Gambar 20 Peta Keterpaparan sektor Peternakan Berdasarkan Indikator Jumlah


PeternakTahun 2018 dan Proyeksi 2030

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 32


Luas Lahan Pakan Ternak
Selain sumber air, lahan untuk pakan ternak harus menjadi pertimbangan yang
menjadi prioritas dalam pembangunan sektor peternakan.
Tanaman pakan ternak sendiri menghendaki tanah yang gembur dan subur untuk
dapat tumbuh dan berkembang. Sehingga pada beberapa daerah cukup sulit
menemukan lahan yang cocok untuk pakan ternak, khususnya di daerah-daerah yang
cenderung kering dan miskin unsur hara. Luas lahan pakan ternak harus
dikembangkan se-optimal mungkin guna memenuhi kebutuhan pakan ternak sehingga
budidaya pada sektor peternakan dapat berlangsung dengan baik.
Distribusi Keterpaparan tahun 2018 dan proyeksi 2030 berdasarkan Luas
Lahan Pakan Ternak pada sub sektor Peternakan dapat dilihat pada gambar berikut
berikut.

Gambar 21 Peta Keterpaparan sektor peternakan Berdasarkan Indikator Luas Lahan


pakan Ternak Tahun 2018 dan Proyeksi 2030

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 33


Tabel 4 Indikator indikator Kerentanan Kesehtan
Indeks Indikator
Kapasitas Adaptif - Tingkat Pendidikan
- Fasilitas Kesehatan
Sensitifitas - Kelangkaan Sumber Air Minum
- Tingkat Kemiskinan
- Kondisi Sanitasi
- Persentase Balita dan Manula
Keterpaparan - Kepadatan Penduduk
- Jumlah KK di Pemukiman Kumuh
- Jumlah KK yang Jauh Dari Sumber Air

Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan menjadi salah satu indikator kapasitas Adaptif dalam Sub
Sektor kesehatan. Kesehatan merupakan salah satu modal manusia (human capital)
yang sangat diperlukan dalam menunjang pembangunan ekonomi. Hal ini
dikarenakan kesehatan merupakan prasyarat bagi peningkatan produktivitas.
Pendidikan masyarakat baik formal maupun non-formal memiliki pengaruh yang kuat
pada tingkat kesehatan masyarakat. Masyarakat yang terididik secara pengetahuan
akan cenderung lebih waspada dan memiliki perhatian terhadap kesehatan dibanding
masyarakat dengan pendidikan yang masih rendah.
Distribusi Kapasitas Adaptasi tahun 2018 dan proyeksi 2030 berdasarkan
tingkat pendidikan pada sub sektor Kesehatan dapat dilihat pada gambar berikut
berikut.

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 34


Gambar 22 Peta Kapasitas adaptasi sektor Kesehatan Berdasarkan Indikator Tingkat
Pendidikan Tahun 2018 dan Proyeksi 2030

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 35


Fasilitas Kesehatan

Dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan pada dasarnya pengambilan keputusan


dilakukan oleh individu. Namun fasilitas kesehatan yang menunjang juga sangat penting
karena awareness terhadap kesehatan tanpa disertai faslitas yang memadai tidak akan dapat
meningkatkan kesehatan masyarakat secara optimal.

Distribusi Kapasitas Adaptasi tahun 2018 dan proyeksi 2030 berdasarkan Jumlah
fasilitas kesehtan pada sub sektor Kesehatan dapat dilihat pada gambar berikut berikut.

Gambar 23 Peta Kapasitas Adaptasi sektor Kesehtan Berdasarkan Indikator Jumlah Fasilitas
Kesehatan Tahun 2018 dan Proyeksi 2030

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 36


Kelangkaan Sumber Air Minum
Semakin meningkatnya populasi, semakin besar pula kebutuhan akan air
minum. Kelangkaan sumber air dapat memberi dampak negatif terhadap semua
sektor, termasuk kesehatan. Tanpa akses air minum yang higienis mengakibatkan
banyaknya anak meninggal tiap hari oleh penyakit. Lebih parahnya masalah
ketersediaan air bersih juga menimbulkan masalah yang pelik pada sektor kesehatan
seperti munculnya beragam penyakit.
Distribusi Sensitifitas tahun 2018 dan proyeksi 2030 berdasarkan Kelangkaan
Sumber Air Minum pada sub sektor Kesehatan dapat dilihat pada gambar berikut
berikut.

Gambar 24 Peta Sensitifitas sektor kesehatan Berdasarkan Indikator kelangkaan sumber air Minum
Tahun 2018 dan Proyeksi 2030

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 37


Kesejahteraan Masyarakat
Kesehatan merupakan inti atau pusat untuk pembangunan dan kesejahteraan.
Terdapat hubungan yang erat sekali antara tingkat kesejahteraan dengan kesakitan,
sehingga banyak peraturan tentang pemenuhan kesehatan ditujukan kepada penduduk
pra-sejahtera sebagai proritas paling tinggi. Masyarakat yang tingkat kesejahteraannya
baik biasanya akan melakukan upaya peningkatan maupun penjagaan kesehatan
secara mandiri seperti rutin medical check up, berolah raga, dan terpenuhinya asupan
gizi cukup setiap harinya dibanding masyarakat pra-sejahtera yang cenderung masih
kurang awas dalam menjaga kesehatan pribadi.
Distribusi Keterpaparan tahun 2018 dan proyeksi 2030 berdasarkan
Kesejahteraan Masyarakat pada sub sektor Kesehatan dapat dilihat pada gambar
berikut berikut.

Gambar 25 Peta Sensitifitas sektor Kesehatan Berdasarkan Indikator tingkat


kesejahteraan Tahun 2018 dan Proyeksi 2030

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 38


Kondisi Sanitasi
Usaha peningkatan kesehatan lingkungan yang umumnya dikenal dengan
sebutan sanitasi merupakan salah satu tindakan yang dimaksudkan untuk
pemeliharaan kesehatan maupun pencegahan penyakit pada lingkungan fisik, sosial,
ekonomi, budaya dan sebagainya. Sanitasi lingkungan dapat pula diartikan sebagai
kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan dan mempertahankan standar kondisi
lingkungan yang mendasar yang mempengaruhi kesejahteraan manusia.
Kondisi tersebut mencakup pasokan air yang bersih dan aman, pembuangan
limbah dari manusia, hewan dan industri yang efisien, perlindungan makanan dari
kontaminasi biologis dan kimia, udara yang bersih dan aman, rumah yang bersih dan
aman. Dari defenisi tersebut, tampak bahwa sanitasi lingkungan ditujukan untuk
memenuhi persyaratan lingkungan yang sehat dan nyaman. Lingkungan yang
sanitasinya buruk dapat menjadi sumber berbagai penyakit yang dapat mengganggu
kesehatan manusia. Pada akhirnya jika kesehatan terganggu, maka kesejahteraan juga
akan berkurang. Karena itu upaya sanitasi lingkungan menjadi penting dalam
meningkatkan kesejahteraan pada sektor kesehatan
Distribusi Sensitifitas tahun 2018 dan proyeksi 2030 berdasarkan tingkat
kondisi sanitasi pada sub sektor Kesehatan dapat dilihat pada gambar berikut berikut.

Gambar 26 Peta Sensitifitas sektor Kesehatan Berdasarkan Indikator kondisi


sanitasiTahun 2018 dan Proyeksi 2030

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 39


Presentase Balita dan Manula
Balita dan manula merupakan usia yang paling rentan terhadap gangguan
kesehatan akibat berbagai perubahan kondisi lingkungan. Oleh karena itu penting
memberikan perhatian lebih pada balita dan manula dengan mengumpulkan data
presentase jumlah manula dan balita yang ada guna menyusun upaya mitigasi dan
adaptasi terhadap berbagai bencana pada sektor kesehatan yang muncul akibat
perubahan kondisi lingkungan yang ekstrim dan signifikan.
Distribusi Keterpaparan tahun 2018 dan proyeksi 2030 berdasarkan
presentase Balita dan Manula pada sub sektor Kesehatan dapat dilihat pada gambar
berikut berikut.

Gambar 27 Peta Keterpaparan sektor kesehtan Berdasarkan Indikator presentase Balita dan
Manul Tahun 2018 dan Proyeksi 2030

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 40


Kepadatan Penduduk
Pertumbuhan penduduk yang meningkat berkaitan dengan semakin sulitnya
pelayanan kesehatan yang merata kepada masyarakat. Masalah utama yang dihadapi
di bidang kesehatan di Indonesia adalah masih tingginya pertumbuhan penduduk dan
kurang seimbangnya penyebaran dan struktur umur penduduk. Program
kependudukan dan keluarga berencana bertujuan turut serta menciptakan
kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi seluruh masyarakat melalui usaha-usaha
perencanaan dan pengendalian penduduk. Dengan demikian diharapkan tercapai
keseimbangan yang baik antara jumlah dan kecepatan pertambahan penduduk dengan
perkembangan pelayanan kesehatan sehingga upaya peningkatan pembangunan pada
sektor kesehatan dapat dilakukan secara optimal.
Distribusi Keterpaparan tahun 2018 dan proyeksi 2030 berdasarkan tingkat
Kepadatan penduduk pada sub sektor Kesehatan dapat dilihat pada gambar berikut
berikut.

Gambar 28 Peta Keterpaparan sektor Kesehtan Berdasarkan Indikator Kepadatan


Penduduk Tahun 2018 dan Proyeksi 2030

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 41


Jumlah KK di pemukiman padat
Pemukiman yang padat umumnya sangat rentan terhadap penyebaran penyakit
khususnya penyakit yang bersifat menular. Pengumpulan informasi dan pendataan
jumlah KK yang berada pada pemukiman padat penduduk amat penting dilakukan
sebagai upaya mitigasi apabila terjadi bencana yang tidak diinginkan seperti banjir
ataupun kekeringan.
Distribusi Keterpaparan tahun 2018 dan proyeksi 2030 berdasarkan jumlah
KK di pemukiman padat pada sub sektor Kesehatan dapat dilihat pada gambar berikut
berikut.

Gambar 29 Peta Keterpaparan sektor kesehtan Berdasarkan Indikator Jumlah KK pada


Pemukiman Padat Tahun 2018 dan Proyeksi 2030

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 42


Jumlah KK yang jauh dari sumber air bersih
Sumber air bersih merupakan kebutuhan paling prioritas bagi masyarakat. Air
bersih berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan primer dan merupakan
kebutuhan bagi sanitasi yang baik. Masyarakat yang bermukim jauh dari sumber air
bersih akan menjadi masyarakat yang paling rentan terkena imbas apabila terjadi
bencana kekeringan. Pengumpulan informasi dan pendataan jumlah KK yang jauh
dari air bersih menjadi sangat penting sebagai upaya mitigasi terhadap berbagai
bencana yang timbul pada sektor kesehatan apabila terjadi bencana kekeringan.
Distribusi Keterpaparan tahun 2018 dan proyeksi 2030 berdasarkan Jumlah
KK yang jauh dari sumber air bersih pada sub sektor Kesehatan dapat dilihat pada
gambar berikut berikut.

Gambar 30 Peta Keterpaparan sektor keshatan Berdasarkan Indikator Jumlah KK yang


jauh dari sumber air Tahun 2018 dan Proyeksi 2030

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 43


3.2 Tingkat kerentanan

Untuk menghitung total sensitifitas, total keterpaparan maupun total adaptasi maka
nilai indikator indikator tersebut harus digabungkan dulu dengan memperhatikan bobotnya.
Penentuan Bobot masing masing indikator terhadap nilai sensitifitasnya, atau nilai
Keterpaparannya ataupun nilai Kapasitas Adaptasinya dilakukan dengan pembobotan.

Pembobotan dilakukan dengan membuat quesioner yang berisi sejumlah pertanyaan


yang harus dijawab para responden. Metode pembobotan yang digunakan ini dikenal dengan
metode AHP – Analytical Hierarchy Process.

Hasil bobot pada masing masing indikator dan masiang masing sektor tersaji pada
gambar berikut.

Gambar 31. Bobot Indikator pada Sektor Pertanian

Gambar 32. Bobot Indikator pada Sektor Peternakan

Gambar 33. Bobot Indikator pada Sektor Kesehatan

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 44


Dengan menggunakan bobot tadi maka nilai gabungan Indeks Kapasitas
Adaptasi, atau Indeks Keterpaparan dan Sensitifitas akan diperoleh.

Tingkat kerentanan masing masing sektor dihitung dengan menggabungkan


indek sensitivitas, keterpaparan, dan indek kemampuan adaptasi menjadi satu nilai,
dimana proses penggabungan ketiga indek ini didasari pengaruhnya terhadap tingkat
kerentanan.

Dikarenakan pengaruh indek keterpaparan dan indek sensitivitas sama-


sama meningkatkan tingkat kerentanan, maka indek keterpaparan dan sensitivtas
digabung terlebih dahulu menjadi satu nilai. Sedangkan indek kemampuan adaptasi
dihitung terpisah, karena semakin tinggi tingkat kemampuan adaptasi
menyebabkan tingkat kerentanan menjadi berkurang.

Pengaruh atau Posisi dari kelurahan berdasarkan tingkat kerentanannya


tergantung kepada nilai dari 2 indek ini yang disajikan dalam sistem kuadran.
Mengunakan sistem ini, kelurahan pada kuadran 5 akan sangat rentan, sedangkan
kelurahan pada kuadran 1 adalah yang tingkat kerentanannya sangat rendah.
Sebagaimana tersaji pada gambar berikut.

Gambar 34. Matrik penentuan nilai Kerentanan Berdasarkan nilai Indeks Kapasitas Adaptasi dan
Indeks Keterpaparan Sensitifitas.

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 45


Dengan menggunakan matrik tersebut, maka masing masing desa akan diperoleh nilai
kerentanannya, yang kemudian dapat disajikan dalam bentuk peta kerentanan sebagai berikut.

Gambar 35. Peta Tingkat Kerentanan Sektor Pertanian tahun 2018 dan proyeksi 2030

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 46


Gambar36. Peta Tingkat Kerentanan Sektor Peternakan tahun 2018 dan 2030

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 47


Gambar 37. Peta Tingkat Kerentanan Sektor Kesehatan tahun 2018 dan 2030

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 48


Sebagaimana sudah dijelaskan di depan bahwa nilai resiko adalah hasil perkalian
antara bahaya dan kerentanan. Metode yang digunakan adalah dengan membuat matrik antara
Tingkat Bahaya dan Kerentanan dari masing masing Sektor sebagaimana dalam contoh tabel
berikut.

Gambar 38. Matriks perhitungan Resiko berdasarkan tingkat Bahaya dan Kerentanan

Dengan menggunakan matriks tersebut, maka akan diperoleh nilai resiko masing
masing desa terhadap bahaya dari kekeringan. Nilai resiko ini lalu dapat dibuat dalam bentuk
Peta sebagai mana tersaji dalam peta peta berikut.

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 49


Gambar 39. Peta Tingkat Resiko Sektor Pertanian tahun 2018 dan 2030

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 50


Gambar 40. Peta Tingkat Resiko Sektor Peternakan tahun 2018 dan 2030

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 51


Gambar 41. Peta Tingkat Resiko Sektor Kesehatan atahun 2018 dan 2030

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 52


BAB 4. PROGRAM DAN RENCANA ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

4.1 Rencana Aksi Adaptasi Perubahan Iklim Sub Sektor Sumber Daya Air

PROGRAM INDIKATOR RAN-API INDIKATOR (RAN-API) PERIODE


SUB SEKTOR SUMBER DAYA AIR
Program : Peningkatan Kapasitas Tampungan dan Infrastruktur Air untuk Pemantapan Neraca Sumber Daya Air dan Pencegahan Bencana Air
Aksi:
Mendorong setiap daerah Jumlah Rumah tangga dengan Penerapan teknologi pengelolaan Meningkatnya daya adaptasi dan 2015-2019
terbangun (pemukiman) fasilitas sumur resapan dan lahan untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap ancaman
dengan menyediakan sumur penyimpanan air ketahanan tanaman terhadap kekeringan melalui penerapan teknologi ,mulsa,
resapan dan/atau penyimpan kekeringan (mulsa,rorak, sumur rorak, sumur resapan dan biopori
air resapan, dan biopori)

Pemeliharaan dan rehabilitasi Terlaksananya kegiatan pengelolaan sumber 2020-2024


sumber daya air di pesisir dan daya air berkelanjutan, seperti dengan
pulau-pulau kecil menggunakan sumur resapan,
dam, tanggul, dan pengelolaan air minum dengan
menggunakan teknologi yang tepat
Program : Peningkatan Ketersediaan Air pada Kawasan sangat Rentan melalui Teknologi Tepat Guna dan Pengembangan Sumber-sumber Air Setempat.
Aksi:
- Membangun infrastruktur Jumlah penampungan air hujan Pengembangan teknologi yang Pengembangan teknologi reservoir bawah tanah 2013-2014
penampungan air hujan mendukung manajemen prasarana
- Penerapan teknologi sumber daya air
pompanisasi sebagai
alternatif droping air untuk Pemeliharaan dan rehabilitasi Terlaksananya kegiatan pengelolaan sumber 2015-2019
lokasi rawan kekeringan sumber daya air di pesisir dan daya air berkelanjutan, seperti dengan
pulau-pulau kecil menggunakan sumur resapan, dam, tanggul, dan 2020-2024
pengelolaan air minum dengan menggunakan
teknologi yang tepat

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 53


PROGRAM INDIKATOR RAN-API INDIKATOR (RAN-API) PERIODE

Program : Peningkatan manajemen prasarana sumber daya air untuk pengendalian daya rusak air
Aksi:
Menerapkan teknologi Jumlah penampungan air yang Meningkatkan manajemen dan Tersedianya teknologi untuk pengendalian 2012-2014
pengendalian sedimen pada dapat termanfaatkan kembali mengembangkan prasarana sedimen pada sungai dan/atau danau/waduk
sungai, danau, waduk, dan secara optimal sumber daya air untuk
embung. pengendalian daya rusak air Terlaksananya pembangunan dan/atau
Jumlah tambahan infrastruktur pemeliharaan prasarana dansarana pengendalian 2015-2020
penampungan air sedimentasi pada sungai dan/ atau danau/
waduk

Program : Peningkatan Konservasi Sumber Daya Air dan Pengurangan Intensitas Bahaya dan Bencana Perubahan Iklim

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 54


PROGRAM INDIKATOR RAN-API INDIKATOR (RAN-API) PERIODE
Aksi: 2012-2019
Melaksanakan program Jumlah tambahan tanaman Penerapan pembangunan kota Peningkatan efisiensi pemanfaatan dan 2013-2014
penghijauan di sepanjang penghijauan hijau (Green Cities) pengelolaan air (Green water)
jalan dan juga ruang di jalan
inspeksi, lahan kritis Implementasi pembangunan kota Perwujudan kualitas dan kuantitas jejaring Ruang
hijau (Green Cities) Terbuka Hijau (RTH) perkotaan (Green open
space)

Penerapan area hijau (green area) di kawasan


perkotaan yang dapat diakses oleh kaum rentan
(ibu hamil, anak-anak, dan lansia).

Penerapan upaya pengurangan Terbangunnya sistem kesiapsiagaan infarstruktur


dampak bencana banjir, dan ketahanan masyarakat yang lebih kuat
kekeringan, kebakaran hutan, terhadap dampak bencana
erosi, gelombang pasang (robs) dan
cuaca ekstrim secara struktural dan
non-struktural

Program : Revitalisasi Kearifan Lokal, Peningkatan Kapasitas dan Peran serta Masyarakat dalam Adaptasi Perubahan Iklim sektor Air
Aksi:
Mendirikan komunitas yang Jumlah komunitas peduli Sosialisasi dan penyadaran Terselenggaranya pendidikan, penyuluhan, dan 2015- 2019
peduli penghematan air atau masyarakat terhadap fenomena pelatihan tentang adaptasi perubahan iklim
mengurangi penggunaan air dan dampak perubahan iklim
Tersedianya akses informasi tentang perubahan
Meningkatkan komunitas iklim bagi masyarakat
kepedulian dalam mengelola Jumlah komunitas peduli
air hujan aliran di system Terselenggaranya pemberdayaan masyarakat
drainase dalam upaya penurunan dampak perubahan
iklim

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 55


PROGRAM INDIKATOR RAN-API INDIKATOR (RAN-API) PERIODE
Menyiapkan kampanye public Jumlah lokasi yang menerima
tentang pentingnya menaati kampanye atau sosialisasi Terlaksananya penyusunan mekanisme pelatihan
aturan rencana tata ruang dan pendidikan kesiapsiagaan masyarakat
menghadapi bencana klimatologi dan
oseanografi di kawasan perkotaan

Meningkatnya kesiapsiagaan masyarakat di


kawasan perkotaan

Pendidikan, penyuluhan, dan Terciptanya kesadaran seluruh lapisan 2014-2019


pelatihan tentang adaptasi masyarakat dan tingkat institusi terhadap
ancaman perubahan iklim, khususnya pada
perubahan iklim.
kelompok rentan, seperti wanita, anak, lanjut
usia, masyarakat berpenghasilan rendah, dan
lainya

Terselenggaranya pendidikan,
penyuluhan, dan pelatihan tentang
adaptasi perubahan iklim

Pembentukan forum/jejaring/ Jumlah kemitraan dan jejaring di tingkat lokal, 2014-2024


aliansi/pokja adaptasi perubahan regional, nasional, bilateral, multirateral yang 2014-2024
iklim. terbentuk dalam mengantisipasi risiko akibat
perubahan iklim

Pembangunan sistem informasi Tercapainya informasi tentang


dan tanggap perubahan iklim yang perubahan iklim kepada masyarakat dan institusi
handal dan mutakhir. lokal

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 56


4.2 Rencana Aksi Adaptasi Perubahan Iklim Sub Sektor Infrastruktur

PROGRAM INDIKATOR RAN-API INDIKATOR (RAN-API) PERIODE


SEKTOR INFRASTRUKTUR
Program: Peningkatan sarana dan prasarana pekerjaan umum
Aksi:
Pembangunan TPS Tersedianya 1 TPS Satu Kelurahan Peningkatan kualitas infrastruktur Tersusunnya kebijakan mengenai pengelolaan 2015-2019
ramahlingkungan permukiman di kawasan sumber daya air, pengelolaan sampah, dan
perkotaan sanitasi di kawasan perkotaan.

Terlaksananya pengelolaan sampah, perbaikan


sanitasi lingkungan, dan pola hidup bersih dan
sehat
Program: Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan Program pengolahan dan pengendalian sampah
Aksi:
Perwujudan system Jumlah sampah dan limbah yang Peningkatan kualitas infrastruktur Tersusunnya kebijakan mengenai pengelolaan 2014-2019
pengolahan dan tak terkelola permukiman di kawasan sumber daya air, pengelolaan sampah, dan
pengendalian sampah dan perkotaan sanitasi di kawasan perkotaan.
limbah skala kota Luas jangkauan pengelolaan
sampah dan limbah dalam kota Terlaksananya pengelolaan sampah, perbaikan
sanitasi lingkungan, dan pola hidup bersih dan
sehat

Penerapan pembangunan kota Penerapan prinsip 3R (mengurangi 2012-2019


hijau (Green Cities) sampah/limbah, mengembangkan proses daur
ulang, dan meningkatkan nilai tambah (Green
waste)

Implementasi pembangunan kota Penerapan prinsip 3R (mengurangi 2015 -2019


hijau (Green Cities) sampah/limbah, mengembangkan proses daur
ulang, dan meningkatkan nilai tambah (Green
waste)

Tersusunnya kebijakan mengenai pengelolaan


sumber daya air, pengelolaan sampah, dan
sanitasi di kawasan perkotaan.

Terlaksananya pengelolaan sampah, perbaikan


sanitasi lingkungan, dan pola hidup bersih dan
Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 57
PROGRAM INDIKATOR RAN-API INDIKATOR (RAN-API) PERIODE
SEKTOR INFRASTRUKTUR
sehat

Program: Perbaikan system sanitasi kota


Aksi:
Perwujudan sistem sanitasi Prosentase septik tank yang benar Penguatan pengetahuan dan Capacity building dan fasilitasi pemerintah daerah 2013-2019
on site yang memenuhi dan penganaan limpasan septik kapasitas pemerintah mengenai dalam pengelolaan air bersih dan air limbah
standar tank infrastruktur tangguh terhadap
perubahan iklim yang berdampak
Program Desa STBM (Sanitasi Jumlah desa yang berhasil langsung pada kesehatan
Total Berbasis Masyarakat) menerapkan STBM masyarakat (air bersih, air
limbah, dan sanitasi).

Penyediaan sarana dan prasarana Tersusunnya standar dan konsep sarana dan 2013-2014
sistem sanitasi dan pengolahan prasarana sistem sanitasi dan pengolahan limbah
limbah yang tangguh terhadap yang tangguh terhadap perubahan perubahan
perubahan perubahan iklim iklim

Tersedianya sarana dan prasarana sistem sanitasi 2013-2024


dan pengolahan limbah yang tangguh terhadap
perubahan perubahan iklim

Peningkatan kualitas nfrastruktur Tersusunnya kebijakan mengenai pengelolaan 2015 -2019


permukiman di kawasan sumber daya air, pengelolaan sampah, dan
perkotaan sanitasi di kawasan perkotaan.

Terlaksananya pengelolaan sampah, perbaikan


sanitasi lingkungan, dan pola hidup bersih dan
sehat
Program: Penyuluhan dan pembinaan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat kepada masyarakat
Aksi:
Pengembangan media Angka kematian ibu berkurang
promosi dan informasi sadar
hidup sehat

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 58


PROGRAM INDIKATOR RAN-API INDIKATOR (RAN-API) PERIODE
SEKTOR INFRASTRUKTUR

Program: Peningkatan ketahanan air


Aksi:
Pembangunan IPA-IPA Skala Terbangunnya IPA skala Kommunal Penguatan pengetahuan dan Penguatan pengetahuan institusi pemerintah 2013-2019
Kommunal PAMSIMAS kapasitas pemerintah mengenai daerah dalam pengelolaan air bersih dan air limbah
infrastruktur tangguh terhadap Capacity building dan fasilitasi pemerintah daerah
Penambahan Dropping air Pelayanan 24 Jam perubahan iklim yang berdampak dalam pengelolaan air bersih dan air limbah
untuk daerah rawan langsung pada kesehatan
kekeringan masyarakat (air bersih, air
limbah, dan sanitasi).

Penerapan pembangunan kota Peningkatan efisiensi pemanfaatandan 2014-2019


hijau (Green Cities) pengelolaan air (Green water)

Peningkatan kualitas infrastruktur Terlaksana dan terjaganya penyediaan air baku 2015 -2019
permukiman di kawasan bagi perkotaan (Masukan PU)
perkotaan
Program: Peningkatan layanan penyediaan air di beberapa wilayah rentan kekeringan
Aksi:
Perbaikan fasilitas retensi Jumlah fasilitas retensi dan Rehabilitasi dan konservasi DAS Membaiknya kondisi DAS dan berkurangnya 2013-2019
dan penampungan air penampungan air yang diperbaiki hulu untuk meningkatan daya ancaman kekeringan dan banjir
(DAM) serap air untuk mengurangi
ancaman kekeringan dan banjir
Pembangunan embung di Terbangunnya embung
daerah dengan CAT kecil Pengembangan dan Updated Tersusunnya Blue Print banjir kering dan informasi 2015-2019
Blue Print Banjir Kering pengelolaan banjir dan kekeringan partisipatif dan
Penyediaan penampungan Jumlah daerah yang diberikan berkelanjutan
air publik di daerah daerah fasilitas penampungan air publik
rawan kekeringan Pembangunan, operasi, dan Jumlah prasarana dan sarana pengendalian banjir 2015-2019
pemeliharaan, prasarana dan dan kekeringan yang dikembangkan untuk
sarana pengendalian banjir dan kawasan yang rentan terhadap bencana dampak
kekeringan perubahan iklim

Pemeliharaan dan rehabilitasi Terlaksananya kegiatan pengelolaan sumber daya 2020-2024


Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 59
PROGRAM INDIKATOR RAN-API INDIKATOR (RAN-API) PERIODE
SEKTOR INFRASTRUKTUR
sumber daya air di pesisir dan air berkelanjutan, seperti dengan menggunakan
pulau-pulau kecil sumur resapan, dam, tanggul, dan pengelolaan air
minum dengan menggunakan teknologi yang tepat

Pengembangan teknologi panen Meningkatnya ketersediaan dan suplai air melalui 2013-2014
air (embung, dam, parit, dan embung, dam parit dan sumur serapan bagi
sumur serapan) tanaman dalam upaya peningkatan luas areal
tanam
Program: Perluasan pelayanan dalam rangka menambah/meningkatkan rasio cakupan pelayanan
Aksi:
Penambahan tingkat Tercapainya peningkatan cakupan Kajian dan pemetaan risiko dan Tersedianya konsep pembangunan kawasan untuk 2015-2019
pelayanan / ratio cakupan pelayanan sesuai target adaptasi perubahan iklim rumah umum bagi masyarakat berpenghasilan
pelayanan sesuai target khususnya pada permukiman dan rendah (MBR) dan rumah khusus
infrastruktur permukiman.

Perencanaan infrastruktur energi Penyusunan rancangan infrastruktur energi baru 2014-2019


yang baru berdasarkan konsep adaptasi terhadap perubahan
iklim
Program: pemberdayaan dan peningkatan kesadaran masyarakat untuk pemeliharaan fasilitas umum terkait dengan sanitasi dan juga sumber air
Aksi:
Pengadaan sosialisasi Jumlah wilayah yang menjadi Penguatan pengetahuan dan Capacity building dan fasilitasi pemerintah daerah 2013-2019
mengenai pentingnya sasaran kegiatan kapasitas pemerintah mengenai dalam pengelolaan air bersih dan airlimbah
pemeliharaan Sumber Mata infrastruktur tangguh terhadap
Air, TPS, IPA Kommunal, IPAL perubahan iklim yang berdampak
Kommunal langsung pada kesehatan
masyarakat(air bersih, air limbah,
dan sanitasi).

Penyediaan sarana dan prasarana Tersusunnya standar dan konsepsarana dan 2013-2024
sistem sanitasi dan pengolahan prasarana sistemsanitasi dan pengolahan limbah
limbah yang tangguh yang tangguh terhadap perubahanperubahan iklim
terhadapperubahan perubahan
iklim Tersedianya sarana dan prasaranasistem sanitasi
dan pengolahanlimbah yang tangguh
terhadapperubahan perubahan iklim

Peningkatan kualitas infrastruktur Tersusunnya kebijakan mengenai 2015 -2019


Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 60
PROGRAM INDIKATOR RAN-API INDIKATOR (RAN-API) PERIODE
SEKTOR INFRASTRUKTUR
permukiman di kawasan pengelolaansumber daya air, pengelolaan sampah,
perkotaan dansanitasi di kawasan perkotaan.

Terlaksananya pengelolaan sampah,


perbaikansanitasi lingkungan, dan pola hidup
bersih dansehat

Terlaksananya pengelolaan sumber daya airbersih


bagi kawasan perkotaan

Terlaksana dan terjaganya penyediaan air baku


bagi perkotaan

Pengembangan teknologi yang Pengembangan teknologi reservoirbawah tanah 2013-2014


mendukung manajemen Rancangan pedoman (R-0) SPM teknologi Aquifer
prasarana Storage and recovery
sumber daya air Teknologi pemanfaatan sungaibawah tanah daerah
karst
Program: peningkatan kualitas atau relokasi pemukiman penduduk kurang layak tinggal yang sesuai
Aksi:
Melakukan survey terkait Meningkatnya persentase Penguatan regulasi dan peraturan Terbentuknya norma, standar, peraturan, dan 2013-2016
animo masyarakat di lokasi penduduk yang mengikuti program perundangan kriteria tentang kesehatan perumahan dan
kurang layak huni untuk peningkatan pemukiman layak huni penyehatan lingkungan permukiman
mengikuti program realokasi
atau peningkatan kualitas Kajian pembangunan kawasan Pendampingan penyusunan strategi pembangunan 2013 -2014
layak huni perumahan tapak yang permukiman
berkelanjutan (sustainable landed
Penataan pemukiman kumuh Tertatanya pemukiman kumuh housing area development) Pendampinagn penyusunan rencana 2015-2019
sepanjang bantaran sungai pengembangan kawasan permukiman prioritas
(RPKPP)

Tersedianya scenario penyelenggaraan perumahan 2013-2017


dan kawasan permukiman di wilayah berisiko
tinggi terhadap dampak perubahan iklim

Tersedianya scenario penyelenggaraan 2013- 2019


pengelolaan bidang perumahan dan kawasan
Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 61
PROGRAM INDIKATOR RAN-API INDIKATOR (RAN-API) PERIODE
SEKTOR INFRASTRUKTUR
permukiman yang terkoordinasi dan terpadu
secara lintas sektoraldan lintas wilayah
administratif,yang merupakan jabaran
pengisianrencana pola ruang perumahandan
kawasan permukiman dalam RTRW

Penyediaan infrastruktur tanggap Penyediaan infrastruktur permukiman RSH yang 2013- 2019
perubahan iklim di kawasan meningkatkualitasnya
permukiman di perkotaan
Stimulasi Penyediaan InfrastrukturPerumahan dan 2020- 2024
KawasanPermukiman

Peningkatan Kualitas Lingkungan Perumahan dan 2015–2019


Kawasan Permukiman

Fasilitasi dan pendampingan dalam penyediaan 2020- 2024


infrastruktur permukiman RSH yang
meningkatkualitasnya

Penyesuaian infrastruktur Penyesuaian infrastruktur kawasanpermukiman di


kawasan permukiman di daerah daerah rawanbencana
rawan bencana perubahan iklim
Fasilitasi dan pendampingan penyediaan dan
penyesuaian infrastruktur kawasan permukiman di
daerah rawan bencana

Penyediaan infrastruktur tanggap Peningkatan Kualitas Lingkungan Perumahan dan


perubahan iklim di kawasan Kawasan Permukiman
permukiman di perkotaan
Fasilitasi dan pendampingan dalampenyediaan
infrastruktur permukiman RSH yang meningkat
kualitasnya

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 62


4.3 Rencana Aksi Adaptasi Perubahan Iklim Sub Sektor Pertanian

PROGRAM INDIKATOR RAN-API INDIKATOR (RAN-API) PERIODE


SEKTOR PERTANIAN
Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasidan Jaringan Pengairan Lainnya.
Aksi:
Rehabilitasi/Pemeliharaan Peningkatan % Irigasi Teknis, Irigasi Pencetakan sawah sawah baru Bertambahnya luas areal sawah baru pada daerah 2013
Jaringan Irigasi ½ teknis yang didukung oleh dengan kondisi ekosistem yang mendukung
pengembangan system jaringan
Mengembangkan sistem Penerapan sistem irigasi yang irigasi yangberkelanjutan untuk
irigasi yang efektif hemat air layanan air irigasi

Pengembangan teknologi Meningkatnya daya adaptasi tanaman, 2013


pengelolaan air yang adaptif penghematan air dan perluasan areal tanam pada
terhadap perubahan iklim berbagai kondisi iklim ekstrim
(Teknologi hemat air seperti
irigasi kendi, irigasi tetes,
irigasiberselang, sistim gilir giring)

Pengembangan jaringan irigasi Meningkatnya kinerja jaringan irigasi tersier 2014


sehingga dapat meningkatkan fungsi layanan irigasi

Meningkatnya areal tanam melalui penambahan


indek pertanaman

Meningkatkan tingkat pelayanan Terselenggaranya pembangunan, pengelolaan dan 2012-2014


dan kinerjaprasarana sumber rehabilitasi systemjaringan irigasi (termasuk subak)
daya air dalam mendukung untuk menjaga ketahanan pangannasional
penyediaan air dan ketahanan
pangan

Pembangunan model adaptasi Pembangunan model adaptasi kekeringan pada 2020-2024


kekeringan padatanaman tanaman perkebunan menggunakan istana cacing,
perkebunan menggunakan istana irigasi tetes, pembuatan rorak, serta penanaman
cacing,irigasi tetes, pembuatan tanaman pelindung dan rumput pakan ternak
rorak, serta penanamantanaman
pelindung dan rumput pakan
ternak
Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 63
PROGRAM INDIKATOR RAN-API INDIKATOR (RAN-API) PERIODE
SEKTOR PERTANIAN
Aksi:
Fasilitasi Pengelolaan Hasil, Bertambahnya jumlah petani Pengembangan sistem Terlindunginya petani dari risiko kerugian dan 2013
Pasca Panen dan Pemasaran dengan tingkat kesejahteraan lebih perlindungan usaha tani akibat termotivasinya petaniuntuk menerapkan system
Komoditas pertanian dan tinggi kejadian iklim ekstrim melalui usahatani yang tahan (resilient) dengan dukungan
Perkebunan. AsuransiIndeks Iklim (Weather teknologi adaptif
Index Insurance)
Peningkatan Kemampuan Bertambahnya kelompok tani 2013-2014
Lembaga Petani Reorientasi perluasan areal Termanfaatkannya lahan terdegradasi/terlantar
pertanian baru dan optimasi untuk perluasan areal pertanian sebagaisumber
lahan (pemanfaatan lahan pertumbuhan baruproduksi pangan untuk
terlantar / terdegradasi). mengimbangi laju peningkatan kebutuhan dan
konpensasi resiko penurunan produksi akibat
perubahan iklim
2013-2014
Penelitian dan Pengembangan Tersedianya data dan informasi tentang potensi
dalam rangka peningkatan perluasan areal dansumber pertumbuhan
kapasitas produksi pangan produksibaru yang berkonfigurasi kepulauan
melalui perluasan dan
pengembangan areal pertanian
baru berwawasan lingkungan dan
berbasis prinsip prinsip
pengembangan wilayah yang
berkonfigurasi spasial kepulauan.

Identifikasi dan pemetaan lahan Tersedianya peta dan informasi tentang lahan 2013
terlantar dan/atau lahan gambut terdegradasi/terlantar dan lahan gambut yang
potensial dan beresiko kecil potensi bagiperluasan areal dan sumber
untuk perluasan areal pertanian pertumbuhan produksi baru

Perluasan areal pertanian pada Bertambahnya lahan pertanian baru pada lahan- 2020-2024
lahan sub optimal (lahan kering lahan sub-optimal,terutama di lahan terdegradasi
dan rawa) denga resiko iklim dan danterlantar
lingkungan yang minimum

Pengembangan sistem Tersedianya sistem penyediaan, penanganan dan 2013-2014


penyediaan, penanganan dan penyimpanan airbersih untuk pasca panen
penyimpanan air bersih pada denganteknologi pemanenan air hujan
Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 64
PROGRAM INDIKATOR RAN-API INDIKATOR (RAN-API) PERIODE
SEKTOR PERTANIAN
kegiatan pascapanen dan
pengolahan hasil pertanian

Pengembangan teknologi Meningkatnya daya adaptasi tanaman dan 2015-2019


pengelolaan tanah dan tanaman ketahanan sisitem usahatani, terutama terhadap
untuk meningkatkan daya resiko kekeringan dan banjir
adaptasi tanaman
Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan.

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 65


PROGRAM INDIKATOR RAN-API INDIKATOR (RAN-API) PERIODE
SEKTOR PERTANIAN
Aksi:
Penambahan jumlah 1 desa minimal 1 penyuluh Sekolah Lapang-Pengendalian Meningkatnya kemampuan petanikebun dalam 2013-2014
penyuluh pertanian Hama Terpadu (PHT) bagi petani memanfaatkanteknologi pengendalian
organismpenganggu tanaman secara intergrasi
Penyediaan Sarana Produksi Pemerataan usaha / toko sarana dengan memperhatikanperkembangan kondisi
Pertanian / Perkebunan. prasarana produksi pertanian iklim Sekolah Lapangan Pengendalian Hama
Terpadu (PHT) dan Sekolah Lapangan Iklim bagi
Penguatan instrument Luas lahan pertanian petani
Pengendalian / Pencegahan
Alih Fungsi Lahan pertanian Mitigasi dan adaptasi dampak Tersedianya model sistem usahataniyang adaptif 2015-2019
perubahan iklim kekeringan
Pengembangan Usaha Tani Berkurangnya lahan kritis dan
konservasi, Lahan Kritis meningkatnya jumlah petani SLI Terkomunikasikannya informasi iklim dan teknologi 2013
dengan kesejahteraan yang dalam menetapan pola tanam, teknologidan model
meningkat farming yang akanditerapkan oleh petani secara
mandiri

PIP Percepatan arus informasi iklim danteknologi dari 2013


sumber infrmasiiklim(BMKG, Badan
Litbang,Perguruan Tinggi), teknologi
(BadanLitbang/LP/PT) kepadaaparat/penyuluh dan
petani

Pengembangan jaringan Terbangunnya sistem informasi iklim dan teknologi 2013-2014


informasi dan system komunikasi dan system komunikasi dan advokasi iklim,
dan advokasi iklim, modul, peta pengembangan modul, peta, panduan dan tools,
dan panduan/tools (kalender kalender tanam, dan penanggulangan banjir dan
tanam, penanggulangan banjir, kekeringan
kekeringan dan lain-lain).

Analisis komprehensif tentang Tersusunnya peta kerentanan dandampak 2013


kerentanan dan dampak perubahan iklim spesifiklokasi untuk menetapan
perubahan iklim terhadap sektor startegi danaksi adaptasi
pertanian

Penelitian dan pengembangan Berkembangnya mekanisasi/alsinpertanian dalam 2013


Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 66
PROGRAM INDIKATOR RAN-API INDIKATOR (RAN-API) PERIODE
SEKTOR PERTANIAN
Mekanisasi Pertanian mendukung peningkatan produksi tanaman
pangan dan adaptasi perubahan iklim

Penelitian dan pengembangan Berkembangnya mekanisasi/alsin pertanian dalam 2012


varietas dan komponen teknologi mendukung penigkatan produksi perkebunan dan
budidaya tanaman perkebunan adaptasi perubahan iklim
untuk bahan baku bio-energi

Analisis kebijakan sektor Tersusunnya sintesis danrekomendasi kebijakan 2014


pertanian untuk adaptasidan dalam mendukung aksi adaptasi dan mitigasi
mitigasi perubahan iklim.

Peningkatan kemampuan Terbangunnya kemampuan penelitian dan 2013-2014


penelitian dan pengembangan pengembangan dalam mendukung peningkatan
pertanian (capacity building) kamampuan adaptasi dan mitigasi
dalam rangka meningkatkan
kapasitas adaptif dan mitigasi
sektor pertanian terhadap
perubahan iklim.

Penelitian dan pengembangan Berlangsungnya proses alih/transfer teknologi 2013-2014


sistem adopsi atau alih teknologi dalam upaya adopsi teknologi melalui focusing
di tingkat petani, melalui kegiatan litbang
penataan kembali fokus dan
prioritas penelitian serta system
diseminasi yang mampu
menjawab permasalahan petani
diserta dengan revitalisasi
penyuluhan pertanian,
pendampingan, pendidikan dan
pelatihan bagi petani

Penelitian dan pengembangan Tersedianya hasil kajian dan analisis untuk 2013
kelembagaan, evaluasi dampak mendukung penyusunan dan pelaksanaan kegiatan
dan analisis kebijakan kegiatan adaptasi perubahan iklim
adaptasi pertanian menghadapi
perubahan iklim
Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 67
PROGRAM INDIKATOR RAN-API INDIKATOR (RAN-API) PERIODE
SEKTOR PERTANIAN

Fasilitasi penyiapan lahan tanpa Meningkatnya penyiapan lahan tanpa 2014


bakar bakar
untuk petani tradisional

4.4 Rencana Aksi Adaptasi Perubahan Iklim Sub Sektor Peternakan

PROGRAM INDIKATOR RAN-API INDIKATOR (RAN-API) PERIODE


SEKTOR PETERNAKAN
Program Peningkatan ketersediaan pakan ternak

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 68


PROGRAM INDIKATOR RAN-API INDIKATOR (RAN-API) PERIODE
Aksi:
Pemanfaatan lahan kritis Pengembangan system Tersedianya model usahatani integrasi ternak dan 2013
sebagai sumber pakan ternak integrasi tanaman-ternak (crop tanaman yang tahan cekaman iklim
livestock system) untuk
mengurangi risiko iklim dan
optimalisasi penggunaan
sumberdaya lahan.

Pembangunan model adaptasi Pembangunan model adaptasi kekeringan pada 2015-2019


kekeringan pada tanaman tanaman perkebunan menggunakan istana cacing,
perkebunan menggunakan irigasi tetes, pembuatan rorak, serta penanaman
istana cacing, irigasi tetes, tanaman pelindung dan rumput pakan ternak
pembuatan rorak, serta
penanaman tanaman
pelindung dan rumput pakan
ternak

Pengembangan galur ternak Tersedianya galur ternak baru yang tahan 2013
yang adaptif terhadap cekaman tinggi
lingkungan yang lebih ekstrim.

Pengembangan teknologi silase Tersedia pakan alternatif bagi ternak pada musim 2013
untuk mengatasi kelangkaan kelangkaan pakan
pangan musiman

Pengembangan tanaman pakan Tersedianya tanaman pakan ternak yang tahan 2013
ternak yang tahan kekeringan cekaman kekeringan dan genangan
dan tahan genangan
Pengembangan tanaman pakan ternak yang tahan 2015-2019
kekeringan dan tahan genangan
Program Peningkatan Produksi Peternakan
Aksi:
Penambahan jumlah Jumlah Penyuluh Peternakan Pengembangan bibit ternak Teridentifikasinya atau terakitnya beberapa 2013-2014

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 69


PROGRAM INDIKATOR RAN-API INDIKATOR (RAN-API) PERIODE
penyuluh peternakan perkecamatan adaptif perubahan iklim jenis/bibit ternak, dan pakan ternak yang adaptif
perubahan iklim
Penyediaan Sarana Produksi Pemerataan usaha / toko sarana
Peternakan
prasarana produksi peternakan Pengembangan ternak yang Teridentifikasinya atau terakitnya beberapa 2015-2019
Pengawasan perdagangan adaptif tehadap lingkungan jenis/bibit ternak, dan pakan ternak yang adaptif
ternak antar daerah Jumlah bibitan sapi atau indukan setempat (kekeringan, suhu perubahan iklim
sapi tinggi, genangan)
Penyuluhan kualitas gizi dan Jumlah Petani yang menerima
pakan ternak penyuluhan

Pengembangan agribisnis
peternakan

4.5 Rencana Aksi Adaptasi Perubahan Iklim Sub Sektor Kesehatan

PROGRAM INDIKATOR RAN-API INDIKATOR (RAN-API) PERIODE


SEKTOR KESEHATAN
Program Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 70


PROGRAM INDIKATOR RAN-API INDIKATOR (RAN-API) PERIODE
Aksi:
Peningkatan mutu pelayanan Persentase RS umum daerah yang Penelitian dan pengembangan Penambahan dan pemeliharaan unit infrastruktur 2013-2018
kesehatan di RS umum telah terakreditasi ilmu pengetahuan dan teknologi dan teknologi kesehatan yang dapat mendukung
daerah terkait adaptasi perubahan iklim kegiatan adaptasi perubahan iklim terkait
bidang kesehatan kesehatan
Peningkatan kapasitas Persentase Puskesmas kecamatan
pelayanan rawat inap dan dengan fasilitas rawat inap Penguatan kapasitas
rawat jalan di Puskesmas kelembagaan Meningkatnya kapasitas kelembagaan bidang 2013-2018
melalui penambahan jumlah kesehatan dalam mengatasi kejadian wabah
puskesmas rawat inap penyakit menular dan penyakit tidak menular
yang disebabkan perubahan iklim.
Peningkatan mutu fasilitas Persentase RS dan Puskesmas
UGD atau IGD di RS dengan fasilitas UGD dan IGD
danPuskesmas

Peningkatan Jumlah 1 Kecamatan minimal 1 Puskesmas


Puskesmas

Pengaturan distribusi Dokter Pemerataan Rasio dokter :


praktek penduduk di setiap desa

Program Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 71


PROGRAM INDIKATOR RAN-API INDIKATOR (RAN-API) PERIODE
Aksi:
Peningkatan pelayanan Persentase penduduk dilayani Pemutakhiran kajian risiko dan Termutakhirnya basis data dan Informasi yang 2013- 2019
program pemeliharaan adaptasi perubahan iklim bidang terkait dengan tingkat bahaya, kerentanan, dan
jaminan kesehatan daerah kesehatan pada tingkat risiko (kemunculan dan penyebaran penyakit
kabupaten/kota terkait variabel iklim, lingkungan, demografi, dan
geografi) serta zonasi strategi adaptasi
perubahan iklim pada bidang kesehatan hingga
tahun 2050 di wilayah kabupaten/kota

Pengamatan dan pengendalian Terciptanya kegiatan pengamatan dan 2013-2024


agen penyakit, khususnya di pengendalian agen penyakit, khususnya pada
sekitar kelompok rentan: wanita, kelompok rentan: wanita, anak, lanjut usia,
anak, dan lanjut usia, masyarakat masyarakat berpenghasilan rendah
berpenghasilan rendah

Pengamatan dan pengendalian Terciptanya kegiatan pengamatan dan 2013-2024


perantara penyakit (vektor), pengendalian perantara penyakit, khususnya
khususnya di sekitar kelompok pada kelompok rentan: wanita, anak, lanjut usia,
rentan: wanita, anak, dan lanjut masyarakat berpenghasilan rendah
usia, masyarakat berpenghasilan
rendah

Pengamatan dan pengendalian Terciptanya kegiatan pengamatan dan 2013-2024


kualitas lingkungan, khususnya pengendalian kualitas lingkungan, khususnya
pada permukiman kelompok pada kelompok rentan: wanita, anak, lanjut usia,
rentan: wanita, anak, dan lanjut masyarakat berpenghasilan rendah
usia, masyarakat berpenghasilan
rendah

Pengamatan dan pengendalian Terciptanya kegiatan pengamatan dan 2013-2024


infeksi pada manusia, khususnya pengendalian infeksi pada manusia, khususnya
pada kelompok rentan: wanita, pada kelompok rentan: wanita, anak, lanjut usia,
anak, dan lanjut usia, masyarakat masyarakat
berpenghasilan rendah berpenghasilan rendah

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 72


PROGRAM INDIKATOR RAN-API INDIKATOR (RAN-API) PERIODE
Program Peningkatan sistem tanggap perubahan iklim sektor kesehatan
Aksi:
Tindakan bantuan layanan Frekuensi bantuan layanan Peningkatan sistem tanggap Terlaksananya kegiatan pemantauan dan 2013-2024
kesehatan bagi masyarakat kesehatan perubahan iklim sektor kesehatan pengumpulan data secara kontinu mengenai
di wilayah rawan bencana gejala mewabahnya penyakit menular dan
penyakit tidak menular yang diakibatkan
perubahan iklim, khususnya pada kelompok
rentan: wanita, anak, lanjut usia, masyarakat
berpenghasilan rendah, dan lainnya

Terciptanya mekanisme koordinasi dan 2013-2017


pelaksanaan tindakan terhadap wabah penyakit
menular dan penyakit tidak menular yang
disebabkan perubahan iklim

Terbentuknya rencana tanggap darurat bencana 2013-2015


untuk penanganan kesehatan

Tercapainya informasi kepada masyarakat 2013-2024


tentang wabah penyakit menular dan penyakit
tidak menular yang disebabkan perubahan iklim
Program Pengembangan sumber daya manusia di bidang kesehatan terkait adaptasi perubahan iklim

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 73


PROGRAM INDIKATOR RAN-API INDIKATOR (RAN-API) PERIODE
Aksi:
Pelatihan kegawat daruratan Jumlah SDM dengan sertifikasi Pengembangan sumber daya Tercukupinya kebutuhan tenaga lapangan yaitu: 2014-2024
bidang kesehatan bagi manusia di bidang kesehatan Epidemiologist DBD, Entomologist (DBD,
petugas terkait adaptasi perubahan iklim malaria), Malarialogist, Jumantik

Tercukupinya kebutuhan tenaga laboratorium


yaitu: Clinic analyst, Virologist (DBD), mikroskopis
lapangan

Tercukupinya kebutuhan dokter umum dan


tenaga perawat Plus, yang berpengalaman
menangani penyakit yang terkait perubahan iklim
seperti DBD, Malaria, Diare

Tercukupinya kebutuhan dokter spesialis


penyakit menular dan tidak menular yang terkait
perubahan iklim, khususnya patologi klinik,
mikrobiologi klinik, parasitologi klinik

Tercukupinya kebutuhan staf dosen kedokteran


umum dan keperawatan Plus, yang memahami
dampak perubahan iklim pada bidang kesehatan
dan menguasai penanganan penyakit yang
terkait dengan perubahan iklim

Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 74


LAMPIRAN
KUESIONER

Penyusunan Adaptasi Perubahan Iklim


Sub Sektor Kesehatan, Pertanian dan
Peternakan akibat Kekeringan
di Kabupaten Boyolali

Oleh

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Boyolali


Sekolah Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang

2018
Surat Permohonan Pengisian Kuesioner

Kepada Yth.
Bapak/Ibu/Saudara/i Responden

Dengan hormat,
Perkenalkan kami dari tim penyusun Rencana Aksi Daerah – Adaptasi
Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali, yang sedang mengadakan kajian Kerentanan
Dampak Perubahan Iklim khususnya dampak kekeringan terhadap sub sektor
Kesehatan, Pertanian dan Peternakan di Kabupaten Boyolali.
Di dalam pentahapan penyusunan tersebut, kami perlu melakukan penilaian dan
pembobotan dari indikator indikator yang mempengaruhi kerentanan di sub-sektor
sub-sektor tersebut. Melalui forum grup diskusi serta penyebaran kuesioner, kami
berharap dapat memperoleh, masukan dan saran dari Bapak/Ibu/Saudara/i
stakeholder serta narasumber.
Kuesioner ini dirancang untuk menentukan tingkat kepentingan atau bobot dari
beberapa indikator indikator yang berpengaruh terhadap sub sektor Kesehatan,
Pertanian dan Peternakan akibat bencana Kekeringan. Sifat partisipasi dalam survei
ini sukarela dan kami menjamin kerahasiaan dari data yang Ibu/Bapak/ Saudara/i
isikan.
Untuk itu, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk meluangkan waktu
guna mengisi kuesioner ini.
Atas kesediaan, perhatian, dan kerjasama Bapak/Ibu/Saudara/i, kami ucapkan
banyak terima kasih.

Ketua Tim Penyusun

Dr. Ing Sudarno

NIP:197401311999031003
DATA RESPONDEN

Nama :

Instansi :

Tanda Tangan,

(........................................)
PENDAHULUAN

Besar kecilnya dampak atau konsekuensi yang ditimbulkan oleh kejadian bencana
(perubahan iklim dalam hal ini kekeringan) pada suatu sistem akan ditentukan oleh tingkat
keterpaparan (Exposure, E), Sensitivitas (Sensitivity, S) dan Kapasitas (C) dari sistem tersebut.
Kerentanan mengambarkan sejauh mana sistem tersebut dapat mentolerir suatu
perubahan atau penyimpangan dalam hal ini kekeringan. Apabila perubahan/penyimpangan
sudah melewati batas toleransi dari sistem maka sistem menjadi rentan karena penyimpangan
atau perubahan iklim tersebut menyebabkan dampak negatif.
Oleh karena itu, Kerentanan dapat direpresentasikan oleh kondisi biofisik dan
lingkungan, serta kondisi sosial-ekonomi, yang selanjutnya dinyatakan dengan indek sensitifitas
dan keterpaparan (Sensitivity and Exposure Index, SEI). Misalnya penduduk yang tinggal di
pinggir sungai lebih rentan terhadap bahaya banjir dibanding penduduk yang tinggal jauh dari
bantaran sungai.
Kapasitas menunjukkan kemampuan untuk menghindari atau mengantisipasi, atau
mengelola dampak. Sistem yang memiliki kapasitas yang tinggi akan memiliki selang toleransi
yang lebar terhadap keragaman atau perubahan iklim yang terjadi dalam hal ini dampak
kekeringan. Kapasitas juga direpresentasikan oleh kondisi biofisik dan lingkungan, serta kondisi
sosial-ekonomi yang terkait dengan kemampuan. Misalnya penduduk yang tingkat pendidikan
lebih tinggi mempunyai kapasitas lebih besar dibanding dengan yang rendah, karena
kemampuan penduduk tersebut untuk mengawetkan hasil pertanian yang dapat dimanfaatkan
pada saat musim gagal panane. Kemampuan adaptasi ini dinyatakan dalam Adaptive Capacity
Index (ACI).
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER

1. Untuk memberikan penilaian terhadap indikator indikator Kapasitas adaptasi,


Keterpaparan dan Sensitifitas suatu desa terhadap bencana kekeringan, maka penilaian
dinyatakan dalam skala numerik (skala 1 hingga 9), dengan menggunakan skala
sebagai berikut:
 Skala 1 = sama pentingnya
 Skala 3 = sedikit lebih penting
 Skala 5 = jelas lebih penting
 Skala 7 = sangat jelas lebih penting
 Skala 9 = mutlak lebih penting
 Skala 2, 4, 6, dan 8 adalah nilai antara
2. Kuesioner ini menggunakan metode ranking untuk menilai besarnya pengaruh antara
satu hal dengan hal lainnya (beri tanda silang pada kotak yang anda pilih)
3. Jika elemen pada kolom sebelah kiri lebih penting dari elemen pada kolom sebelah
kanan, nilai perbandingan ini diisikan pada kolom sebelah kiri, dan jika sebaliknya,
maka diisikan pada sebelah kanan (lihat contoh).

Indikator 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Indikator

Indikator A X Indikator B
Artinya : Indikator A ”sama pentingnya” dengan Indikator B

Indikator 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Indikator

Indikator A X Indikator B
Artinya : Indikator B ”jelas lebih penting” dibandingkan dengan Indikator A

Indikator 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Indikator

Indikator A X Indikator B
Artinya : Indikator A ”sangat jelas lebih penting” dibandingkan dengan Indikator B

Kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Indikator

Indikator A X Indikator B
Artinya : Pilihan B berada pada nilai intermediate 4, karena berada antara nilai 3 dan 5
SUB – SEKTOR PERTANIAN

Menurut Bapak/Ibu/Saudara/i, dari dua indikator dibawah ini, indikator manakah yang lebih
berpengaruh terhadap kemampuan adaptasi sebuah desa dalam menghadapi bencana
kekeringan

Kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kriteria
Tingkat
Jumlah
Pendidikan
Penyuluh
Petani
Sisi Kiri Lebih Sisi Kanan Lebih
-----------------------------------------
Berpengaruh Berpengaruh

Menurut Bapak/Ibu/Saudara/i, indikator manakah yang lebih berpengaruh terhadap sensitifitas


sebuah desa akibat bencana kekeringan

Kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kriteria

Kelangkaan Tingkat
Air Irigasi Kemiskinan
Tingkat
Kelangkaan
Kekritisan
Air Irigasi
Lahan

Tingkat
Tingkat
Kekritisan
Kemiskinan
Lahan
Sisi Kiri Lebih Sisi Kanan Lebih
------------------------------------
Berpengaruh Berpengaruh

Menurut Bapak/Ibu/Saudara/i, indikator manakah yang lebih mempengaruhi kerentanan suatu


desa akibat bencana Kekeringan

Kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kriteria

Presentase
Jumlah Petani
Luas Lahan
Per Hektar
Pertanian
Sisi Kiri Lebih Sisi Kanan Lebih
----------------------------------
Berpengaruh Berpengaruh
SUB – SEKTOR PETERNAKAN

Menurut Bapak/Ibu/Saudara/i, dari dua indikator dibawah ini, indikator manakah yang lebih
berpengaruh terhadap kemampuan adaptasi sebuah desa dalam menghadapi bencana
kekeringan

Kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kriteria
Tingkat
Jumlah
Pendidikan
Penyuluh
Peternak
Sisi Kiri Lebih Sisi Kanan Lebih
-----------------------------------------
Berpengaruh Berpengaruh

Menurut Bapak/Ibu/Saudara/i, indikator manakah yang lebih berpengaruh terhadap sensitifitas


sebuah desa akibat bencana kekeringan

Kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kriteria

Tingkat Jarak dengan


Kemiskinan Sumber Air
Sisi Kiri Lebih Sisi Kanan Lebih
------------------------------------
Berpengaruh Berpengaruh

Menurut Bapak/Ibu/Saudara/i, indikator manakah yang lebih mempengaruhi kerentanan suatu


desa akibat bencana kekeringan

Kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kriteria

Jumlah
Jumlah Ternak
Peternak
Ruminansia
Ruminansia
Jumlah Ternak Luas Lahan
Ruminansia Pakan Ternak

Jumlah
Luas Lahan
Peternak
Pakan Ternak
Ruminansia
Sisi Kiri Lebih Sisi Kanan Lebih
----------------------------------
Berpengaruh Berpengaruh
SUB – SEKTOR KESEHATAN

Menurut Bapak/Ibu/Saudara/i, dari dua indikator dibawah ini, indikator manakah yang lebih
berpengaruh terhadap kemampuan adaptasi sebuah desa dalam menghadapi bencana
kekeringan

Kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kriteria

Tingkat Fasilitas
Pendidikan Kesehatan
Sisi Kiri Lebih Sisi Kanan Lebih
-----------------------------------------
Berpengaruh Berpengaruh

Menurut Bapak/Ibu/Saudara/i, indikator manakah yang lebih berpengaruh terhadap sensitifitas


sebuah desa akibat bencana kekeringan

Kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kriteria
Kelangkaan
Tingkat
Sumber Air
Kemiskinan
Minum
Kelangkaan
Kondisi
Sumber Air
Sanitasi
Minum
Kelangkaan Persentase
Sumber Air Balita dan
Minum Manula

Tingkat Kondisi
Kemiskinan Sanitasi
Persentase
Tingkat
Balita dan
Kemiskinan
Manula

Persentase
Kondisi
Balita dan
Sanitasi
Manula
Sisi Kiri Lebih Sisi Kanan Lebih
------------------------------------
Berpengaruh Berpengaruh
Menurut Bapak/Ibu/Saudara/i, indikator manakah yang lebih mempengaruhi kerentanan suatu
desa akibat bencana kekeringan

Kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kriteria
Jumlah KK
Kepadatan di
Penduduk Pemukiman
Kumuh
Jumlah KK
Kepadatan yang Jauh
Penduduk Dari Sumber
Air

Jumlah KK
Jumlah KK di
yang Jauh
Pemukiman
Dari Sumber
Kumuh
Air
Sisi Kiri Lebih Sisi Kanan Lebih
---------------------------------
Berpengaruh Berpengaruh
Rekapitulasi Respond Kuesioner

Responden SEKTOR PERTANIAN


Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5
Instansi Narasumber
Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan
Sartono 1 5 3 5 5
Widi Dewi Utami 1 3 1 3 3
5 5 7 3 6
5 7 5 1 7
5 3 1 1 5
DLH Kab. Boyolali Triwati Handayani 1 1 5 7 9 7
5 5 5 5
Sugiman 3 2 3 3 2
Agoes
7 7 6 8 7
Djokomoeljonto

Sriyanto 5 5 5 5 5
Edy Yunianto 5 5 5 5 5
DPUPR Muchsin 2 2 2 2 2
Martowo 1 1 5 5 1 1 5
Anik Novita 5 6 6 4 5
Eko Suharsono, ST 3 4 7 2 1 1
Anton Yumiadi 3 7 6 7 8
BPDB Sarengat 5 5 5 5 3
Lies Ekowati 3 3 3 4 1 1
Heru Wijanarko 3 4 7 2 1 1
Nurlaeliyah, SH 5 1 1 1 1 1 1 1 1
Ketahanan Pangan Parwoto 7 7 8 7 6
Nur Djamilah ,STP 4 3 3 3 4
Responden SEKTOR PERTANIAN
Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5
Instansi Narasumber
Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan
Lailia Windawati
5 8 1 1 6 7
,S.Hut, MM
Kurnia Yuniwati 7 7 7 7 1
Budi Indratno 5 4 4 5 1
BP3D (BAPPEDA)
Gunawan A 3 6 3 7 5
W Dwi N 7 7 7 7 1
Suratno (Bidang
5 1 1 1 1 1 1 5
Penyuluhan)
Raharjo Mudo
7 3 3 5 3
Handoko, SST
Dinas Pertanian
Suwaldi 7 5 9 7
Agus Pramudi R, SP,
7 7 7 7 7
Tata
Sutiyo Ruwono 1 1 3 5 1 1 3
Drh. Dhian
Mujiwiyati
Dinas Peternakan & Ir. Juwaris
Perikanan Nur Laila
Rudiyanto
Afiany
Muhtadi 1 5 5 1 1 3
Sis Nugroho 1 7 7 7 6
Dinas Kesehatan Mei 1 8 8 7 7
Lely Noor 5 7 5 1 1 1 1
Heri Budhiyono 1 5 5 1 1 3
Responden SEKTOR PERTENAKAN
Pertanyaan 6 Pertanyaan 7 Pertanyaan 8 Pertanyaan 9 Pertanyaan 10
Instansi Narasumber
Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan
Sartono 1 1 3 5 3 1 1
Widi Dewi Utami 1 1 3 5 3 3
4 3 5 3 2
5 3 5 3 1 1
3 5 5 3 3
DLH Kab. Boyolali Triwati Handayani 5 5 7 7 5
5 5 7 1 1 7
Sugiman 4 2 3 3 2
Agoes
7 8 7 8 7
Djokomoeljonto

Sriyanto 4 5 5 4 4
Edy Yunianto 5 4 4 5 5
DPUPR Muchsin 2 3 2 2 1 1
Martowo 1 1 5 3 1 1 5
Anik Novita 4 6 5 5 4
Eko Suharsono, ST 3 4 3 3 4
Anton Yumiadi 6 7 6 5 6
BPDB Sarengat 5 5 3 3 3
Lies Ekowati 7 7 1 1 3 3
Heru Wijanarko 3 4 3 3 4
Nurlaeliyah, SH 5 5 1 1 5 7
Parwoto 7 6 7 7 7
Ketahanan Pangan Nur Djamilah ,STP 1 1 5 2 4 4
Lailia Windawati
5 5 1 1 1 1 5
,S.Hut, MM
Responden SEKTOR PERTENAKAN
Pertanyaan 6 Pertanyaan 7 Pertanyaan 8 Pertanyaan 9 Pertanyaan 10
Instansi Narasumber
Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan
Kurnia Yuniwati 7 5 1 5 1
Budi Indratno 3 3 3 3 3
BP3D (BAPPEDA)
Gunawan A 1 5 5 3 6
W Dwi N 7 5 1 1 1
Suratno (Bidang
5 7 3 3 1 1
Penyuluhan)
Raharjo Mudo
7 5 7 1 1 5
Handoko, SST
Dinas Pertanian
Suwaldi 1 1 5 9 1 1 5
Agus Pramudi R, SP,
7 7 7 7 7
Tata
Sutiyo Ruwono 1 1 3 3 3
Drh. Dhian
4 7 4 5 5
Mujiwiyati
Dinas Peternakan & Ir. Juwaris 3 6 3 4 5
Perikanan Nur Laila 3 7 5 7 7
Rudiyanto 2 3 1 1 3 1 1
Afiany 5 3 3 1 1 1 1
Muhtadi 5 5 3 5 1
Sis Nugroho 1 1 5 5 1 1 7
Dinas Kesehatan Mei 1 1 7 5 5 5
Lely Noor 1 1 5 7 1 1 7
Heri Budhiyono 5 5 3 5 1 1
Responden SEKTOR KESEHATAN
Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan
Instansi Narasumber 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka
Sartono 1 1 5 5 5 3 3 3 7 5 7
Widi Dewi
3 7 7 7 3 3 3 7 3 7
Utami
6 5 2 2 3 3 3 2 3 3
5 5 1 1 1 1 5 5 1 1 1 1 1 1
5 3 3 3 3 5 3 1 1 3 1 1
DLH Kab.
Triwati
Boyolali 5 7 5 7 5 5 5 5 5 5
Handayani
6 5 1 1 5 1 1 5 5 5 5 1 1
Sugiman 3 3 3 3 2 2 2 2 4 3
Agoes
8 7 6 8 7 7 6 5 5 7
Djokomoeljonto

Sriyanto 6 5 5 6 5 2 1 1 4 5 3
Edy Yunianto 5 5 5 6 5 2 1 1 5 5 4
DPUPR Muchsin 2 2 2 2 4 3 3 1 1 3 2
Martowo 5 3 1 1 3 1 1 3 3 1 1 5 5
Anik Novita 8 5 5 4 4 1 1 1 1 5 5 4
Eko Suharsono,
4 5 4 2 3 5 7 7 8 2
ST
Anton Yumiadi 6 5 6 5 5 6 5 7 6 5
BPDB
Sarengat 3 5 3 3 5 6 6 3 3 5
Lies Ekowati 1 1 3 1 1 1 1 3 3 1 1 3 1 1 3
Heru Wijanarko 4 5 4 2 3 5 7 7 8 2
Nurlaeliyah, SH 7 7 7 5 5 5 5 5 1 1 1 1
Ketahanan
Parwoto 6 8 7 7 6 7 6 7 7 6
Pangan
Nur Djamilah 3 2 3 5 4 1 1 5 5 3 1 1
Responden SEKTOR KESEHATAN
Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan
Instansi Narasumber 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka
,STP
Lailia
Windawati 5 7 7 7 1 1 1 1 1 1 7 5 7
,S.Hut, MM
Kurnia Yuniwati 1 7 7 7 7 7 7 7 7 7
BP3D Budi Indratno 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2
(BAPPEDA) Gunawan A 4 5 4 6 4 2 1 5 5 6
W Dwi N 7 7 7 7 7 7 7 7 7 6
Suratno (Bidang
1 1 1 1 5 1 1 7 5 2 3 7 1 1
Penyuluhan)
Raharjo Mudo
5 5 7 5 5 7 3 7 3 5
Dinas Handoko, SST
Pertanian Suwaldi 1 1 5 5 9 9 7 7 9 5
Agus Pramudi
7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
R, SP, Tata
Sutiyo Ruwono 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Drh. Dhian
Dinas Mujiwiyati
Peternakan Ir. Juwaris
& Nur Laila
Perikanan Rudiyanto
Afiany
Muhtadi 3 5 1 1 5 5 5 5 5 5
Sis Nugroho 9 5 9 9 7 9 9 7 7 9
Dinas
Mei 1 1 7 9 7 8 7 9 7 7 7
Kesehatan
Lely Noor 1 1 7 5 1 1 5 7 1 1 1 1 1 1 1 1
Heri Budhiyono 7 7 7 7 7 8 8 5 5 5

Anda mungkin juga menyukai