Dampak dari perubahan iklim sudah dapat dirasakan oleh masyarakat banyak ditandai dengan
kenaikan suhu udara, curah hujan yang ekstrim serta kenaikan muka air laut, disamping dampak
lainnya. Untuk dapat mengurangi dampak tersbut, kiranya perlu dilakukan kajian tingkat Bahaya,
tingkat kerentanan dan tingkat resiko akibat dari perubahan iklim. Dampak nyata dari perubahan
iklim tersebut hampir teasa pada semua sektor, namun demikian ada sektor sektor utama bagi
daerah daerah yang harus menjadi prioritas penanganan bagi perubahan Iklim.
Pemerintah Kabupaten Boyolali bekerja sama dengan Program Doktor Ilmu Lingkungan,
Sekolah Pascasarjana Universitas Diponegoro, untuk menyusun kajian Rencana Aksi Daerah Adaptasi
Perubahan Iklim RAD-API. Diharapkan hasil kajian ini dapat menjadi salah satu acuan pengambil
kebijakan Pemerintah Boyolali, terkait dengan Perubahan Iklim.
Keberhasilan pelaksanaan penyusunan RAD – API ini dicapai melalui kerjasama yang terbina
baik antara DLH Boyolali dan Tim penyusun dari Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas
Diponegoro Semarang. Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
kegiatan RAD – API Kabupaten Boyolali Tahun 2018 ini. Untuk kelancaran pelaksanaan pengumpulan
data kami mengucapkan terimakasih kepada Bupati Boyolali, instansi/dinas pemerintah, BUMN selaku
pemilik data atas aksesibilitas dan kemudahan memperoleh data, dan pihak lainnya yang tidak dapa
disebutkan satu persatu. Semoga kegiatan penyusunan RAD-API dapat bermanfaat bagi semua
1.2 Tujuan
Kajian ini dibuat sebagai dasar untuk penyusunan strategi adaptasi perubahan
iklim dan ketangguhan daerah. Selain itu kajian ini juga ditujukan sebagai masukan
untuk perencanaan pembangunan daerah yang lebih adaptif terhadap perubahan iklim.
Hasil yang diharapkan dari kajian ini adalah:
1.4 Manfaat
Manfaat dari kegiatan Penyusunan Rencana Aksi Daerah Adaptasi Perubahan
Iklim yaitu sebagai rancangan pedoman bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Kabupaten Boyolali dalam melaksanakan program/kegiatan mengatasi atau
mengurangi dampak perubahan iklim di Kabupaten Boyolali
1.5 Metodologis
Kajian kerentanan dan risiko iklim ini mengacu pada Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Nomor 33 Tahun 2016 tentang Pedoman
Penyusunan Aksi Adaptasi Perubahan Iklim, dan juga pada Peraturan Kepala Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pedoman
Umum Pengkajian Risiko Bencana. Selain itu kajian ini juga mengadaptasi
metodologi yang digunakan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dalam Kajian
Risiko dan Adaptasi Perubahan Iklim (KRAPI) 2012.
Kajian ini menggunakan metode analisis risiko dinamis pada beberapa bidang
strategis daerah. Analisis risiko dinamis adalah pembandingan antara risiko yang ada
masa sekarang dengan risiko pada masa 30 tahun mendatang. Kajian ini dilakukan
melalui konsultasi dengan para pemangku kepentingan lokal dan tenaga ahli pada
masing-masing bidang. Pada setiap bidang digunakan perangkat yang sesuai untuk
membuat analisis risiko di bidang itu. Ada sembilan langkah yang dilakukan dalam
kajian ini seperti dapat dilihat dalam bagan di bawah ini:
Memperkirakan dampak
Pilihan Adaptasi
Gambar 1. Tahapan Kajian Rencana Aksi Adaptasi Perubahan Iklim
1. Membentuk Tim Penyusun: Untuk adaptasi perubahan iklim yang terdiri dari ahli
bidang Meteorologi dan Fisika, Ahli Lingkungan, Ahli Ekonomi dan drafter pemetaan
dengan menggunakan program Arcgis.
2. Membaca data historis iklim dan kebencanaan: Untuk melihat tren dan
kejadianbencana meteorologis apa yang sering terjadi. Data kehilangan dan kerugian
akibat bencana meteorologis juga perlu dilihat.
3. Membaca proyeksi iklim: berdasarkan data BMKG dan data terkait bisa digunakan
untuk proyeksi iklim untuk 30 tahun kedepan, dari proyeksi ini dapat dilihat berapa
banyak perubahan suhu, curah hujan dan pola musim yang akan terjadi.
7. Analisis Kerentanan: Untuk setiap bidang atau sektor yang terpilih dari dibuat analisis
kerentanan periode sekarangdan tahun 2030 berdasarkan faktor utama yang menyebabkan
keterpaparan, sensitivitas dan kapasitas adaptif. Informasi kerentanan ini disajikan dalam
bentuk petadengan unit analisis desa.
8. Analisis Risiko: Untuk setiap bidang dibuat analisis risiko periode sekarang dan tahu
2030. Analisis ini menghasilkan perbandingan indeks risiko dari setiap kecamatan/desa
melalui tumpang susun peta kerentanan dan peta ancaman menggunakan fungsi
kondisional.
9. Sintesa ancaman dan risiko: Menggabungkan peta ancaman dari semua bidang
dalamsatu peta; dan juga menggabungkan peta-peta risiko dalam satu peta.
Risiko terkait perubahan iklim adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat ancaman
padasuatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kehilangan atau kerusakan
(loss anddamage). Indeks risiko adalah fungsi dari kerentanan dan ancaman. Fungsi yang
dipakai untukanalisis adalah:
Ancaman yang dimaksud adalah stresor iklim yang dapat menimbulkan kerusakan
ataukehilagan pada lingkungan, sistem sosial ekonomi, maupun pada kehidupan manusia.
Kajian ini pada akhirnya akan memperlihatkan perbandingan risiko yang dimiliki masing-
masing kabupaten/kota di propinsi Jawa Timur . Pendekatan yang digunakan untuk
melakukan analisis risiko adalah:
Dimana
Konsep ini bukanlah rumus matematika, tapi hanya pendekatan yang menjelaskan
hubungan antar faktor risiko. Pendekatan ini dapat dipakai untuk melihat
perbandingan risiko antarwilayah.
Indonesia sebagai salah satu negara yang rentan terhadap dampak perubahan
iklim telah mengindentifikasi beberapa dampak perubahan iklim pada berbagai sektor.
Pada sektor pertanian, terjadinya perubahan musim dan peningkatan kejadian iklim
esktrim telah berimplikasi pada perubahan pola tanam dan meningkatnya kegagalan
panen. Demikian juga pada sektor kesehatan, peledakan kasus penyakit manusia yang
berhubungan dengan vektor dan air (seperti deman berdarah, malaria, diare dll) juga
cendrung meningkat. Kejadian kebakaran lahan dan hutan yang meluas juga semakin
sering terjadi akibat meingkatnya kejadian iklim ekstrim. Secara umum, potensi
dampak perubahan iklim di wilayah Kabupaten Boyolali:
Apabila tidak ada upaya adaptasi, dampak perubahan iklim sangat signifikan
dan kerugian ekonomi akan semakin besar.
Pemanasan global akibat meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di
atmosfer diyakini telah menyebabkan terjadinya masalah perubahan iklim. Dalam
Kerangka Kerja Konvensi PBB untuk Perubahan Iklim telah disepakati bahwa upaya
untuk mengatasi masalah perubahan iklim melalui upaya penurunan emisi GRK
(mitigasi) dan adaptasi terhadap perubahan iklim yang terjadi perlu dilakukan oleh
semua pihak. Landasan ilmiah tentang masalah perubahan iklim telah dilaporkan oleh
Panel antar Pemerintah mengenai Perubahan Iklim (IPCC). Landasan ilmiah sangat
diperlukan dalam menyusun startegi dan langkah aksi penanggulangan masalah
perubahan iklim. Namum demikian laporan IPCC tesebut walaupun bersifat
komprehensif, akan tetapi masih sangat sedikit membahas perubahan iklim pada skala
regional maupun lokal sehingga pemanfaatannya dalam penyusunan upaya adaptasi
pada tingkat wilayah menjadi kurang efektif. Oleh karena itu, kajian perubahan iklim
regional maupun lokal sangat diperlukan.
Kenaikan konsentrasi GRK di atmosfer telah terjadi sejak awal pra-industri dan
meningkat dengan cepat setelah tahun 1940an (IPCC, 2007). Kenaikan konsentrasi GRK
diyakini sebagai penyebab meningkatnya suhu global yang akan berdampak pada
perubahan iklim. Kejadian iklim ekstrim telah banyak dilaporkan semakin meningkat.
Tanpa adanya upaya yang serius dari masyarakat dunia dalam menurunkan emisi GRK,
upaya adaptasi akan semakin sulit dan akan dibutuhkan biaya yang sangat besar di
kemudian hari.
Letak geografis Boyolali pada 110⁰22‟-110⁰50‟ bujur timur (BT) dan 7⁰7‟-
7⁰36‟ lintang selatan (LS). Ketinggian rata rata wilayah Boyolali 75-1500 mdpl yang
Terlihat bahwa di Kabupaten Boyolali, bencana yang paling sering terjadi adalah
tanah longsor. Mulai tahun 2017 Bencana Kekeringan sudah mulai dicatat
sebagai bencana. Bencana yang tersaji pada tabel di atas adalah yang lebih
diakibatkan oleh alam. Sebenarnya masih ada lagi bencana yang terjadi, misalnya
Kasus penyakit, Gagal panen, Produksi Perikanan dan Peternakan menurun yang
sebenarnya bisa dimasukkan ke dalam potret tersebut.
Dari data rasio Bulan Kering dan Bulan Basah di 19 Kecamatan di Kabupaten
Boyolali tersebut lalu menggunakan ArcGis dibuat peta kekeringan kondisi
sekarang, sebagaimana tersaji pada gambar berikut.
Hasil kajian ilmiah terkini menyatakan bahwa kenaikan suhu global melebihi
o
2 C pada tahun 2050 akan menimbulkan masalah perubahan iklim yang
semakin sulit dikendalikan. Oleh karena itu, IPCC menyusun skenario emisi yang
disebut skenario RCP (Representatuve Carbon Pathhway) dimana skenario disusun
berdasarkan target konsentrasi GRK yang ingin dicapai.
Data curah hujan hasil SIBIAS (yang terbaru dengan berbagai Skenario)
Indeks Indikator
Kapasitas Adaptif - Tingkat Pendidikan Petani
- Jumlah Penyuluh
Sensitifitas - Kelangkaan Air Irigasi
- Tingkat Kemiskinan
- Tingkat Kekritisan Lahan
Keterpaparan - Presentase Luas Lahan Pertanian
- Jumlah Petani Per Hektar
Gambar 14 Peta Keterpaparan sektor Pertanian Berdasarkan Indikator Jumlah Petani per
Hektar Pertanian Tahun 2018 dan Proyeksi 2030
Indeks Indikator
Kapasitas Adaptif - Tingkat Pendidikan Peternak
- Jumlah Penyuluh
Sensitifitas - Tingkat Kemiskinan
- Jarak dengan Sumber Air
Keterpaparan - Jumlah Ternak Ruminansia
- Jumlah Peternak Ruminansia
- Luas Lahan Pakan Ternak
Gambar 18 Peta Sensitifitas sektor Peternakan Berdasarkan Indikator Jarak dari Sumber Air
Tahun 2018 dan Proyeksi 2030
Gambar 19 Peta Keterpaparan pada sektor Peternakan Berdasarkan Indikator Jumlah Ternak
Ruminansia Tahun 2018 dan Proyeksi 2030
Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan menjadi salah satu indikator kapasitas Adaptif dalam Sub
Sektor kesehatan. Kesehatan merupakan salah satu modal manusia (human capital)
yang sangat diperlukan dalam menunjang pembangunan ekonomi. Hal ini
dikarenakan kesehatan merupakan prasyarat bagi peningkatan produktivitas.
Pendidikan masyarakat baik formal maupun non-formal memiliki pengaruh yang kuat
pada tingkat kesehatan masyarakat. Masyarakat yang terididik secara pengetahuan
akan cenderung lebih waspada dan memiliki perhatian terhadap kesehatan dibanding
masyarakat dengan pendidikan yang masih rendah.
Distribusi Kapasitas Adaptasi tahun 2018 dan proyeksi 2030 berdasarkan
tingkat pendidikan pada sub sektor Kesehatan dapat dilihat pada gambar berikut
berikut.
Distribusi Kapasitas Adaptasi tahun 2018 dan proyeksi 2030 berdasarkan Jumlah
fasilitas kesehtan pada sub sektor Kesehatan dapat dilihat pada gambar berikut berikut.
Gambar 23 Peta Kapasitas Adaptasi sektor Kesehtan Berdasarkan Indikator Jumlah Fasilitas
Kesehatan Tahun 2018 dan Proyeksi 2030
Gambar 24 Peta Sensitifitas sektor kesehatan Berdasarkan Indikator kelangkaan sumber air Minum
Tahun 2018 dan Proyeksi 2030
Gambar 27 Peta Keterpaparan sektor kesehtan Berdasarkan Indikator presentase Balita dan
Manul Tahun 2018 dan Proyeksi 2030
Untuk menghitung total sensitifitas, total keterpaparan maupun total adaptasi maka
nilai indikator indikator tersebut harus digabungkan dulu dengan memperhatikan bobotnya.
Penentuan Bobot masing masing indikator terhadap nilai sensitifitasnya, atau nilai
Keterpaparannya ataupun nilai Kapasitas Adaptasinya dilakukan dengan pembobotan.
Hasil bobot pada masing masing indikator dan masiang masing sektor tersaji pada
gambar berikut.
Gambar 34. Matrik penentuan nilai Kerentanan Berdasarkan nilai Indeks Kapasitas Adaptasi dan
Indeks Keterpaparan Sensitifitas.
Gambar 35. Peta Tingkat Kerentanan Sektor Pertanian tahun 2018 dan proyeksi 2030
Gambar 38. Matriks perhitungan Resiko berdasarkan tingkat Bahaya dan Kerentanan
Dengan menggunakan matriks tersebut, maka akan diperoleh nilai resiko masing
masing desa terhadap bahaya dari kekeringan. Nilai resiko ini lalu dapat dibuat dalam bentuk
Peta sebagai mana tersaji dalam peta peta berikut.
4.1 Rencana Aksi Adaptasi Perubahan Iklim Sub Sektor Sumber Daya Air
Program : Peningkatan manajemen prasarana sumber daya air untuk pengendalian daya rusak air
Aksi:
Menerapkan teknologi Jumlah penampungan air yang Meningkatkan manajemen dan Tersedianya teknologi untuk pengendalian 2012-2014
pengendalian sedimen pada dapat termanfaatkan kembali mengembangkan prasarana sedimen pada sungai dan/atau danau/waduk
sungai, danau, waduk, dan secara optimal sumber daya air untuk
embung. pengendalian daya rusak air Terlaksananya pembangunan dan/atau
Jumlah tambahan infrastruktur pemeliharaan prasarana dansarana pengendalian 2015-2020
penampungan air sedimentasi pada sungai dan/ atau danau/
waduk
Program : Peningkatan Konservasi Sumber Daya Air dan Pengurangan Intensitas Bahaya dan Bencana Perubahan Iklim
Program : Revitalisasi Kearifan Lokal, Peningkatan Kapasitas dan Peran serta Masyarakat dalam Adaptasi Perubahan Iklim sektor Air
Aksi:
Mendirikan komunitas yang Jumlah komunitas peduli Sosialisasi dan penyadaran Terselenggaranya pendidikan, penyuluhan, dan 2015- 2019
peduli penghematan air atau masyarakat terhadap fenomena pelatihan tentang adaptasi perubahan iklim
mengurangi penggunaan air dan dampak perubahan iklim
Tersedianya akses informasi tentang perubahan
Meningkatkan komunitas iklim bagi masyarakat
kepedulian dalam mengelola Jumlah komunitas peduli
air hujan aliran di system Terselenggaranya pemberdayaan masyarakat
drainase dalam upaya penurunan dampak perubahan
iklim
Terselenggaranya pendidikan,
penyuluhan, dan pelatihan tentang
adaptasi perubahan iklim
Penyediaan sarana dan prasarana Tersusunnya standar dan konsep sarana dan 2013-2014
sistem sanitasi dan pengolahan prasarana sistem sanitasi dan pengolahan limbah
limbah yang tangguh terhadap yang tangguh terhadap perubahan perubahan
perubahan perubahan iklim iklim
Peningkatan kualitas infrastruktur Terlaksana dan terjaganya penyediaan air baku 2015 -2019
permukiman di kawasan bagi perkotaan (Masukan PU)
perkotaan
Program: Peningkatan layanan penyediaan air di beberapa wilayah rentan kekeringan
Aksi:
Perbaikan fasilitas retensi Jumlah fasilitas retensi dan Rehabilitasi dan konservasi DAS Membaiknya kondisi DAS dan berkurangnya 2013-2019
dan penampungan air penampungan air yang diperbaiki hulu untuk meningkatan daya ancaman kekeringan dan banjir
(DAM) serap air untuk mengurangi
ancaman kekeringan dan banjir
Pembangunan embung di Terbangunnya embung
daerah dengan CAT kecil Pengembangan dan Updated Tersusunnya Blue Print banjir kering dan informasi 2015-2019
Blue Print Banjir Kering pengelolaan banjir dan kekeringan partisipatif dan
Penyediaan penampungan Jumlah daerah yang diberikan berkelanjutan
air publik di daerah daerah fasilitas penampungan air publik
rawan kekeringan Pembangunan, operasi, dan Jumlah prasarana dan sarana pengendalian banjir 2015-2019
pemeliharaan, prasarana dan dan kekeringan yang dikembangkan untuk
sarana pengendalian banjir dan kawasan yang rentan terhadap bencana dampak
kekeringan perubahan iklim
Pengembangan teknologi panen Meningkatnya ketersediaan dan suplai air melalui 2013-2014
air (embung, dam, parit, dan embung, dam parit dan sumur serapan bagi
sumur serapan) tanaman dalam upaya peningkatan luas areal
tanam
Program: Perluasan pelayanan dalam rangka menambah/meningkatkan rasio cakupan pelayanan
Aksi:
Penambahan tingkat Tercapainya peningkatan cakupan Kajian dan pemetaan risiko dan Tersedianya konsep pembangunan kawasan untuk 2015-2019
pelayanan / ratio cakupan pelayanan sesuai target adaptasi perubahan iklim rumah umum bagi masyarakat berpenghasilan
pelayanan sesuai target khususnya pada permukiman dan rendah (MBR) dan rumah khusus
infrastruktur permukiman.
Penyediaan sarana dan prasarana Tersusunnya standar dan konsepsarana dan 2013-2024
sistem sanitasi dan pengolahan prasarana sistemsanitasi dan pengolahan limbah
limbah yang tangguh yang tangguh terhadap perubahanperubahan iklim
terhadapperubahan perubahan
iklim Tersedianya sarana dan prasaranasistem sanitasi
dan pengolahanlimbah yang tangguh
terhadapperubahan perubahan iklim
Penyediaan infrastruktur tanggap Penyediaan infrastruktur permukiman RSH yang 2013- 2019
perubahan iklim di kawasan meningkatkualitasnya
permukiman di perkotaan
Stimulasi Penyediaan InfrastrukturPerumahan dan 2020- 2024
KawasanPermukiman
Identifikasi dan pemetaan lahan Tersedianya peta dan informasi tentang lahan 2013
terlantar dan/atau lahan gambut terdegradasi/terlantar dan lahan gambut yang
potensial dan beresiko kecil potensi bagiperluasan areal dan sumber
untuk perluasan areal pertanian pertumbuhan produksi baru
Perluasan areal pertanian pada Bertambahnya lahan pertanian baru pada lahan- 2020-2024
lahan sub optimal (lahan kering lahan sub-optimal,terutama di lahan terdegradasi
dan rawa) denga resiko iklim dan danterlantar
lingkungan yang minimum
Penelitian dan pengembangan Tersedianya hasil kajian dan analisis untuk 2013
kelembagaan, evaluasi dampak mendukung penyusunan dan pelaksanaan kegiatan
dan analisis kebijakan kegiatan adaptasi perubahan iklim
adaptasi pertanian menghadapi
perubahan iklim
Rencana Aksi Daerah – Adaptasi Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali 2018 67
PROGRAM INDIKATOR RAN-API INDIKATOR (RAN-API) PERIODE
SEKTOR PERTANIAN
Pengembangan galur ternak Tersedianya galur ternak baru yang tahan 2013
yang adaptif terhadap cekaman tinggi
lingkungan yang lebih ekstrim.
Pengembangan teknologi silase Tersedia pakan alternatif bagi ternak pada musim 2013
untuk mengatasi kelangkaan kelangkaan pakan
pangan musiman
Pengembangan tanaman pakan Tersedianya tanaman pakan ternak yang tahan 2013
ternak yang tahan kekeringan cekaman kekeringan dan genangan
dan tahan genangan
Pengembangan tanaman pakan ternak yang tahan 2015-2019
kekeringan dan tahan genangan
Program Peningkatan Produksi Peternakan
Aksi:
Penambahan jumlah Jumlah Penyuluh Peternakan Pengembangan bibit ternak Teridentifikasinya atau terakitnya beberapa 2013-2014
Pengembangan agribisnis
peternakan
Oleh
2018
Surat Permohonan Pengisian Kuesioner
Kepada Yth.
Bapak/Ibu/Saudara/i Responden
Dengan hormat,
Perkenalkan kami dari tim penyusun Rencana Aksi Daerah – Adaptasi
Perubahan Iklim Kabupaten Boyolali, yang sedang mengadakan kajian Kerentanan
Dampak Perubahan Iklim khususnya dampak kekeringan terhadap sub sektor
Kesehatan, Pertanian dan Peternakan di Kabupaten Boyolali.
Di dalam pentahapan penyusunan tersebut, kami perlu melakukan penilaian dan
pembobotan dari indikator indikator yang mempengaruhi kerentanan di sub-sektor
sub-sektor tersebut. Melalui forum grup diskusi serta penyebaran kuesioner, kami
berharap dapat memperoleh, masukan dan saran dari Bapak/Ibu/Saudara/i
stakeholder serta narasumber.
Kuesioner ini dirancang untuk menentukan tingkat kepentingan atau bobot dari
beberapa indikator indikator yang berpengaruh terhadap sub sektor Kesehatan,
Pertanian dan Peternakan akibat bencana Kekeringan. Sifat partisipasi dalam survei
ini sukarela dan kami menjamin kerahasiaan dari data yang Ibu/Bapak/ Saudara/i
isikan.
Untuk itu, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk meluangkan waktu
guna mengisi kuesioner ini.
Atas kesediaan, perhatian, dan kerjasama Bapak/Ibu/Saudara/i, kami ucapkan
banyak terima kasih.
NIP:197401311999031003
DATA RESPONDEN
Nama :
Instansi :
Tanda Tangan,
(........................................)
PENDAHULUAN
Besar kecilnya dampak atau konsekuensi yang ditimbulkan oleh kejadian bencana
(perubahan iklim dalam hal ini kekeringan) pada suatu sistem akan ditentukan oleh tingkat
keterpaparan (Exposure, E), Sensitivitas (Sensitivity, S) dan Kapasitas (C) dari sistem tersebut.
Kerentanan mengambarkan sejauh mana sistem tersebut dapat mentolerir suatu
perubahan atau penyimpangan dalam hal ini kekeringan. Apabila perubahan/penyimpangan
sudah melewati batas toleransi dari sistem maka sistem menjadi rentan karena penyimpangan
atau perubahan iklim tersebut menyebabkan dampak negatif.
Oleh karena itu, Kerentanan dapat direpresentasikan oleh kondisi biofisik dan
lingkungan, serta kondisi sosial-ekonomi, yang selanjutnya dinyatakan dengan indek sensitifitas
dan keterpaparan (Sensitivity and Exposure Index, SEI). Misalnya penduduk yang tinggal di
pinggir sungai lebih rentan terhadap bahaya banjir dibanding penduduk yang tinggal jauh dari
bantaran sungai.
Kapasitas menunjukkan kemampuan untuk menghindari atau mengantisipasi, atau
mengelola dampak. Sistem yang memiliki kapasitas yang tinggi akan memiliki selang toleransi
yang lebar terhadap keragaman atau perubahan iklim yang terjadi dalam hal ini dampak
kekeringan. Kapasitas juga direpresentasikan oleh kondisi biofisik dan lingkungan, serta kondisi
sosial-ekonomi yang terkait dengan kemampuan. Misalnya penduduk yang tingkat pendidikan
lebih tinggi mempunyai kapasitas lebih besar dibanding dengan yang rendah, karena
kemampuan penduduk tersebut untuk mengawetkan hasil pertanian yang dapat dimanfaatkan
pada saat musim gagal panane. Kemampuan adaptasi ini dinyatakan dalam Adaptive Capacity
Index (ACI).
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
Indikator 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Indikator
Indikator A X Indikator B
Artinya : Indikator A ”sama pentingnya” dengan Indikator B
Indikator 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Indikator
Indikator A X Indikator B
Artinya : Indikator B ”jelas lebih penting” dibandingkan dengan Indikator A
Indikator 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Indikator
Indikator A X Indikator B
Artinya : Indikator A ”sangat jelas lebih penting” dibandingkan dengan Indikator B
Kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Indikator
Indikator A X Indikator B
Artinya : Pilihan B berada pada nilai intermediate 4, karena berada antara nilai 3 dan 5
SUB – SEKTOR PERTANIAN
Menurut Bapak/Ibu/Saudara/i, dari dua indikator dibawah ini, indikator manakah yang lebih
berpengaruh terhadap kemampuan adaptasi sebuah desa dalam menghadapi bencana
kekeringan
Kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kriteria
Tingkat
Jumlah
Pendidikan
Penyuluh
Petani
Sisi Kiri Lebih Sisi Kanan Lebih
-----------------------------------------
Berpengaruh Berpengaruh
Kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kriteria
Kelangkaan Tingkat
Air Irigasi Kemiskinan
Tingkat
Kelangkaan
Kekritisan
Air Irigasi
Lahan
Tingkat
Tingkat
Kekritisan
Kemiskinan
Lahan
Sisi Kiri Lebih Sisi Kanan Lebih
------------------------------------
Berpengaruh Berpengaruh
Kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kriteria
Presentase
Jumlah Petani
Luas Lahan
Per Hektar
Pertanian
Sisi Kiri Lebih Sisi Kanan Lebih
----------------------------------
Berpengaruh Berpengaruh
SUB – SEKTOR PETERNAKAN
Menurut Bapak/Ibu/Saudara/i, dari dua indikator dibawah ini, indikator manakah yang lebih
berpengaruh terhadap kemampuan adaptasi sebuah desa dalam menghadapi bencana
kekeringan
Kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kriteria
Tingkat
Jumlah
Pendidikan
Penyuluh
Peternak
Sisi Kiri Lebih Sisi Kanan Lebih
-----------------------------------------
Berpengaruh Berpengaruh
Kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kriteria
Kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kriteria
Jumlah
Jumlah Ternak
Peternak
Ruminansia
Ruminansia
Jumlah Ternak Luas Lahan
Ruminansia Pakan Ternak
Jumlah
Luas Lahan
Peternak
Pakan Ternak
Ruminansia
Sisi Kiri Lebih Sisi Kanan Lebih
----------------------------------
Berpengaruh Berpengaruh
SUB – SEKTOR KESEHATAN
Menurut Bapak/Ibu/Saudara/i, dari dua indikator dibawah ini, indikator manakah yang lebih
berpengaruh terhadap kemampuan adaptasi sebuah desa dalam menghadapi bencana
kekeringan
Kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kriteria
Tingkat Fasilitas
Pendidikan Kesehatan
Sisi Kiri Lebih Sisi Kanan Lebih
-----------------------------------------
Berpengaruh Berpengaruh
Kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kriteria
Kelangkaan
Tingkat
Sumber Air
Kemiskinan
Minum
Kelangkaan
Kondisi
Sumber Air
Sanitasi
Minum
Kelangkaan Persentase
Sumber Air Balita dan
Minum Manula
Tingkat Kondisi
Kemiskinan Sanitasi
Persentase
Tingkat
Balita dan
Kemiskinan
Manula
Persentase
Kondisi
Balita dan
Sanitasi
Manula
Sisi Kiri Lebih Sisi Kanan Lebih
------------------------------------
Berpengaruh Berpengaruh
Menurut Bapak/Ibu/Saudara/i, indikator manakah yang lebih mempengaruhi kerentanan suatu
desa akibat bencana kekeringan
Kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kriteria
Jumlah KK
Kepadatan di
Penduduk Pemukiman
Kumuh
Jumlah KK
Kepadatan yang Jauh
Penduduk Dari Sumber
Air
Jumlah KK
Jumlah KK di
yang Jauh
Pemukiman
Dari Sumber
Kumuh
Air
Sisi Kiri Lebih Sisi Kanan Lebih
---------------------------------
Berpengaruh Berpengaruh
Rekapitulasi Respond Kuesioner
Sriyanto 5 5 5 5 5
Edy Yunianto 5 5 5 5 5
DPUPR Muchsin 2 2 2 2 2
Martowo 1 1 5 5 1 1 5
Anik Novita 5 6 6 4 5
Eko Suharsono, ST 3 4 7 2 1 1
Anton Yumiadi 3 7 6 7 8
BPDB Sarengat 5 5 5 5 3
Lies Ekowati 3 3 3 4 1 1
Heru Wijanarko 3 4 7 2 1 1
Nurlaeliyah, SH 5 1 1 1 1 1 1 1 1
Ketahanan Pangan Parwoto 7 7 8 7 6
Nur Djamilah ,STP 4 3 3 3 4
Responden SEKTOR PERTANIAN
Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5
Instansi Narasumber
Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan
Lailia Windawati
5 8 1 1 6 7
,S.Hut, MM
Kurnia Yuniwati 7 7 7 7 1
Budi Indratno 5 4 4 5 1
BP3D (BAPPEDA)
Gunawan A 3 6 3 7 5
W Dwi N 7 7 7 7 1
Suratno (Bidang
5 1 1 1 1 1 1 5
Penyuluhan)
Raharjo Mudo
7 3 3 5 3
Handoko, SST
Dinas Pertanian
Suwaldi 7 5 9 7
Agus Pramudi R, SP,
7 7 7 7 7
Tata
Sutiyo Ruwono 1 1 3 5 1 1 3
Drh. Dhian
Mujiwiyati
Dinas Peternakan & Ir. Juwaris
Perikanan Nur Laila
Rudiyanto
Afiany
Muhtadi 1 5 5 1 1 3
Sis Nugroho 1 7 7 7 6
Dinas Kesehatan Mei 1 8 8 7 7
Lely Noor 5 7 5 1 1 1 1
Heri Budhiyono 1 5 5 1 1 3
Responden SEKTOR PERTENAKAN
Pertanyaan 6 Pertanyaan 7 Pertanyaan 8 Pertanyaan 9 Pertanyaan 10
Instansi Narasumber
Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan
Sartono 1 1 3 5 3 1 1
Widi Dewi Utami 1 1 3 5 3 3
4 3 5 3 2
5 3 5 3 1 1
3 5 5 3 3
DLH Kab. Boyolali Triwati Handayani 5 5 7 7 5
5 5 7 1 1 7
Sugiman 4 2 3 3 2
Agoes
7 8 7 8 7
Djokomoeljonto
Sriyanto 4 5 5 4 4
Edy Yunianto 5 4 4 5 5
DPUPR Muchsin 2 3 2 2 1 1
Martowo 1 1 5 3 1 1 5
Anik Novita 4 6 5 5 4
Eko Suharsono, ST 3 4 3 3 4
Anton Yumiadi 6 7 6 5 6
BPDB Sarengat 5 5 3 3 3
Lies Ekowati 7 7 1 1 3 3
Heru Wijanarko 3 4 3 3 4
Nurlaeliyah, SH 5 5 1 1 5 7
Parwoto 7 6 7 7 7
Ketahanan Pangan Nur Djamilah ,STP 1 1 5 2 4 4
Lailia Windawati
5 5 1 1 1 1 5
,S.Hut, MM
Responden SEKTOR PERTENAKAN
Pertanyaan 6 Pertanyaan 7 Pertanyaan 8 Pertanyaan 9 Pertanyaan 10
Instansi Narasumber
Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan
Kurnia Yuniwati 7 5 1 5 1
Budi Indratno 3 3 3 3 3
BP3D (BAPPEDA)
Gunawan A 1 5 5 3 6
W Dwi N 7 5 1 1 1
Suratno (Bidang
5 7 3 3 1 1
Penyuluhan)
Raharjo Mudo
7 5 7 1 1 5
Handoko, SST
Dinas Pertanian
Suwaldi 1 1 5 9 1 1 5
Agus Pramudi R, SP,
7 7 7 7 7
Tata
Sutiyo Ruwono 1 1 3 3 3
Drh. Dhian
4 7 4 5 5
Mujiwiyati
Dinas Peternakan & Ir. Juwaris 3 6 3 4 5
Perikanan Nur Laila 3 7 5 7 7
Rudiyanto 2 3 1 1 3 1 1
Afiany 5 3 3 1 1 1 1
Muhtadi 5 5 3 5 1
Sis Nugroho 1 1 5 5 1 1 7
Dinas Kesehatan Mei 1 1 7 5 5 5
Lely Noor 1 1 5 7 1 1 7
Heri Budhiyono 5 5 3 5 1 1
Responden SEKTOR KESEHATAN
Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan
Instansi Narasumber 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka
Sartono 1 1 5 5 5 3 3 3 7 5 7
Widi Dewi
3 7 7 7 3 3 3 7 3 7
Utami
6 5 2 2 3 3 3 2 3 3
5 5 1 1 1 1 5 5 1 1 1 1 1 1
5 3 3 3 3 5 3 1 1 3 1 1
DLH Kab.
Triwati
Boyolali 5 7 5 7 5 5 5 5 5 5
Handayani
6 5 1 1 5 1 1 5 5 5 5 1 1
Sugiman 3 3 3 3 2 2 2 2 4 3
Agoes
8 7 6 8 7 7 6 5 5 7
Djokomoeljonto
Sriyanto 6 5 5 6 5 2 1 1 4 5 3
Edy Yunianto 5 5 5 6 5 2 1 1 5 5 4
DPUPR Muchsin 2 2 2 2 4 3 3 1 1 3 2
Martowo 5 3 1 1 3 1 1 3 3 1 1 5 5
Anik Novita 8 5 5 4 4 1 1 1 1 5 5 4
Eko Suharsono,
4 5 4 2 3 5 7 7 8 2
ST
Anton Yumiadi 6 5 6 5 5 6 5 7 6 5
BPDB
Sarengat 3 5 3 3 5 6 6 3 3 5
Lies Ekowati 1 1 3 1 1 1 1 3 3 1 1 3 1 1 3
Heru Wijanarko 4 5 4 2 3 5 7 7 8 2
Nurlaeliyah, SH 7 7 7 5 5 5 5 5 1 1 1 1
Ketahanan
Parwoto 6 8 7 7 6 7 6 7 7 6
Pangan
Nur Djamilah 3 2 3 5 4 1 1 5 5 3 1 1
Responden SEKTOR KESEHATAN
Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan
Instansi Narasumber 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka
,STP
Lailia
Windawati 5 7 7 7 1 1 1 1 1 1 7 5 7
,S.Hut, MM
Kurnia Yuniwati 1 7 7 7 7 7 7 7 7 7
BP3D Budi Indratno 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2
(BAPPEDA) Gunawan A 4 5 4 6 4 2 1 5 5 6
W Dwi N 7 7 7 7 7 7 7 7 7 6
Suratno (Bidang
1 1 1 1 5 1 1 7 5 2 3 7 1 1
Penyuluhan)
Raharjo Mudo
5 5 7 5 5 7 3 7 3 5
Dinas Handoko, SST
Pertanian Suwaldi 1 1 5 5 9 9 7 7 9 5
Agus Pramudi
7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
R, SP, Tata
Sutiyo Ruwono 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Drh. Dhian
Dinas Mujiwiyati
Peternakan Ir. Juwaris
& Nur Laila
Perikanan Rudiyanto
Afiany
Muhtadi 3 5 1 1 5 5 5 5 5 5
Sis Nugroho 9 5 9 9 7 9 9 7 7 9
Dinas
Mei 1 1 7 9 7 8 7 9 7 7 7
Kesehatan
Lely Noor 1 1 7 5 1 1 5 7 1 1 1 1 1 1 1 1
Heri Budhiyono 7 7 7 7 7 8 8 5 5 5