Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PENYAKIT COR PULMONALE

(Ditujukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah)

DOSEN PEMBIMBING

Ns. Sadaukur Br. Barus S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh

Kelompok 6

Tita Lela Rosalina (E.0105.18.037)

Yusrizal Pamungkas (E.0105.18.042)

PRODI D III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada penyakit corpulmonale
ini dalam waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW
yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang.

Penulis menyadari bahwa susunan pembuatan laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini
belum mencapai hasil yang sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan yang bersifat
membangun demi penyempurnaan laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini.

Akhir kata penulis mengucapkan selamat membaca dan semoga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Cimahi, 25 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL........................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................................................1

B. Batasan Masalah..............................................................................................................................1

C. Rumusan Masalah............................................................................................................................2

D. Tujuan Penulisan.............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................3

A. Definisi............................................................................................................................................3

B. Etiologi............................................................................................................................................3

C. Manifestasi Klinis............................................................................................................................3

D. Patofisiologi.....................................................................................................................................4

E. Pemeriksaan Diagnostik..................................................................................................................6

F. Penatalaksaaan.................................................................................................................................6

G. Komplikasi......................................................................................................................................7

H. Klasifikasi........................................................................................................................................8

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.........................................................................................................9

A. Pengkajian.......................................................................................................................................9

B. Diagnosa Keperawatan..................................................................................................................15

C. Intervensi Keperawatan.................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................22

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cor pulmonale adalah hipertrofi atau dilatasi ventrikel kanan akibat hipertensi pulmonary
yang disebabkan penyakit parenkim paru dan atau pembuluh darah paru yang tidak berhubungan
dengan kelainan jantung kiri. Istilah hipertrofi yang bermakna patologis menurut weitzenblum
sebaiknya diganti menjadi perubahan struktur dan fungsi ventrikel kanan. Untuk menetapkan
adanya cor pulmonale secara klinis pada pasien gagal nafas diperlukan tanda pada pemeriksaan
fisis yakni edema. Hipertensi pulmonale “sine qua non” dengan cor pulmonale maka definisi cor
pulmonale yang terbaik adalah hipertensi pulmonal yang disebabkan penyakit yang mengenai
struktur dan atau pembuluh darah paru; hipertensi pulmonale yang menghasilkan pembesaran
ventrikel kanan (hipertrofi dan atau dilatasi) dan berlanjut dengan berjalannya waktu menjadi
gagal jantung kanan. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) merupakan penyebab utama
insufisiensi espirasi kronik dan cor pulmonale, diperkirakan 80-90% kasus. (Setiati dkk. ,
2014:1251)

Penyebab dari cor pulmonale yang terbanyak adalah hipertentsi pulmonale yang
disebabkan oleh proses primer paru, akan tetapi sebagian besar tidak diketahui. Lebih banyak
gejala cor pulmonale ditimbulkan oleh hipertensi pulmonale berupa cepat capek, sesak, tegang,
kadang-kadang sincope. (Wahid dan Suprapto, 2013:116)

B. Batasan Masalah

Masalah pada pembahasan ini dibatasi pada konsep teori penyakit dan konsep asuhan
keperawatan klien yang mengalami cor pulmonale.

1
C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep penyakit pada pasien dengan cor pulmonale?

2. Bagaimana pengkajian pada pasien dengan cor pulonale?

3. Bagaimana diagnosa keperawatan pada pasien dengan cor pulmonale?

4. Bagaimana intervensi pada pasien dengan cor pulmonale?

D. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Diharapkan dapat memahami dan mengetahui tentang konsep teori dan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan cor pulmonale.

2. Tujuan Khusus

- Mahasiswa mampu mengetahui konsep penyakit pada pasien dengan cor pulmonale

- Mahasiswa mampu mengetahui pengkajian pada pasien dengan cor pulmonale

- Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa keperawatan pada pasien dengan cor


pulmonale

- Mahasiswa mampu mengetahui intervensi pada pasien dengan cor pulmonale.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Kor Pulmonal merupakan suatu kondisi di mana ventrikel kanan mengalami pembesaran
(dengan atau tanpa gagal jantung kanan) akibat adanya penyakit yang mempengaruhi struktur
atau fungsi paru-paru (Smeltzer, 2010). Tekanan arteri pulmonar pada klien dengan kor pulmonal
dapat mencapai 45 mm Hg atau lebih. Penyebab paling sering adalah penyakit paru obstruktif
kronis (PPOK) yang parah. Kondisi lain yang menjadi penyebab kor pulmonal adalah kondisi
yang membatasi fungsi ventilasi; kondisi yang memicu hipoksemia atau asidosis, dan kondisi
yang mengurangi peredaran darah di paru-paru serta gangguan lain, seperti gangguan sistem
saraf, otot pernafasan, dan dinding dada.

B. Etiologi

Paru-paru bergantung pada jantung untuk mengangkut darah dari tubuh ke paru-paru.
Hipertensi pulmonal adalah jenis peningkatan tekanan di arteri paru-paru dan berakibat pada
ventrikel kanan jantung. Hal tersebut terjadi akibat ventrikel kanan harus mengatasi tekanan
tinggi di paru-paru untuk memaksa darah masuk ke paru-paru. Tekanan yang meningkat ini
menyebabkan transportasi darah ke paru-paru tidak efektif. Hipertensi pulmonal yang tidak
diobati adalah penyebab paling umum kor pulmonal. Kondisi lain yang dapat menyebabkan
komplikasi kesehatan ini termasuk emboli paru-paru, penyakit paru obstruktif kronik, kerusakan
jaringan paru-paru, sleep apnea, dan cystic fibrosis.

C. Manifestasi Klinis

Informasi yang didapat bisa berbeda-beda antara satu penderita yang satu dengan yang
lain tergantung pada penyakit dasar yang menyebabkan pulmonary heart disease.
Cor-pumonal akibat Emboli Paru : sesak tiba-tiba pada saat istirahat, kadang-kadang didapatkan
batuk-batuk, dan hemoptisis.
Cor-pulmonal dengan PPOM : sesak napas disertai batuk yang produktif (banyak sputum).
Cor pulmonal dengan hipertensi pulmonal primer : sesak napas dan sering pingsan jika
beraktifitas (exertional syncope).

3
Pulmonary heart disease dengan kelainan jantung kanan : bengkak pada perut dan kaki serta cepat
lelah.
Gejala predominan pulmonary heart disease yang terkompensasi berkaitan dengan
penyakit parunya, yaitu batuk produktif kronik, dispnea karena olahraga, wheezing respirasi,
kelelahan dan kelemahan. Jika penyakit paru sudah menimbulkan gagal jantung kanan, gejala -
gejala ini lebih berat. Edema dependen dan nyeri kuadran kanan atas dapat juga muncul.
Tanda- tanda pulmonary heart disease misalnya sianosis, clubbing, vena leher distensi, ventrikel
kanan menonjol atau gallop (atau keduanya), pulsasi sternum bawah atau epigastrium prominen,
hati membesar dan nyeri tekan, dan edema dependen.
Gejala- gejala tambahan ialah:
1. Sianosis
2. Kurang tanggap/ bingung
3. Mata menonjol

D. Patofisiologi

Beratnya pembesaran ventrikel kanan pada pulmonary heart disease berbanding lurus
dengan fungsi pembesaran dari peningkatan afterload. Jika resistensi vaskuler paru meningkat
dan relative tetap, seperti pada penyakit vaskuler atau parenkim paru, peningkatan curah jantung
sebagaimana terjadi pada pengerahan tenaga fisik, maka dapat meningkatkan tekanan arteri
pulmonalis secara bermakna. Afterload ventrikel kanan secara kronik meningkat jika volume paru
membesar, seperti pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), pemanjangan pembuluh paru,
dan kompresi kapiler alveolar.
Penyakit paru dapat menyebabkan perubahan fisiologis dan pada suatu waktu akan
mempengaruhi jantung serta menyebabkan pembesaran ventrikel kanan. Kondisi ini seringkali
menyebabkan terjadinya gagal jantung. Beberapa kondisi yang menyebabkan penurunanan
oksigenasi paru dapat mengakibatkan hipoksemia ( penurunan PaO2 ) dan hipercapnea
( peningkatan PaCO2), yang nantinya akan mengakibatkan insufisiensi ventilasi. Hipoksia dan
hiperkapnea akan menyebabkan vasokonstriksi arteri pulmonal dan memungkinkan terjadinya
penurunan vaskularisasi paru seperti pada emfisema dan emboli paru. Akibatnya akan terjadi
peningkatan ketahanan pada sistem sirkulasi pulmonal, yang akan menjadikannya hipertensi
pulmonal. Tekanan rata-rata pada arteri baru ( arterial mean preassure) adalah 45mmHg, jika
tekanan ini meningkat dapat menimbulkan pulmonary heart disease. Ventrikel kanan akan
hipertropi dan mungkin akan diikuti gagal jantung kanan.

4
Gangguan paru-paru restriktif

Gangguan paru-paru obstruksi

Perubahan anatomi Perubahan fungsional paru-paru


pembuluh darah paru-paru

Hiposekmia dan hiperkapnia

Polisitemia
Pengurangan jaringan Asidosis
vaskular paru-paru
Peningkatan resistensi
Vasokontriksi arteri pulmonal
vaskular paru-paru

Hipertensi pulmonal

Hipertensi ventrikel kanan

Kor Pulmonal

E. Pemeriksaan Diagnostik

Kor Pulmonal didiagnosis menggunakan pemeriksaan fisik dan tes medis. Dokter akan
mencari irama jantung abnormal, retensi cairan, dan distensi vena jugularis. Pemeriksaan darah
perlu dilakukan untuk mendeteksi kadar antibodi dan peptida natriuretik.

5
Peptida natriuretik adalah asam amino yang disekresioleh jantung dan hepar. Pemeriksaan
diagnostik juga meliputi:

1) CT Scan

2) Ekokardiogram, pemeriksaan menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan


gambaran jantung

3) X-ray toraks, untuk pemeriksaan adanya kelainan pada toraks

4) Scan paru-paru, digunakan untuk mendeteksi pembekuan darah

5) Tes fungsi paru-paru, untuk melihat fungsi paru-paru

6) Kateterisasi jantung kanan

F. Penatalaksaaan

a. Penatalaksaan Medis

1) Tujuan pengobatan adalah untuk memperbaiki ventilasi dan mengobati penyakit paru
yang mendasarinya; serta manifestasi penyakit jantung.

2) Pemberian oksigen dilakukan untuk mengurangi tekanan arteri pulmonal dan


resistensi pembuluh darah paru. Untuk klien dengan hipoksia berat, berikan terapi
oksigen terus menerus (24 jam/hari).

3) Tingkat oksigen darah dinilai dengan oksimetri nadi dan analisis gas darah arteri.

4) Fisioterapi dada dilakukan untuk menurunkan akumulasi sekret/mukus jalan napas.


Selain itu, dapat diberikan bronkodilator untuk meningkatkan kemampuan ventilasi.

5) Terapi bronkodilator diberikan pada kasus dengan etiologi gangguan obstruktif.

6) Lakukan intubasi dan ventilasi mekanis (jika diperlukan) jika terjadi kegagalan
pernapasan.

7) Jika klien mengalami gagal jantung (heart failure), hipoksemia, dan hiperkapnia,
segera tangani untuk memperbaiki curah jantung.

6
8) Edema periferal dan preload ventrikel kanan dikurangi dengan istirahat, restriksi
natrium, dan diuretik.

9) Jika diindikasikan (misalnya, pada kegagalan ventrikel kiri), digitalis dapat diberikan.

10) Infeksi paru-paru harus segera diobati karena hal ini akan memperburuk hipoksemia
dan kor pulmonal.

11) Pemberian kortikosteroid

12) Pemberian vasodilator

b. Penatalaksaan non Medis


1) Tirah baring, anjuran untuk diet rendah garam Tirah baring mencegah memburuknya
hipoksemia yang akan lebih menaikkan lagi tekanan arteri pulmonalis. Garam perlu
dibatasi tetapi tidak secara berlebihan karena klorida serum yang rendah akan
menghalangi usaha untuk menurunkan hiperkapnia.
2) Tindakan preventif, yaitu berhenti merokok olahraga dan teratur, serta senam
pernapasan sangat bermanfaat walaupun harus dalam jangka panjang. (handz-
superners, 2015)

G. Komplikasi

Komplikasi dari pulmonary heart disease diantaranya:


a) Sinkope
b) Gagal jantung kanan
c) Edema perifer
d) Kematian

H. Klasifikasi

Secara umum cor pulmonale dibagi menjadi dua bentuk:


1. Cor Pulmonale Akut
Yaitu dilatasi mendadak dari ventrikel kanan dan dekompensasi
2. Cor Pulmonale Kronik
Merupakan jenis pulmonale yang paling sering terjadi. Dinyatakan sebagai hipertropi
ventrikel kanan akibat penyakit paru atau pembuluh darah atau adanya kelainan pada toraks,
yang akan menyebabkan hipertensi dan hipoksia sehingga terjadi hipertropi ventrikel kanan.
(somantri, 2012:131)

7
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1) Anamnesa, meliputi:
a) Keluhan kor pulmonal akut akibat emboli paru adalah sesak tiba-tiba pada
saat istirahat, terkadang batuk-batuk, dan hemoptisis
b) Keluhan klien kor pulmonal (penyakit paru obstruktif kronis [PPOK]) adalah
sesak napas disertai batuk yang produktif (banyak sputum)
c) Pada penderita kor pulmonal dengan hipertensi pulmonal idiopatik,
keluhannya berupa sesak napas dan sering pingsan jika beraktivitas
(exertional syncope).
2) Identitas klien
a) Kor pulmonal dapat terjadi pada orang dewasa dan pada anak-anak. Untuk
orang dewasa, kasus yang paling sering ditemukan adalah pada lansia.
b) Untuk kasus anak-anak, umumnya terjadi kor pulmonal akibat obstruksi
saluran napas atas, seperti hipertrofi tonsil dan adenoid.

8
c) Jenis pekerjaan yang dapat menjadi risiko terjadinya kor pulmonal adalah
para pekerja yang sering terpapar polusi udara dan kebiasaan merokok.
d) Lingkungan yang menjadi pemicu kor pulmonal adalah lingkungan (yang
dekat) dengan daerah perindustrian dan kondisi rumah yang kurang
memenuhi persyaratan rumah yang sehat.
3) Riwayat sakit dan kesehatan
a) Keluhan utama
Klien dengan kor pulmonal sering mengeluh sesak, nyeri dada
b) Riwayat penyakit saat ini
Pada klien kor pulmonal, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda mudah
letih, sesak, nyeri dada, batuk yang tidak produktif perlu juga ditanyakan
mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk
menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhan tersebut. Penyebab
kelemahan fisik setelah melakukan aktivitas ringan sampai berat:
i. Seperti apa kelemahan melakukan aktivitas yang dirasakan, biasanya
disertai sesak napas.
ii. Apakah kelemahan fisik bersifat lokal atau keseluruhan sistem otot
rangka dan apakah disertai ketidakmampuan dalam melakukkan
pergerakan.
iii. Bagaimana nilai rentang kemampuan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari.
iv. Kapan timbulnya keluhan kelemahan dalam beraktivitas, seberapa
lamanya kelemahan dalam beraktivitas, apakah setiap waktu, saat
istirahat ataupun saat beraktivitas tertentu.
c) Riwayat penyakit dahulu
Klien dengan kor pulmonal biasanya memiliki riwayat penyakit, seperti
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), fibrosis paru, fibrosis pleura, dan
yang paling sering adalah klien dengan riwayat hipertensi pulmonal.
4) Pemeriksaan fisik
a) B₁ (Breath)
i) Pola napas : irama tidak teratur
ii) Suara napas : wheezing, ronchi, rales
iii) Sesak napas (+)
b) B₂ (Blood)
i) Irama jantung : ireguler BJ₁ / BJ₂
ii) Nyeri dada (+)
iii) Bunyi jantung : murmur
iv) CRT : dapat lebih dari 3 detik
v) Akral : dingin lembap
vi) Pembesaran vena jugularis
vii) Edema tungkai
c) B₃ (Brain)
i) Nyeri kepala
9
ii) Penurunan kesadaran
d) B₄ (Bladder)
Jumlah urine kurang dari 0.5 cc/kg BB/jam
e) B₅ (Bowel)
Peristaltik kurang dari 5x/menit

Analisa Data

Data Etiologi Masalah

1. Tanda Mayor Penyempitan/obstruksi Gangguan pertukaran gas


Ds: Dispnea
proksimal dari bronkus pada
Do:
1. PCO₂ meningkat/menurun tahap ekspirasi dan inspiras
2. PO₂ menurun
3. Takikardia Tekanan partial oksigen di
4. pH arteri
alveoli
meningkat/menurun
5. Bunyi napas tambahan Konsentrasi O₂ dalam darah
Tanda Minor
menurun
Ds:
1. Pusing
Hipoksemia
2. Penglihatan kabur
Do:
1. Sianosis
2. Diaforesis
3. Gelisah
4. Napas cuping hidung
5. Pola napas abnormal
(cepat/lambat,
regular/ireguler,
dalam/dangkal)
6. Warna kulit abnormal
(mis. Pucat, kebiruan)
7. Kesadaran menurun

2. Tanda Mayor Suplai darah dan O₂ ke jantung Pola napas tidak efektif
Ds: Dispnea
berkurang
Do:
1. Penggunaan otot bantu
Penurunan cardiac output
pernapasan
2. Fase ekspirasi memanjang Tekanan darah menurun
3. Pola napas abnormal ( misal
Kelemahan dan keletihan
takipnea, bradipnea,
10
hiperventilasi, kussmaul,
cheyne-stokes)

Tanda Minor
Ds: Ortopnea
Do:
1. Pernapasan pursed-lip
2. Pernapasan cuping hidung
3. Diameter thoraks anterior-
posterior meningkat
4. Ventilasi semenit menurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi menurun
7. Tekanan inspirasi menurun
8. Ekskursi dada berubah

3.Tanda mayor Respon fisiologis otot jantung Penurunan curah jantung


Ds:
1. Perubahan irama jantung Frekuensi denyut jantung
1) Palpasi Peningkatan kerja saraf
2. Perubahan preload
simpatis
1) Lelah
Peningkatan kebutuhan O2
3. Perubahan afterload
Asidosis tingkat jaringan
1) Dispnea
4. Perubahan kontraktilitas
Pengaruh jaringan lanjut
1) Paroxysmal noctural
dyspnea (PND) Iskemia miokard
2) Ortopnea
3) Batuk Penurunan curah jantung
Do:
1. Perubahan irama jantung
1) Bradikardia/Takikardia
2) Gambaran EKG aritmia
atau gangguan konduksi
2. Perubahan preload
1) Edema
2) Distensi vena jugularis
3) Central venous pressure
(CVP) meningkat/menurun
4) Hepatomegali
3. Perubahan afterload
1) Tekanan darah
meningkat/menurun
2) Nadi perifer teraba lemah
3) Capillary refill time > 3
detik
11
4) Oliguria
5) Warna kulit pucat dan/atau
sianosis
4. Perubahan kontraktilitas
1) Terdengar suara jantung
S3 dan/atau S4
2) Ejection fraction (EF)
menurun

Tanda Minor
Ds:
1. Perubahan preload (tidak
tersedia)
2. Perubahan after load (tidak
tersedia)
3. Perubahan kontraktilitas (tidak
tersedia)
4. Perilaku/emosiaonal
1) Cemas
2) Gelisah
Do:
1. Perubahan preload
1) Murmur jantung
2) Berat badan bertambah
3) Pulmonary artery wedge
pressure (PAWP) menurun
2. Perubahan afterload
1) Pulmonary vascular
resistance (PVR)
meningkat/menurun
2) Systemic vascular
resitance (SVR)
meningkat/menurun
3. Perubahan kontraktilitas
1) Cardiac index (CI)
menurun
2) Left ventricular stroke
work index (LVSWI)
menurun
3) Stroke volume index (SVI)
menurun
4. Perilaku/emosional (tidak
12
tersedia)

4.Tanda Mayor Tekanan partial oksigen di Perfusi jaringan tidak efektif


Ds: -
alveoli
Do:
Konsentrasi O₂ dalam darah
1. Pengisian kapiler > 3 detik
2. Nadi perifer menurun atau menurun
tidak teraba
Hipoksemia
3. Akral teraba dingin
4. Warna kulit pucat
Suplai darah dan O₂ke jantung
5. Turgor kulit menurun
Tanda Minor berkurang
Ds:
1. Parastesia Penurunan cardiac output
2. Nyeri ekstremitas (klaudikasi
Penurunan curah jantung
intermiten)
Do:
1. Edema
2. Penyembuhan luka lambat
3. Indeks ankle-brachial < 0,90
Bruit femoral

B. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksemia secara reversible/menetap


2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi atau kelelahan
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan respon fisiologis otot jantung
4. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan menurunnya curah jantung

C. Intervensi Keperawatan

No Dx Tujuan Intervensi Rasional

13
1. Mempertahankan tingkat oksigen yang Observasi 1.Untuk mengetahui
adekuat untuk keperluan tubuh. 1. Monitor frekuensi, frekuensi pernapasan
Dengan Kriteria hasil :
irama, kedalaman apakah sudah normal
- Klien tidak mengalami
dan upaya napas atau belum
sesak napas.
2. Untuk mengetahui
- Tanda-tanda vital 2. Monitor pola napas
status kesehatan pasien
dalam batas normal 3. Monitor
3.Dapat meningkatkan
- Tidak ada tanda-tanda
kemampuan batuk
pengeluaran sputum
sianosis.
efektif 4.Bersihan jalan napas
- Pao2 dan paco2 dalam
4. Auskultasi bunyi yang tidak efektif dapat
batas normal
- Saturasi O2 dalam napas dimanifestasikan
rentang normal dengan adanya bunyi
nafas adventisius

Terapeutik 1.Untuk mengetahui


1. Dokumentasikan respon klien
hasil pemantauan
Edukasi 1.untuk menjelaskan
1. Jelaskan prosedur semua prosedur yang
dan tujuan akan dialami pasien
2. untuk memberikan
pemantauan
informasi mengenai
2. Informasikan hasil
hasil kepada klien
pemantauan

4. a. Respiratory status: Observasi 1. Untuk mengetahui


1. Monitor frekuensi,
ventilation frekuensi
b. respiratory status irama, kedalaman
pernapasan apakah
:airway patency dan upaya napas
sudah normal atau
c. vital sign status 2. Monitor pola napas (
Kriteria hasil: belum
seperti bradipnea,
- Mendemontrasikan 2. Untuk mengetahui
takipnea)
batuk efektif dan suara status kesehatan
3. Monitor
14
napas yang bersih, kemampuan batuk pasien
3. Dapat
tidak ada sianosis dan efektif
4. Monitor adanya meningkatkan
dispnea (mampu
produksi sputum pengeluaran
mengeluarkan sputum,
5. Monitor adanya
sputum
mampu bernapas
sumbatan jalan 4. Untuk
dengan mudah, tidak
napas mengeluarkan
ada pursed lips) 6. Palpasi kesimetrisan
sekret yang
- Menunjukkan jalan
ekspansi paru
tertahan dari jalan
napas yang paten 7. Auskultasi bunyi
napas
(klien tidak merasa napas
5. Untuk
tercekik, irama napas,
mengeluarkan
frekuensi pernapasan
sekret yang
dalam rentang normal,
tertahan dari jalan
tidak ada suara napas
napas
abnormal 6. Untuk mengetahui
- Tanda-tanda vital
kesimetrisan
dalam rentang normal Terapeutik
ekspansi paru
1. Atur interval
(tekanan darah, nadi, 7. Untuk mengetahui
pemantauan
pernapasan) perkembangan
respirasi sesuai
status kesehatan
kondisi pasien
pasien dan
2. Dokumentasikan
mencegah
hasil pemantauan
komplikasi lanjutan

1.Untuk
Edukasi
mengetahui
1. Jelaskan tujuan dan
dini adanya
prosedur
gangguan
pemantauan
2. Informasikan hasil respirasi
pemantauan berkelanjutan
2. Untuk
mengetahui
perkembangan
keadaan klien

1. untuk menjelaskan

15
semua prosedur
yang akan dialami
pasien
2. untuk memberikan
informasi
mengenai hasil
kepada klien

3. a. Cardiac pump Observasi 1. Untuk mengetahui


1. Identifikasi
effectiveness secara dini
b. circulation status tanda/gejala primer
mengenai tanda
c. vital sign status
penurunan curah
Kriteria hasil: dan gejala
- Tanda vital dalam jantung 2. Untuk mengetahui
2. Identifikasi
rentang normal secara dini
tanda/gejala
(tekanan darah, nadi, mengenai tanda
sekunder penurunan
respirasi) dan gejala
- Dapat mentoleransi curah jantung 3. Untuk mengetahui
3. Monitor tekanan
aktivitas, tidak ada keadaan umum
darah
kelelahan pasien
4. Monitor intake dan
- Tidak ada edema paru, 4. Untuk mengetahui
output cairan
perifer dan tidak ada adanya tanda-tanda
5. Monitor keluhan
asites dehidrasi
nyeri dada
- Tidak ada penurunan 5. Untuk mengetahui
6. Monitor aritmia
kesadaran perkembangan
status kesehatan
dan mencegah
komplikasi lanjutan
6. Untuk mengetahui
perkembangan
Terapeutik
status kesehatan
1. Posisikan pasien
dan mencegah
semi fowler atau
komplikasi lanjutan
fowler
2. Berikan diet jantung
yang sesuai 1. Posisikan
3. Beri dukungan
pasien dengan
emosional dan
posisi semi
16
spiritual fowler atau
4. Berikan oksigen
fowler untuk
untuk
mengurangi
mempertahankan
sesak
saturasi oksigen 2. Untuk
memaksimalka
n jantung
memompa
darah
3. Dapat
Edukasi
menurunkan
1. Anjurkan
tingkat
beraktivitas fisik
kecemasan
sesuai toleransi
2. Anjurkan berhenti klien
4. Untuk
merokok
meningkatkan
pengiriman
oksigen ke
paru
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian 1. Frekuensi
antiaritmia jantung atau
tekanan darah
tidak normal
sebagai respon
terhadap
aktivitas
2. Untuk
meningkatkan
derajat
kesehatan
pasien

1. Antiaritmia
mengontrol
kondisi aritmia
17
(denyut
jantung
berdetak terlalu
cepat, terlalu
cepat, terlalu
lambat, atau
tidak teratur)

4. a. Circulation status Observasi 1. Sirkulasi


b. Tissue prefusion : cerebral 1. Periksa sirkulasi
perifer
Kriteria hasil:
perifer
a. Mendemonstrasikan status meningkatkan
sirkulasi yang ditandai: oksigen yang
1) Tekanan sistole dan Terapeutik
disuplai ke
1. Hindari pemasangan
diastole dalam rentang
otak
infus atau
yang diharapkan
2) Tidak ada ortostatik pengambilan darah 1. Untuk
hipertensi di area keterbatasan menghindari
3) Tidak ada tanda-tanda
perfusi tertutupnya
peningkatan tekanan Edukasi
jaringan dan
1. Anjurkan
intrakranial
suplai oksigen
berolahraga rutin
1. Frekuensi jantung
atau tekanan darah
tidak normal
sebagai respon
terhadap aktivitas

DAFTAR PUSTAKA

Black, J. M. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: CV Pentasada Media Edukasi

18
Somantri, I. (2012). Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba
Medika

SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

Wahid, A. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta: CV Trans Info
Media

Nurarif .A.H. dan kusuma. H. (2015).APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI

19

Anda mungkin juga menyukai