Anda di halaman 1dari 10

AGROINTEK Volume 6, No.

1 Maret 2012 55

KAJIAN PENERAPAN GOOD MANUFACTURING PRACTICE (GMP) DI


INDUSTRI RAJUNGAN PT.KELOLA MINA LAUT MADURA

Bhiaztika Ristyanadi dan Darimiyya Hidayati


Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Fakultas pertanian, Universitas Trunojoyo Madura
Korespondensi : Jl. Raya Telang PO BOX 2 Kamal-Bangkalan, email :darimiyya@gmail.com

ABSTRACT

Good manufacturing practice is the first step implementation of food safety regulation.
PT. Kelola Mina Laut is one of chilled sea crab producers in Madura. It has four branches in
Madura,those are in Tanjung Bumi, Noreh, Sampang, and Lobuk. The objective of this research
is to assess the effectiveness GMP in four branches of PT. Kelola Mina Laut. The research uses
field observation, data analysis and GMP development as the method. Based on GMP analysis,
four branches of PT. Kelola Mina Laut appear to have a cummulative score between 337-369,
in which Lobuk has the highest score. Therefore, it can be concluded that PT. Kelola Mina Laut
has applied most of GMP elements.
Keywords : GMP, sea crabs and quality
tersebut. Dan secara tidak langsung dapat
PENDAHULUAN menjadi acuan untuk para produsen atau
Rajungan yang bernama latin pengolah agar dapat semaksimal mungkin
Portunus pelagicus, merupakan jenis kepiting untuk berusaha memenuhi kebutuhan pasar
yang sangat popular dan dimanfaatkan dengan menetapkan produk sesuai standar dan
sebagai sumber pangan dengan harga yang menghasilkan produk yang bermutu baik.
cukup mahal. Habitat alami rajungan yaitu PT. Kelola Mina Laut selama ini
terdapat di laut. Rajungan juga memiliki sudah menerapkan GMP pada pabrik cabang
beberapa keunggulan yang sangat potensial yang tersebar di pulau Madura yang terdapat
untuk dikembangkan bukan hanya saja di Kecamatan Tanjung Bumi, Desa Noreh,
dagingnya yang lembut dan memiliki cita rasa Kecamatan Sampang, dan Kecamatan Lobuk.
tinggi tetapi juga memiliki kandungan nilai- Tetapi masing-masing cabang belum
nilai gizi yang cukup bagus. Mutu rajungan menerapkannya secara optimal, misalnya
dapat ditentukan oleh keadaan fisik atau masih terdapat beberapa cabang yang tidak
organoleptik yang memenuhi standar mutu mematuhi peraturan tentang kesehatan dan
yang meliputi kenampakan, bau dan tekstur. sanitasi karyawan yaitu karyawan yang tidak
Ketentuan tersebut harus dipenuhi tanpa menggunakan peralatan kebersihan karyawan.
adanya kekurangan, selain itu produk juga Sehingga perlu dilakukan evaluasi pada setiap
harus terbebas dari kontaminasi seperti pabrik cabang PT. Kelola Mina Laut tentang
mengandung bakteri atau penyakit parasit dan sejauh mana penerapan GMP. Mutu kimia
cemaran yang berakibat pada kesehatan produk rajungan dari masing-masing cabang
manusia (Subaidi 2010). dibandingkan dengan SNI (Standar Nasional
Banyaknya pertumbuhan pabrik- Indonesia). Tujuan dari penelitian ini yaitu
pabrik baru yang bergerak dibidang adalah menentukan tingkat penerapan GMP di
pengolahan rajungan, salah satunya PT. PT. Kelola Mina Laut untuk produksi
Kelola Mina Laut membuka luasnya rajungan dingin.
persaingan antar perusahaan. Terlebih bahan
baku rajungan hanya diproduksi untuk METODE PENELITIAN
rajungan kaleng, belum ada inovasi lain pada
Waktu dan Tempat Penelitian
produk ini. Sehingga mempersempit
Penelitian ini dilaksanakan pada
pemasaran yang akhirnya memicu ketatnya
bulan Juni sampai Juli 2011. Tempat
persaingan usaha pengolahan rajungan
pelaksanaan penelitian bertempat di pabrik
56 Kajian Penerapan GMP (Bhiaztika R dan Darimiyya H)

cabang PT. Kelola Mina Laut yang terletak di Sampang Kabupaten Sampang, dan
pulau Madura dan tersebar di empat lokasi Kecamatan Lobuk Kabupaten Sumenep.
yaitu Kecamatan Tanjung Bumi, Desa Noreh, Secara umum lokasi pabrik sudah cukup baik,
Kecamatan Sampang, dan Kecamatan Lobuk karena berada pada daerah yang terbebas dari
polusi atau cemaran dari industri lain dan
Metode
berada jauh dari tempat pembuangan sampah.
a. Survei
Juga tidak berlokasi di daerah yang mudah
Bertujuan untuk mengetahui keadaan atau
tergenang air atau banjir. Akan tetapi pabrik
lokasi pabrik tempat penelitian dan objek-
berada di area perkampungan yang padat
objek yang akan diteliti .
penduduknya, tapi bukan pemukiman yang
b. Penilaian aspek-aspek GMP
kumuh. Dari hasil pengamatan menunjukkan
Dengan proses pengisian pertanyaan yang
bahwa secara keseluruhan lokasi perusahaan
berisi tentang aspek-aspek GMP dan
sudah memenuhi syarat. Tetapi padatnya
dokumentasi dapat diketahui bagaimana
penduduk di sekitar pabrik tentu dapat
keadaan tempat produksi dan jalannya
menjadi salah satu faktor penyebab
proses produksi. Penilaian terhadap
kontaminan terhadap produk karena penduduk
parameter tersebut dilakukan dengan
sekitar bebas beraktivitas di area pabrik.
metode scoring (Direktor P2PH 2004)
Dilingkungan pabrik tidak tersedia
c. Menentukan tingkat penerapan GMP
saluran pembuangan seperti selokan dan
Hasil pertanyaan dengan menggunakan
banyak air yang menggenang dimana-mana,
metode skoring dapat digunakan untuk
hal ini dikhawatirkan dapat menimbulkan
menentukan sejauh mana penerapan GMP
dampak lingkungan bagi masyarakat.
yang sudah dilakukan masing-masing
Kurangnya fasilitas pembuangan air yang
cabang. Untuk mengetahui apakah metode
kurang memadai hampir terdapat pada
GMP telah diterapkan dengan baik oleh
keempat cabang, terlihat dari menggenangnya
pabrik cabang, maka dilakukan
air dilingkungan sekitar pabrik yang berasal
penjumlahan nilai dari masing-masing
dari sisa es atau proses pembersihan lainnya.
parameter yang diamati
Begitu juga dengan sarana jalan yang masih
terdapat jalan yang tidak dikeraskan atau
masih berupa tanah. Meskipun jalan
PEMBAHASAN
dilingkungan pabrik berbahan semen tetapi
Lingkungan Sarana Pengolahan sarana jalan yang berada diluar pabrik masih
Pabrik cabang PT. Kelola Mina Laut terdapat jalan yang berupa tanah. Hasil
tersebar di empat lokasi yaitu, Kecamatan penilaian terhadap lingkungan sarana
Tanjung Bumi Kabupaten Bangkalan, Desa pengolahan dapat dilihat pada Tabel 4.
Noreh Kabupaten Bangkalan, Kecamatan

Tabel 1. Penilaian terhadap aspek-aspek GMP


Skor Keterangan
Nilai 0 – 1 Apabila persyaratan atau proses tidak dilakukan sesuai persyaratan
Nilai 2 – 4 Apabila dilaksanakan hanya sebagian kecil dari persyaratan
Nilai 5 -8 Apabila dilaksanakan sebagian besar atau mendekati persyaratan
Nilai 9 - 10 Apabila proses atau persyaratan telah dilaksananakan sepenuhnya

Tabel 2. Tingkat Penerapan GMP


Total Skor Keterangan
<250 Tidak menerapkan cara pengolahan yang benar
250-319 Kurang sesuai dengan pengolahan yang benar
320-499 Mendekati persyratan cara pengolahan yang benar
500-680 Telah sesuai atau memenuhi prinsip dan prosedur cara
pengolahan yang benar
AGROINTEK Volume 6, No.1 Maret 2012 57

Table 4. Penilaian lingkungan sarana pengolahan

Uraian Skor
Tanjung Noreh Sampang Lobuk
bumi
1.Lokasi Pabrik
- Jauh dari lokasi industri yang sudah 8 8 8 8
mengalami polusi
-Tidak berlokasi di daerah yang mudah 8 8 8 8
tergenang air atau banjir karena sistem
saluran pembuangan airnya tidak
berjalan lancar
-Jauh dari daerah tempat pembuangan 8 8 8 8
sampah
-Jauh dari pemukiman penduduk yang 4 4 4 4
padat dan kumuh
2.Lingkungan
-Sistem saluran pembuangan air harus 4 4 4 4
selalu berjalan lancar
-Sarana jalan dikeraskan atau diaspal dan 5 5 5 5
dilengkapi sistem drainase
Total 37 37 37 37

Tabel 5 Penilaian bangunan dan fasilitas fisik


Uraian Skor
Tj.Bumi Noreh Sampang Lobuk
1.Bangunan
-Bangunan dan ruangan sesuai 6 6 6 6
persyaratan teknik dan hygiene
-Bangunan terdiri dari ruang pokok dan 5 5 5 5
ruang pelengkap
2.Disain dan kontruksi pabrik

-Sesuai kapasitas produksi 7 7 7 7


-Efektif dan efisien dari segi waktu dan 6 6 6 6
biaya
3.Kontruksi lantai
- Pertemuan lantai dan dinding tidak 0 0 0 0
bersudut mati
-Air tidak menggenang, keras dan tidak 2 2 2 2
becek
-Tahan terhadap bahan kimia 8 8 8 8
-Tahan lama, mudah dibersihkan 5 5 4 5
-Lantai halus dan tidak licin 4 4 4 4
4.Kontruksi dinding
-Tahan lama, mudah dibersihkan 4 7 7 7
-Tidak menyerap air 0 7 7 7
-Permukaan halus, rata, tidak mudah 7 7 5 7
mengelupas dan berwarna terang
-Jarak minimal 2 m dari lantai 0 5 5 5
5.Kontruksi atap
-Dapat melindungi ruangan 8 8 8 8
58 Kajian Penerapan GMP (Bhiaztika R dan Darimiyya H)

-Tahan lama, mudah dibersihkan 6 6 6 6


-Tidak menimbulkan debu, permukaan 7 7 7 7
rata dan berwarna terang
-Jarak minimal 3 m dari lantai, tidak 7 7 7 7
terdapat lubang
-Terbuat dari bahan yang tidak menyerap 5 5 5 5
air
6.Kontruksi pintu
-Tahan lama, tidak menyerap air 6 6 6 6
-Permukaan rata, halus, berwarna terang, 7 7 7 7
dan mudah dibersihkan
-Berfungsi dengan baik, dilengkapi tirai 7 7 7 7
plastik
7.Kontruksi jendela
-Tahan lama, dilengkapi kasa pencegah 4 6 6 6
serangga
- Permukaan rata, halus, berwarna terang, 6 6 6 6
dan mudah dibersihkan
-Jarak minimal 1 m dari lantai 7 7 7 7
8.Kontruksi penerangan dan ventilasi
-Lampu cukup terang 8 8 8 8
-Ventilasi dapat mengontrol suhu dan 5 5 5 5
udara
9.Kontruksi gudang
-Jumlahnya cukup 0 0 7 0
-Dapat memberi perlindungan efektif 0 0 6 0
terhadap produk pangan
Total 137 154 164 154
karena bahan baku rajungan yang diproses
Bangunan dan Fasilitas Fisik
tidak terlalu banyak dan hanya tergantung
Pada pabrik pengupasan rajungan
musim sehingga masih dapat ditampung pada
yang dimaksud dengan bangunan adalah
ruang produksi. Begitu juga jarak antara ruang
ruangan yang digunakan untuk melakukan
satu dengan ruang yang lain berdekatan dapat
produksi, mulai dari penerimaan bahan baku,
mempersingkat waktu produksi dan
proses pengolahan sampai produk jadi
menghemat biaya karena tidak memerlukan
dikirim kepusat, kondisi bangunan harus
tambahan alat pengangkut.
cukup nyaman bagi pekerja saat melakukan
Konstruksi lantai kurang memenuhi
aktivitasnya dan aman bagi produk dari
standar karena pertemuan lantai dan dinding
berbagai faktor yang dapat menimbulkan
yang bersudut mati menyebabkan sulitnya
kontaminasi. Hasil penilaian terhadap
proses pembersihan. Kemiringan lantai juga
bangunan dan fasilitas fisik dapat dilihat pada
tidak diperhatikan karena di empat pabrik ini
Tabel 5.
ditemukan air yang menggenang terutama
Dari hasil pengamatan menunjukkan
diruang produksi. Lantai yang berbahan
bahwa kondisi bangunan sudah mendekati
keramik dapat mudah dibersihkan dan tahan
teknik dan higiene namun masih perlu banyak
terhadap bahan kimia, tetapi agak licin karena
perbaikan. Secara umum struktur bangunan
air yang terdapat dipermukaannya. Kejadian
yang dimiliki keempat pabrik hampir sama,
ini dapat ditemukan di semua pabrik. Dan
perbedaannya yaitu jumlah ruang pelengkap.
bahaya seperti lantai yang licin juga dapat
Meskipun jumlahnya masih kurang memadai
menyebabkan kecelakaan kerja. Selain itu di
jika dibandingkan dengan banyaknya proses
Sampang terdapat selokan yang dibiarkan
atau tahapan yang harus dilakukan.
terbuka yang letaknya ada diruang produksi.
Desain dan konstruksi pabrik sudah
sesuai dengan kapasitas produksi yang ada,
AGROINTEK Volume 6, No.1 Maret 2012 59

Dinding di Noreh, Sampang, dan sehingga suhu didalam ruangan tinggi.


Lobuk sudah dilapisi keramik sekitar 1m dari Ventilasi dianggap kurang karena saat berada
lantai. Menurut Permentan (2008) syarat diruang produksi masih terasa panas. Jumlah
ketinggian dinding yang harus tahan air yaitu kipas angin yang digunakan ada sekitar 10
sekitar 2m, yang artinya ini juga merupakan buah di masing-masing ruang produksi pabrik.
penyimpangan. Sedangkan di Bangkalan Dan tidak ada AC atau alat pendingin lainnya
masih berbahan tembok sehingga ada yang dapat membantu sirkulasi udara.
kemungkinan dapat menyerap air dan sulit Sedangkan gudang (cold storage)
dibersihkan. Permukaannya rata, tidak hanya terdapat di pabrik Sampang, akan tetapi
mengelupas dan berwarna putih bersih. tempat penyimpanan memang tidak berperan
Atap berbahan asbes yang berwarna terlalu penting karena tidak ada proses
putih terang dan tidak terdapat lubang namun penyimpanan bahan baku. Semua bahan baku
melihat jenis yang dipakai masih ada langsung diproses tanpa ada persediaan bahan
kemungkinan menimbulkan debu atau sudut- baku untuk hari berikutnya. Penyimpanan
sudut yang sulit dibersihkan dan dapat bahan baku hanya dilakukan sesaat, misalnya
menyerap air. Konstruksi atap di empat pabrik saat menunggu mobil penjemput yang akan
sama yaitu terbuat dari flavon yang berbahan dibawa ke pabrik cabang yang lain. Jika bahan
asbes. Tinggi langit-langit di masing-masing baku mengalami penumpukkan disalah satu
pabrik sekitar 3m. cabang tertentu, maka bahan baku akan
Pintu yang berbahan kayu triplek disebar secara merata ke pabrik cabang yang
masih dapat menyerap air. Pintu juga dapat lain. Tujuannya agar bahan baku dapat segera
berfungsi dengan baik atau dapat dibuka dan ditangani dan tidak terjadi lembur pada
ditutup. Di empat pabrik semua pintu karyawan.
dilengkapi dengan tirai plastik yang berfungsi
menghambat masuknya serangga atau benda
asing lainnya. Peralatan Pengolahan
Jendela di Bangkalan yang berbahan Suatu industri yang bergerak di
bidang pengolahan harus memiliki peralatan
kaca yang dibiarkan terbuka setengahnya
pengolahan yang sesuai dengan syarat yaitu
tanpa ditutupi kasa dapat mempermudah
dengan tidak mudah berkarat, mudah di
masuknya serangga atau debu kedalam ruang
bersihkan, dan di lingkapai petunjuk
produksi. Di Noreh, Sampang dan Lobuk
sudah dilengkapi kasa, namun terlihat debu penggunaan agar aman saat digunakan. Selain
itu juga peralatan harus dijaga dan diperlukan
yang menempel tidak dibersihkan.
pembersihan secara efektif. Karena peralatan
Ruang produksi sudah dilengkapi
yang kurang bersih atau masih mengandung
lampu yang cukup sehingga kondisi diruangan
mikroba dapat membuat produk cepat rusak.
cukup terang. Setiap lampu diberi penutup
untuk mencegah bahaya fisik ketika pecah. Hasil penilaian terhadap peralatan pengolahan
dapat dilihat pada Tabel 6.
Terdapat ventilasi tetapi jumlahnya kurang

Tabel 6. Penilaian Peralatan Pengolahan


Uraian Skor
Tanjung Noreh Sampang Lobuk
bumi
-Tata letak diatur agar tidak terjadi 0 0 0 5
kontaminasi silang
-Mudah dibersihkan tidak berkarat 7 7 7 7
-Dilengkapi petunjuk penggunaan 0 0 0 0
-Dikalibrasi setiap periode waktu 1 1 1 1
tertentu
Total 8 8 8 13
60 Kajian Penerapan GMP (Bhiaztika R dan Darimiyya H)

Dari hasil pengamatan menunjukkan Fasilitas dan Kegiatan sanitasi


bahwa tidak ada pengaturan tata letak untuk Sebuah usaha khususnya yang
menghindari terjadinya kontaminasi silang bergerak di bidang pengolahan pangan harus
pada produk. Dapat dilihat pada lampiran 1, 2, memiliki fasilitas sanitasi yang memadai.
3,dan 4 terlihat pada pabrik Tanjung Bumi, Seperti tersedianya fasilitas pencucian, toilet,
Noreh, dan Sampang hanya mempunyai satu wastafel dan saluran air yang terjaga dengan
pintu untuk keluar dan masuknya barang baik hasil penilaian terhadap fasilitas dan
sedangkan di Lobuk sudah tersedia pintu yang kegiatan sanitasi dapat dilihat pada Tabel 7.
berbeda. Peralatan pengolahan yang
Sistem Pengendalian Hama
berhubungan langsung dengan produk yaitu
Seringnya terjadi kontaminasi yang
pinset atau pisau kecil yang digunakan untuk
disebabkan oleh hama yang masuk diruang
mempermudah pengupasan kulit rajungan.
produksi yaitu kurangnya pengendalian pada
Tidak dilengkapinya petunjuk penggunaan
lingkungan sekitar atau pada ruangan.
dapat mengakibatkan banyak kerugian, salah
Sehinggga perlu dilakukan langkah
satunya para pekerja tidak tahu bagaimana
seminimum mungkin yang sudah ada pada
cara menggunakan dan merawat peralatan
syarat sistem pengendalian hama untuk
tersebut. Pembersihan peralatan menggunakan
mencengah hal tersebut. Hasil penelitian
sabun detergen dan sedikit campuran klorin
terhadap sistem pengendalian hama dapat
dibak airnya, proses ini dilakukan setiap
dilihat pada Tabel 8.
selesai proses produksi oleh pekerja yang
betugas piket harian.

Tabel 7. Penilaian Fasilitas dan Kegiatan Sanitasi


Uraian Skor
Tanjung Noreh Sampang Lobuk
bumi
1.Suplai air
-Berasal dari sumber yang aman 7 7 7 7
-Jumlahnya cukup, tersedia sarana 7 7 7 7
penampungan
-Saluran air terpisah sesuai dengan 6 6 6 6
kegunaan
-Pipa air diberi warna untuk 0 0 0 0
membedakan fungsinya
2.Sarana pembuangan air limbah
-Sistem pembuangan limbah baik 5 5 5 5
-Tidak mencemari sumber air bersih 6 6 6 6
3.Fasilitas pencucian atau pembersihan
-Fasilitas pencucian terpisah sesuai 5 5 5 6
kegunaan
-Dilengkapi sumber air panas 0 0 0 0
-Rutin melakukan kegiatan pembersihan 5 6 4 6
4.Fasilitas hygiene karyawan
-Tempat mencuci tangan 6 6 6 7
-Tempat membilas sepatu atau ruang 5 5 5 5
ganti sepatu dan ruang ganti pakaian
-Toilet selalu bersih, dilengkapi air 6 6 5 6
mengalir, saluran pembuangan, dan
tidak berhubungan langsung dengan
ruang pengolahan
Total 58 59 56 61
AGROINTEK Volume 6, No.1 Maret 2012 61

Tabel 8. Penilaian sistem pengendalian hama


Uraian Skor
Tj.Bumi Noreh Sampang Lobuk
1.Mencegah masuknya hama
-Menutup lubang dan saluran 5 5 4 5
-Memasang kawat kasa pada jendela, pintu, dan 4 5 6 6
ventilasi
-Mencegah supaya hewan peliharaan tidak 5 5 4 5
berkeliaran
2.Mencegah timbulnya serangan hama
-Bahan pangan didalam wadah dan posisi yang 6 6 6 6
aman
-Keadaan sekitar pabrik bersih 6 6 5 6
-Pemeriksaan rutin dari kemungkinan serangan 4 4 4 4
hama
Total 30 31 29 32

Tabel 9. Penilaian kesehatan dan hygiene karyawan


Uraian Skor
Tj.Bumi Noreh Sampang Lobuk
-Kesehatan karyawan 5 5 5 5
-Kebersihan karyawan (baju kerja, penutup kepala, 4 5 5 7
sepatu, sarung tangan, apron)
-Mencuci tangan sebelum masuk ruang produksi 5 5 5 5
-Meninggalkan kebiasaan jelek (bersin, merokok, 5 5 5 5
makan, berbicara) saat berhadapan dengan produk
-Tidak memakai perhiasan dan make up 5 5 7 7
Total 24 25 27 29
Dari hasil pengamatan ternyata mata. Tetapi harus menjadi perhatian utama
masih perlu dilakukan banyak perbaikan pada bagi sebuah industri karena karyawan
sistem yang sudah diterapkan oleh pabrik, langsung berhadapan dengan produk. Hasil
karena masih ditemui adanya lubang ventilasi penilaian terhadap karywan dapat dilihat pada
dan jendela yang dibiarkan terbuka tanpa Tabel 9. Berdasarkan pengamatan dilapangan,
kawat kasa sebagai penutup. Dan dipabrik kesehatan karyawan sudah menjadi perhatian
Sampang masih telihat banyak binatang dari perusahaan. Hal ini ditunjukkan dengan
peliharaan yaitu ayam yang berkeliaran adanya peraturan bahwa hanya karyawan
disekitar area produksi, hal ini tentu harus yang sehat yang boleh masuk dalam ruang
menjadi perhatian karena dikhawatirkan dapat produksi. benar-benar. Karyawan yang
timbul kontaminasi dari kotoran hewan atau mempunyai luka terbuka atau yang
penyakit-penyakit yang biasanya menyerang menunjukkan gejala penyakit tidak
hewan tapi juga dapat menular pada manusia diperbolehkan masuk. Pemeriksaan dilakukan
dan dapat berbahaya bagi kualitas hasil tiap pagi pada saat masuk ke ruang produksi,
produk. Tidak dilakukan penyemprotan oleh tetapi tidak ada pemeriksaan berkala oleh
perusahaan secara berkala untuk membasmi perusahaan. Kebersihan karyawan
serangga. Juga tidak dilengkapi insect killer diperhatikan dengan tidak diperbolehkannya
pada tiap-tiap pintu masuk. memakai make up saat memasuki ruangan
tetapi pada pabrik Tanjung Bumi sebagian
Kesehatan dan Higine Karyawan
karyawan masih menggunakan make up dan
Pada dasarnya karyawan adalah
perhiasan. Juga kurang diperhatikan dalam
syarat dasar yang dapat menciptakan sebuah
penggunaan peralatan kebersihan karyawan.
kondisi yang baik buat produk, sehingga
Kurangnya kedisiplinan ini juga masih terlihat
keberadaannya tidak boleh dipandang sebelah
di pabrik Noreh.
62 Kajian Penerapan GMP (Bhiaztika R dan Darimiyya H)

Di Sampang, baju kerja yang Saat penerimaan bahan baku


dipakai karyawan sehari-hari seharusnya rajungan oleh pengepul diterima langsung dari
disediakan tempat penampungan khusus. para nelayan setempat, misalnya didaerah
Sehingga tidak perlu dibawa pulang dan saat Camplong. Salah satu cara agar rajungan tetap
istirahat karyawan dapat menyimpannya di dalam keadaan segar yaitu dengan
tempat yang sudah disediakan. Agar kotoran mempertahankan suhu 0-5 0C selama berada
atau virus penyakit yang menempel pada baju di perahu nelayan. Tidak ada proses
kerja tidak menimbulkan kontaminasi pensortiran, semua bahan baku baik yang
terhadap produk. masih hidup atau mati langsung dicuci dengan
air biasa untuk membersihkan bahan baku
Proses Produksi
rajungan dari kotoran. Tidak ada pembersihan
Persiapan yang dilakukan mulai dari
yang efektif terhadap bahan baku, seperti
bahan baku dan bahan pembantu sesuai
tidak adanya bahan kimia yang digunakan.
dengan prosedur memang mutlak harus
Saat pengukusan tidak dilengkapi
dilakukan, bahan baku yang diterima harus
dengan standar waktu dan suhu, sehingga
masih dalam keadaan hidup dan terbebas dari
sering dijumpai daging rajungan yang kurang
bahan tercemar. Selain itu juga harus
matang atau sebaliknya. Seharusnya
memiliki kriteria bahan baku yang sesuai
pengukusan menggunakan dandang otomatis
persyaratan. Hasil penilaian terhadap proses
yang dilengkapi dengan alat pengatur suhu
produksi pabrik pengupasan rajungan dapat
dan waktu. Kapasitas dandang yang
dilihat pada Tabel 10. Dari hasil pengamatan,
digunakan sekitar 25kg, tapi saat pengukusan
bahan baku yang diterima oleh perusahaan
sering tidak memperhatikan kapasitas bahan
sudah dalam keadaan matang. Jadi mulai dari
baku dalam dandang. Setelah matang bahan
proses penerimaan bahan baku, proses
baku rajungan didinginkan dengan cara
pencucian, dan proses pengukusan dilakukan
dihamparkan dan diangin-anginkan.
ditempat pengepul yang merupakan mitra dari
Kemudian dikemas dalam kotak yang sudah
perusahaan. Tidak ada karyawan perusahaan
dilengkapi dengan batu es untuk dikirim ke
yang secara khusus mengecek kondisi
pabrik.
lapangan pada saat proses penangkapan.
.
Tabel 10. Penilaian Proses Produksi
Uraian Skor
T.Bumi Noreh Sampang Lobuk
1.Penerimaan bahan baku
-Dalam keadaan segar atau masih hidup 5 5 5 5
-Pemisahan bahan baku yang rusak 0 0 0 0
2.Pencucian
-Penanganan dan pembersihan yang efektif 5 5 5 5
-Menggunakan air dingin 0 0 0 0
3.Pengukusan
-Kesesuaian waktu dan suhu 0 0 0 0
4.Pengupasan
-Tingkat kecacatan 7 7 7 7
-Menggunakan rantai dingin 0 0 0 0
5.Pensortiran
-Terbebas dari benda asing 6 6 6 6
-Kesesuaian klasifikasi 7 7 7 7
6.Pengemasan
-Syarat pengemasan memenuhi standar 6 6 6 6
-Pelabelan 7 7 7 7
Total 43 43 43 43
AGROINTEK Volume 6, No.1 Maret 2012 63

Tabel 11 Tingkat penerapan GMP pabrik cabang pengolahan rajungan


Total Skor
Uraian Tj.Bumi Noreh Sampang Lobuk
1.Lingkungan Sarana Pengolahan 37 37 37 37
2.Bangunan dan Fasilitas Fisik 137 154 164 154
3.Peralatan Pengolahan 8 8 8 13
4.Fasilitas dan Kegiatan Sanitasi 58 59 56 61
5.Sistem Pengendalian Hama 30 31 29 32
6.Kesehatan dan Higiene Karyawan 24 25 27 29
7.Proses Produksi 43 43 43 43
Sub Total 337 357 364 369

Pengolahan dan Pemasaran Hasil


Evaluasi Kelayakan Unit Pengolahan
Pertanian.
Dari hasil penilaian pada masing-
Nuryani AGB. 2006. Pengendalian mutu
masing parameter yang diamati, dapat
penanganan udang baku dengan
dilakukan evaluasi sejauh mana industri yang
konsep Hazard Analysis Critical
bersangkutan telah menerapkan kaidah GMP
Control Point. [Tesis yang tidak
pada unit usahanya. Total hasil penilaian
dipublikasikan, Universitas
mencapai kisaran angka 320-499 , artinya
Diponegoro]
pabrik cabang PT. Kelola Mina Laut telah
Peraturan Menteri Pertanian. 2008.
menerapkan sebagian besar cara pengolahan
Persyaratan dan penerapan cara
yang benar. Hasil evaluasi penerapan GMP
pengolahan hasil pertanian asal
dapat dilihat pada Tabel 11.
tumbuhan yang baik (Good
Manufacturing Practice). Jakarta:
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan dapat Menteri Pertanian.
diambil kesimpulan bahwa keempat pabrik Pragana A.2010. Good Manufacturing
cabang PT.Kelola Mina Laut telah Practice of food industry (cara produksi
menerapkan sebagian besar cara pengolahan makanan yang baik).
yang benar. Walaupun ada beberapa hal yang http//:www.blogger.com/profile.
tetap harus diperbaiki supaya industri dapat [Diakses 23-3-2011]
berkembang lebih baik Soim S. 1999. Pengamatan aspek biologi
rajungan dalam menunjang teknik
DAFTAR PUSTAKA pembenihannya. Jakarta: Penerbit
Pustaka.
Standar Nasional Indonesia. 1996.
Ambarsari I dan Sarjana. 2008. Kajian Penangananan pengolahan daging
penerapan GMP (Good Manufacturing rajungan rebus dingin. Jakarta: Badan
Practices) pada industri puree jambu Badan Standralisasi Nasional.
biji merah di Kabupaten Banjarnegara. Standar Nasional Indonesia. 2010. Daging
Jogjakarta: Prosiding Seminar Nasional rajungan sterilisasi dalam kaleng.
Teknik Pertanian. bagian 1: Spesifikasi. Jakarta: Badan
Danitasari SM. 2008. Pengemasan daging Standarisasi Nasional.
rajungan pasteurisasi dalam kaleng. Standar Nasional Indonesia. 2010. Daging
[praktek kerja lapang yang tidak rajungan strelisasi dalam
dipublikasika. Bogor: Institut Pertanian kaleng.bagian 2 : Jakarta: Spesifikasi
Bogor] Badan Standarisasi Nasional
Direktorat P2HP. 2004. Cara pengolahan Subaidi A. 2010. Pengaruh substitusi daging
yang baik (Good Manufacturing ikan lele pada daging rajungan
Practices) komoditas holtikultura. terhadap kadar protein dan sifat
Jakarta: Direktorat Jendral Bina organoleptik produk nuget rajungan.
64 Kajian Penerapan GMP (Bhiaztika R dan Darimiyya H)

http//:www.dpi.gld.gov. Diakses 23-3- produk olahan. [tesis yang tidak


2011. dipublikasi Universitas Diponegoro]
Yamit Z. 2010. Manajemen kualitas produk Warta Penelitian Perikanan. 2004. Pengantar
dan jasa. Yogyakarta: Ekonisia. aspek biologi rajungan dalam
Yusuf M. 2007. Kajian pemasaran dan menunjang teknik pembenihan.
pengembangan Value Added Product http//artikel-dkp.go.id [diakses 23-3-
dengan pemanfaatan rajungan menjadi 2011]

Anda mungkin juga menyukai