Anda di halaman 1dari 29

RESUME TUTORIAL SKENARIO 3

SKENARIO 3 :

OLEH :
GRUP TUTORIAL C

Habib Mustofa (152010101089)


Alif Fazduani S. (182010101003)
Aghnia Hasya (182010101005)
Muhammad Denay W. (182010101009)
Ananda Aliza N. I. (182010101031)
Resy Metri Belizani (182010101037)
Fajri Ramadhan (182010101044)
Izza Amalia Putri (182010101062)
Mateus Filindo S. S. (182010101067)
Ajeng Samrotu S. (182010101071)
Sofia Yusnur R (182010101102)
R. Ristianto Yoga P. (182010101116)
Nanda Dewi A. (182010101130)
Pambayun Divasati P. P. (182010101139)
Winie Agustina P. B. (182010101157)

dr. Rena Normasari, M.Biomed

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
A. Klarifikasi Istilah
1. Anamnesis
Anamnesis adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan antara dokter sebagai
pemeriksa dan pasien yang bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang
penyakit yang diderita dan informasi lainnya yang berkaitan sehingga dapat
mengarahkan diagnosis penyakit pasien.
Anamnesis adalah salah satu bagian pada liturgi Perjamuan Kudus atau
Ekaristi yang berisi penghadiran kembali peristiwa masa silam ke dalam masa
kini sedemikan rupa, sehingga umat yang merayakan Ekaristi dapat
mengalami secara nyata peristiwa masa silam tersebut.

2. Homeostasis
Kondisi statis dinamis internal tubuh yang relatif dipertahankan secara konstan
terhadap berbagai rangsang
Homeostasis adalah Konsistensi dan uniformitas dari lingkungan internal
tubuh yang mempertahankan fungsi normal tubuh (Anderson, 1996)
Homeostasis adalah Kemampuan proses fisiologis tubuh dalam
mempertahankan keseimbangan dan kecenderungan semua jaringan hidup
guna memelihara dan mempertahankan kondisi setimbang atau ekuilibrium
(cannon, 1962)'

3. Fisiologi
Pengertian Fisiologi atau sebuah ilmu faal ialah sebuah pengertian atau ilmu
dari salah satu cabang ilmu biologi yang berhubungan erat dengan
pembahasan serta mempelajari sebuah keberlangsungan sebuah sistem tentang
kehidupan. Istilah arti kata fisiologi diambil dari bahasa Belanda yaitu
physiologie, yang dirangkai dan disusun dari dua kata bahasa Yunani Kuno
yaitu physis yang berarti bermakna hakikat atau asal-usul dan kata logia yang
berarti memiliki makna sebuah kajian. Arti kata faal diadaptasi dari bahasa
Arab yang memiliki arti atau makna sebuah pertanda, sebuah fungsi, dan
kerja.

4. Wabah
secara umum Wabah dapat diartikan sebagai kejadian penyakit melebihi dari
normal (kejadian yang biasa terjadi). Banyak definisi yang diberikan mengenai
wabah baik kelompok maupun para ahli diantaranya:
a. Wabah adalah penyakit menular yang terjangkit dengan cepat,
menyerang sejumlah besar orang didaerah luas ( KBBI : 1989 ).
b. Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang
telah meluas secara cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah
terjangkit ( depkes RI, DirJen P2MPLP : 1981).
c. Wabah adalah kejadian terjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi
dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka ( UU RI No. 4 tahun 1984 ).

1
d. Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada
penduduk suatu daerah, yang nyata jelas melebihi jumlah biasa (
Benenson : 1985 )
e. Wabah adalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat
berupa penderita penyakit, perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan, atau kejadian lain yang berhubungan dengan kesehatan
yang jumlahnya lebih banyak dari keadaan biasa ( Last : 1981 )
f. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya
kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologi pada
suatu daerah dalam kurun waktu tertentu (Peraturan Menteri Kesehatan
RI, Nomor 560/Menkes/Per/VIII/1989)

5. Menggigil
Menggigil merupakan reaksi terhadap berbagai kondisi dimana otot
mengalami kontraksi berulang-ulang untuk meningkatkan suhu tubuh. Reaksi
terjadi akibat tubuh mengalami kedinginan maupun infeksi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Prosedur/ cara anamnesis yang baik?
Yang perlu diperhatikan oleh dokter agar terjalin hubungan yang baik dengan
pasien saat anamnesis adalah :
a. Menyiapkan Tempat dan Suasana,
b. Menyiapkan Penampilan Dokter,
c. Memeriksa kartu dan data pasien,
d. Mendorong pasien untuk menceritakan keluhannya,
e. Menggunakan bahasa atau istilah yang dapat dimengerti,
f. Membuat catatan,
g. Memperhatikan pasiennya, dan
h. Menggunakan metode yang sistematis
Cara anamnesis yang baik dan sesuai sistematis adalah
1. Mulai dengan identifikasi pasien
Identifikasi mulai dari nama, alamat, tanggal lahir, umur, pekerjaan,
status pernikahan.
2. Tanyakan keluhan utama pada saat pasien datang berobat
Keluhan yang disampaikan merupakan pernyataan singkat dari problem
pasien. Tanyakan juga pada pasien, mengapa ia datang ke dokter atau ke
rumah sakit.
3. Lakukanlah anamnesis untuk menggali riwayat penyakit sekarang.
Tanyakan beberapa pertanyaan berikut.
a. Kapan mulai terjangkit penyakit ini? (Onset Penyakit)
b. Berapa kali merasakan sakitnya? (Frekuensi serangan, dua kali, tiga
kali atau lebih)
c. Dihitung dari skala 1 - 10, pada tingkat berapa sakit yang dirasakan?
(Sifat Serangan, Kronis atau Akut atau Intermitten)

2
d. Berapa lama mengidap penyakit ini? (Durasi)
e. Rasa sakit yang dirasakan seperti apa? (Sifat)
f. Dimana letak sakitnya, Apakah disitu saja atau berpindah pindah?
(Lokasi)
g. Bagaimana sampai bisa terkena penyakit tersebut? (Perjalanan
Penyakit)
h. Apakah sudah pernah berobat di tempat lain? Apa hasil yang
dirasakan dari pengobatan tersebut? (Riwayat pengobatan sebelumnya)
i. Tanyakan juga mengenai adanya gangguan fisiologis yang lain,
seperti susah tidur, banyak keringat, dll. (Hubungan dengan fungsi
fisiologis yang lain)
j. Tanyakan juga mengenai akibat yang ditimbulkan dari penyakit
tersebut, seperti Apakah setelah mengidap penyakit ini anda dapat
bekerja? (Akibat yang timbul)
k. Tanyakan juga mengenai hal hal yang memperingan atau
memperberat keluhan. Contoh : Apakah pada saat duduk bapak
merasakan sakit? (Faktor yang mempengaruhi)
4. Lakukanlah anamnesis untuk menggali riwayat penyakit masa lalu
a. Tanyakan mengenai kemungkinan adanya riwayat penyakit
sebelumnya. Apakah pasien pernah mengalami gejala atau penyakit
yang sama atau keluhan yang mirip dengan yang sekarang.
b. Tanyakan juga mengenai kemungkinan riwayat penyakit yang
pernah diderita dengan melihat diagnosis banding penyakit yang
sekarang.
c. Tanyakan juga mengenai kemungkinan pasien menderita
penyakit yang serius di masa lalu, Perhatikan kalau pasien pernah rawat
inap di Rumah Sakit, serta tindakan apa yang pernah dialami di Rumah
Sakit.
d. Tanyakan juga mengenai alergi obat dan imunisasi sebelumnya.
5. Lakukanlah anamnesis untuk menggali riwayat kesehatan keluarga
a. Apakah ada anggota keluarga yang menderita sakit yang sama atau
sakit yang lainnya. Pertanyaan mengenai anggota keluarga ialah
seputar sakit yang diderita, penyebab kematian, usia, dimana
tinggalnya, bagaimana kehidupan mereka. Disini termasuk orangtua,
kakek nenek, pasangan, paman bibi, anak, cucu.
b. Beberapa penyakit dapat diturunkan oleh keluarga. Oleh karena itu
galilah kemungkinan adanya penyakit yang sama yang diderita oleh
anggota keluarga lain.
c. Beberapa penyakit menular dapat ditularkan dengan mudah kepada
pasien. Oleh karena itu tanyakan seberapa dekat atau sering bertemu
dengan anggota keluarga yang menderita penyakit tersebut.
6. Tanyakan mengenai kemungkinan adanya gangguan pada sistem tubuh
(Anamnesis Sistem) yang lain. Beberapa pertanyaan yang diajukan adalah:

3
a. Adakah Nyeri Kepala? Kejang? Demam? Lumpuh? (Berhubungan
dengan sistem syaraf)
b. Adakah gangguan makan/ nafsu makan? Mual? Muntah? Diare?
(Berhubungan dengan gastrointestinal)
c. Adakah gangguan kencing? (Berhubungan dengan sistem
urogenital).
7. Memberikan Nasihat
Setelah memberikan anamnesis dan ditunjang dengan pemeriksaan
fisik serta penjelasan mengenai penyakit yang diderita pasien, Saatnya
untuk dokter memberikan nasehat. Tujuan memberikan nasihat adalah agar
penyakit yang diderita pasien sembuh, mendukung kesembuhan pasien,
dan tidak menjadikan penyakit tersebut lebih parah (Mencegah terjadinya
keparahan). Beberapa hal yang perlu diperhatikan, saat memberikan
nasihat adalah:
a. Sikap harus tetap sama dengan anamnesis
b. Jagalah hubungan baik dengan pasien
c. Mulai memberi nasihat yang relevan dengan penyakit yang diderita.
Berilah nasihat dengan lafal dan isi yang jelas. Contoh: “Sebaiknya ibu
mengurangi kegiatan di luar rumah. Banyak istirahat di rumah saja, dan
cobalah untuk menambah jam tidur.”.
d. Gunakan bahasa yang sesuai dengan latar belakang serta usia pasien.
e. Penguasaan materi mengenai pencegahan primer, pencegahan sekunder,
dan pencegahan tersier sangat diperlukan agar dalam memberikan nasihat
dapat ditangkap oleh pasien.
8. Melakukan Cross-check
Cross-check sangat diperlukan karena dengan adanya cross-check
dokter tidak salah dan keliru dalam menangkap pembicaraan pasien.
Cross-check dapat dilakukan dengan cara:
a. Lakukan Paraphrase. Ulanglah beberapa kalimat yang ditanyakan
pasien. Contoh: “Nyeri itu bagaikan tersengat listrik, begitu ya pak? Bisa
diceritakan lebih lanjut serangannya sejak kapan saja?”
b. Pengulangan dapat dilakukan dengan seluruh kalimat bila diperlukan,
terutama bila menghadapi stagnasi (diam terlalu lama). Contoh: “Tadi
Bapak mengatakan sangat menderita akhir-akhir ini, mau kerja susah, mau
tidur susah,dapat diceritakan lebih lanjut pak? Sejak kapan bapak
merasakan hal tersebut?”.
c. Dilakukan pada akhir anamnesis dengan memberikan ringkasan data
yang telah diungkap pasien. “Jadi ibu sudah menderita nyeri di kepala
sejak dua tahun yang lalu, kumat-kumatan, dan sudah pernah diobati
sendiri… dst”.
9. Memberikan umpan balik/feedback
Selain mendapatkan data yang diperlukan, seorang dokter juga perlu
umpan balik dari pasiennya. Umpan balik diperlukan agar dokter tau
apakah sang pasien mengerti atau tidak mengenai informasi atau

4
keterangan yang diberikan. Cara mendapatkan umpan balik diantaranya
sebagai berikut:
a. Bila dokter mengajukan pertanyaan dan respon pasien mengerutkan
dahi maka pasien tidak paham dengan pertanyaan sang dokter. Hal yang
perlu ditanyakan: “Apakah Bapak kurang jelas dengan pertanyaan saya?”
Bila jawabannya “Iya” cobalah bertanya kembali. Gunakan bahasa yang
sederhana dan singkat.
b. Setelah memberikan nasihat dan informasi, beri kesempatan pada
pasien untuk bertanya, adakah informasi atau nasihat yang kurang jelas?
c. Umpan balik dapat diberikan kepada pasien setelah anamnesis.
Tanyakan kepada pasien apakah ada hal-hal yang kurang jelas atau
pertanyaan yang kurang jelas.
10. Membuat Catatan
Sebuah catatan sangatlah penting, dikarenakan dengan membuat
catatan kita lebih mudah dalam mengingat wawancara yang telah
dilakukan. Karena kita tidak dapat mengingat semua wawancara yang
telah dilakukan tanpa catatan. Namun hal yang perlu diperhatikan dari
membuat catatan ialah, kita jangan sampai membuat jarak dengan pasien,
tetaplah menjaga kontak mata dengan pasien. Apabila pasien
mengutarakan hal yang penting letakkan alat tulis anda dan hentikan
sementara kegiatan mencatat. Jelaskan pada pasien bahwa tulisan yang
dibuat adalah rekam medik yang berguna untuk perawatan selanjutnya jika
ada pasien yang terganggu dengan kegiatan mencatat anda.
2. Apa tujuan anamnesis?
Tujuan anamnesis adalah mengumpulkan semua informasi dasar mengenai
sakit pasien sehingga dapat dibuat diagnosis. Anamnesis lebih terkait dengan
Illness, sakit yang merupakan ekspresi penyakit seseorang. Pengalaman masa
lalu, Kepribadian, keluarga, pekerjaan, kebiasaan, dan keinginan dapat
mempengaruhi ekspresi sakit. Anamnesis juga dapat membantu dokter dalam
menegakkan diagnosa sementara terhadap penyakit yang diderita serta dapat
menambah hubungan baik antara dokter dan pasien.

3. Bagaimana mekanisme terjadinya wabah?


Menurut tansmisinya mekanisme terjadinya wabah ada dua yaitu:
a. Melalui media Umum ( common vehicle epidemics )
i. Melalui makanan dan minuman,
ii. Melalui udara saat kita bernafas,
iii. Melalui intravena atau subkutan.
b. Wabah dengan penjalaran oleh transfer serial dari penjamu ke penjamu
( epidemics propagated by serial transfer from host to host )
i. Melalui Rute pernafasan ( campak ), Anal-Oral ( Shigellosis ),
dan Genital ( sifilis ),
ii. Melalui Debu,
iii. Melalui Vektor yaitu Serangga.

5
Cara menanggulanginya:
1. Melakukan penyelidikan epidemiologis,
2. Melakukan pemeriksaan, Perawatan, dan Penggolongan,
3. Mencegah penyebaran penyakit,
4. Memusnahkan penyebab penyakit,
5. Mengamankan Jenazah,
6. Melakukan Penyuluhan,
7. Mengupayakan penanggulangan, dan
8. Melakukan penindakan secara khusus
4. Agent saja yang dapat menyebabkan wabah?
Agent yang dapat menyebabkan wabah dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Agent hidup
i. Metazoa
ii. Protozoa
iii. Bakteri
iv. Virus
v. Jamur
b. Agent tak hidup
i. Zat Kimia
ii. Zat Fisis
iii. Kekuatan Mekanis
iv. Faktor Fisiologis
v. Faktor Psikologis
Agent atau bibit penyakit yang dapat menyebabkan wabah dapat berupa virus,
bakteri, parasit dan sebagainnya. Dalam hal pencegahan agent penyebab ini
diperlukan kerjasama yang baik antara masyarakat di tempat terjadinya wabah
dengan pihak yang berwenang dalam menangani kesehatan masyarakat.
Pembangunan kesehatan ditujukan pada peningkatan pemberantasan penyakit
menular dan penyakit masyarakat, serta penyuluhan kesehatan masyarakat
untuk memasyarakatkan perilaku sehat pada populasi masyarakat.
Salah satu penyakit menular yang sering terjadi wabah adalah muntah berak
atau sering disebut dengan muntaber (diare), penyakit ini adalah penyakit
menular yang ditandai dengan gejala-gejala seperti: perubahan bentuk dan
konsistensi tinja menjadi lembek dari biasanya, disertai muntah-muntah,
sehingga penderita akan mengalami kekurangan cairan tubuh (dehidrasi) yang
pada akhirnya apabila tidak mendapat pengobatan segera dapat menyebabkan
kematian.
(Hiswani; DIARE MERUPAKAN SALAH SATU MASALAH
KESEHATAN MASYARAKAT YANG KEJADIANNYA SANGAT ERAT
DENGAN KEADAAN SANITASI LINGKUNGAN)

5. Apa keterkaitan homeostasis dengan gejala yang di alami oleh pasien?


Hampir semua penyakit merupakan kegagalan tubuh mempertahankan
homeostasis. Keberadaan seseorang di lingkungan sangat dingin tanpa pakaian

6
dan perlindungan dapat berakibat fatal jika tubuhnya gagal mempertahankan
suhu sehingga suhu inti tubuh turun. Hal ini disebabkan oleh terganggunya
proses proses (ensimatik) sel yang sangat bergantung kepada suhu tertentu.
Contoh lain adalah, kehilangan darah dalam jumlah yang kecil mungkin tidak
fatal karena tubuh masih mampu mengkompensasi kehilangan tersebut dengan
cara meningkatkan tekanan darah, mengarbsorpsi cairan di ginjal dan lain
sebagainya. Tetapi bila kehilangan darah terjadi dalam jumlah yang besar,
upaya kompensasi tubuh mungkin tidak memadai sehingga berakibat fatal.
Tanggung jawab dokter dan paramedis adalah untuk membantu
mempertahankan homeostasis. Tanggung jawab ini jelas terlihat di unit
perawatan intensi untuk pasien pasien yang gawat. Berbagai indikator
homeostasis akan dipantau di unit intensif ini, seperti frekuensi denyut
jantung, tekanan darah, frekuensi pernafasan, suhu tubuh, kimia darah, dan
masuk keluarnya cairan tubuh. Tujuan unit ini adalah untuk mengambil alih
fungsi homeostasis yang tidak dapat dilaksanakan oleh pasien yang sedang
sakit parah sehingga tidak mampu melakukan prses homeostasis sendiri

6. Apa saja yang dapat dilakukan untuk menjaga homeostasis tubuh?


Yang dapat dilakukan untuk menjaga homeostasis adalah :
a. Menjaga fungsi normal tubuh dengan cara olahraga,
b. Menjaga pola makan yang sehat,
c. Menghindari makanan yang dapat mengganggu fungsi tubuh,
d. Menjaga dari asap rokok dan miras,
e. Membiasakan Pola Hidup Sehat,
f. Mempertahankan kadar-kadar Cairan Ekstra Seluler (CES)
g. Meminum air putih 8 gelas per Hari

C. Learning Objective

1. Fisiologi Dasar
A. Definisi
Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi alat tubuh manusia.
Fisiologi atau ilmu faal, yaitu cabang biologi yang mempelajari fungsi kerja
alat-alat tubuh dalam kondisi normal dan proses-proses yang dilakukan oleh
tubuh dalam upaya mempertahankan kondisi internal tubuh yang dinamis
namun tetap dalam kisaran normal (homeostasis)

B. Homeostasis
homeostasis, yaitu suatu kondisi stabil di dalam tubuh yang dibutuhkan
untuk keberlangsungan hidup.Homeostasis harus dipertahankan karena esensial
bagi kehidupan dan fungsi normal sel. Setiap sel, melalui berbagai aktivitas
khusus masing-masing, memberi kontribusi sebagai bagian suatu sistem tubuh

7
untuk mempertahankan homeostasis. Hubungan ini adalah dasar fisiologi.

1. Faktor-faktor yang diatur homeostasis


Banyak faktor dalam lingkungan internal harus dipertahankan secara
homeostasis. Faktor-faktor tersebut mencakup:

1. Konsentrasi nutrien. Sel-sel memerlukan pasokan molekul nutrien secara


terus-menerus untuk menghasilkan energi. Energi, nantinya, diperlukan untuk
menunjang berbagai aktivitas sel baik yang bersifat khusus maupun yang
mempertahankan kehidupan
2. Konsentrasi O2 dan CO2, Sel-sel memerlukan O2 untuk melakukan
reaksi kimia pembentuk energi. CO2 yang dibentuk selama reaksi-reaksi ini
harus dikeluarkan sehingga CO2 pembentuk asam tidak meningkatkan
keasaman lingkungan internal
3. Konsentrasi zat sisa. Sebagian reaksi kimia menghasilkan produk-produk
akhir yang menimbulkan efek toksik pada sel tubuh jika produk toksik tersebut
dibiarkan berakumulasi
4. pH. Perubahan pada pH cairan ekstraseluler (jumlah relatif asam)
berpengaruh buruk pada fungsi sel saraf dan merusak aktivitas enzim semua
sel
5. Konsentrasi garam, air,dan elektrolit lain. Karena konsentrasi relatif
garam (NaCl) dan air di cairan ekstrasel mempengaruhi seberapa banyak air
yang masuk atau keluar sel , konsentrasi keduanya diatur secara cermat untuk
mempertahankan volume sel. Sel tidak berfungsi normal jika membengkak atau
menciut. Elektrolit-elektrolit lain (zat-zat kimia yang membentuk ion dalam
cairan dan menghantarkan listrik) berperan dalam berbagai fungsi vital. Sebagai

8
contoh, denyut jantung yang teratur bergantung pada konsentrasi kalium (K+)
yang relatif konstan di cairan ekstrasel.
6. Volume dan tekanan. Komponen lingkungan internal yang bersirkulasi,
plasma, harus dipertahankan pada volume dan tekanan darah yang adekuat
untuk menjamin distribusi penghubung yang penting ini antara lingkungan
eksternal dansel ke seluruh tubuh.
7. Suhu. Sel-sel tubuh berfungsi optimal dalam kisaran suhu yang sempit.
Jika sel terlalu dingin, fungsi sel akan terlalu melambat dan yang lebih buruk
lagi, jika sel terlalu panas, protein-protein struktural dan enzimatik akan
terganggu atau rusak.

2. Mekanisme homeostasis :
Untuk menstabilkan faktor fisiologis yang sedang diatur, sistem kontrol
homeostasis harus mampu mendeteksi dan menahan perubahan. Kata umpan-
balik merujuk pada respons yang terjadi setelah terdeteksinya suatu perubahan.
Pada umpan balik sendiri dibagi menjadi dua yakni, umpan balik negatif dan
umpan balik positif :

a) Umpan balik positif


Umpan balik positif adalah ketika respon terhadap suatu peristiwa
meningkatkan kemungkinan peristiwa untuk berlanjut. Sebuah contoh dari
umpan balik positif adalah produksi susu pada ibu menyusui. Bila bayi minum
susu ibunya, hormon prolaktin, sinyal kimia, dilepaskan. Semakin banyak bayi
menyusu, semakin banyak prolaktin dilepaskan, yang menyebabkan lebih
banyak susu yang akan diproduksi. Contoh lain dari umpan balik positif
termasuk kontraksi selama persalinan. Ketika konstriksi dalam rahim
mendorong bayi ke jalan lahir, kontraksi tambahan terjadi.
b) Umpan balik negatif
Umpan balik negatif adalah respon untuk menormalkan kembali pengaturan
di dalam tubuh. Hampir semua kontrol homeostasis tubuh diatur dengan
mekanisme umpan balik negatif. Contohnya adalah pengaturan kadar gula
darah. Ketika gula dalam aliran darah meningkat, reseptor-reseptor dalam tubuh
merasakan peningkatan ini. Kemudian mengirimkan sinyal agar pankreas
meningkatkan sekresi hormon insulin. Hormon insulin kemudian akan
meningkatkan laju absorpsi gula kedalam sel sehingga konsentrasi gula dalam
darah berkurang. Saat gula darah sudah mencapai batas normal, sekresi insulin
berhenti. Mekanisme yang hampir mirip terjadi saat kadar gula dalam darah
berada dibawah batas normal. Kesemuanya untuk mempertahankan kadar gula
yang normal dalam darah.

3. Sistem yang berkontribusi dalam homeostasis :


Berikut Adalah 11 sistem yang berkontribusi dalam mekanisme
homeostasis tubuh :

9
1. Sistem sirkulasi adalah sistem transportasi yang membawa berbagai zat.
2. Sistem pencernaan, menguraikan makanan menjadi molekul-molekul
kecil zat gizi yang dapat diserap ke dalam plasma untuk didistribusikan ke
seluruh tubuh.
3. Sistem respirasi, mengambil O2 dari dan mengeluarkan CO2 ke
lingkungan eksternal.
4. Sistem kemih, mengeluarkan kelebihan garam, air, dan elektrolit lain dari
plasma melalui urin, bersama zat-zat sisa selain CO2.
5. Sistem rangka, memberi penunjang dan proteksi bagi jaringan lunak dan
organ-organ. Sistem ini juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan kalsium
(Ca++).
6. Sistem otot, menggerakan tulang-tulang yang melekat kepadanya. Sistem
ini memungkinkan individu mendekati makanan dan menjauhi bahaya. Panas
yang dihasilkan oleh kontraksi otot penting untuk mengatur suhu.
7. Sistem integumen, sebagai sawar protektif bagian luar yang mencegah
cairan internal keluar dari tubuh dan mikroorganisme asing masuk ke dalam
tubuh. Sistem ini juga penting dalam mengatur suhu tubuh.
8. Sistem imun, mempertahankan tubuh dari serangan benda asing dan sel-
sel tubuh yang telah menjadi kanker. Sistem ini juga mempermudah jalan untuk
perbaikan dan penggantian sel yang tua atau cedera.
9. Sistem saraf adalah salah satu dari dua sistem pengatur(kontrol) utama
tubuh. Sistem ini sangat penting terutama untuk mendeteksi dan mencetuskan
reaksi terhadap berbagai perubahan lingkungan internal. Sistem ini juga
bertanggung jawab atas fungsi lain yang lebih tinggi yang tidak seluruhnya
ditujukan untuk mempertahankan homeostasis.
10. Sistem endokrin adalah sistem kontrol utama lainnya. Sistem ini
terutama penting untuk mengontrol konsentrasi zat-zat gizi dan, dengan
menyesuaikan fungsi ginjal, mengontrol volume serta komposisi elektrolit
lingkungan internal.
11. Sistem reproduksi, tidak esensial bagi homeostasis. sehingga tidak
penting bagi kelangsungan hidup individu, akan tetapi sistem ini penting bagi
kelangsungan hidup suatu spesies.

4. Komposisi Cairan Dalam Tubuh


Total cairan tubuh orang dewasa adalah 60% yang terdistribusikan melalui
cairan Ekstrasel (33%) dan cairan intrasel (67%).
Cairan Ekstrasel terdiri dari cairan interstisial (CIS) dan Cairan Intra
vaskular. Cairan interstisial mengisi ruangan yang berada diantara sebagian
besar sel tubuh dan menyusun sebagian besar cairan tubuh. Sekitar 15% berat
tubuh merupakan cairan tubuh interstisial. Cairan ini juga disebut tempat hidup
sel sel dalam tubuh.
Cairan intra vascular berkaitan dengan curah jantung pada tubuh manusia
yaitu pada batas normal 70ml/denyut x 72 ml/denyut. Dengan jumlah volume
darahnya 5000ml yang terdiri dari leukosit, eritrosit, trombosit dan plasma yang

10
mengisi 5% dari berat tubuh. Kandungan dari cairan ekstrasel sendiri yaitu
berupa ion(Na, Cl,) Oksigen, glukosa, asam lemak, asam amino, karbondioksida
dan produk sisa metabolisme
Cairan Intrasel cairan di dalam membran sel yang berisi substansi terlarut
atau solut yang penting untuk keseimbangan cairan dan elektrolit serta untuk
metabolisme. Cairan intrasel membentuk 40% berat tubuh. Kompartemen cairan
intrasel memiliki banyak solute yang sama dengan cairan yang berada di ruang
ekstrasel. Namun proporsi subtansi subtansi tersebut berbeda. Misalnya,
proporsi kalium lebih besar didalam cairan intrasel daripada dalam cairan
ekstrasel.

2. Histologi Umum
A. Definisi
Histologi berasal dari kata histos yang berarti jaringan atau anyaman dan
logos yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi, histologi adalah suatu ilmu yang
membahas tentang jaringan tubuh. Istilah Histologi sendiri pertama kali
diberikan oleh A. F. J. K. Mayer pada tahun 1819, istilah Histologi ini
berkembang bersama dengan berkembangnya mikroskop.
Histologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari struktur dan
sifat jaringan dan organ tubuh untuk menjelaskan fungsinya dalam keadaan
normal termasuk perubahannya sepanjang usia dan dalam keadaan sakit.
Histologi termasuk dalam Ilmu Kedokteran Dasar Umum (IKDU) setingkat
dengan Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU). Histologi didasari oleh ilmu
Biologi dan Anatomi (Gross Anatomy). Histologi secara langsung mendasari
Fisiologi, Patologi Anatomi, dan Patologi Klinik dan secara tidak langsung
mendasari pengertian mengenai proses perubahan jaringan akibat usia dan
penyakit.
Kesimpulannya, histologi merupakan ilmu tentang jaringan tubuh dan cara
jaringan ini menyusun organ – organ. Mencakup semua aspek biologi jaringan,
yang berfokus pada mekanisme susunan dan struktur sel dalam mengoptimalkan
fungsi yang spesifik untuk tiap organ.

B. Prosedur Pengamatan
Dalam pengamatan jaringan, spesimen yang diamati haruslah bersifat
transparan, tahan lama, dan tetap mempertahankan struktur dan komposisi
molekul yang sama seperti di tubuh. Oleh karena itu perlulah dilakukan
pengolahan preparat segar sebelum diamati dibawah mikroskop :
1. Fiksasi (kimia dan fisika)
Mengawetkan struktur dan komponen molekul agar tidak rusak oleh
bakteri maupun autolysis. Menggunakan bahan pengikat untuk fiksasi
contohnya à formaldehid 40 % dan glutaraldehid.
2. Pemendaman dan pemotongan

11
Setelah preparat jaringan difiksasi dilakukan proses dehidrasi
menggunakan etanol 70% untuk menyingkirkan air. Setelah itu dilakukan
penjernihan. Pemendaman dilakukan untuk membuat preparat jaringan
menjadi bentuk padat sehingga memudahkan untuk dipotong. Bahan
pemendaman meliputi : paraffin dan damar --> paraffin (untuk mikroskop
cahaya ) dan damar (untuk mikroskop cahaya dan mikroskop elektron ).
Preparat setelah dipendam dimasukkan dalam oven dengan suhu 52 – 60 oC.
panas akan menguapkan etanol sehingga menghasilkan rongga. Rongga tadi
diisi oleh lelehan paraffin, sehingga terbentuknya suatu jaringan yang padat.
Blok keras yang berisi jaringan diletakkan di suatu alat pemotong yang
disebut mikrotom. Mikrotom dapat memotong dengan ketebalan 1-10 µm.
3. Pemulasan / staining
Adalah proses pemberian warna kepada jaringan yang masih
transparan sehingga dapat mudah diamati dan dibedakan antar jaringan yang
satu dengan lainnya.
Tipe-tipe pewarnaan jaringan sebagai berikut:
Ø BASA (basofilik): pewarnaan ini digunakan untuk mewarnai
jaringan yang sifatnya asam (asam nukleat, glikoprotein,
glikosaminoglikan), warna pada saat pengamatan adalah biru à toluidine
blue, alcian blue, methylene blue
Ø ASAM (asidofilik): pewarnaan ini digunakan untuk mewarnai
jaringan yang sifatnya basa (mitokondria, granula sekretoris, dan kolagen),
warna pada saat pengamatan adalah merah à orange G, eosin, fuksin acid
Ø KOMBINASI : hematoksilin bersifat basa dan eosin berifat asam.

3. Patologi Umum
A. Definisi
Patologi merupakan cabang bidang kedokteran yang mempelajari ciri dan
perkembangan penyakit melalui analisis perubahan fungsi atau keadaan bagian
tubuh. Patologi berasal dari kata pathos (penyakit) dan logos (ilmu). Patologi
merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang penyakit, dimana
meliputi pengetahuan dan pemahaman dari perubahan fungsi dan struktur pada
penyakit dari tingkat molekuler sampai dengan pengaruhnya pada setiap
individu. Patologi membahas penyakit dari segala segi meliputi ; sebab
penyakit, sifat, perjalanan penyakit, perubahan anatomi dan fungsional yang
disebabkan penyakit tersebut. Patologi mempunyai tujuan utama untuk
mengidentifikasi sebab suatu penyakit, yang akhirnya akan memberikan
petunjuk dasar pada program pengelolaan dan pencegahan penyakit tersebut.
B. Konsep Disease, Illness, dan Sickness

1. Disease
Setiap penyimpangan dari atau gangguan struktur atau fungsi normal
pada bagian tubuh, organ atau sistem yang ditandai dengan sekelompok

12
gejala dan tanda yang khas, dan etiologi (penyebab), patologi (sifat
penyakit), maupun prognosisnya (kemungkinan) bisa diketahui atau tidak.
Kesimpulan : ekspresi rasa tidak nyaman akibat kelainan struktur atau
fungsional.
2. Illness
Keadaan yang ditandai oleh penyimpangan nyata dari keadaan normal
( Kamus kedokteran Dorland)
3. Sickness
Sickness adalah setiap keadaan atau episode yang ditandai
penyimpangan berat dari status kesehatan normal.

Dari ketiga pengertian istilah diatas dapat dianalisis bahwa disease


adalah suatu penyakit yang terdapat pada manusia ( bersifat objektif ).
Sedangkan illness adalah keadaan sakit yang dirasakan oleh manusia yang
diperoleh dari penyakit tersebut ( bersifat subjektif ). Dan sickness adalah
setiap keadaan sakit yang dialami manusia baik secara fisik maupun mental (
perasaan ), bahwa manusia merasa sakit maupun sehat berdasarkan dengan
apa yang dia pikirkan maupun rasakan.
C. Ruang lingkup Patologi

Pengetahuan tentang penyakit pada manusia berasal dari pengamatan


terhadap penderita atau dengan menganalogikan percobaan binatang dan
pembiakan sel. Secara aplikasi keilmuan tersebut Patologi dibagi menjadi dua:
Patologi Klinis dan Patologi Eksperimental Ruang lingkup

1) Patologi Klinis

Ilmu patologi yang lebih menekankan pada tingkat penyakitnya sendiri.


Mempelajari lebih mendalam tentang sebab, mekanisme, dan pengaruh penyakit
terhadap organ / sistem organ tubuh manusia.

2) Patologi experimental

Ilmu patologi yang melakukan pengamatan atau observasi pengaruh


perlakuan/ manipulasi terhadap suatu sistem di laboratorium.

D. Cabang Patologi
1. Histopatologi : Bagian dari ilmu patologi yang mempelajari penyakit
(menemukan dan mendiagnosis suatu penyakit) dari hasil pemeriksaan jaringan.

2. Sitopatologi : Bagian dari ilmu patologi yang mempelajari penyakit


(menemukan dan mendiagnosis suatu penyakit) dari hasil pemeriksaan sel tubuh
yang didapat / diambil.

3. Hematologi : Bagian dari ilmu patologi yang mempelajari kelainan


dalam sediaan darah dan berbagai komponen pembekuan darah.

13
4. Mikrobiologi : Bagian dari ilmu patologi yang mempelajari penyakit
infeksi dan organisme (mikroorganisme) yang bertanggung jawab terhadap
penyakit tersebut.

5. Imunologi : Bagian dari ilmu patologi yang mempelajari pertahanan


spesifik dari tubuh manusia.

6. Patologi Kimiawi : Bagian dari ilmu patologi yang mempelajari dan


mendiagnosis suatu penyakit dari hasil pemeriksaan perubahan kimiawi jaringan
dan cairan.

7. Patologi Genetik : Bagian dari ilmu patologi yang mempelajari kelainan-


kelainan kromosom dan gen.

8. Toksikologi : Bagian dari ilmu patologi yang mempelajari tentang racun


dan segala aspeknya yang berpengaruh terhadap tubuh manusia.

9. Patologi Forensik : Bagian dari ilmu patologi yang diaplikasikan untuk


tujuan dan kepentingan hukum (misalnya menemukan sebab kematian pada
kasus kriminal).

10. Patologi bedah : Bagian dari Ilmu patologi yang dipelajari dari jaringan
tubuh yang telah diambil.

11. Patologi otopsi : Bagian dari ilmu patologi yang digunakan untuk
menentukan berbagai faktor yang menyebabkan kematian seseorang.

E. Metode Pembelajaran Patologi


a) Gross Examination : Pemeriksaan suatu penyakit tanpa menggunakan
alat bantu apapun, mengamati secara kasar dan secara langsung.

b) Light Microscopy : Pemeriksaan suatu penyakit melalui pengamatan


dan penelitian, namun untuk penelitian sebatas hanya menggunakan mikroskop
cahaya.

c) Immunochemistry : Pemeriksaan suatu penyakit yang disertai dengan


melihat komposisi kimia dalam sistem imun ketika suatu penyakit sukses
merusak struktural maupun fungsional tubuh.

d) Electron Microscopy :Pemeriksaan suatu penyakit melalui pengamatan


dan penelitian disertai dengan menggunakan mikroskop elektron, sehingga
ketika terjadi sesuatu penyakit dapat dilihat sel atau bagian sel yang diserang
oleh agen penyakit tersebut.

e) Molecular Biology : Penelitian suatu penyakit yang disertai dengan


ilmu biologi molekular.

4. Epidemiologi Deskriptif, Surveilans

14
Epidemiologi deskriptif adalah canang epidemiologi yang menitikberatkan pada frekuensi
dan distribusi penyakit. Umumnya distribusi penyakit dikelompokkan menurut faktor orang,
tempat, dan waktu.
1). Manusia (orang)
Variabel manusia perlu diselidiki dan dianalisis tentang banyaknya
kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut pada kehidupan dan
penderitaan manusia. Variabel ini dipengaruhi oleh penyebaran, distribusi, dan
perjalanan penyakit serta kondisi, berbagai pola perilaku, dan berbagai
keyakinan.
2). Tempat
Variabel tempat berkaitan dengan lokasi sumber penyakit secara
geografis, lokasi saat terjadinya infeksi atau terjadinya cedera dan pengklasteran
kasus . Distribusi penyakit menurut tempat dinyatakan menurut suatu lokasi
yang dibatasi oleh batas-batas alam atau batas administrasi pemerintahan. Batas
alami memiliki arti dalam kaitannya dengan pemahaman etiologi penyakit.
3). Waktu
Variabel waktu dijawab melalui investigasi dan penelitian terhadap semua
aspek elemen waktu yang berhubungn dengan penyebab, kejadian luar biasa,
penyebaran, distribusi, dan perjalan penyakit serta kondisi. Distribusi kejadian
penyakit ini dinyatakan dalam bulanan atau tahunan. Ada 2 macam perubahan
dalam distribusi penyakit yang dapat diidentifikasi menurut waktu yaitu :
a) Seculer trends, yaitu perubahan atau variasi frekuensi kejadian penyakit
dalam jangka panjang
b) Cyclic change, perubahan yang terjadi secara periodic dalam satu
tahun, atau lebih. Fluktuasi jangka pendek sering ditemukan dalam epidemik
penyakit
B. Surveilans
Surveilans adalah pengumpulan, pengolahan, dan analisis data
kesehatan yang dilakukan secara terus menerus serta diseminasi informasi
tepat waktu kepada pihak yang perlu mengetahui sehingga bisa diambil
tindakan.
● Prinsip Surveilans
1. Pengumpulan data Pencatatan insidensi terhadap population at risk.
Pencatatan insidensi berdasarkan laporan rumah sakit, puskesmas, dan
sarana pelayanan kesehatan lain, laporan petugas surveilans di lapangan,
laporan masyarakat, dan petugas kesehatan lain; Survei khusus; dan
pencatatan jumlah populasi berisiko terhadap penyakit yang sedang diamati.
Tehnik pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara dan
pemeriksaan. Tujuan pengumpulan data adalah menentukan kelompok high
risk; Menentukan jenis dan karakteristik (penyebabnya); Menentukan
reservoir; Transmisi; Pencatatan kejadian penyakit; dan KLB.

2. Pengelolaan data

15
Data yang diperoleh biasanya masih dalam bentuk data mentah (row
data) yang masih perlu disusun sedemikian rupa sehingga mudah dianalisis.
Data yang terkumpul dapat diolah dalam bentuk tabel, bentuk grafik maupun
bentuk peta atau bentuk lainnya. Kompilasi data tersebut harus dapat
memberikan keterangan yang berarti.
3. Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatan
Data yang telah disusun dan dikompilasi, selanjutnya dianalisis dan
dilakukan interpretasi untuk memberikan arti dan memberikan kejelasan
tentang situasi yang ada dalam masyarakat.
4. Penyebarluasan data dan keterangan termasuk umpan balik
Setelah analisis dan interpretasi data serta telah memiliki keterangan
yang cukup jelas dan sudah disimpulkan dalam suatu kesimpulan, selanjutnya
dapat disebarluaskan kepada semua pihak yang berkepentingan, agar
informasi ini dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
5. Evaluasi
Hasil evaluasi terhadap data sistem surveilans selanjutnya dapat
digunakan untuk perencanaan, penanggulangan khusus serta program
pelaksanaannya, untuk kegiatan tindak lanjut (follow up), untuk melakukan
koreksi dan perbaikan-perbaikan program dan pelaksanaan program, serta
untuk kepentingan evaluasi maupun penilaian hasil kegiatan.

5. Wabah, KLB, Endemi, Pandemi


A. Definisi
Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan/kematian, yang meluas
secara cepat baik dalam jumlah kasus maupun luas daerah penyakit, dan dapat
menimbulkan malapetaka. Secara umum Wabah dapat diartikan sebagai
kejadian penyakit melebihi dari normal (kejadian yang biasa terjadi). Banyak
definisi yang diberikan mengenai wabah baik kelompok maupun para ahli
diantaranya :
·Wabah adalah penyakit menular yang terjangkit dengan cepat, menyerang
sejumlah besar orang didaerah luas ( KBBI : 1989 ).
·Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah
meluas secara cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit ( depkes
RI, DirJen P2MPLP : 1981).
·Wabah adalah kejadian terjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari
keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan
malapetaka ( UU RI No. 4 tahun 1984 ).
·Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada
penduduk suatu daerah, yang nyata jelas melebihi jumlah biasa ( Benenson :
1985 )

16
·Wabah adalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat berupa
penderita penyakit, perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, atau kejadian
lain yang berhubungan dengan kesehatan yang jumlahnya lebih banyak dari
keadaan biasa ( Last : 1981 )
·Wabah penyakit menular adalah kejadian terjangkitnya suatu penyakit
menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata
melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta
dapat menimbulkan malapetaka (UU No.4, 1984)
·Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah
dalam kurun waktu tertentu (Peraturan Menteri Kesehatan RI, Nomor
560/Menkes/Per/VIII/1989)
·Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari
pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka dan ditetapkan oleh Menteri. (Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 45 tahun 2014)
·Menurut UU no. 4 tahun 1984, wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu
penyakit menular dalam masyarakat yang jumlahnya meningkat secara nyata
melebihi daripada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta
dapat menimbulkan malapetaka.
·Menurut Permenkes no 949/MENKES/SK/VII/2004 KLB (Kejadian Luar
Biasa) adalah meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna
secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
·Kejadian Luar Biasa (KLB) salah satu kategori status wabah dalam
peraturan yang berlaku di Indonesia. Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004.
·Menurut Permenkes 1501 Tahun 2010, KLB (kejadian luar biasa) adalah
timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang
bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu,
dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.

B. Persyaratan

Kriteria tentang KLB mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/9. Suatu
kejadian penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB apabila memenuhi
kriteria sebagai berikut :
1.Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/ tidak
dikenal.
2.Peningkatan kejadian penyakit/ kematian terus – menerus selama tiga
kurun waktu berturut – turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu).
3.Peningkatan kejadian penyakit/ kematian, dua kali atau lebih
dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, minggu, bulan, tahun).

17
4.Jumlah penderita baru dalam suatu bulan menunjukan kenaikan dua kali
atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun
sebelumnya.
5.Angka rata – rata perbulan selama satu tahun menunjukan kenaikan dua
kali lipat atau lebih dibandingkan dengan angka rata – rata perbulan dari tahun
sebelumnya.
6.Case fatality rate ( CFR ) suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu
menunjukan kenaikan 50% atau lebih, dibandingkan dengan CFR dari periode
sebelumnya.
7.Proportional rate ( PR ) penderita dari suatu periode tertentu menunjukan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan periode kurun waktu atau tahun
sebelumnya.
8.Beberapa penyakit khusus menetapkan kriteria khusus : cholera dean
demam berdarah dengue.
·Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis ).
·Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode empat minggu
sebelumnya, daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.
9.Beberapa penyakit seperti keracunan, menetapkan satu kasus atau lebih
sebagai KLB.
· Keracunan makanan
· Keracunan pestisida

Satu kenaikan yang kecil dapat saja merupakan KLB yang perlu ditangani
seperti penyakit poliomylitis dan tetanus neonatorum kasus dianggap KLB dan
perlu penanganan khusus

C. Penatalaksanaan
1. TATALAKSANA WABAH
Berdasarkan Permenkes nomor 949/MenKes/SK/VIII/2004 dan UU No 4
Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular dan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1991 telah dibuat suatu sistem
kewaspadaan dini KLB (SKD - KLB) dengan menerapkan surveilans
epidemiologi untuk pencegahan dan penanggulangan cepat suatu
wabah.Surveilans epidemiologi berupa kajian secara terus menerus,
berkelanjutan, dan sistematis terhadap penyakit berpotensi KLB didasarkan
pada:
a. Laporan masyarakat mengenai wabah
b. data epidemiologi KLB
c. surveilans terpadu berbasis KLB
d. sistem peringatan dini di RS dan puskesmas
Berdasarkan UU Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah
Penyakit Menular dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40
Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular, upaya
penanggulangan meliputi:

18
a. Penyelidikan epidemiologis, yang bertujuan untuk:
Ø Mengetahui sebab-sebab penyakit wabah
Ø Menentukan faktor penyebab timbulnya wabah
Ø Mengetahui kelompok masyarakat yang terancam terkena wabah
Ø Menentukan cara penanggulangan
Penyelidikan epidemiologis ini dilakukan melalui kegiatan-kegiatan seperti:
Ø Pengumpulan data kesakitan dan kematian penduduk
Ø Pemeriksaan klinis, fisik, laboratorium dan penegakan diagnosis
Ø Pengamatan terhadap penduduk pemeriksaan terhadap makhluk hidup
lain dan benda-benda yang ada di suatu wilayah yang diduga mengandung
penyebab penyakit wabah
b. Pemeriksaan, Pengobatan, Perawatan, dan Isolasi Penderita, termasuk
Tindakan Karantina, dilakukan di sarana pelayanan kesehatan, atau di tempat
lain yang ditentukan. Kegiatan ini dilakukan bertujuan untuk
Ø Memberikan pertolongan medis kepada penderita agar sembuh dan
mencegah agar mereka tidak menjadi sumber penularan
Ø Menemukan dan mengobati orang yang tampaknya sehat, tetapi
mengandung penyebab penyakit sehingga secara potensial dapat menularkan
penyakit (carrier)
c. Pencegahan dan Pengebalan, dilakukan terhadap masyarakat yang
mempunyai risiko terkena penyakit wabah dengan atau tanpa persetujuan dari
orang yang bersangkutan. Kegiatan ini dilakukan untuk memberi perlindungan
kepada orang-orang yang belum sakit tetapi mempunyai resiko untuk terkena
penyakit.
d. Mempertinggi nilai kesehatan, hal ini dapat dilakukan dengan cara usaha
kesehatan per orang dan usaha kesehatan lingkungan, salah satunya adalah
dengan membiasakan untuk mencuci tangan setelah melakukan kegiatan untuk
menghindari patogen
e. Memberikan vaksinasi/ imunisasi, merupakan usaha untuk melakukan
pengebalan tubuh. Dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu pengebalan aktif dan
pengebalan pasif. Pengebalan aktif yaitu dengan cara memasukkan memasukkan
vaksin (bibit penyakit yang telah dilemahkan) ke dalam tubuh sehingga tubuh
bisa membentuk antibodinya. Contohnya adalah imunisasi BCG, DPT, Campak,
dan Hepatitis. Sedangkan, pengebalan pasif yaitu dengan memasukkan serum
yang mengandung antibodi. Sebagai contoh untuk pengebalan pasif adalah
pemberian ATS (Anti Tetanus Serum)
f. Pemeriksaan kesehatan berkala, merupakan upaya yang dilakukan untuk
mencegah munculnya atau menyebarnya suatu penyakit , sehingga munculnya
wabah dapat dideteksi secara dini. Masyarakat dapat mendapatkan perawatan
kesehatan, penanganan suatu penyakit, usaha mempertinggi nilai kesehatan, dan
mendapatkan vaksin.
g. Pemusnahan penyebab penyakit, Tindakan ini harus dilakukan dengan
cara tidak merusak lingkungan hidup atau tidak menyebabkan tersebarnya
wabah penyakit. Seperti contoh, dalam pemusnahan sarang tempat berkembang

19
biaknya nyamuk penular malaria, tidak digunakan bahan atau insektisida yang
dapat menimbulkan kehidupan ikan atau biota lain yang bermanfaat bagi
kehidupan manusia.
Tindakan pemusnahan penyebab penyakit ini, dilakukan terhadap:
ü Bibit penyakit kuman
ü Hewan, tumbuh-tumbuhan, atau benda yang mengandung penyebab
penyakit. Tindakan pemusnahan terhadap hewan dan tumbuh-tumbuhan
menjadi tugas dan tanggung jawab dari petugas yang bertanggung jawab di
bidang peternakan dan tanaman.

h. Pemusnahan Penyebab Penyakit, dilakukan terhadap :


Ø Bibit penyakit/kuman
Ø hewan, tumbuh-tumbuhan dan atau benda yang mengandung penyebab
penyakit
Pemusnahan harus dilakukan dengan cara tanpa merusak lingkungan hidup
atau tidak menyebabkan tersebarnya wabah penyakit.
i. Penanganan Jenazah Akibat Wabah, dilakukan dengan memperhatikan
norma agama atau kepercayaan dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Terhadap jenazah akibat penyakit wabah, perlu penanganan secara
khusus menurut jenis penyakitnya yang meliputi :
Ø Pemeriksaan jenazah oleh pejabat kesehatan;
Ø Perlakuan terhadap jenazah dan sterilisasi bahan-bahan dan alat yang
digunakan dalam penanganan jenazah diawasi oleh pejabat kesehatan
j. Penyuluhan kepada Masyarakat mengenai upaya penanggulangan wabah
dilakukan oleh pejabat kesehatan dengan mengikutsertakan pejabat instansi lain,
lembaga swadaya masyarakat, pemuka agama dan pemuka masyarakat.
Penyuluhan kepada masyarakat dilakukan dengan mendayagunakan
berbagai media komunikasi, massa baik pemerintah maupun swasta. Setiap
orang berperan serta dalam pelaksanaan upaya penanggulangan wabah, peran
serta tersebut dapat dilakukan dengan :
Ø Memberikan informasi adanya penderita atau tersangka penderita
penyakit wabah
Ø Membantu kelancaran pelaksanaan upaya penanggulangan wabah
Ø Menggerakkan motivasi masyarakat dalam upaya penanggulangan wabah
Ø Kegiatan lainnya
k. Upaya Penanggulangan Lainnya, yaitu tindakan-tindakan khusus untuk
masing-masing penyakit, yang dilakukan dalam rangka penanggulangan wabah,
misalnya penutupan daerah tertentu yang dilakukan oleh Kepala
Wilayah/Daerah atas permintaan Menteri.
Tujuan Penyidikan KLB
a. Tujuan Umum :
Ø Mencegah meluasnya (penanggulangan). Mencegah terulangnya KLB di
masa yang akan datang
Ø Mencegah terulangnya KLB di masa yang akan datang (pengendalian).

20
b. Tujuan khusus :
Ø Diagnosis kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit
Ø Memastikan bahwa keadaan tersebut merupakan KLB
Ø Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan
Ø Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB
Ø Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang beresiko
akan terjadi KLB (CDC, 1981; Bres, 1986).
Instansi-instansi terkait dengan tatalaksana wabah dari tingkat daerah
hingga tingkat nasional maupun internasional, dilakukan oleh:
ü Puskemas
ü Rumah Sakit
ü Dinas kesehatan
ü Kementrian Kesehatan
ü BPS (Badan Pusat Statistik) yang berada di tingkat nasional
ü WHO yang berada di tingkat internasional
Endemi
Endemi (awalan en- berarti "dalam atau di dalam") adalah
berlangsungnya suatu penyakit pada tingkatan yang sama atau keberadaan
suatu penyakit yang terus-menerus di dalam populasi atau wilayah tertentu -
prevalensi suatu penyakit yang biasa berlangsung di satu wilayah atau
kelompok tertentu.
Pandemi
keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit),
frekuensinya dalam waktu singkat meningkat tinggi dan penyebarannya telah
mencakup wilayah yang luas

6. Promkes
A. Definisi
Piagam Ottawa (1986) à Promosi Kesehatan adalah suatu proses untuk
memampukan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan
mereka.
Menurut WHO, Promosi kesehatan adalah proses atau upaya pemberdayaan
masyarakat untuk dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Depkes, 2005, Promosi kesehatan mempunyai pengertian sebagai upaya
pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatan diri dan lingkungannya melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan
bersama masyarakat, agar dapat menolong dirinya sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial
budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan
Promosi Kesehatan Adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan
dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang
dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang
kondusif bagi kesehatan.(Lawrence Green, 1984)

21
1. Media

Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai
alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa
atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebarluasan informasi.

● Kegunaan Media Dalam Promosi Kesehatan :


Biasanya alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan
papan tulis dengan photo dan sebagainya. Tetapi dalam menggunakan alat
peraga, baik secara kombinasi maupun tunggal, ada dua hal yang harus
diperhatikan, yaitu :
1. Alat peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat sasaran

2. Ide atau gagasan yang terkandung di dalamnya harus dapat diterima oleh
sasaran
● Alat Peraga Yang Digunakan Dengan Baik Akan Memberikan
Keuntungan, Yaitu :
Dapat menghindari salah pengertian/pemahaman atau salah tafsir. Dengan
contoh yang telah disebutkan pada bagian atas dapat dilihat bahwa salah tafsir
atau salah pengertian tentang bentuk plengsengan dapat dihindari.
1. Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah
ditangkap.
2. Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang
mengesankan.
3. Dapat menarik serta memusatkan perhatian.
4. Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang
dianjurkan.
Ø Jenis- Jenis Media :

ü Benda asli : yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati.
Merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah serta cepat dikenal,
mempunyai bentuk serta ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini kelemahannya
tidak selalu mudah dibawa ke mana-mana sebagai alat bantu mengajar.

Termasuk dalam macam alat peraga ini antara lain :


1. Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas tinja, dsb

2. Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti


cacing dalam botol pengawet, dll

3. Sample yaitu contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan


seperti oralit, dll

ü Benda tiruan : yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya. Benda


tiruan bisa digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan.

22
Hal ini dikarena menggunakan benda asli tidak memungkinkan, misal ukuran
benda asli yang terlalu besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan dapat dibuat dari
bermacam-macam bahan seperti tanah, kayu, semen, plastik dan lain-lain.

ü Gambar/Media grafis, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan,


dll.
1. Poster
Adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar dengan
sedikit kata-kata.Kata-kata dalam poster harus jelas artinya, tepat pesannya dan
dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih 6 meter. Poster biasanya
ditempelkan pada suatu tempat yang mudah dilihat dan banyak dilalui orang
misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan pengumuman, dan lain-lain.
Gambar dalam poster dapat berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau photo.
Poster terutama dibuat untuk mempengaruhi orang banyak, memberikan
pesan singkat.Karena itu cara pembuatannya harus menarik, sederhana dan
hanya berisikan satu ide atau satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster
yang mempunyai daya tinggal lama dalam ingatan orang yang melihatnya serta
dapat mendorong untuk bertindak.
2. Leaflet
Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat
yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana.
Ada beberapa yang disajikan secara berlipat.
Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentan suatu
masalah, misalnya deskripsi pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi
tentang diare dan pencegahannya, dan lain-lain. Leaflet dapat diberikan atau
disebarkan pada saat pertemuan pertemuan dilakukan seperti pertemuan FGD,
pertemuan Posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain. Leaflet dapat dibuat
sendiri dengan perbanyakan sederhana seperti di photo copy.
ü Gambar alat optik. seperti photo, slide, film, dll
1. Photo
Sebagai bahan untuk alat peraga, photo digunakan dalam bentuk :
a. Album, yaitu merupakan foto-foto yang isinya berurutan,
menggambarkan suatu cerita, kegiatan dan lain-lain. Dikumpulkan dalam
sebuah album. Album ini bisa dibawa dan di tunjukan kepada masyarakat
sesuai dengan topik yang sedang didiskusikan. Misalnya album photo yang
berisi kegiatan-kegiatan suatu desa untuk merubah kebiasaan BABnya
menjadi di jamban dengan CLTS sampai mendapat pengakuan resmi dari
Bupati.
b. Dokumentasi lepasan. Yaitu photo-photo yang berdiri sendiri dan tidak
disimpan dalam bentuk album. Menggambarkan satu pokok persoalan atau
titik perhatian. Photo ini digunakan biasanya untuk bahan brosur, leaflet,
dll
2. Slide

23
Slide pada umumnya digunakan dengan sasaran kelompok atau grup. Slide ini
sangat effektif untuk membahas suatu topic tertentu, dan peserta dapat
mencermati setiap materi dengan cara seksama, karena slide sifatnya dapat
diulang-ulang
3. Film
Film lebih kearah sasaran secara masal, sifatnya menghibur namun
bernuansa edukatif.

2. Metode
Metode Promosi Kesehatan dapat digolongkan berdasarkan teknik
komunikasi, sasaran yang dicapai dan indera penerima dari sasaran promosi.

▪ Berdasarkan Teknik Komunikasi

a) Metode penyuluhan langsung. Dalam hal ini para penyuluh langsung


berhadapan atau bertatap muka dengan sasaran. Termasuk di sini
antara lain : kunjungan rumah, pertemuan diskusi (FGD), pertemuan di
balai desa, pertemuan di Posyandu, dll.
b) Metode yang tidak langsung. Dalam hal ini para penyuluh tidak
langsung berhadapan secara tatap muka dengan sasaran, tetapi ia
menyampaikan pesannya dengan perantara (media). Umpamanya
publikasi dalam bentuk media cetak, melalui pertunjukan film, dsb.
▪ Berdasarkan Jumlah Sasaran Yang Dicapai

a) Pendekatan PERORANGAN. Dalam hal ini para penyuluh


berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan sasaran
secara perorangan, antara lain : kunjungan rumah, hubungan telepon,
dan lain-lain
b) Pendekatan KELOMPOK. Dalam pendekatan ini petugas promosi
berhubungan dengan se kelompok sasaran. Beberapa metode
penyuluhan yang masuk dalam kategori ini antara lain : Pertemuan,
Demonstrasi, Diskusi kelompok, Pertemuan FGD, dan lain-lain
c) Pendekatan MASSAL Petugas Promosi Kesehatan menyampaikan
pesannya secara sekaligus kepada sasaran yang jumlahnya banyak.
Beberapa metode yang masuk dalam golongan ini adalah : Pertemuan
umum, pertunjukan kesenian, Penyebaran tulisan/poster/media cetak
lainnya, Pemutaran film, dll

▪ Berdasarkan Indera Penerima

a) Metode MELIHAT/MEMPERHATIKAN. Dalam hal ini pesan


diterima sasaran melalui indera penglihatan, seperti : Penempelan
Poster, Pemasangan Gambar/Photo, Pemasangan Koran dinding,
Pemutaran Film.

24
b) Metode PENDENGARAN. Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran
melalui indera pendengar, umpamanya : Penyuluhan lewat radio,
Pidato, Ceramah, dll.
c) Metode KOMBINASI. Dalam hal ini termasuk : Demonstrasi cara
(dilihat, didengar, dicium, diraba dan dicoba).
3. Strategi

Untuk mewujudkan visi dan misi secara efektif dan efisien diperlukan cara
dan pendekatan yang strategis. Berdasarkan rumusan WHO (1994), strategi
promosi kesehatan secara global terdiri dari 3 hal, yaitu:
a) Advokasi: kegiatan untuk meyakinkan orang lain, agar orang lain
tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam
konteks promkes, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan
atau penentu kebijakan di berbagai sektor dan berbagai tingkat.
b) Dukungan sosial: kegiatan untuk mencari dukungan sosial melalui tokoh-
tokoh masyarakat baik formal maupun informal, sebagai jembatan antara sektor
kesehatan dengan masyarakat untuk mensosialisasikan program-program
kesehatan.
c) Pemberdayaan masyarakat: merupakan strategi promkes yang ditujukan
kepada masyarakat langsung dengan tujuan utama untuk mewujudkan
kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan
mereka sendiri. Bentuk kegiatan: penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan
pengembangan masyarakat.

Konferensi internasional promosi kesehatan di Ottawa Canada pada tahun


1986 menghasilkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter). Dalam Piagam Ottawa
tersebut dirumuskan pula strategi baru promosi kesehatan yang mencakup 5
butir, yakni :
1. Kebijakan Berwawasan Kebijakan (Healthy Public Policy)
Adalah suatu strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada para
penentu atau pembuat kebijakan agar mereka mengeluarkan kebijakan –
kebijakan publik yang mendukung atau menguntungkan kesehatan. Dengan kata
lain, agar kebijakan dalam bentuk peraturan, perundangan, surat – surat
keputusan dan sebagainya, selalu berwawasan atau berorientasi kepada
kesehatan publik. Misalnya, ada peraturan atau undang – undang yang mengatur
adanya analisis dampak lingkungan untuk mendirikan pabrik, perusahaan rumah
sakit dan sebagainya. Setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pejabat publik
harus memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan kesehatan masyarakat
(Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
2. Lingkungan yang Mendukung (Supporting Environment)
Hendaknya setiap aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat harus
memperhatikan dampak pada lingkungan sekitar agar mempermudah promosi

25
kesehatan. Lingkungan yang dimaksud di sini bukan saja lingkungan fisik,
tetapi lingkungan non – fisik yang kondusif terhadap kesehatan masyarakat
(Mubarak dan Nurul, 2009).
Strategi ini ditujukan kepada para pengelola tempat umum termasuk
pemerintah kota, agar mereka menyediakan sarana – prasarana atau fasilitas
yang mendukung terciptanya perilaku sehat bagi masyarakat atau sekurang –
kurangnya pengunjung tempat – tempat umum tersebut. Lingkungan yang
mendukung bagi kesehatan tempat – tempat umum antara lain : tersedianya
tempat sampah, buang air besar atau kecil, air bersih, ruangan bagi perokok dan
non perokok serta lain sebagainya. Jadi, para pengelola tempat – tampat umum
seperti pasar, terminal, stasiun kereta api, bandara, pelabuhan, mall harus
menyediakan sarana – sarana untuk mendukung perilaku sehat bagi
pengunjungnya. (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
3. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Service)
Sudah menjadi pemahaman masyarakat pada umumnya, bahwa dalam
pelayanan kesehatan itu ada provider dan customer. Penyelenggara (penyedia)
pelayanan kesehatan adalah pemerintah, sedangkan swasta dan masyarakat
adalah pemakai atau pengguna pelayanan kesehatan. Pemahaman semacam ini
harus diubah dan diorientasikan bahwa masyarakat bukan hanya sekedar
pengguna atau penerima pelayanan kesehatan, tetapi sekaligus sebagai
penyelenggara pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta harus
melibatkan, bahkan memberdayakan masyarakat agar mereka juga dapat
berperan bukan hanya sebagai penerima pelayanan kesehatan tetapi sekaligus
sebagai penyelenggara kesehatan masyarakat. Dalam mereorientasikan
pelayanan kesehatan ini peran promosi kesehatan sangatlah penting (Soekidjo
Notoatmodjo, 2010).
4. Keterampilan Individu (Personal Skill)
Diharapkan tiap – tiap individu yang berada di masyarakat mempunyai
pengetahuan dan kemampuan yang baik dalam memelihara kesehatannya,
mengenai penyebab penyakit, mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya
dan mampu mencari pengobatan yang layak jika mereka atau anak – anak
mereka sedang sakit (Mubarak dan Nurul, 2009).
Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat yang terdiri dari individu,
keluarga dan kelompok – kelompok. Jadi, kesehatan masyarakat akan terwujud
apabila kesehatan individu, keluarga serta kelompok dapat terwujud. Strategi
untuk mewujudkan keterampilan individu (personal skill) dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatan adalah sangat penting. Langkah awal dari
peningkatan keterampilan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan
mereka ini adalah memberikan pemahaman – pemahaman kepada anggota
masyarakat tentang cara – cara memelihara kesehatan, mencegah penyakit,
mengenal penyakit, mencari pengobatan ke fasilitas kesehatan profesional,
meningkatkan kesehatan dan sebagainya. Metode dan teknik pemberian

26
pemahaman ini lebih bersifat individual daripada massa (Soekidjo Notoatmodjo,
2010).
5. Gerakan Masyarakat (Community Action)
Untuk mendukung perwujudan masyarakat yang mau, mampu memelihara
dan meningkatkan kesehatannya seperti tersebut dalam visi promosi kesehatan
ini, maka di dalam masyarakat itu sendiri harus ada gerakan atau kegiatan –
kegiatan untuk kesehatan. Oleh sebab itu, promosi kesehatan harus mendorong
serta memacu kegiatan – kegiatan di masyarakat dalam mewujudkan kesehatan
mereka. Tanpa adanya kegiatan masyarakat di bidang kesehatan, niscaya
terwujud perilaku yang kondusif untuk kesehatan atau masyarakat yang mau
dan mampu memelihara serta meningkatkan kesehatan mereka (Soekidjo
Notoatmodjo, 2010).
4. Sasaran

1. Sasaran Primer : Sesuai misi pemberdayaan. Misal: kepala keluarga, ibu


hamil/menyusui, anak sekolah.

2. Sasaran Sekunder : Sesuai misi dukungan sosial. Misal: Tokoh


masyarakat, tokoh adat, tokoh agama.
3. Sasaran Tersier : Sesuai misi advokasi. Misal: Pembuat kebijakan mulai
dari pusat sampai ke daerah.

5. Ruang lingkup

1.Dimensi Aspek Sasaran Pelayanan Kesehatan


a. Promkes pada Tingkat Promotif

ü Sasaran : Kelompok orang sehat


ü Tujuan : Mampu meningkatkan kesehatannya
b. Promkes pada Tingkat Preventif

ü Sasaran : Kelompok orang sehat dan kelompok high risk (ibu hamil, bayi
ü Tujuan : Mencegah kelompok tersebut agar tidak jatuh sakit
c. Promkes pada Tingkat Kuratif

ü Sasaran : Para penderita penyakit


ü Tujuan : Mencegah penyakit tersebut agar tidak menjadi lebih parah
d. Promkes pada Tingkat Rehabilitatif

ü Sasaran : Penderita penyakit yang baru sembuh dari penyakitnya


ü Tujuan : Segera pulih kembali kesehatannya dan mengurangi kecacatan
seminimal mungkin
2. Dimensi Tempat Pelaksanaan Promosi Kesehatan atau Tatanan
(Setting)

27
a. Tatanan Rumah Tangga
b. Tatanan Sekolah
c. Tempat Kerja
d. Tempat Umum
e. Institusi Pelayanan Kesehatan

28

Anda mungkin juga menyukai