Anda di halaman 1dari 36

PRINSIP DAN KRITERIA KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK

PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN TERINTEGRASI DENGAN USAHA PENGOLAHAN DAN
ENERGI TERBARUKAN (Surat Keputusan No. 11/Permentan/OT.140/3/2015 tanggal 18 Maret 2015)
Memenuhi (M) /
No. Prinsip dan Kriteria Indikator Hasil Audit Tidak Memenuhi
(TM)
1. LEGALITAS USAHA PERKEBUNAN
a. Izin lokasi diterbitkan oleh instansi
1.1 Izin Lokasi 1. Tersedia izin lokasi dari pejabat berwenang sesuai peraturan
berwenang sesuai peraturan perundang-undangan.
Perusahaan Perkebunan harus memperoleh perundang- undangan. b. Berdasarkan Peraturan Kepala
Izin Lokasi dari pejabat yang berwenang. 2. Tanah yang dapat ditunjuk dalam Badan Pertanahan Nasional nomor 2
Izin lokasi merupakan tanah yang tahun 2011 tanggal 4 Februari 2011
peruntukannya sesuai dengan Izin lokasi diperlukan pertimbangan
Rencana Tata Ruang Wilayah. teknis Badan Pertanahan yang diatur
3. Pemegang Izin Lokasi wajib sebagai berikut:
membebaskan tanah dalam areal - Pertimbangan Teknis Pertanahan
Izin Lokasi dari hak dan lintas wilayah Provinsi
kepentingan pihak lain sesuai dilaksanakan oleh Tim
peraturan perundang- undangan Pertimbangan Teknis Pertanahan
4. Pemegang izin lokasi wajib Nasional, yang ditetapkan dengan
memenuhi persyaratan lainya Keputusan Kepala Badan
yang berlaku. Pertanahan Nasional Republik
Indonesia;
- Pertimbangan Teknis Pertanahan
lintas wilayah Kabupaten/Kota
dilaksanakan oleh Tim
Pertimbangan Teknis Pertanahan
Provinsi, yang ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Kantor
Wilayah Badan Pertanahan
Nasional; dan
- Pertimbangan Teknis Pertanahan
dalam satu wilayah

1
PRINSIP DAN KRITERIA KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK
PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN TERINTEGRASI DENGAN USAHA PENGOLAHAN DAN
ENERGI TERBARUKAN (Surat Keputusan No. 11/Permentan/OT.140/3/2015 tanggal 18 Maret 2015)
Memenuhi (M) /
No. Prinsip dan Kriteria Indikator Hasil Audit Tidak Memenuhi
(TM)
Kabupaten/Kota dilaksanakan
oleh Tim Pertimbangan Teknis
Pertanahan Kabupaten/Kota,
yang ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Kantor
Pertanahan.
c. Perolehan tanah harus diselesaikan
dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun.
d. Apabila perolehan tanah dalam
jangka waktu
Izin Lokasi sebagaimana dimaksud
pada
huruf c belum selesai, maka Izin
Lokasi dapat diperpanjang jangka
waktunya selama 1 (satu)
tahun dengan syarat tanah yang
sudah diperoleh mencapai lebih dari
50% dari luas tanah yang ditunjuk
dalam Izin Lokasi.
e. Dalam hal perolehan tanah tidak
dapat diselesaikan dalam jangka
waktu Izin Lokasi, terhadap bidang-
bidang tanah yang sudah diperoleh
dilakukan tindakan sebagai berikut:
- Dipergunakan untuk
melaksanakan rencana
penanaman modal dengan
penyesuaian mengenai luas

2
PRINSIP DAN KRITERIA KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK
PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN TERINTEGRASI DENGAN USAHA PENGOLAHAN DAN
ENERGI TERBARUKAN (Surat Keputusan No. 11/Permentan/OT.140/3/2015 tanggal 18 Maret 2015)
Memenuhi (M) /
No. Prinsip dan Kriteria Indikator Hasil Audit Tidak Memenuhi
(TM)
pembangunan, dengan ketentuan
bahwa apabila diperlukan masih
dapat dilaksanakan perolehan
tanah sehingga diperoleh bidang
tanah yang merupakan satu
kesatuan bidang;
- Dilepaskan kepada Perusahaan
atau pihak lain yang memenuhi
syarat.
1.2 Perusahaan Perkebunan harus memiliki izin Tersedia izin usaha perkebunan a. Izin usaha perkebunan diterbitkan
usaha perkebunan seperti: oleh bupati/walikota untuk areal yang
berada dalam satu kabupaten/kota
1. Izin Usaha Perkebunan (IUP); dan oleh gubernur apabila lokasinya
2. Surat Pendaftaran Usaha lintas kabupaten
Perkebunan serta oleh Menteri Pertanian apabila
(SPUP); lokasinya lintas provinsi.
3. Izin Tetap Usaha Budidaya b. IUP merupakan izin usaha
Perkebunan perkebunan dengan luas areal diatas
(ITUBP); 1.000 ha dan harus terintegrasi
4. Izin Usaha Tetap Usaha Industri dengan unit pengolahan hasil kelapa
Perkebunan (ITUIP); sawit berlaku sejak diterbitkan
5. Izin/Persetujuan Prinsip Menteri Peraturan Menteri Pertanian Nomor
Pertanian;atau 98 Tahun
6. izin usaha perkebunan yang 2013.
diterbitkan oleh Kepala BKPM atas c. IUP-B wajib dimiliki oleh usaha
nama Menteri Pertanian. budidaya tanaman perkebunan
dengan luasan usaha perkebunan
lebih dari 25 hektar.

3
PRINSIP DAN KRITERIA KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK
PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN TERINTEGRASI DENGAN USAHA PENGOLAHAN DAN
ENERGI TERBARUKAN (Surat Keputusan No. 11/Permentan/OT.140/3/2015 tanggal 18 Maret 2015)
Memenuhi (M) /
No. Prinsip dan Kriteria Indikator Hasil Audit Tidak Memenuhi
(TM)
d. IUP-P wajib dimiliki oleh unit
pengolahan hasil kelapa sawit
dengan kapasitas lebih dari 5 ton
TBS per jam dan harus memenuhi
penyediaan bahan baku paling
rendah 20% dari kebun sendiri dan
kekurangannya wajib dipenuhi dari
masyarakat atau kemitraan
pengolahan.
e. IUP-P juga diberikan kepada
perusahaan perkebunan yang tidak
mempunyai kebun sendiri di wilayah
perkebunan swadaya setelah
memperoleh surat pernyataan ketidak
tersediaan lahan dari dinas yang
menangani fungsi perkebunan
setempat dan melakukan kerjasama
dengan koperasi pekebun pada
wilayah tersebut berdasarkan
perjanjian yang diketahui oleh kepala
dinas yang menangani fungsi
perkebunan.
f. IUP, SPUP, ITUBP dan ITUIP Izin
atau Persetujuan Prinsip Menteri
Pertanian, izin usaha perkebunan
oleh Kepala BKPM atas nama
Menteri Pertanian yang diterbitkan
sebelum Undang-undang Nomor 39

4
PRINSIP DAN KRITERIA KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK
PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN TERINTEGRASI DENGAN USAHA PENGOLAHAN DAN
ENERGI TERBARUKAN (Surat Keputusan No. 11/Permentan/OT.140/3/2015 tanggal 18 Maret 2015)
Memenuhi (M) /
No. Prinsip dan Kriteria Indikator Hasil Audit Tidak Memenuhi
(TM)
Tahun
2014 tentang Perkebunan
diundangkan, dinyatakan tetap
berlaku.
g. Perusahaan Perkebunan yang telah
memiliki hak atas tanah namun
belum memiliki izin sesuai huruf f
wajib memiliki izin usaha perkebunan
paling lambat 1 (satu) tahun setelah
Undang-undang Nomor 39 Tahun
2014 tentang Perkebunan
diundangkan.
h. Bagi Pelaksana Program Pemerintah
(PIR- Trans atau PIR-Bun) yang telah
memiliki
Surat Keputusan Rencana Pelaksana
Program PIR (SRP3), tidak
dipersyaratkan memiliki izin usaha
perkebunan.
1.3 Perolehan lahan usaha perkebunan Lahan usaha perkebunan dapat a. Pengaturan perolehan lahan APL
berasal dari lahan dengan status: menjadi kewenangan pemerintah
1. Areal Penggunaan Lain (APL). daerah (bupati/gubernur).
2. Hutan Produksi yang dapat b. Pelepasan kawasan hutan merupakan
Konversi (HPK). kewenangan menteri yang
3. Tanah Adat/Tanah Ulayat dari menyelenggarakan urusan
Masyarakat Hukum Adat. pemerintahan di bidang kehutanan.
4. Tanah lain sesuai peraturan di c. Perolehan lahan yang berasal dari
bidang pertanahan. hak ulayat/hak adat wajib terlebih

5
PRINSIP DAN KRITERIA KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK
PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN TERINTEGRASI DENGAN USAHA PENGOLAHAN DAN
ENERGI TERBARUKAN (Surat Keputusan No. 11/Permentan/OT.140/3/2015 tanggal 18 Maret 2015)
Memenuhi (M) /
No. Prinsip dan Kriteria Indikator Hasil Audit Tidak Memenuhi
(TM)
dahulu dilakukan musyawarah
dengan masyarakat hukum adat
pemegang hak adat dan warga
pemegang hak atas tanah
bersangkutan yang di tuangkan
dalam bentuk kesepakatan
penyerahan tanah dan imbalannya
dengan diketahui oleh
gubernur/bupati/walikota sesuai
kewenangan.
d. Hak adat sebagaimana dimaksud
pada huruf (c) diatur sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
1.4 Hak Atas Tanah Tersedia HGU dengan luasan sesuai a. HGU merupakan Hak Atas Tanah
peraturan perundang-undangan di negara yang wewenangnya diberikan
Perusahaan Perkebunan wajib memiliki hak bidang perizinan usaha perkebunan. kepada pemegangnya, tanah tersebut
atas tanah berupa Hak Guna Usaha (HGU). digunakan untuk usaha pertanian,
peternakan dan perikanan sesuai
peruntukannya.
b. HGU diberikan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pertanahan,
atau pejabat yang ditunjuk.
c. HGU diberikan untuk jangka waktu 35
tahun dan dapat diperpanjang paling
lama 25 tahun dan dapat di
perbaharui selama 35 tahun.
1.5 Fasilitasi pembangunan kebun masyarakat

6
PRINSIP DAN KRITERIA KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK
PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN TERINTEGRASI DENGAN USAHA PENGOLAHAN DAN
ENERGI TERBARUKAN (Surat Keputusan No. 11/Permentan/OT.140/3/2015 tanggal 18 Maret 2015)
Memenuhi (M) /
No. Prinsip dan Kriteria Indikator Hasil Audit Tidak Memenuhi
(TM)
sekitar 1. Tersedia dokumen kerjasama a. Kewajiban memfasilitasi
Perusahaan Perkebunan dengan pembangunan kebun untuk
Perusahaan Perkebunan masyarakat sekitar kebun tentang masyarakat sekitar paling rendah
yang mengajukan IUP-B atau IUP dengan fasilitasi pembangunan kebun 20% hanya untuk Perusahaan
luas 250 ha atau lebih, berkewajiban masyarakat. Perkebunan yang memperoleh IUP
memfasilitasi pembangunan kebun 2. Fasilitasi pembangunan kebun dan IUP-B dengan luasan 250 ha
masyarakat sekitar dengan luasan paling masyarakat diselesaikan paling atau lebih. Berdasarkan Permentan
kurang lama 3 (tiga tahun) sejak Nomor 98 Tahun 2013,
20% dari luas areal IUP-B dimulainya pembangunan kebun Pembangunan tersebut
atau IUP. perusahaan. mempertimbangkan:
3. Tersedia laporan perkembangan 1) Ketersediaan lahan
realisasi fasilitasi pembangunan 2) Jumlah keluarga masyarakat
kebun masyarakat sekitar. yang layak sebagai peserta.
3) Kesepakatan bersama antara
PerusahaanPerkebunan dengan
masyarakat sekitar yang
diketahui oleh dinas yang
membidangi perkebunan.
b. Kewajiban memfasilitasi
pembangunan kebun masyarakat
seluas 20% dari luas kebun inti tidak
berlaku bagi Perusahaan
Perkebunan yang telah melakukan
pola PIR-BUN, PIR- TRANS, PIR-
KKPA atau pola kerjasama inti
plasma lainnya, sedang bagi
Perusahaan Perkebunan yang belum
melakukan

7
PRINSIP DAN KRITERIA KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK
PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN TERINTEGRASI DENGAN USAHA PENGOLAHAN DAN
ENERGI TERBARUKAN (Surat Keputusan No. 11/Permentan/OT.140/3/2015 tanggal 18 Maret 2015)
Memenuhi (M) /
No. Prinsip dan Kriteria Indikator Hasil Audit Tidak Memenuhi
(TM)
kerjasama tersebut wajib melakukan
kegiatan produktif untuk masyarakat
sekitar yang diketahui oleh gubernur
atau bupati/walikota sesuai
kewenangannya.
c. Kewajiban memfasilitasi pembangun
kebun masyarakat dilakukan dengan
memanfaatkan kredit, bagi hasil dan /
atau bentuk pendanaan lain sesuai
kesepakatan dan peraturan
perundang undangan.
d. Bagi badan hukum yang berbentuk
koperasi tidak wajib memfasilitasi
pembangunan kebun masyarakat
seluas 20%.
e. Untuk Perusahaan Perkebunan yang
tidak berkewajiban melakukan
fasilitasi pembangunan kebun
masyarakat sesuai peraturan
perundang-undangan, diwajibkan
melakukan kegiatan usaha produktif
yang dibuktikan dalam dokumen
kerjasama Perusahaan Perkebunan
dengan masyarakat sekitar kebun
yang diketahui kepala dinas yang
menangani fungsi perkebunan
setempat.

8
PRINSIP DAN KRITERIA KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK
PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN TERINTEGRASI DENGAN USAHA PENGOLAHAN DAN
ENERGI TERBARUKAN (Surat Keputusan No. 11/Permentan/OT.140/3/2015 tanggal 18 Maret 2015)
Memenuhi (M) /
No. Prinsip dan Kriteria Indikator Hasil Audit Tidak Memenuhi
(TM)
1.6 Lokasi Perkebunan
a. Bagi Perusahaan Perkebunan yang
Perusahaan Perkebunan harus memastikan 1. Rencana Tata Ruang Wilayah berlokasi di provinsi/ kabupaten
bahwa penggunaan lahan perkebunan telah sesuai peraturan perundang- yang belum menetapkan RTRW-
sesuai dengan Rencana Tata Ruang undangan. P/RTRW-K, dapat menggunakan
Wilayah Provinsi (RTRW-P) atau Rencana 2. Tersedia dokumen perolehan hak Rencana Umum Tata Ruang yang
Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota atas tanah. berlaku.
(RTRW-K). 3. Tersedia Peta lokasi kebun. b. Melaporkan perkembangan
perolehan hak atas tanah dan
penggunaannya.
1.7 Tanah Terlantar Tanah terlantar merupakan tanah a. Apabila tanah hak yang
yang tidak diusahakan, tidak diterlantarkan kurang dari atau
Perusahaan Perkebunan harus dipergunakan, atau tidak sama dengan 25% (dua puluh lima
memanfaatkan hak atas tanah sesuai dimanfaatkan sesuai dengan persen), maka Pemegang Hak
dengan peruntukannya. keadaannya atau sifat dan tujuan dapat mengajukan permohonan
pemberian hak atau dasar revisi luas atas bidang tanah yang
penguasaannya. benar-benar digunakan dan
dimanfaatkan sesuai dengan
keputusan pemberian haknya.
b. Dalam waktu 1 (satu) bulan setelah
dinyatakan sebagai tanah terlantar,
tidak dapat dilakukan perlakuan
hukum apapun terhadap hak atas
tanah tersebut, wajib dikosongkan
dan dikembalikan haknya kepada
negara.
1.8 Sengketa Lahan
1. Perusahaan Perkebunan wajib a. Sengketa pertanahan merupakan

9
PRINSIP DAN KRITERIA KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK
PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN TERINTEGRASI DENGAN USAHA PENGOLAHAN DAN
ENERGI TERBARUKAN (Surat Keputusan No. 11/Permentan/OT.140/3/2015 tanggal 18 Maret 2015)
Memenuhi (M) /
No. Prinsip dan Kriteria Indikator Hasil Audit Tidak Memenuhi
(TM)
Perusahaan Perkebunan wajib melaporkan sengketa lahan yang perselisihan antara perseorangan,
menyelesaikan sengketa lahan yang ada di ada untuk diselesaikan, termasuk badan hukum, atau lembaga.
dalam areanya dengan melibatkan instansi pembuatan peta dari lahan yang b. Lahan yang disengketakan
yang terkait. disengketakan tersebut. merupakan status quo selama
2. Perusahaan Perkebunan harus proses penyelesaian.
dapat membuktikan bahwa c. Penyelesaian lahan dapat
sengketa lahan yang dilakukan melalui mediasi/negosiasi
ada di arealnya telah disepakati atau musyawarah, apabila tidak
penyelesaiannya dapat diselesaikan maka ditempuh
3. Dokumen penyelesaian masalah melalui jalur hukum.
sengketa dan/atau dokumen
masalah sengketa yang sedang
diproses.

1.9 Bentuk Badan Hukum

Perusahaan Perkebunan harus berbentuk Tersedia dokumen badan hukum a. Bentuk badan hukum antara lain :
badan hukum. Perusahaan Perkebunan sesuai - Perseroan Terbatas;
peraturan perundang- undangan. - Koperasi.
b. Penanam modal asing asing yang
melakukan usaha perkebunan wajib
bekerjasama dengan pelaku usaha
perkebunan dalam negeri dengan
membentuk badan hukum Indonesia
dan berkedudukan di Indonesia.
c. Bukti dokumen antara lain berupa
akta pendirian, anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga.

10
PRINSIP DAN KRITERIA KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK
PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN TERINTEGRASI DENGAN USAHA PENGOLAHAN DAN
ENERGI TERBARUKAN (Surat Keputusan No. 11/Permentan/OT.140/3/2015 tanggal 18 Maret 2015)
Memenuhi (M) /
No. Prinsip dan Kriteria Indikator Hasil Audit Tidak Memenuhi
(TM)
2 MANAJEMEN PERKEBUNAN

2.1 Perencanaan Perkebunan 1. Tersedia dokumen tentang Visi dan a. Visi dan Misi minyak sawit
Perusahaan Perkebunan harus memiliki Misi Perusahaan Perkebunan telah berkelanjutan menjadi komitmen
perencanaan jangka pendek, menengah dan memiliki untuk memproduksi Perusahaan Perkebunan mulai dari
panjang untuk memproduksi minyak sawit minyak sawit berkelanjutan. pimpinan tertinggi hingga seluruh
berkelanjutan. 2. Tersedia struktur organisasi dan karyawan
uraian tugas yang jelas bagi setiap b. Memiliki rencana kerja jangka
unit dan pelaksana. pendek, jangka menengah dan
3. Tersedia perencanaan jangka jangka panjang pembangunan
panjang yang dijabarkan dalam perkebunan;
perencanaan 5 (lima) tahunan. c. Memiliki hasil audit neraca keuangan
Evaluasi dilakukan setiap tahun Perusahaan Perkebunan oleh
untuk menjamin berlangsungnya akuntan publik.
usaha perkebunan. Perencanaan d. Memiliki laporan tahunan yang
tersebut secara lengkap menjelaskan
meliputi antara lain replanting, kegiatan Perusahaan Perkebunan.
proyeksi produksi, proyeksi e. Memiliki informasi tentang kewajiban
rendemen, perkiraan harga dan pembayaran pajak.
indikator keuangan. f. Memiliki SOP perekrutan karyawan.
4. Tersedia Sistem Manajemen g. Memiliki sistem penggajian dan
Sumber Daya Manusia (SDM). pemberian insentif.
5. Dalam hal melakukan kemitraan h. Memiliki sistem jenjang karier dan
harus dilengkapi dengan perjanjian penilaian prestasi kerja.
secara tertulis yang diketahui oleh i. Memiliki peraturan perusahaan
Pemerintah Daerah untuk tentang hak dan kewajiban
menghasilkan minyak sawit karyawan.
berkelanjutan. j. Memiliki peraturan dan sarana

11
PRINSIP DAN KRITERIA KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK
PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN TERINTEGRASI DENGAN USAHA PENGOLAHAN DAN
ENERGI TERBARUKAN (Surat Keputusan No. 11/Permentan/OT.140/3/2015 tanggal 18 Maret 2015)
Memenuhi (M) /
No. Prinsip dan Kriteria Indikator Hasil Audit Tidak Memenuhi
(TM)
keselamatan dan kesehatan kerja
(K3).
k. Dokumen pelatihan yang telah diikuti
oleh karyawan kebun.
l. Identifikasi jenis pelatihan yang
diperlukan oleh Perusahaan
Perkebunan.

2.2 Penerapan Teknis Budidaya dan 1. Tersedia standart operating a. SOP pembukaan lahan harus
Pengolahan Hasil prosedure (SOP) pembukaan lahan mencakup :
termasuk penataan lahan. - Pembukaan lahan tanpa bakar
2.2.1 Penerapan pedoman teknis budidaya 2. Tersedia peta penataan lahan. - Sudah memperhatikan kaidah-
3. Tersedia rekaman pembukaan kaidah konservasi tanah dan air;
2.2.1.1 Pembukaan lahan lahan. b. Penataan lahan meliputi penataan
blok, pembuatan jalan kebun dan
Pembukaan lahan yang memenuhi kaidah- emplasemen.
kaidah konservasi tanah dan air c. Dokumentasi kegiatan pembukaan
lahan tanpa bakar sejak tahun 2004.
d. Pembuatan sistem drainase,
terasering bagi lahan dengan
kemiringan tertentu, penanaman
tanaman penutup tanah (cover crops)
untuk meminimalisir erosi dan
kerusakan/degradasi tanah.
e. Pembukaan lahan dilakukan
berdasarkan persyaratan dan
kewajiban yang tercantum dalam izin
lingkungan atau AMDAL/RKL-RPL

12
PRINSIP DAN KRITERIA KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK
PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN TERINTEGRASI DENGAN USAHA PENGOLAHAN DAN
ENERGI TERBARUKAN (Surat Keputusan No. 11/Permentan/OT.140/3/2015 tanggal 18 Maret 2015)
Memenuhi (M) /
No. Prinsip dan Kriteria Indikator Hasil Audit Tidak Memenuhi
(TM)
sesuai ketentuan peraturan
perundang- undangan.
f. Perusahaan Perkebunan dilarang
membuka lahan dan penanaman
kelapa sawit dengan jarak sampai
dengan:
- 500 m tepi waduk/danau;
- 200 m dari tepi mata air dan kiri
kanan tepi sungai di daerah rawa;
- 100 m dari kiri kanan sungai;
- 50 m kiri kanan tepi anak sumgai;
- 2 kali kedalaman jurang dari tepi
jurang;
- 130 kali selisih pasang teringgi
dan pasang terendah dari tepi
pantai.
g. Apabila kegiatan penanaman seperti
tersebut diatas tidak dilakukan oleh
perusahaan dilaporkan kepada
institusi yang berwenang.

2.2.1.2 Perbenihan 1. Tersedia SOP perbenihan. Prosedur atau instruksi kerja/SOP


2. Tersedia sertifikat benih yang pelaksanaan proses perbenihan harus
Perusahaan Perkebunan dalam melakukan diterbitkan oleh UPTD atau UPT dapat menjamin:
penanaman harus menggunakan benih Pusat Perbenihan Perkebunan a. Benih yang digunakan sejak tahun
unggul. atau pihak yang berwenang. 1995 merupakan benih bina yang
3. Tersedia dokumen pelaksanaan berasal dari sumber benih yang telah
penyediaan benih mendapat pengakuan dari

13
PRINSIP DAN KRITERIA KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK
PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN TERINTEGRASI DENGAN USAHA PENGOLAHAN DAN
ENERGI TERBARUKAN (Surat Keputusan No. 11/Permentan/OT.140/3/2015 tanggal 18 Maret 2015)
Memenuhi (M) /
No. Prinsip dan Kriteria Indikator Hasil Audit Tidak Memenuhi
(TM)
4. Tersedia dokumen penanganan pemerintah dan bersertifikat dari
benih yang tidak memenuhi instansi yang berwenang.
persyaratan. b. Umur dan kualitas benih yang
disalurkan sesuai ketentuan teknis.
c. Penanganan terhadap benih yang
tidak memenuhi persyaratan
dituangkan dalam Berita Acara.

2.2.1.3 Penanaman pada lahan mineral


1. Tersedia SOP penanaman yang a. SOP atau instruksi kerja penanaman
Perusahaan Perkebunan harus melakukan mengacu kepada Pedoman Teknis harus mencakup :
penanaman sesuai baku teknis. Pembangunan Kebun Kelapa Sawit - Pengaturan jumlah tanaman dan
di Lahan Mineral. jarak tanaman sesuai dengan
2. Tersedia dokumen pelaksanaan kondisi lapangan dan praktek
penanaman. budidaya perkebunan yang baik.
- Adanya tanaman penutup tanah
dan/atau tanaman sela.
- Pembuatan terasering untuk lahan
miring.
b. Rencana dan realisasi penanaman.

2.2.1.4 Penanaman pada Lahan


Gambut

Perusahaan Perkebunan yang melakukan 1. Tersedia SOP atau instruksi kerja SOP atau instruksi kerja penanaman
penanaman pada lahan gambut harus untuk penanaman pada lahan harus mencakup :
dilakukan dengan memperhatikan gambut dan mengacu peraturan a. Pengaturan jumlah tanaman dan jarak
karakteristik lahan gambut sehingga tidak perundang-undangan. tanaman sesuai dengan kondisi

14
PRINSIP DAN KRITERIA KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK
PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN TERINTEGRASI DENGAN USAHA PENGOLAHAN DAN
ENERGI TERBARUKAN (Surat Keputusan No. 11/Permentan/OT.140/3/2015 tanggal 18 Maret 2015)
Memenuhi (M) /
No. Prinsip dan Kriteria Indikator Hasil Audit Tidak Memenuhi
(TM)
menimbulkan kerusakan fungsi lingkungan. 2. Penanaman dilakukan pada lahan lapangan dan praktek budidaya
gambut berbentuk hamparan perkebunan yang baik.
dengan kedalaman < b. Adanya tanaman penutup tanah.
3 m dan proporsi mencakup 70% c. Tersedianya alat untuk mengukur
dari luas areal gambut yang penurunan
diusahakan, lapisan tanah mineral lapisan tanah gambut.
dibawah gambut bukan pasir
kuarsa atau tanah sulfat masam
dan pada lahan gambut dengan
tingkat kematangan matang
(saprik).
3. Pengaturan tinggi air tanah (water
level) antara 60-80 cm untuk
menghambat emisi karbon dari
lahan gambut.
4. Dokumen pelaksanaan
penanaman tanaman
terdokumentasi.

2.2.1.5 Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan tanaman mencakup


1. Tersedia SOP pemeliharaan kegiatan:
tanaman dengan menerapkan a. Mempertahankan jumlah tanaman
Good Agriculture Practices (GAP) sesuai standar;
kelapa sawit. b. Pemeliharaan terasering dan tinggi
2. Memiliki dokumen pelaksanaan muka air
pemeliharaan tanaman. (drainase);
c. Pemeliharaan piringan;
d. Pemeliharaan tanaman penutup

15
PRINSIP DAN KRITERIA KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK
PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN TERINTEGRASI DENGAN USAHA PENGOLAHAN DAN
ENERGI TERBARUKAN (Surat Keputusan No. 11/Permentan/OT.140/3/2015 tanggal 18 Maret 2015)
Memenuhi (M) /
No. Prinsip dan Kriteria Indikator Hasil Audit Tidak Memenuhi
(TM)
tanah (cover crop).
e. Sanitasi kebun dan penyiangan
gulma;
f. Pemupukan berdasarkan hasil
analisa tanah dan daun.

2.2.1.6 Pengendalian Organisme Pengganggu 1. Tersedia SOP pengamatan dan SOP pengamatan dan pengendalian
Tumbuhan (OPT) pengendalian OPT. OPT harus dapat menjamin bahwa :
2. Tersedia SOP untuk penanganan a. Pengendalian OPT dilakukan secara
Perusahaan Perkebunan harus menerapkan limbah pestisida. terpadu (pengendalian hama
sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) 3. Tersedia dokumen pelaksanaan terpadu/PHT), yaitu memadukan
sesuai Pedoman Teknis. pengamatan dan pengendalian berbagai teknik pengendalian secara
OPT serta penggunaan jenis mekanis, biologis, fisik dan kimiawi.
pestisida yang terdaftar. b. Diterapkan sistem peringatan dini
(Early Warning Sistem/EWS) melalui
pengamatan OPT secara berkala;
c. Pestisida yang digunakan telah
terdaftar di
Komisi Pestisida Kementerian
Pertanian. d. Penanganan limbah
pestisida dilakukan
sesuai petunjuk teknis Komisi
Pestisida
untuk meminimalisir dampak negatif
terhadap lingkungan;
e. Tenaga (regu) pengendali yang
sudah terlatih oleh institusi yang
berwenang dan disetujui oleh komisi

16
PRINSIP DAN KRITERIA KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK
PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN TERINTEGRASI DENGAN USAHA PENGOLAHAN DAN
ENERGI TERBARUKAN (Surat Keputusan No. 11/Permentan/OT.140/3/2015 tanggal 18 Maret 2015)
Memenuhi (M) /
No. Prinsip dan Kriteria Indikator Hasil Audit Tidak Memenuhi
(TM)
pestisida khusus untuk penggunaan
pestisida terbatas .
f. Memiliki gudang penyimpanan alat
dan bahan pengendali OPT
g. Memiliki rekaman jenis tanaman
inang musuh alami.

2.2.1.7 Pemanenan

Perusahaan Perkebunan melakukan panen 1. Tersedia SOP pelaksanaan SOP pelaksanaan pemanenan harus
tepat waktu dengan cara yang baik dan pemanenan. mencakup:
benar dan mencatat produksi TBS. 2. Tersedia dokumen produksi a. Penyiapan tenaga kerja, peralatan
bulanan, triwulan, semester dan dan sarana penunjangnya.
tahunan. b. Penerapan penetapan kriteria matang
3. Tersedia informasi proyeksi panen dan putaran panen.
produksi sampai dengan tahun
mendatang.
2.2.2 Penerapan Pedoman Teknis Pengolahan
Hasil Perkebunan.

2.2.2.1 Pengangkutan Tandan Buah 1. Tersedia SOP untuk pengangkutan SOP pengangkutan TBS berisikan
Segar (TBS). TBS. ketentuan sebagai berikut:
2. Tersedia dokumen pelaksanaan a. Ketersediaan alat transportasi
Perusahaan Perkebunan harus memastikan pengangkutan TBS. serta sarana
bahwa TBS yang dipanen harus segera pendukungnya.
diangkut ke tempat pengolahan untuk b. TBS harus terjaga dari kerusakan,
menghindari penurunan kualitas. kontaminasi, kehilangan, terjadinya
fermentasi.

17
PRINSIP DAN KRITERIA KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK
PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN TERINTEGRASI DENGAN USAHA PENGOLAHAN DAN
ENERGI TERBARUKAN (Surat Keputusan No. 11/Permentan/OT.140/3/2015 tanggal 18 Maret 2015)
Memenuhi (M) /
No. Prinsip dan Kriteria Indikator Hasil Audit Tidak Memenuhi
(TM)
c. Ketepatan waktu sampai di tempat
pengolahan.

2.2.2.2 Penerimaan TBS di Unit Pengolahan Kelapa 1. Tersedia SOP penerimaan dan 1. SOP penerimaan, pemeriksaan dan
Sawit Perusahaan Perkebunan memastikan pemeriksaan/ sortasi TBS yang sortasi TBS juga harus mencakup
bahwa TBS yang diterima sesuai dengan sesuai ketentuan perundang- Kriteria sortasi buah yang diterima
persyaratan yang telah ditetapkan undangan. 2. Perusahaan Perkebunan tidak
2. Tersedia dokumen penerimaan menerima Tandan Buah Segar (TBS)
TBS yang sesuai dan tidak sesuai yang berasal dari penjarahan,
dengan persyaratan. pencurian atau TBS yang diproduksi
3. Tersedia dokumen harga TBS. dengan menjarah hutan negara.
Kriteria TBS yang diterima di unit
pengolahan kelapa sawit harus
dibuat terbuka.
3. Penetapan harga pembelian TBS
sesuai ketentuan
2.2.2.3 Pengolahan TBS. 1. Tersedia SOP/instruksi kerja yang a. Harus ada perencanaan produksi.
Perusahaan Perkebunan harus diperlukan baik untuk proses b. Peralatan dan mesin-mesin produksi
merencanakan dan melaksanakan pengolahan maupun proses harus dirawat dan dikendalikan untuk
pengolahan TBS melalui penerapan praktek pemantauan dan pengukuran mencapai kesesuaian produk dan
pengolahan yang baik (GMP). kualitas CPO. efisiensi.
2. Tersedia dokumen hasil uji c. Peralatan unit pengolahan kelapa
spesifikasi teknis hasil pengolahan sawit harus dipelihara untuk menjamin
3. Tersedia dokumen pelaksanaan proses pengolahan TBS dapat
pengolahan memenuhi kualitas hasil yang
4. Tersedia dokumen penggunaan air diharapkan.
untuk unit pengolahan kelapa d. CPO yang dihasilkan harus mampu
sawit. telusur untuk mengetahui persentase

18
PRINSIP DAN KRITERIA KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK
PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN TERINTEGRASI DENGAN USAHA PENGOLAHAN DAN
ENERGI TERBARUKAN (Surat Keputusan No. 11/Permentan/OT.140/3/2015 tanggal 18 Maret 2015)
Memenuhi (M) /
No. Prinsip dan Kriteria Indikator Hasil Audit Tidak Memenuhi
(TM)
CPO yang sustainable dan tidak.
e. Penggunaan air harus sesuai dengan
izin penggunaan yang ditentukan oleh
pemerintah daerah setempat.
f. Memiliki izin dari gubernur atau
bupati/walikota sesuai kewenangan
untuk peningkatan kapasitas unit
pengolahan kelapa sawiyang melebihi
30% dari kapasitas terpasang.
2.2.2.4 Pengelolaan Limbah.
Perusahaan Perkebunan memastikan bahwa 1. Tersedia SOP mengenai
limbah unit pengolahan kelapa sawit dikelola pengelolaan limbah (padat, cair dan Prosedur dan petunjuk teknis
sesuai peraturan perundang-undangan. udara). pengelolaan limbah antara lain
2. Tersedia dokumen mengenai mencakup tentang :
pengukuran kualitas limbah cair a. Pengukuran kualitas limbah cair di
sesuai parameter baku mutu outlet Instalasi Pengolahan Air Limbah
3. Tersedia dokumen mengenai (IPAL) sesuai ketentuan yang
pengukuran kualitas udara (emisi berlaku;
dan ambient) b. Pengukuran kualitas udara emisi dari
4. Tersedia dokumen pelaporan semua sumber emisi dan udara
pemantauan dan pengelolaan ambien sesuai peraturan perundang-
limbah kepada instansi yang undangan;
berwenang terdokumentasi. c. Melaporkan setiap 3 (tiga) bulan hasil
5. Tersedia surat izin pembuangan air pengukuran air limbah setiap bulan;
limbah ke badan air dari instansi d. Melaporkan per enam bulan hasil
berwenang. pengukuran udara emisi dan udara
ambien;
e. Untuk mengetahui bahwa kualitas

19
PRINSIP DAN KRITERIA KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK
PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN TERINTEGRASI DENGAN USAHA PENGOLAHAN DAN
ENERGI TERBARUKAN (Surat Keputusan No. 11/Permentan/OT.140/3/2015 tanggal 18 Maret 2015)
Memenuhi (M) /
No. Prinsip dan Kriteria Indikator Hasil Audit Tidak Memenuhi
(TM)
limbah tidak berbahaya lagi bagi
lingkungan, dan limbah dapat dibuang
ke sungai, maka pada kolam terakhir
dipelihara berbagai jenis ikan.
2.2.2.5 Pemanfaatan Limbah.
Perusahaan Perkebunan harus memanfaat- 1. Tersedia SOP pemanfaatan limbah a. Perusahaan Perkebunan dapat
kan limbah untuk meningkatkan efisiensi dan (padat, cair dan udara). memanfaatkan limbah antara lain:
mengurangi dampak lingkungan. 2. Tersedia surat izin pemanfaatan 1) Pemanfaatan limbah padat berupa
limbah cair untuk Land Application serat, cangkang dan janjang
(LA) dari instansi berwenang. kosong untuk
3. Tersedia dokumen pemanfaatan pengganti bahan bakar fosil;
limbah. 2) Pemanfaatan tandan/janjang
kosong untuk pupuk organik;
3) Pemanfaatan limbah cair berupa
Land Application (LA) untuk
pemupukan.
b. Penyimpanan limbah di unit
pengolahan kelapa sawit tidak boleh
menimbulkan
pencemaran lingkungan atau
menyebabkan terjadinya kebakaran
unit pengolahan kelapa sawit.
c. Pemanfaatan limbah cair harus
dilaporkan kepada instansi yang
berwenang.
2.3 Tumpang Tindih dengan Usaha
Pertambangan

20
PRINSIP DAN KRITERIA KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK
PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN TERINTEGRASI DENGAN USAHA PENGOLAHAN DAN
ENERGI TERBARUKAN (Surat Keputusan No. 11/Permentan/OT.140/3/2015 tanggal 18 Maret 2015)
Memenuhi (M) /
No. Prinsip dan Kriteria Indikator Hasil Audit Tidak Memenuhi
(TM)
Perusahaan Perkebunan memiliki 1. Tersedia kesepakatan tertulis a. Pengusaha pertambangan mineral
kesepakatan terhadap penyelesaian antara pemegang hak atas tanah dan/atau batubara yang memperoleh
tumpang tindih dengan usaha pertambangan (pengusaha perkebunan) dengan Izin Lokasi Pertambangan pada areal
sesuai peraturan perundang- undangan. pengusaha pertambangan. Izin Lokasi Usaha Perkebunan,
2. Tersedia bukti bahwa Pengusaha harus mendapat izin dari pemegang
pertambangan telah hak atas tanah.(Perusahaan
mengembalikan tanah bekas Perkebunan).
tambang seperti kondisi semula b. Kesepakatan antara pemegang hak
(tanah lapisan bawah di bawah atas tanah (pengusaha perkebunan)
dan lapisan atas berada di atas) dengan pengusaha pertambangan
tanpa menimbulkan dampak erosi antara lain mencakup :
dan kerusakan lahan dan - luasan, periode usaha
lingkungan. pertambangan,
- teknik penambangan dan
besaran kompensasi;
- Kewajiban Pengusaha
pertambangan
- untuk mengembalikan tanah
bekas tambang (reklamasi) tanpa
menimbulkan dampak erosi,
kerusakan lahan dan lingkungan.
- Biaya reklamasi lahan menjadi
beban
- pihak pengusaha pertambangan.
c. Apabila usaha pertambangan telah
selesai dan usaha perkebunan masih
berlanjut, maka lahan tersebut wajib
dikembalikan untuk usaha

21
PRINSIP DAN KRITERIA KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK
PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN TERINTEGRASI DENGAN USAHA PENGOLAHAN DAN
ENERGI TERBARUKAN (Surat Keputusan No. 11/Permentan/OT.140/3/2015 tanggal 18 Maret 2015)
Memenuhi (M) /
No. Prinsip dan Kriteria Indikator Hasil Audit Tidak Memenuhi
(TM)
perkebunan.

2.4 Rencana dan Realisasi Pembangunan


Kebun dan Unit Pengolahan Kelapa Sawit 1. Tersedia dokumen rencana dan a. Realisasi pemanfaatan lahan sesuai
realisasi pemanfaatan lahan dengan peruntukannya dan waktu
(HGU) untuk pembangunan yang ditargetkan.
perkebunan unit pengolahan b. Realisasi pemanfaatan lahan sesuai
kelapa sawit kantor, perumahan dengan izin yang dikeluarkan.
karyawan,sarana pendukung dan c. Realisasi pembangunan unit
kebutuhan lainnya. pengolahan kelapa sawit dan
2. Tersedia dokumen rencana kapasitasnya.
pembangunan unit pengolahan d. Untuk Perusahaan Perkebunan yang
dan realisasi kapasitas unit memperoleh izin setelah UU Nomor
pengolahan kelapa sawit. 39 Tahun
2014 wajib mengusahakan seluruh
areal yang
secara teknis dapat ditanami setelah
6 (enam)
tahun sejak diperoleh hak atas tanah.

2.5 Penyediaan Data dan Informasi Kepada 1. Tersedia SOP pelayanan informasi Jenis informasi yang dikecualikan
Instansi Terkait serta Pemangku kepada pemangku kepentingan. meliputi pemasaran, keuangan (
Kepentingan Lainnya Selain Informasi yang 2. Tersedia dokumen pemberian termasuk pinjaman dan jaminan bank),
Dikecualikan Sesuai Peraturan Perundang- informasi kepada pemangku dokumen legalitas perusahaan
undangan. kepentingan. (tanah,izin usaha, dan lainnya),
3. Tersedia dokumen tanggapan atas keberadaan satwa langka, atau bilamana
pelayanan informasi terhadap pengungkapan informasi tersebut akan
permintaan informasi. berdampak negatif terhadap ekonomi,

22
PRINSIP DAN KRITERIA KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK
PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN TERINTEGRASI DENGAN USAHA PENGOLAHAN DAN
ENERGI TERBARUKAN (Surat Keputusan No. 11/Permentan/OT.140/3/2015 tanggal 18 Maret 2015)
Memenuhi (M) /
No. Prinsip dan Kriteria Indikator Hasil Audit Tidak Memenuhi
(TM)
lingkungan dan sosial.

3. PELINDUNGAN TERHADAP
PEMANFAATAN HUTAN ALAM PRIMER 1. Tersedia dokumen pelepasan a. Penundaan izin baru yang berkaitan
DAN LAHAN GAMBUT kawasan apabila lahan yang dengan usaha perkebunan yaitu Izin
digunakan adalah berasal dari Lokasi, izin usaha perkebunan dan
kawasan hutan. hak atas tanah.
2. Tersedia dokumen Izin Lokasi dari b. Penundaan izin baru sesuai peta
bupati/walikota. indikatif pada hutan primer dan
lahan gambut yang berada pada
hutan konservasi, hutan lindung,
hutan produksi (hutan produksi
terbatas, hutan produksi biasa/tetap,
hutan produksi yang dapat
dikonversi) dan areal penggunaan
lain.
c. Perusahaan Perkebunan yang telah
mendapatkan persetujuan prinsip
Menteri Kehutanan dikecualikan.
d. Penundaan (moratorium) izin lokasi,
IUP dan pemberian hak atas tanah
berlaku sampai dengan 20 Mei
2015.
a. Perusahaan Perkebunan yang
4. PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN memanfaatkan limbah cair/POME
LINGKUNGAN sebagai Land Aplication wajib
memantau limbah cair, kualitas tanah
4.1 Kewajiban Perusahaan Perkebunan yang 1. Tersedia IPAL (Instalasi dan kualitas air tanah sesuai

23
PRINSIP DAN KRITERIA KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK
PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN TERINTEGRASI DENGAN USAHA PENGOLAHAN DAN
ENERGI TERBARUKAN (Surat Keputusan No. 11/Permentan/OT.140/3/2015 tanggal 18 Maret 2015)
Memenuhi (M) /
No. Prinsip dan Kriteria Indikator Hasil Audit Tidak Memenuhi
(TM)
Terintegrasi dengan Unit Pengolahan Kelapa Pengolahan Air Limbah) peraturan perundang-undangan.
Sawit 2. Tersedia dokumen izin dari b. Perusahaan Perkebunan yang telah
Pemerintah Daerah untuk memanfaatkan limbah cair / POME
pembuangan limbah cair ke badan sebagai sumber energi listrik wajib
Perusahaan Perkebunan air. memantau kualitas air yang keluar
yang terintegrasi dengan unit pengolahan 3. Tersedia dokumen izin dari menteri dari saluran pembuangan.
harus melaksanakan kewajiban pengelolaan yang menyelenggarakan urusan c. Melaporkan hasil pemantauan air
dan pemantauan pemerintahan di bidang lingkungan limbah setiap 3 (tiga) bulan,
lingkungan sesuai Peraturan perundang- hidup untuk unit pengolahan yang pengukuran air tanah dan sumur
undangan. membuang limbah cair ke laut. pantau setiap 6 (enam) bulan serta
pengukuran kualitas tanah setiap 1
(satu) tahun.
d. Melaporkan kualitas udara emisi dari
semua sumber emisi dan ambient
setiap 6 (enam) bulan sekali kepada
PEMDA dengan tembusan menteri
yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang lingkungan
hidup.

4.2 Kewajiban Terkait Izin


Lingkungan. 1. Tersedia Izin Lingkungan (dahulu a. Izin Lingkungan merupakan izin
dokumen AMDAL / UKL-UPL) yang diberikan kepada setiap orang
Perusahaan Perkebunan harus sesuai ketentuan perundang yang melakukan usaha dan /atau
melaksanakan kewajibannya sesuai dengan undangan. kegiatan yang wajib AMDAL atau
izin lingkungan. 2. Tersedia dokumen terkait UKL, UPL dalam rangka
pelaksanaan penerapan hasil Izin perlindungan dan pengelolaan
Lingkungan termasuk laporan lingkungan hidup sebagai prasyarat

24
PRINSIP DAN KRITERIA KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK
PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN TERINTEGRASI DENGAN USAHA PENGOLAHAN DAN
ENERGI TERBARUKAN (Surat Keputusan No. 11/Permentan/OT.140/3/2015 tanggal 18 Maret 2015)
Memenuhi (M) /
No. Prinsip dan Kriteria Indikator Hasil Audit Tidak Memenuhi
(TM)
kepada instansi yang berwenang. memperoleh izin usaha.
b. Perusahaan Perkebunan sebelum
melakukan usahanya wajib memiliki
Izin Lingkungan sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor
27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan.
c. Perusahaan Perkebunan yang telah
beroperasi wajib menerapkan hasil
AMDAL, UKL/UPL;
d. Melaporkan hasil pemantauan dan
pengelolaan lingkungan secara rutin
kepada instansi yang berwenang.

4.3 Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun a. Tempat penyimpanan B3 berlokasi di


Serta Limbah Bahan Berbahaya dan 1. Tersedia tempat penyimpanan daerah bebas banjir dan berjarak
Beracun (B3) limbah B3 yang memenuhi minimum 300 m dari aktiivitas
persyaratan sesuai peraturan penduduk, tempat penyimpanan
Bahan berbahaya dan beracun dan Limbah perundang-undangan. harus sejuk dengan pertukaran udara
B3 harus dikelola sesuai peraturan 2. Tersedia izin penyimpanan yang baik, tidak terkena matahari
perundang- undangan. sementara dan/atau pemanfaatan langsung dan jauh dari sumber
limbah B3 dari Pemerintah panas.
Daerah b. Pengelolaan limbah B3 harus
3. Tersedia SOP atau instruksi kerja dilengkapi dengan sistem tanggap
mengenai pengelolaan limbah B3. darurat dan prosedur penanganan
4. Tersedia Perjanjian kerja dengan B3.
pihak ketiga untuk menangani c. Mengirimkan Limbah B3 yang
limbah B3. dihasilkan ke pihak ketiga yang

25
PRINSIP DAN KRITERIA KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK
PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN TERINTEGRASI DENGAN USAHA PENGOLAHAN DAN
ENERGI TERBARUKAN (Surat Keputusan No. 11/Permentan/OT.140/3/2015 tanggal 18 Maret 2015)
Memenuhi (M) /
No. Prinsip dan Kriteria Indikator Hasil Audit Tidak Memenuhi
(TM)
5. Tersedia dokumen penyimpanan memiliki izin untuk pengelolaan lebih
dan penanganan limbah B3. lanjut.
d. Membuat neraca (catatan keluar
masuk) Limbah B3 yang dihasilkan,
dikelola lanjut dan yang tersimpan di
tempat penampungan sementara
(TPS) Limbah B3.
e. Melaporkan neraca dan manifes
pengiriman Limbah B3 secara berkala
setiap 3 (tiga) bulan kepada instansi
terkait.

4.4 Gangguan dari Sumber yang tidak Bergerak


a. Pedoman teknis pengendalian dari
Gangguan sumber yang tidak bergerak 1. Tersedia SOP atau instruksi kerja sumber gangguan tidak bergerak
berupa baku teknis tingkat kebisingan, baku untuk menangani gangguan ditetapkan oleh instansi yang terkait.
tingkat getaran, baku tingkat kebauan dan sumber tidak bergerak sesuai b. Baku teknis mutu gangguan dari
baku tingkat gangguan lainnya ditetapkan dengan pedoman yang yang sumber tidak bergerak meliputi
sesuai dengan peraturan perundang- diterbitkan oleh Kementerian yang kebisingan, getaran dan kebauan
undangan. menyelenggarakan urusan mengacu Kepmen LH No 48/1996,
pemerintahan di bidang Kepmen LH No 49/1996 dan Kepmen
lingkungan hidup. LH No
2. Tersedia laporan hasil pengukuran 50/1996.
baku teknis tingkat gangguan dari
sumber yang tidak bergerak
kepada Pemerintah Daerah.
3. Tersedia dokumen penanganan
gangguan dari sumber tidak

26
PRINSIP DAN KRITERIA KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK
PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN TERINTEGRASI DENGAN USAHA PENGOLAHAN DAN
ENERGI TERBARUKAN (Surat Keputusan No. 11/Permentan/OT.140/3/2015 tanggal 18 Maret 2015)
Memenuhi (M) /
No. Prinsip dan Kriteria Indikator Hasil Audit Tidak Memenuhi
(TM)
bergerak.

4.5 Pencegahan dan


Penanggulangan Kebakaran

Perusahaan Perkebunan harus melakukan 1. Tersedia SOP a. Melakukan pelatihan


pencegahan dan penanggulangan pencegahan dan penanggulangan kebakaran
kebakaran. penanggulangan secara periodik.
kebakaran. b. Melakukan pemantauan dan
2. Tersedia SDM yang mampu pencegahan kebakaran serta
mencegah dan menangani melaporkan hasilnya secara
kebakaran. berkala (minimal 6 bulan sekali)
3. Tersedia sistem, sarana dan kepada menteri, gubernur atau
prasarana pengendalian bupati/ walikota sesuai
kebakaran sesuai peraturan kewenangannya.
perundang-undangan; c. Melakukan penanggulangan
4. Tersedia organisasi dan sistem bila terjadi kebakaran.
tanggap darurat. d. Melakukan pembaharuan sistem
5. Tersedia dokumen pelaksanaan dan pengecekan secara berkala
pencegahan dan sarana dan prasarana
penanggulangan kebakaran, pengendalian/ penanggulangan
pemantauan kebakaran dan kebakaran.
pemeliharaan sarana dan
prasarana serta pelaporannya.

4.6 Pelestarian keanekaragaman


Hayati (biodiversity) 1. Tersedia daftar jenis tumbuhan a. Sesuai UU Nomor 5 Tahun 1990
dan satwa di kebun dan sekitar tentang Konservasi Sumber Daya

27
PRINSIP DAN KRITERIA KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK
PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN TERINTEGRASI DENGAN USAHA PENGOLAHAN DAN
ENERGI TERBARUKAN (Surat Keputusan No. 11/Permentan/OT.140/3/2015 tanggal 18 Maret 2015)
Memenuhi (M) /
No. Prinsip dan Kriteria Indikator Hasil Audit Tidak Memenuhi
(TM)
Perusahaan Perkebunan harus menjaga kebun, sebelum dan sesudah Alam Hayati dan Ekosistemnya,
dan melestarikan keanekaragaman hayati dimulainya usaha perkebunan; satwa langka hanya dapat
pada areal yang dikelola. 2. Melaporkan keberadaan dipelihara in situ (dalam habitatnya)
tumbuhan dan satwa langka dan eks situ (diluar habitatnya).
kepada Badan Konservasi Di luar habitatnya satwa langka
Sumber Daya Alam (BKSDA); dipelihara oleh instansi
3. Melaksanakan sosialisasi kepada pemerintah (BKSDA).
masyarakat sekitar mengenai Apabila Perusahaan
keberadaan tumbuhan dan satwa Perkebunan akan mengelola
langka. satwa langka, harus memenuhi
4. Tersedia dokumen bila pernah persyaratan sesuai peraturan
ditemukan dan/atau insiden perundang- undangan.
dengan satwa langka dan/atau Tumbuhan dan/atau satwa langka
satwa liar misalnya yang in situ, maka Perusahaan
gajah,harimau, badak, dan lain- Perkebunan wajib melapor
lain dan cara penanganannya. kepada BKSDA dan lokasi
tersebut di-enclave.
b. Mempunyai daftar tumbuhan
dan satwa langka yang
diterbitkan BKSDA setempat.
c. Upaya-upaya perusahaan
untuk konservasi tumbuhan
dan/atau satwa liar (antara lain
dengan buffer zone, pembuatan
poster, papan peringatan,dll).

4.7 Konservasi Terhadap Sumber dan Kualitas


Air 1. Tersedia SOP identifikasi, a. Perusahaan Perkebunan harus

28
PRINSIP DAN KRITERIA KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK
PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN TERINTEGRASI DENGAN USAHA PENGOLAHAN DAN
ENERGI TERBARUKAN (Surat Keputusan No. 11/Permentan/OT.140/3/2015 tanggal 18 Maret 2015)
Memenuhi (M) /
No. Prinsip dan Kriteria Indikator Hasil Audit Tidak Memenuhi
(TM)
pengelolaan dan pemeliharaan menggunakan air secara efisien.
sumber dan kualitas air. b. Perusahaan Perkebunan menjaga air
2. Tersedia program pemantauan buangan tidak terkontaminasi limbah
kualitas air permukaan. sehingga tidak menimbulkan dampak
3. Tersedia dokumen pengelolaan air negatif terhadap pengguna air
dan pemeliharaan sumber air. lainnya.
c. Perusahaan Perkebunan melakukan
pengujian mutu air di laboratorium
secara berkala.
d. Perusahaan Perkebunan harus
melindungi/melestarikan sumber air
yang ada di areal perkebunan sesuai
ketentuan perundang-undangan.

4.8 Kawasan Lindung


1. Tersedia hasil identifikasi a. Dilakukan inventarisasi kawasan
Perusahaan Perkebunan harus melakukan berbentuk peta kawasan lindung lindung di sekitar kebun.
identifikasi, sosialisasi dan menjaga yang wajib dipatuhi dan b. Sosialisasi kawasan lindung kepada
kawasan lindung sesuai peraturan disampaikan kepada Pemerintah karyawan dan masyarakat serta
perundang- undangan. Daerah. pekebun di sekitar kebun.
2. Tersedia peta yang menunjukkan c. Jenis kawasan lindung ditetapkan
lokasi kawasan lindung, di dalam dalam peraturan perundang-
dan di sekitar kebun. undangan.
3. Tersedia dokumen identifikasi,
sosialisasi dan keamanan
kawasan lindung.

4.9 Konservasi kawasan dengan potensi erosi

29
PRINSIP DAN KRITERIA KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK
PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN TERINTEGRASI DENGAN USAHA PENGOLAHAN DAN
ENERGI TERBARUKAN (Surat Keputusan No. 11/Permentan/OT.140/3/2015 tanggal 18 Maret 2015)
Memenuhi (M) /
No. Prinsip dan Kriteria Indikator Hasil Audit Tidak Memenuhi
(TM)
tinggi.
1. Tersedia SOP konservasi kawasan a. SOP konservasi kawasan dengan
Perusahaan Perkebunan harus melakukan dengan potensi erosi tinggi potensi erosi tinggi termasuk
koservasi lahan dan menghindari erosi termasuk sempadan sungai. sempadan sungai harus dapat
sesuai peraturan perundang- undangan. 2. Tersedia peta topografi dan lokasi menjamin, bahwa :
penyebaran sungai. 1) Kawasan dengan potensi erosi
3. Tersedia dokumen pelaksanaan tinggi tidak
konservasi kawasan dengan ditanami.
potensi erosi tinggi. 2) Dilakukan penanaman yang
berfungsi sebagai penahan erosi.
b. Apabila di kawasan sempadan sungai
sudah ditanami kelapa sawit dan
sudah menghasilkan (>4 tahun),
maka perlu dilakukan program
rehabilitasi pada saat peremajaan
(replanting).

4.10 Mitigasi Emisi Gas Rumah


Kaca (GRK)
1. Tersedia inventarisasi sumber a. Dilakukan inventarisasi sumber emisi
Perusahaan Perkebunan harus melakukan emisi GRK. GRK.
inventarisasi dan mitigasi sumber emisi 2. Tersedia SOP mitigasi GRK. b. Menerapkan pengurangan emisi GRK
GRK. 3. Tersedia dokumen tahapan alih misalnya pengaturan tata air pada
fungsi lahan. lahan gambut, pengelolaan
4. Tersedia dokumen mitigasi GRK. pemupukan yang tepat, dan
penerapan penangkapan gas metan
dari POME atau gas metan yang di
dibakar/flare serta menerapkan

30
PRINSIP DAN KRITERIA KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK
PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN TERINTEGRASI DENGAN USAHA PENGOLAHAN DAN
ENERGI TERBARUKAN (Surat Keputusan No. 11/Permentan/OT.140/3/2015 tanggal 18 Maret 2015)
Memenuhi (M) /
No. Prinsip dan Kriteria Indikator Hasil Audit Tidak Memenuhi
(TM)
perhitungannya , sesuai ketentuan
ISPO.
c. Melakukan pemanfaatan limbah padat
(serat, cangkang, dll) sebagai
biomassa menggantikan bahan bakar
fosil.
d. Perhitungan GRK untuk CPO sebagai
energi terbarukan akan diatur lebih
lanjut oleh Direktur Jenderal
Perkebunan.

5. TANGGUNG JAWAB TERHADAP


PEKERJA

5.1 Keselamatan dan Kesehatan 1. Tersedia dokumentasi K3 yang a. Perlu dilakukan pelatihan dan
Kerja (K3) ditetapkan oleh Perusahaan kampanye mengenai K3.
Perkebunan. b. Dilakukan identifikasi bahaya,
Perusahaan Perkebunan wajib menerapkan 2. Telah dibentuk organisasi K3 yang penilaian dan pengendalian resiko
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). didukung sarana dan prasarana. kecelakaan.
3. Tersedia dokumen penerapan K3 c. Dilakukan pemeriksaan kesehatan
termasuk pelaporan. secara berkala bagi pekerja dengan
resiko kecelakaan kerja tinggi.
d. Riwayat kejadian kecelakaan / cidera
harus disimpan.
e. Adanya pelaporan penerapan SMK3
secara periodik kepada kementerian
yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang tenaga kerja

31
PRINSIP DAN KRITERIA KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK
PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN TERINTEGRASI DENGAN USAHA PENGOLAHAN DAN
ENERGI TERBARUKAN (Surat Keputusan No. 11/Permentan/OT.140/3/2015 tanggal 18 Maret 2015)
Memenuhi (M) /
No. Prinsip dan Kriteria Indikator Hasil Audit Tidak Memenuhi
(TM)
sesuai peraturan perundang-
undangan.

5.2 Kesejahteraan dan peningkatan


kemampuan pekerja a. Upah minimum yang dibayarkan
1. Diterapkannya peraturan sesuai dengan upah minimum
Perusahaan Perkebunan harus tentang upah minimum. daerah bersangkutan.
meningkatkan kesejahteraan dan 2. Tersedia sistem penggajian b. Daftar karyawan yang mengikuti
kemampuan pekerja sesuai peraturan baku yang ditetapkan. program
perundangan-undangan. Jamsostek.

3. Tersedia sarana dan


prasarana untuk c. Daftar kebutuhan dan rencana
kesejahteraan pekerja pelatihan karyawan.
4. Tersedia kebijakan Perusahaan d. Daftar karyawan yang telah
Perkebunan untuk mengikuti pelatihan.
mengikutsertakan karyawan e. Sarana dan prasarana pekerja
dalam program Jamsostek antara lain perumahan, poliklinik,
sesuai peraturan perundang- sarana ibadah, sarana pendidikan
undangan. dan sarana olahraga.
5. Tersedia program pelatihan
untuk peningkatan kemampuan
karyawan dan dokumen
pelaksanaannya.
5.3 Penggunaan Pekerja Anak dan
Diskriminasi pekerja (Suku, Ras, Gender
dan Agama)
1. Menerapkan kebijakan tentang a. SOP penerimaan pekerja/pegawai.

32
PRINSIP DAN KRITERIA KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK
PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN TERINTEGRASI DENGAN USAHA PENGOLAHAN DAN
ENERGI TERBARUKAN (Surat Keputusan No. 11/Permentan/OT.140/3/2015 tanggal 18 Maret 2015)
Memenuhi (M) /
No. Prinsip dan Kriteria Indikator Hasil Audit Tidak Memenuhi
(TM)
Perusahaan Perkebunan dilarang persyaratan umur pekerja dan b. Tidak terdapat pekerja di bawah
mempekerjakan anak di bawah umur dan menjaga kesusilaan. umur yang ditentukan.
melakukan diskriminasi sesuai peraturan 2. Menerapkan kebijakan tentang c. Perusahaan Perkebunan
perundang- undangan. peluang dan perlakuan yang wajib menjaga keamanan
sama untuk mendapatkan dan kenyamanan bekerja.
kesempatan kerja. d. Memiliki rekaman daftar karyawan
3. Tersedia dokumen daftar berisi informasi tentang nama,
karyawan. pendidikan, jabatan, tempat dan
4. Tersedia mekanisme tanggal lahir dan lain sebagainya.
penyampaian pengaduan
dan keluhan pekerja.
5. Tersedia dokumen
pengaduan dan keluhan
pekerja.

5.4 Fasilitasi Pembentukan


Serikat Pekerja. 1. Tersedia dan menerapkan a. Perusahaan Perkebunan
kebijakan terkait dengan melakukan pembinaan dan
Perusahaan Perkebunan harus serikat pekerja. dukungan kepada serikat
memfasilitasi terbentuknya Serikat Pekerja 2. Tersedia daftar pekerja yang pekerja
dalam rangka memperjuangkan hak-hak menjadi anggota serikat b. Perusahaan Perkebunan
pekerja. pekerja. memberikan fasilitas untuk kegiatan
3. Tersedia dokumen serikat pekerja
pembentukan serikat pekerja c. Serikat pekerja yang telah
dan pertemuan-pertemuan baik terbentuk harus memenuhi
antara Perusahaan Perkebunan peraturan yang berlaku.
dengan serikat pekerja maupun
intern serikat pekerja.

33
PRINSIP DAN KRITERIA KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK
PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN TERINTEGRASI DENGAN USAHA PENGOLAHAN DAN
ENERGI TERBARUKAN (Surat Keputusan No. 11/Permentan/OT.140/3/2015 tanggal 18 Maret 2015)
Memenuhi (M) /
No. Prinsip dan Kriteria Indikator Hasil Audit Tidak Memenuhi
(TM)

5.5 Perusahaan Perkebunan mendorong dan


memfasilitasi pembentukan koperasi pekerja 1. Tersedia kebijakan a. Perusahaan Perkebunan memfasilitasi terbentuknya
dan karyawan. Perusahaan badan hukum koperasi pekerja dan karyawan.
Perkebunan dalam b. Perusahaan Perkebunan melakukan pembinaan dan
mendukung dukungan terhadap koperasi pekerja dan karyawan.
pembentukan c. Koperasi yang telah terbentuk harus memiliki akta
koperasi; pendirian, anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.
2. Tersedia daftar pekerja dan d. Koperasi pekerja dan karyawan melakukan
karyawan yang menjadi Rapat Anggota Tahunan (RAT).
anggota koperasi. e. Koperasi pekerja dan karyawan mempunyai aktifitas
3. Tersedia dokumen pembentukan yang nyata.
koperasi.

6. TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN


PEMBERDAYAAN EKONOMI
MASYARAKAT

6.1 Tanggung jawab sosial dan lingkungan 1. Tersedia program peningkatan a. Memiliki program tanggung jawab sosial dan
kemasyarakatan kualitas kehidupan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang terukur untuk
lingkungan yang bermanfaat, baik periode tertentu.
Perusahaan Perkebunan harus memiliki Perusahaan Perkebunan, b. Berperan dalam memberdayakan masyarakat sekitar.
komitmen sosial, kemasyarakatan dan komunitas setempat maupun c. Memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat
pengembangan potensi kearifan lokal. masyarakat pada umumnya; sekitar.
2. Ikut meningkatkan d. Melakukan identifikasi keberadaan dan kebutuhan
kesejahteraan masyarakat sekitar masyarakat sekitar.
kebun dengan kesehatan,
pembangunan jalan, pertanian,

34
PRINSIP DAN KRITERIA KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK
PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN TERINTEGRASI DENGAN USAHA PENGOLAHAN DAN
ENERGI TERBARUKAN (Surat Keputusan No. 11/Permentan/OT.140/3/2015 tanggal 18 Maret 2015)
Memenuhi (M) /
No. Prinsip dan Kriteria Indikator Hasil Audit Tidak Memenuhi
(TM)
usaha produktif, olah raga,
seni budaya dan keagamaan.
4. Tersedia laporan pelaksanaan
program
CSR.melakukan kemitraan usaha.
3. Melakukan pembangunan di
sekitar kebun antara lain melalui
berbagai kegiatan antara lain
pendidikan,

6.2 Pemberdayaan Masyarakat


Adat/ Penduduk Asli

Perusahaan perkebunan berperan dalam


mensejahterakan masyarakat hukum adat/
penduduk asli. 1. Tersedia program peningkatan a. Memiliki program jangka pendek jangka panjang untuk
kesejahteraan masyarakat hukum peningkatan kesejahteraan masyarakat hukum adat
adat (penduduk asli). (penduduk asli) sesuai kebutuhan .
b. Berperan dalam memberdayakan penduduk asli
(indigenous people).
2. Tersedia program melestarikan c. Memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat
kearifan lokal. adat/penduduk asli.
3. Tersedia dokumen realisasi d. Melakukan identifikasi keberadaan dan kebutuhan
program bersama masyarakat penduduk asli.
adat/ penduduk asli.

6.3 Pengembangan Usaha Lokal Tersedia dokumen transaksi lokal a. Perusahaan Perkebunan harus membina masyarakat
termasuk pembelian lokal, di sekitar kebun yang memiliki potensi untuk dapat

35
PRINSIP DAN KRITERIA KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK
PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN TERINTEGRASI DENGAN USAHA PENGOLAHAN DAN
ENERGI TERBARUKAN (Surat Keputusan No. 11/Permentan/OT.140/3/2015 tanggal 18 Maret 2015)
Memenuhi (M) /
No. Prinsip dan Kriteria Indikator Hasil Audit Tidak Memenuhi
(TM)
Perusahaan perkebunan memprioritaskan penggunaan kontraktor lokal, dll. memenuhi persyaratan
untuk memberi peluang pembelian/ / kriteria sebagai pemasok dan
pengadaan barang dan jasa kepada meningkatkan kemampuan.
masyarakat di sekitar kebun. b. Jenis kerjasama dalam pengembangan kegiatan
ekonomi masyarakat antara lain: penyediaan sarana
produksi, transportasi, dan jasa lainnya.

7 PENINGKATAN USAHA SECARA


BERKELANJUTAN
Perusahaan Perkebunan melakukan perbaikan/ peningkatan
Perusahaan Perkebunan dan unit Tersedia dokumen hasil penerapan secara berkelanjutan antara lain melalui:
pengolahan hasil berkewajiban perbaikan/peningkatan usaha yang 1) Perbaikan / peningkatan sebagai tindak lanjut temuan
meningkatkan kinerja (teknis, ekonomis, berkelanjutan. auditor internal dan eksternal serta keputusan-keputusan
sosial, dan lingkungan) secara berkelanjutan dari tinjauan manajemen.
dengan mengembangkan dan 2) Peningkatan kinerja dan hasil penilaian usaha
mengimplementasikan rencana aksi yang perkebunan.
mendukung peningkatan produksi 3) Penerapan teknologi baru hasil penelitian baik internal
berkelanjutan maupun dari luar.
4) Pelaksanaan tindakan korektif maupun preventif sebagai
tindak lanjut terhadap adanya ketidaksesuaian terhadap
pengembangan perkebunan berkelanjutan.

36

Anda mungkin juga menyukai