Anda di halaman 1dari 25

PETANI PUNAH MASA DEPAN SIRNA

(CREATE SYSTEM INOVASI TERBARUKAN DI ERA REVOLUSI 4.0)

OLIMPIADE PPKN NASIONAL TINGKAT SMA SEDERAJAT TAHUN 2019


HMJ HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN “MERAH PUTIH” “MERAJUT
KEBHINEKAAN MERAWAT PERSATUAN”

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

Diusulkan Oleh:

IZZAH HANIYAH NURARINI 7444

INDI AFKARINA SALSABILA 7043

SMA NEGERI 1 KEJAYAN

PASURUAN

2019
Halaman Pengesahan

1. Judul : PETANI PUNAH MASA DEPAN SIRNA


(CREATE SYSTEM INOVASI TERBARUKAN
DI ERA REVOLUSI 4.0)
2. Topik :
Pendidikan dan Kebudayaan ( )
Ekonomi ( V )
Politik, Hukum, dan Pemerintahan ( )
Pariwisata dan Sumber Daya Manusia (SDM) ( )
Kepemudaan dan Keolahragaan ( )
3. Ketua :
a. Nama Lengkap : Indi Afkarina Salsabila
b. NIS : 7043
c. Sekolah : SMA Negeri 1 Kejayan
d. Alamat Rumah dan No Telp/HP : Pakijangan, Kec.Wonorejo
(085850141718)
e. Alamat email/ FB : afkarinarahayu49@gmail.com
4. Jumlah anggota : 2 orang
5. Guru Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Ahmad Arifin, S.Pd
b. NIP :-
c. Alamat Rumah dan No Telp/HP : Dsn. Karang Selem RT 04 RW 06,
Ds. Cukurgondang, Kec. Grati,
Kab. Pasuruan

Pasuruan, 08 Agustus 2019


Guru Pendamping Ketua

Ahmad Arifin, S.Pd Indi Afkarina Salsabila


NIP. - NIS.7043

Mengetahui,
Kepala SMA Negeri 1 Kejayan

Abdul Hamid, S.PdI


NIP 19610205 199103 1 006
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama Ketua : INDI AFKARINA SALSABILA


NIS : 7043
Sekolah : SMA NEGERI 1 KEJAYAN
Alamat Rumah dan No Telp/HP : Pakijangan, Kec.Wonorejo
(085850141718)

Dengan ini menyatakan bahwa karya tulis dengan judul “PETANI PUNAH
MASA DEPAN SIRNA (CREATE SYSTEM INOVASI TERBARUKAN DI
ERA REVOLUSI 4.0)” yang saya sertakan dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah ini
adalah benar hasil karya kelompok kami, bukan merupakan plagiat atau saduran
dari karya tulis orang lain serta belum pernah menjuarai dikompetesi serupa.

Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar maka saya bersedia
menerima sanksi yang ditetapkan oleh Panitia OPN 2019 berupa diskualifikasi
dari kompetisi

Demikian surat ini dibuat dengan sebenar - benarnya tanpa ada unsur
paksaan, untuk dapat diperunakan sebagaimana mestinya.

Pasuruan, 08 Agustus 2019

Indi Afkarina Salsabila


NIS.7043

Kata Pengantar

Alhamdulillah, puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat bimbingan serta petunjuk- Nya kami dapat
menyelesaikan penyusunan karya ilmiah dengan judul “Petani Punah Masa Depan
Sirna”. Sholawat dan salam selalu kita ucapkan kepada nabi besar Muhammad
SAW yang telah menyampaikan petunjuk Allah SWT untuk kita semua, sebuah
petunjuk paling besar yakni syari’ah agama islam yang sempurna dan satu-
satunya karunia paling besar kepada seluruh alam semesta.

Penulis benar- benar berterima kasih karena mampu menyelesaikan karya


ilmiah yang termasuk dari agenda lomba Olimpiade PPKN Nasional Tingkat
SMA/SMK/MA Sederajat Tahun 2019 ini, yakni “Petani Punah Masa Depan
Sirna”. Karya ilmiah ini berdasarkan hasil pengamatan sosial kami selama
menjalani program pendidikan di SMA Negeri 1 Kejayan. Kami menyampaikan
banyak terima kasih terhadap seluruh pihak yang sudah membantu kami selama
berlangsungnya penyelesaian karya ilmiah ini hingga sekarang dapat terselesaikan
sesuai harapan. Penyajian karya ilmiah ini telah dilengkapi pembahasan materi
dengan bahasa yang singkat, padat, dan mudah dimengerti. Selain itu pada setiap
pembahasan terdapat gambaran serta uraian- uraian singkat atas permasalahan
yang kami angkat sehingga dapat memberikan pemahaman yang lebih jelas
kepada pembaca.

Kami mengharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi rekan- rekan
pembaca, baik para pelajar maupun masyarakat luas pada umumnya yang ingin
belajar mengenai gambaran pertanian Indonesia masa kini. Kami menyadari karya
ilmiah ini masih belum sempurna. Oleh sebab itu, semua kritik dan saran dari
pembaca demi perbaikan karya ilmiah ini kami terima dengan senang hati.

Pasuruan, 15 Juli 2019

Penulis

Daftar Isi

1. Identifikasi Masalah............................................................................................

2. Alternatif Kebijakan...........................................................................................

3. Usulan Kebijakan...............................................................................................

4. Rencana Kerja....................................................................................................
5. Penutup..............................................................................................................

6. Daftar Rujukan..................................................................................................

7. Daftar Riwayat Hidup......................................................................................

Daftar Gambar

1.Jumlah penduduk Indonesia menurut kelompok umur dan jenis kelamin


(2019)........................................................................................................

2.Perbandingan jumlah populasi pada Negara Agraris dikawasan


ASEAN....................................................................................................
3.Proporsi pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia per Kapita sebulan pada
kelompok makanan................................................................................

4.Produksi beras pada Negara Agraris di kawasan ASEAN..................

5.Impor beras Indonesia (2000-2018)....................................................

6.Defisit neraca perdagangan produk pangan........................................

7.Tataniaga pertanian ...........................................................................

8.Upaya perbaikan pemasaran.............................................................

9.Upaya perbaikan Sistem Tataniaga Pertanian...................................

Identifikasi Masalah

Indonesia saat ini sedang menikmati masa bonus demografi di mana


jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dari usia non produktif, yakni lebih
dari 68% dari total populasi yang ada. Hal tersebut didukung berdasarkan survei
penduduk antar sensus (Supas) 2015 jumlah penduduk Indonesia pada 2019
diproyeksikan mencapai 266,91 juta jiwa. Menurut jenis kelamin, jumlah tersebut
terdiri atas 134 juta jiwa laki- laki dan 132, 89 juta jiwa perempuan. Jika kita
perinci lebih dalam lagi, adapun penduduk dengan kelompok umur 0-14 tahun
(usia anak-anak) mencapai 66,17 juta jiwa atau sekitar 24,8% dari total populasi.
Kemudian penduduk kelompok umur 15-64 tahun (usia produktif) sebanyak
183,36 juta jiwa atau sebesar 68,7% dan kelompok umur lebih dari 65 tahun (usia
sudah non produktif) berjumlah 17,37 juta jiwa atau sebesar 6,52% dari total
populasi.

Sudah dapat kita artikan bahwa rasio ketergantungan di Indonesia semakin


tinggi, untuk tahun ini saja sudah mencapai 45,56% yang berarti setiap 100 orang
yang berusia produktif (angkatan kerja) mempunyai tanggungan 46 penduduk non
produktif (usia 0-14 tahun ditambah usia 65 tahun ke atas). Semakin tinggi rasio
ketergantungan mengindikasikan bahwa semakin berat beban yang harus
ditanggung oleh penduduk usia produktif untuk membiayai hidup penduduk non
produktif. Maka daripada itu, masyarakat harus bekerja keras untuk dapat
memenuhi segala kebutuhan yang menunjang kehidupan mereka. Tidak dapat kita
pungkiri, bahwasannya manusia adalah makhluk hidup yang tidak dapat terlepas
dari kebutuhan akan pangan.

Selama manusia hidup maka selama itu pula kebutuhan pangan jadi
prioritas utama. Mengutip secercah pesan seorang bapak proklamator bangsa Ir.
Soekarno bahwa “Soal persediaan makanan rakyat ini bagi kita adalah soal hidup
atau mati” membuat kita tersadar betapa pentingnya upaya peningkatan pangan
yang harus kita benahi mengingat pertumbuhan akan zaman semakin maju tak
terkendali. Apalagi tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap padi- padian
semkain tahun semakin meningkat.

Ditambah saat ini kita tengah menghadapi era Revolusi Industri 4.0 yang
pada dasarnya segala lini kehidupan sudah terhubung dengan teknologi modern
dan sudah dapat dikendalikan melalui jaringan internet. Keberadaan Revolusi
Industri 4.0 dapat memberikan dampak tersendiri bagi negara kita jika kita tidak
mampu untuk mengimbanginya, bahkan dapat menjadi sebuah ancaman bagi
kelangsungan negara kita. Dengan kondisi jumlah penduduk yang dipredisksi
akan mengalami pembludakan secara signifikan pada tahun 2030, maka sudah
seharusnya kita mengantisipasi adanya Bonus Demografi ini dengan
menggerakkan generasi muda untuk berperan aktif dalam pemajuan ekonomi
negara melalui upaya penyediaan lapangan kerja yang memadai.

Namun, saat ini Indonesia harus menghadapi masalah pengangguran yang


semakin tahun juga semakin berkembang pesat. Hal ini dipicu dengan tidak
berimbangnya antara pertumbuhan penduduk dengan ketersediaannya lapangan
pekerjaan yang mampu menampung mereka. Dilansir melalui salah satu media
berita yakni CNN Indonesia yang mengutip data dari Badan Pusat Statistik
mencatat bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) per Februari 2019 ada
diangka 5,01% dari tingkat partisipasi angkatan kerja Indonesia. Kepala BPS
Suhariyanto pun menambahkan perincian jumlah TPT pada Februari 2019
sejumlah 6,82 juta orang semakin membuktikan bahwasannya problematika
mengenai jumlah pengangguran saat ini masih belum teratasi dengan baik.

Masalah pengganguran di negara kita bukanlah hal yang baru, tingginya


angka pengangguran ini semakin menambah beban berat pemerintah dan
masyarakat terlebih khusus untuk menopang perekonomian bangsa karena adanya
penggangguran yang terjadi pada usia produktif yang seharusnya bisa jadi andalan
bangsa untuk meningkatkan taraf perekonomian negara Indonesia. Faktor
utamanya bukan hanya sekadar jumlah lapangan kerja yang kurang memadai,
namun hal ini juga dipicu dari minimnya kualitas SDM kita sendiri yang tidak
dapat memenuhi kriteria yang ada di lapangan. Ditambah lagi adanya kemajuan
teknologi menjadikan generasi muda kita menjadi generasi yang terlalu
dimanjakan dengan teknologi yang ada, sehingga menjadikan mereka generasi
yang pasif akan kondisi sekitar.

Kebanyakan generasi muda kita kini terlalu enggan untuk berusaha bekerja
keras membangun bangsa. Hal ini dapat dengan mudah kita temui pada sektor
pertanian yang notabene adalah sektor utama di negara kita sehingga kita bisa
dijuluki sebagai nagara agraris. Pada tahun 2018 saja, berdasarkan hasil survei
Badan Pusat Statisik menyebutkan bahwa pekerja di sektor pertanian di Indonesia
berjumlah 35,7 juta orang. Jumlah ini jika dibandingkan dengan jumlah penduduk
Indonesia, maka hanya terdapat sekitar 21% petani Indonesia yang harus
menghidupi 264 juta penduduk Indonesia. Kondisi ini diperparah lagi dengan data
yang menyebutkan bahwa 32,6% petani di Indonesia berusia di atas 54 tahun.
Artinya, dari 35,7 juta petani di Indonesia terdapat 32,6% berusia diatas 54 tahun.
Petani dengan usia diatas 54 tahun tentu akan berdampak pada produktivitas
petani tersebut.

Sehingga meskipun produksi beras yang dihasilkan Indonesia memiliki


jumlah yang relatif besar jika dibandingkan dengan negara agraris lainnya di
kawasan ASEAN, namun pada kenyataannya hasil pertanian negara kita masih
kalah bersaing dengan negara- negara tersebut bahkan teknologi yang mereka
gunakan pun jauh lebih efektif dibandingkan dengan yang kita terapkan di negara
kita sendiri.
Apalagi dengan kondisis usia petani yang semakin menua, sektor pertanian
di Indonesia juga harus dihadapkan pada fakta yang menyebutkan bahwa 72,6%
pekerja di sektor pertanian hanya berpendidikan SD bahkan tidak tamat SD.
Kondisi ini menyebabkan transfer ilmu dan transfer teknologi bagi masyarakat
petani menjadi sulit. Sehingga teknik dan mekanisme pertanian di Indonesia
cenderung memakai cara- cara lama dan masih awam dengan cara- cara baru. Saat
ini di Indonesia kita harus berusaha untuk sedikit terbiasa dengan pemakaian
teknologi agar mempermudah kita dalam mengelola Sumber Daya Alam, sehingga
kita dapat mengolah bahkan mendistribusikan hasil pertanian kita dengan cepat
dan efisien tanpa mengesampingkan aspek sosial maupun aspek lingkungan.

Hal yang membuat mengapa pertanian di negara Indonesia masih


cenderung lambat perkembangannya jika dibandingkan dengan beberapa negara
tetangga seperti Malaysia, Vietnam, Thailand, adalah karena faktor penggunaan
teknologi di bidang pertanian yang masih rendah. Pertanian kita masih dikelola
dan dipasarkan dengan cara yang tradisional sehingga memakan banyak tenaga
dan banyak waktu, padahal kebutuhan akan pangan sekarang ini sudah tidak kenal
waktu apalagi kita sudah memasuki MEA (Masyarakat Ekonomi Asia) jika
pertanian kita tidak mampu mencukupi kebutuhan masyarakat sendiri maka kita
pasti mengandalkan kekuatan impor. Pada tahun 2018 saja Indonesia justru
melakukan impor beras sebesar 2,3 juta US$, angka tersebut meningkat 23%
dibandingkan dengan tahun 2017. Adapun negara utama yang menjadi importir
utama Indonesia adalah, Thailand dan Vietnam, dimana Tahiland merupakan
negara dengan nilai produktivitas beras yang relatif rendah antar negara kawasan.

Tingginya nilai impor beras yang dilakukan Pemerintah Pusat juga


didukung oleh neraca perdagangan produk pangan Indonesia yang terus
mengalami defisit (grafik 4.). Ekspor pangan yang mana dalam konteks ini adalah
beras yang dilakukan oleh Indonesia jauh lebih kecil dibandingkan dengan nilai
impornya, atau ekspor beras Indonesia setara dengan 716 kali lipat impor
Indonesia.

Belum lagi dengan adanya kendala iklim dan cuaca di Indonesia yang
tidak stabil, seringkali membuat geram para petani yang harus rela mengalami
kerugian yang dikarenakan gagal panen besar- besaran akibat bencana alam
ataupun perubahan iklim yang melanda. Sebenarnya tidak stabilnya iklim tidak
menjadi masalah besar , karena kita tidak harus mengandalkan hasil pertanian
yang didapat dari ladang atau tanah saja. Para petani pun bisa mengandalkan
sektor pertanian dengan metode modernisasi yang beralih dari sistem tanah ke
sistem pertanian tanpa tanah yang dinilai cenderung lebih efisien dan tidak
dipengaruhi oleh perubahan iklim serta cuaca dalam proses pengolahannya.

Metode pertanian ini sudah diterapkan di beberapa negara maju seperti


halnya Jepang bahkan Singapura. Kekurangan metode pertanian di negara kita
juga seringnya para petani yang menggunakan pupuk anorganik dalam
memberantas hama ini juga dapat mempengaruhi tingkat kesuburan tanah dan
dapat merusak kualitas kandungan gizi yang ada pada tanaman. Hal ini dapat
dibuktikan dengan adanya survei dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2013
mengidentifikasi terdapat 86,41% petani yang menggunakan pupuk anorganik,
sementara petani yang menggunakan pupuk organik hanya mencapai 13,5%.

Padahal, kita tidak kekurangan lulusan sarjana pertanian yang diharapkan


mampu merubah pola pertanian kita menjadi lebih baik lagi, hanya saja saat ini
milenial kita cenderung apatis akan perkembangan pertanian negara kita. Mereka
cenderung enggan untuk terjun langsung menangani permasalahan yang ada di
sawah, dan bahkan seharusnya milenial kita yang memberikan penyuluhan dan
memberikan pelatihan akan penerapan teknologi pertanian, pencetusan varietas
bibit unggul hasil penemuan para sarjana kita sendiri, serta dapat menggugah
semangat masyarakat agar tidak hanya pandai dalam bercocok tanam namun juga
dapat mengolah hasil pertanian sehingga dapat meningkatkan tarif harga jual
dipasaran.

Petani kita kian menyusut, jika generasi milenial kita enggan untuk
mengolah pertanian lalu siapa yang akan meneruskan sektor utama bangsa kita ini
yang sudah lama kita pertahankan demi mencukupi kebutuhan pangan masyarakat
pada umumnya. Pertanian kita butuh tangan- tangan pemuda untuk membuat
inovasi baru di bidang pertanian, kita tidak bisa menggantungkan harapan kepada
petani tua. Generasi muda adalah tonggak kemajuan bangsa, ketahanan pangan
adalah poin kemakmuran bangsa, jika keduanya tidak dapat bersinegri maka
bangsa Indonesia akan terlindas oleh kemajuan zaman yang kian merajalela.

Dunia pertanian di Indonesia harus mampu bersaing dengan negara


tetangga bahkan dikancah internasional sekalipun untuk menjawab tantangan
Bonus Demografi dan era Revolusi 4.0. Jika kita tidak mampu menghadapi
kemajuan teknologi saat ini khususnya di bidang pangan yakni pertanian maka
tanpa kita sadari akan berdampak pada perekonomian kita saat ini. Hal ini tiada
lain karena kecenderungan dari negara kita yang impor pangan ke luar negeri
untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri, yang dalam konteks ini negara kita
mampu memproduksi sendiri dan bahkan kita tidak akan perlu impor bahan
pangan jika kita membenahi sistematika pertanian kita.

Belum lagi Nilai Tukar Petani (NTP) selama empat bulan terakhir terus
merosot. Pada April 2019, NTP tercatat sebesar 102,23 poin atau anjlok 0,49%.
Penurunan terbesar nilai tukar pada subsektor petani tanaman pangan, terutama
padi. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, dibanding
enam subsektor lainnya, nilai tukar petani tanaman pangan merosot hingga 1,21%.
“NTP tanaman pangan mengalami penurunan yang paling curam. Ini karena harga
yang diterima petani terus turun ketika musim panen raya gabah”, kata
Suhariyanto di Jakarta, Kamis(2/5).

NTP merupakan perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap


indeks harga yang dibayar petani. Ketika NTP mengalami penurunan, maka
mencerminkan harga yang diterima petani lebih rendah dari harga- harga yang
harsu dibayar petani. Sementara khusus pada Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP)
cukup stabil di level 111,13 poin. Namun, kata Suhariyanto jika ditelisik lebih
lanjut NTUP petani tanaman pangan juga mengalami penurunan terdalam, yakni
0,63%. NTUP merupakan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks
harga yang dibayar petani khususnya yang meliputi biaya produksi dan
penambahan barang modal.

Inilah yang harus jadi perhatian kita saat ini, petani di negara kita masih
jauh dari kata sejahtera. Saat musim panen petani harus merelakan harga jual padi
yang anjlok walaupun pada hakikatnya harga benih, harga pupuk, dan biaya
tenaga kerja bukan hal yang murah. Ketidakstabilan iklim dan cuaca masih jadi
musuh utama para petani kita dan berimbas pada hasil produksi yang bisa
dikatakan gagal panen dan mendatangkan kerugian besar.

Pertanian bukan perihal yang harus dikesampingkan, ini adalah tonggak


kemajuan bangsa kita. Kesejahteraan petani kita mencerminkan kemajuan
ekonomi bangsa. Jika negara kita masih belum bisa menjamin kesejahteraan para
petani maka ekonomi kita masih belum bisa dikatakan menguat apalagi pangan di
negara sendiri masih belum teratasi. Inilah sederet permasalahan yang dialami
oleh para petani di Indonesia yang masih belum teratasi dengan baik dan masih
belum mengalami kemajuan yang seharusnya kita mampu mengambil alih
kemajuan pertanian tersebut, apalagi dengan kondisi negara kita sebagai negara
agraris.

Alternatif Kebijakan
Dengan segala problematika yang ada dalam lingkup pertanian di
Indonesia, pemerintah telah mengupayakan segala program dan kebijakan untuk
menuntaskan hal tersebut. Diantara kebijakan tersebut telah tertuang dalam bentuk
Permentan yaitu :

1. 21/Permentan/PP.200/4/2015 Pedoman Harga Pembelian Gabah dan Beras di


luar Kualitas oleh Pemerintah. Melalui kebijakan ini pemerintah berupaya
untuk lebih banyak menyerap hasil panen petani dengan harga yang sebanding,
sehingga petani tidak mengalami kerugian saat panen raya maupun saat
bersaing harga di tengkulak dan untuk meminimalisir taraf impor beras kita ke
negara lain.
2. 82/Permentan/OT.140/8/2013 Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan
Gabungan Kelompok Tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang
dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan
sosial, ekonomi, sumberdaya, kesamaan komoditas, dan keakraban untuk
meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Hal tersebut dilakukan
agar para kelompok tani mendapat perlindungan hukum, pembinaan dan
faslitas dari pemerintah baik bagi anggota maupun pengurusnya.
3. 07/Permentan/OT.140/1/2013 Pedoman Pengembangan Generasi Muda
Pertanian. Peraturan ini disusun dalam rangka mewujudkan generasi penerus,
penggerak dan pelopor inovatif di bidang pertanian dengan upaya
pengembangan generasi muda pertanian yang terstruktur, sistematis, dan
berkelanjutan.
4. UU No.16 Tahun 2017 tentang sistem penyuluhan pertanian, perikanan, dan
kehutanan.

Usulan Kebijakan

Kami selaku generasi muda tergerak untuk memberikan beberapa inovasi


kebijakan di dunia pertanian, dengan harapan dapat menyelamatkan
keberlangsungan petani- petani kita dari kemajuan teknologi Revolusi Industri
4.0 yang mulai mengambil alih fungsional hidup kita. Beberapa usulan kebijakan
kami di dunia pertanian diantaranya sebagai berikut :

1. Memperketat agar setiap lulusan sarjana pertanian harus mengabdikan diri di


bidang pertanian baik terjun langsung di ladang, menjadi integrator, bekerja di
bidang pemasaran , penggilingan, maupun pengolahan hasil pertanian.
Sehingga kita tidak hanya menciptakan tenaga kerja yang mampu mencangkul
di sawah namun juga mampu menjadi konseptor struktur lahan pertanian,
pengolahan, dan pemasaran yang lebih efektif dan efisien.
2. Pemberian beasiswa tinggi bagi lulusan pertanian atas pengabdiannya ataupun
atas kontribusinya bagi dunia pertanian tingkat daerah, provinsi, dan nasional
bahkan tingkat internasional.
3. Pemerintah dapat memfasilitasi teknologi agar memudahkan proses pertanian
seperti memberikan pinjaman lunak, memberikan bantuan satu desa yang
potensial satu alat, memberdayakan insinyur pertanian dalam negeri untuk
membuat alat tersebut yang harganya terjangkau oleh petani, atau bila
memungkinkan memanfaatkan dana desa yang digelontorkan pemerintah untuk
membeli alat- alat tersebut.
4. Dengan kondisi lahan yang mulai beralih fungsi membuat lahan untuk
bercocok tanam kini mulai menyusut, maka dari itu sudah seharusnya kita
menggiatkan media bercocok tanam yang tidak hanya mengandalkan tanah
saja. Bukan hanya infrastruktur saja yang mulai digalakakkan, namun
penggunaan sistem hidroponik, aeroponik, dan teknik pertanian vertikultur.
Perlu adanya gerakan One House One Verticultur System sebagai gerakan
menyejahterakan diri dan bangsa layaknya Jepang yang setiap atap rumah
sudah dapat menghasilkan produk tani sendiri dengan sistem vertikultur ini.
5. Pemerintah harus lebih peka dan respek terhadap penemu muda Indonesia di
bidang pertanian dengan menguji, mengakui, mengesahkan, dan
mengkomersilkan hasil penemuannya untuk pemajuan pertanian kita. Seperti
SIRAMIN sebuah teknologi penyiram dan pemupuk tanaman otomatis yang
dapat dikendalikan dengan menggunakan SMS maupun mobile web bisa kita
terapkan di seluruh wilayah Indonesia dalam memudahkan proses pertanian
kita yang tentunya dalam hal ini perlu adanya Penyuluhan dan Sosialisasi
pembiasaan teknologi bagi petani.
6. Menggalakkan dan lebih mengembangkan gerakan SERASI (Selamatkan Rawa
Sejahterakan Petani) untuk mewujudkan peningkatan produktivitas pertanian.
7. Penerapan start up dan aplikasi pertanian yang dapat menyediakan segala
informasi seputar pertanian yang disajikan dengan mudah, cepat,murah melalui
media handphone yang kita miliki sendiri. Seperti saat ini sudah ada aplikasi
pertanian Eragano, iGrow, 8Villages, SayurBox, Simbah, Pantau Harga, Karsa,
Kecipir, TaniHub, Limakilo, Sikumis, Habibi Garden, PanenID, dan masih
banyak lagi. Melalui aplikasi ini masyarakat bahkan petani dapat menikmati
layanan yang tersedia seperti penjualan perlengkapan pertanian dan pupuk,
penjualan hasil panen, sistem pengelolaan sawah, pemberian pinjaman untuk
petani yang semakin memudahkan petani kita dalam mengolahdan
mendistribusikan hasil pertanian mereka langsung pada konsumen.
8. Gerakan Duta Tani se-Indonesia sebagai pionir petani muda.
9. Upaya Perbaikan Sistem Tataniaga Pertanian adalah suatu sistem total dari
kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan dan mendistribusikan barang- barang yang dapat memuaskan
keinginan dan jasa baik kepada para konsumen saat ini maupun konsumen
potensial. Tataniaga adalah semacam kegiatan ekonomi yang berfungsi
membawa atau menyampaikan barang dari produsen ke konsumen. Perbaikan
posisi tawar produsen terhadap pedagang, pedagang terhadap konsumen, dan
sebaliknya perbaikan daya saing komoditas pertanian sehingga semua pihak
memperoleh keuntungan sesuai kepentingan.
Rencana Kerja

Kami bukan hanya sekadar menuntut adanya regenerasi sitstem pertanian,


namun dalam hal ini kami juga mengupayakan rencana kerja atau program kerja
kedepannya bagi kita petani milenial dengan inovasi gerakan yang kami
canangkan yakni Create System dengan mata tombak kami berupa program
LiMEA OK ! (Link and Match, Education, Advocacy OK).

Sasaran kami saat ini adalah para remaja dan pemuda milenial yang dalam
konteks ini melalui program LiMEA OK diharapkan remaja dan pemuda milenial
tidak hanya mengenal sistem pertanian berbasis ekonomi kreatif, namun mereka
juga dapat mencari, mengenali, dan menggali potensi yang ada pada diri mereka
sehingga mampu memaksimalkan fungsi dan mengolah proses pendistribusian
hasil pertanian yang lebih ramah pada remaja dan pemuda milenial Indonesia.

Oleh karenanya program LiMEA OK (Link and Match, Education,


Advocacy OK) ini dapat dikatakan juga sebagai kaki tangan dari pengaplikasian
FarmRevolution untuk mengembangkan kompetensi SDM pertanian seperti yang
pernah disampaikan oleh Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman pada saat
membuka kegiatan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian
(Musrenbangtan) 2019 di Bogor, Selasa(18/6/2019) bahwa program kerja tahun
2020 menekankan pada upaya membangun SDM pertanian yang berkualitas dan
membangun infrastruktur. Gerakan Create System berupa program LiMEA OK
merupakan indikatordalam rangka memaksimalkan Bonus Demografi dan
menjawab tantangan Revolusi Industri 4.0. Program LiMEA OK dilaksanakan
meliputi:

a. Link and Match

Menyediakan sarana yang dapat menghubungkan secara langsung, cepat,


dan akurat antara petani dengan investor, konsumen, distributor, bahkan para
pakar atau ahli pertanian sehingga permasalahan internal bahkan masalah
eksternal dapat teratasi dan lebih memudahkan petani kita dalam memasarkan
hasil pertanian sehingga pertanian kita dapat berkembang pesat sesuai
perkembangan zaman. Upaya ini diaplikasikan dalam bentuk :

1. Sebuah organisasi besar bersama- sama bagi para petani yakni Mitra
BUMDes Bersama (MBB)
2. Menggalakkan startup digital melalui aplikasi pengembang pertanian
layaknya pelayanan transportasi Ojek Online yang sudah merambah
menjadi layanan yang bergerak pada jasa pengiriman makanan,
pembayaran tagihan, dan juga layanan lain yang mendukung fitur tersebut.
Harapannya adalah petnai kita saat ini haruslah petani yang dapat
memanfaatkan media online agar dapat terjun langsung ke masyarakat dan
dapat lebih mengembangkan hasil pertanian mereka lebih luas lagi.
3. Kolaborasi antara petani, masyarakat sekitar, dengan Duta Tani se-
Indonesia agar permasalahan pertanian dapat terangkat ke publik dan dapat
teratasi dengan baik, melalui Duta Tani diharapkan dapat menjadi
penghubung antara petani dengan pemerintah melalui program-program
yang diusungnya.

b. Education

meliputi Pelatihan, Penelitian, dan Pendampingan

Kegiatan ini dimaksudkan dalam rangka pembinaan, pengajaran,


pengarahan serta pendampingan kepada petani muda maupun petani tua kita guna
mempromosikan gerakan Create System melalui LiMEA OK sesuai dengan
harapan pemerintah akan adanya peningkatan SDM petani kita. Pelaksanaannya
dibagi menjadi 3 tahap yakni :

 Open

Merupakan tahapan pengenalan gerakan Create System melalui LiMEA OK


dengan pembukaan wawasan petani kita dengan upaya- upaya seperti bimbingan
teknis pengolahan lahan dan hasil pertanian, sosialisasi pengemasan produk yang
ekonomis dan berdaya jual beli tinggi, seminar mengenai sistem pertanian organik
dan sistem pertanian non tanah.

 Adventure

Merupakan tahapan penelusuran lebih jauh tentang informasi gerakan Create


System melalui LiMEA OK sesuai tempat dan wilayah yang dapat diaplikasikan
dengan adanya pelatihan- pelatihan keterampilan baik soft skills maupun
hardskills. Tujuan dari tahap ini adalah untuk membekali petani kita dengan
keterampilan dalam mengolah, mengemas, dan memasarkan hasil pertanian yang
tentunya sesuai dengan Permentan yang ada. Tahapan ini juga bisa didukung
dengan adanya peminjaman alat maupun teknologi pertanian kepada para petani
kita agar dapat mempergunakan teknologi modern sehingga tidak menjadi hal bru
lagi dan bisa mendongkrak semangat para petani muda agar dapat berkiprah di
dunia pertanian.

 Promote

adalah tahapan petani muda dan petani tua untuk dapat mengeksplorasi dan
mengkomersilan keterampilan yang mereka miliki kepada masyarakat sehingga
petani kita dapat berperan aktif dan inovatif untuk membuat gerakan perubahan
yang positif dan bermanfaat kepada orang- orang disekitar dan diharapkan juga
dapat memberi pengaruh pada peningkatan taraf ekonomi masyarakat sekitar
terlebih khusus bagi kehidupan petani sendiri.

c. Advocacy

adalah aksi yang strategis dan terpadu oleh perorangan atau kelompok
masyarakat untuk memasukkan suatu masalah ke dalam agenda kebijakan, dan
mengontrol para pengambil keputusan untuk megupayakan solusi bagi masalah
tersebut sekaligus membangun basis dukungan bagi penegakan dan penerapan
kebijakan publik yang dibuat untuk mengatasi masalah tersebut. Seperti gerakan
Perbaikan Sistem Tataniaga Pertanian
Penutup

Kesimpulan

Pertanian Indonesia perlu pembaharuan sistem di dalamnya untuk lebih


memasyarakatkan target pada kaum muda generasi milenial agar lebih peduli
terhadap keberlangsungan siklus pertanian kita. Dengan adanya Create System
yang menitikberatkan pada program LiMEA OK diharapkan bisa merangkul
pemuda kita untuk membenahi cara pengolahan maupun pemasaran hasil
pertanian agar dapat berdaya saing tinggi di negara sendiri bahkan se- ASEAN
maupun skala internasional. Pertanian sudah ada sejak dulu dan perlu dilestarikan,
namun cara atau metode yang dulu sudah ada perlu kita perbaharui dan
disempurnakan lagi agar dapat lebih menyejahterakan petani kita dan iming-
iming akan impor pangan ke negara lain dapat kita tekan seminim mungkin.

Pertanian harus melibatkan semua lahan bukan hanya media tanah tapi
media air, spons, serabut kelapa dan media tanam yang lain harus lebih kita
berdayakan untuk mencapai hasil produksi yang maksimum. Apalagi yang perlu
kita pertimbangkan akan adanya pemasaran hasil produk pertanian dengan
langkah yang dapat dilakukan melalui perbaikan sistem tataniaga pertanian adalah
dengan mengefisienkan distribusi yang ada, promosi terhadap produk yang telah
dihasilkan, pembagian level pemasaran dan perbaikan produk. Sehingga marjin
tatniagaantara petani dan pedagang, pengecer, dapat diminimalkan.

Saran

Untuk kesempurnaan dan tercapainya luaran dari karya ini, kami


merekomendasikan beberapa saran diantaranya:

1. Mengadakan penelitian pengembangan tentang keefektifan program LiMEA


OK plus Perbaikan Sistem Tataniaga Pertanian yang berlandaskan Create System
pada kondisi lingkungan petani dalam lingkup kecil

2. Mengimplementasikan dalam lingkup besar di daerah- daerah yang subur


maupun kurang subur untuk menerapkan program tersebut dan melihat impact
secara nyata pada kawasan tersebut .
Daftar Rujukan

1.https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/01/04/jumlah-penduduk-
indonesia-2019-mencapai-267-juta-jiwa

2.https://m.cnnindonesia.com/ekonomi/20190506124326-532-392272/jumlah-
pengangguran-februari-2019-turun-jadi-682-juta-orang.

3.https://www.kompasiana.com/rihmanmaha9851/5ce571ae733c4310612e5063/so
lusi-regenerasi-petani-untukpertanian-indonesia-maju

4.https://www.google.com/amp/s/amp.suara.com/bisnis/2019/03/14/093544/doron
g-petani-gunakan-pupuk-organik-kementan-keluarkan-permentan

5.https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://ekon.go.id/ekliping/download/4738/3305/ed
isi-12-4-2019-laporan-ekonomi-
mingguan.pdfved=2ahUKEwjc1vTU56zjAhXOfn0KHWTfA4kQFjAAegQIAxA
B&usg=AovVaw1BxW_A62_UyonUefFg09P7&cshid=1562848149534

6.https://tumoutounews.com/2019/01/27/data-update-jumlah-penduduk-indonesia-
dan-dunia-tahun-2019/

7.https://m.repbulika.co.id/amp/pqv79f383

8.https://images.app.goo.gl/14S1siRMtsSisKKt5

9.https://www.google.com/imgres?imgurl=https%3A%2F%2Fmaritim.go.id
%2Fkonten%2Funggahan%2F2018%2F07%2FIMG-20180724-WA0045-
1jpg&imgrefur=https%3A%2F%2Fmaritim.go.id%2Freforma-agraria-menjamin-
pemerataan-sosial-ekonomi-masyarakat-secara-menyeluruh
%2F&tonid=qjinj1CE7FmwaM&vet=1&docid=YGVMA5n8rLYYLM&w=1280
&h=1280&hl=id&source=sh%2Fx%Fim

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Ahmad Arifin

Tempat, tanggal lahir : Pasuruan, 15 Maret 1996

Karya ilmiah yang pernah dibuat : Implementasi Program Kabupaten Layak Anak
(KLA) untuk Mewujudkan Perlindungan Anak di Kabupaten Pasuruan. Tahun
2017

Penghargaan ilmiah yang pernah diraih : -

Anda mungkin juga menyukai