Anda di halaman 1dari 18

Sunday, 14 October 2007

Kiat Mencegah Kanker Rahim

Kita tahu penyakit ganas ini menduduki peringkat atas sebagai pembawa kematian. Tapi,
tak perlu khawatir bila sejak awal kita sudah melakukan pencegahan, pencegahan
menjadi bagian terpenting dari risiko kanker. "Caranya dengan mencegah terpaparnya
substansi yang menyebabkan risiko terjadinya kanker tersebut. Yang terjadi di sini justru
sebaliknya, masih banyak wanita yang enggan memeriksakan diri ke dokter kandungan,
kendati sudah memiliki berbagai keluhan. Padahal, jika dibiarkan kanker akan semakin
mengganas yang harus d jauhi:

1. JAUHI ROKOK

Ini peringatan paling penting buat wanita perokok. Kecuali mengakibatkan penyakit pada
paru-paru dan jantung, kandungan nikotin dalam rokok pun bisa mengakibatkan kanker
serviks (leher rahim), lho. "Nikotin, kan, mempe! rmudah semua selaput lendir sel-sel
tubuh bereaksi atau menjadi terangsang, baik pada mukosa tenggorokan, paru-paru, juga
serviks. " Sayangnya tak diketahui pasti seberapa banyak jumlah nikotin dikonsumsi
yang bisa menyebabkan kanker serviks. Tapi, mengapa harus ambil risiko, lebih baik
tinggalkan segera rokok jika kita ingin terbebas dari kanker.

2. PENCUCIAN VAGINA

Sering, kan, kita melakukan pencucian vagina dengan obat-obatan antiseptik tertentu.
Alasannya beragam, entah untuk "kosmetik" atau kesehatan. Padahal, kebiasaan mencuci
vagina bisa menimbulkan kanker serviks, baik obat cuci vagina antiseptik maupun
deodoran. "Douching atau cuci vagina menyebabkan iritasi di serviks, iritasi berlebihan
dan terlalu sering akan merangsang terjadinya perubahan sel, yang akhirnya jadi kanker."
Jadi, sebaiknya pencucian vagina dengan bahan-bahan kimia tak dilakukan secara rutin.
"Kecuali bila ada indikasi, misalnya, infeksi yang memang memerlukan pencucian
dengan zat-zat kimia.

Itu pun seharusnya atas saran dokter." Artinya, kita jangan sembarangan membeli obat-
obatan pencuci vagina. "Terlebih lagi, pembersih tersebut umumnya akan membunuh
kuman-kuman. Termasuk kuman Basillus doderlain di vagina yang memproduksi asam
laktat untuk mempertahankan pH vagina." Kita tahu, bila pH enggak seimbang lagi di
vagina, maka kuman lain, seperti jamur dan bakteri, bisa punya kesempatan hidup di
tempat tersebut.

3. MENABURI TALK / BEDAK

Yang kerap terjadi lagi, saat daerah vagina gatal atau merah-merah, kita menaburkan talk
di sekitarnya. Walah, ternyata itu bahaya. Pemakaian talk pada vagina wanita usia subur
bisa memicu terjadi kanker ovarium (indung telur). "Sebab di usia subur berarti sering
ovulasi. Padahal b! isa dipastikan saat ovulasi terjadi perlukaan di ovarium. Nah, bila
partikel talk masuk akan menempel di atas luka tersebut. Akibatnya, kan, bisa
merangsang bagian luka untuk berubah sifat jadi kanker." Karena itu sangat tidak
dianjurkan memberi talk di daerah vagina. Karena dikhawatirkan serbuk talk terserap
masuk kedalam.
Lama-lama akan bertumpuk dan mengendap menjadi benda asing yang bisa
menyebabkan rangsangan sel menjadi kanker.

4. DIET RENDAH LEMAK

Penting diketahui, timbulnya kanker pun berkaitan erat dengan pola makan seseorang.
Wanita yang banyak mengkonsumsi lemak akan jauh lebih berisiko terkena kanker
endometrium (badan rahim). "Sebab lemak memproduksi hormon estrogen. Sementara
endometrium yang sering terpapar hormon estrogen mudah berubah sifat menjadi
kanker,untuk mencegah timbulnya kanker endometrium, sebaiknya hindari
mengkonsumsi makanan berlemak tinggi. "Makanlah makanan yang sehat dan segar.
Jangan lupa untuk menjaga berat badan ideal agar tak terlalu gemuk." Tak heran, bila
penderita kanker endometrium banyak terdapat di kota-kota besar negara maju. Sebab,
umumnya mereka menganut pola makan tinggi lemak.

5. KEKURANGAN VITAMIN C

Pola hidup mengkonsumsi makanan tinggi lemak pun akan membuat orang tersebut
melupakan zat-zat gizi lain, seperti beta karoten, vitamin C, dan asal folat. Padahal,
kekurangan ketiga zat gizi ini bisa menyebabkan timbul kanker serviks. "Beta karoten,
vi! tamin C, dan asam folat dapat memperbaiki atau memperkuat mukosa diserviks. Nah,
jika kekurangan zat-zat gizi tersebut akan mempermudah rangsangan sel-sel mukosa tadi
menjadi kanker."
Beta karoten banyak terdapat dalam wortel, vitamin C terdapat dalam buah-buahan
berwarna oranye, sedangkan asam folat terdapat dalam makanan hasil laut.

6. HUBUNGAN SEKS TERLALU DINI

Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang wanita benar-benar matang. Ukuran
kematangan bukan hanya dilihat dari ia sudah menstruasi atau belum. Tapi juga
bergantung pada kematangan sel-sel mukosa; yang terdapat diselaput kulit bagian dalam
rongga tubuh. Umumnya sel-sel mukosa baru matang setelah wanita tersebut berusia 20
tahun ke atas. Jadi, seorang wanita yang menjalin hubungan seks pada usia remaja; paling
rawan bila dilakukan di bawah usia 16 tahun.

Hal ini berkaitan dengan kematangan sel-sel mukosa pada serviks si wanita. "Pada usia
muda, sel-sel mukosa pada serviks belum matang. Artinya, masih rentan terhadap
rangsangan sehingga tak siap menerima rangsangan dari luar. Termasuk zat-zat kimia
yang dibawa sperma." Lain hal bila hubungan seks dilakukan kala usia sudah di atas 20
tahun, dimana sel-sel mukosa tak lagi terlalu rentan terhadap perubahan. Nah, karena
masih rentan, sel-sel mukosa bisa berubah sifat menjadi kanker. "Sifat sel, kan, selalu
berubah setiap saat; mati dan tumbuh lag! i. Karena ada rangsangan, bisa saja sel yang
tumbuh lebih banyak dari sel yang mati, sehingga perubahannya tak seimbang lagi.
Kelebihan sel ini akhirnya bisa berubah sifat menjadi sel kanker."

7. BERGANTI-GANTI PASANGAN

Bisa juga kanker serviks muncul pada wanita yang berganti-ganti pasangan seks. "Bila
berhubungan seks hanya dengan! pasangannya, dan pasangannya pun tak melakukan
hubungan seks dengan orang lain, maka tidak akan mengakibatkan kanker serviks." Bila
berganti-ganti pasangan, hal ini terkait dengan kemungkinan
tertularnya penyakit kelamin, salah satunya Human Papilloma Virus (HPV). "Virus ini
akan mengubah sel-sel di permukaan mukosa hingga membelah menjadi lebih banyak.
Nah, bila terlalu banyak dan tidak sesuai dengan kebutuhan, tentu akan menjadi kanker."

8. PENGGUNAAN ESTROGEN

Risiko yang sama akan terjadi pada wanita yang terlambat menopause. "Karena
rangsangan terhadap endometrium akan lebih lama, sehingga endometriumnya akan lebih
sering terpapar ! estrogen. Jadi, sangat memungkinkan terjadi kanker." Tak heran bila
wanita yang memakai estrogen tak terkontrol sangat memungkinkan terkena kanker.
"Umumnya wanita yang telah menopause di negara maju menggunakan estrogen untuk
mencegah osteroporosis dan serangan jantung." Namun, pemakaiannya sangat berisiko
karena estrogen merangsang semakin menebalnya dinding endometrium dan merangsang
sel-sel endometrium sehingga berubah sifat menjadi kanker. "Jadi, sebaiknya penggunaan
hormon estrogen harus atas pengawasan dokter agar sekaligus juga diberikan zat antinya,
sehingga tidak berkembang jadi kanker."
Nah, banyak hal ternyata yang bisa dilakukan agar tak "mengundang" kanker datang ke
tubuh kita. Tentu saja kita bisa memulainya dari hal-hal kecil.

MENGENAL JENIS KANKER

Cukup banyak jenis kanker rahim, ada tiga jenis yang paling banyak menyerang wanita;
kanker serviks (leher rahim), kanker ovarium (indung telur), dan kanker endometrium
(badan rahim).

1. KANKER SERVIKS

* Gejala Terdapat keputihan berlebihan, berbau busuk, dan tidak sembuh-sembuh.


Memang, tak semua keputihan pertanda ada kanker. Sebab, keputihan pun bisa karena
ada rangsangan lain. "Karena itu, kalau timbul keputihan abnormal sebaiknya periksa ke
dokter, apakah itu kanker atau bukan." Gejala lain, terdapat perdarahan di luar siklus
haid. "Terutama perdarahan setelah berhubungan intim." Untuk memastikannya harus
diperiksa dokter, karena perdarahan bisa juga terjadi akibat gangguan keseimbangan
hormon. Bila kanker sudah mencapai stadium 3 ke atas, maka akan terjadi pembengkakan
di berbagai anggota tubuh, seperti di paha, betis, tangan, dan sebagainya. Tapi, jika masih
prakanker justru tak ada gejala.
* Deteksi Dini
Bagi wanita yang telah berhubungan seks, lakukan pemeriksaan Pap's smear; mengambil
getah serviks dari vagina yang akan diperiksa ahli patologi. "Pap's smear bisa mendeteksi
prakanker sampai kanker sehingga memungkinkan dilakukan pengobatan cepat dan
tepat." Lakukan pemeriksaan secara berkala, setahun sekali selain d dokter di puskesmas
pun bisa.

* Pengobatan
Yang utama lewat operasi; sederhana, besar, khusus. Operasi sederhana dilakukan pada
tingkat stadium awal, yang disebut dengan konisasi (pemotongan rahim seperti kerucut).
Karena dalam stadium awal (prakanker) dari nol hingga 1A. "Kanker masih berada di sel-
sel selaput lendir." Operasi dilakukan bila pasien masih ingin hamil. Bila tak ingin hamil
lagi akan dilakukan histerektomi simple (rahim diangkat semua). Tujuannya agar kanker
tak kambuh lagi. Histerektomi radikal akan dilakukan bila kanker sudah stadium 1B
sampai 2A/2B. "Seluruh rahim diangkat berikut sepertiga vagina, serta penggantung
rahim akan dipotong hingga sedekat mungkin dengan dinding panggul. Indung telur bisa
diangkat atau tidak tergantung usia pasien. Bila masih haid, indung telur akan ditinggal.!
" Kendati vagina dipotong tak berarti tak bisa berhubungan seks,lo. "Awalnya akan terasa
tak enak karena vagina lebih pendek, tapi pada akhirnya akan terbiasa juga,kok."

Nah, bila kanker serviks sudah berada dalam stadium 2B ke atas, operasi tak lagi bisa
dilakukan, melainkan dengan radiasi atau penyinaran. Sayangnya, penyinaran memiliki
komplikasi; indung telur ikut mati terkena radiasi. "Akibatnya hormon pun mati. Padahal
hormon diperlukan untuk gairah seksual dan haid. Juga mencegah osteroporosis dan
jantung." Komplikasi lainnya, dalam penyinaran bukan enggak mungkin terkena organ
lain, semisal dubur dan saluran kencing. Terkadang terjadi luka bakar pad! a dubur dan
terjadi diare atau perdarahan terus. "Kalau terjadi demikian, maka dubur atau saluran
kencing harus diangkat. Sebagai gantinya akan dibuatkan dubur atau saluran kencing
baru lewat perut."
Bahkan, akibat penyinaran vagina pun menjadi kaku, sehingga penderita tak bisa
berhubungan seks. "Lain dengan operasi, kendati vagina diangkat sepertiganya tapi masih
tetap bisa berhubungan seks."

Belum lagi bila ternyata tumor resisten terhadap penyinaran, sehingga berapa pun
banyaknya penyinaran, tumornya tetap ada. Padahal komplikasi penyinaran, kan, sangat
banyak. Itu sebabnya radiasi dilakukan bila tak ada pilihan lain. Pengobatan berikutnya,
kemoterapi; dilakukan bila operasi dan radiasi tidak memungkinkan lagi. Semisal, dalam
setahun sudah pernah diradiasi, sehingga tak mungkin dilakukan radiasi lagi karena
dikhawatirkan terjadi komplikasi. Sayangnya, kemoterapi sangat mahal biayanya.

2. KANKER OVARIUM

* Gejala
Perut terasa begah, kembung, tidak nyaman. "Tapi gejala ini tidak spesifik. Bahkan,
kebanyakan justru tak merasakan gejala apa-apa."Gejala selanjutnya perut membe! sar,
terasa ada benjolan, nyeri panggul, gangguan BAB akibat penekanan pada saluran
pencernaan dan saluran kencing. Bahkan pada keadaan yang lebih lanjut, dapat terjadi
penimbunan cairan di rongga perut sampai mengalir ke rongga dada, sehingga perut
tampak sangat membuncit. "Terkadang disertai sesak napas. Kalau sudah demikian,
biasanya sudah terlambat ditangani."

* Deteksi Dini
Kerap terjadi keterlambatan deteksi akibat sulit mendeteksinya pada stadium dini.
"Karena lokasi ovarium berada di dalam rongga panggul, sehingga tak terlihat dari luar."
Biasanya kanker ditemukan lewat pemeriksaan dalam. Bila ditemukan kista, maka akan
di-USG, apakah terdapat tanda-tanda kanker atau tidak. "Memang tak semua kista akan
jadi kanker. Kista yang mengarah kanker biasanya berlokus-lokus atau bersekat-sekat.
Juga dindingnya tebal & tidak teratur. Pemeriksaan lainnya, CT-Scan dan tumor marker
(pertanda tumor) lewat pemeriksaan darah.

* Pengobatan
Dilakukan operasi yang dilanjutkan dengan terapi. Komplikasinya, mual, muntah, atau
rambut rontok. Kemoterapi tidak diberikan pada penderita stadium awal.

3. KANKER ENDOMETRIUM

* Gejala
Terdapat perdarahan, terutama pada pasca menopause atau diluar masa haid. Juga bila
haidnya sangat lama dan banyak. "Karena dengan haid lama dan banyak, maka berarti
endometriumnya semakin menebal, kan?"

* Deteksi Dini
Karena gejala awal berupa perdarahan, maka umumnya penderita lebih awal melakukan
pemeriksaan sehingga sebagian besar penyakit ini diketahui pada stadium awal.
Pemeriksaan USG dilakukan untuk melihat ketebalan dinding edometrium. Selanjutnya
dilakukan kuretase. "Cairannya akan dibawa ke patologi untuk dilihat apakah kanker atau
bukan."

* Pengobatan
Operasi yang dilanjutkan dengan radiasi atau kemoterapi.
Posted by Victor Simbar at 04:58
Kanker Rahim Bisa Dicegah

Kanker mulut rahim (serviks) menjadi problem kesehatan di negara-negara berkembang.


Di Indonesia, penderita penyakit ini diperkirakan 90 - 100 di antara 100.000 penduduk.

Di negara maju seperti Amerika, terdapat 12.000 kasus baru ditemukan pada 1990.

Melihat tingginya angka penderita, maka tidak mengherankan bila penyakit ini
merupakan momok yang menakutkan bagi perempuan. Hal itu juga karena serviks
merupakan kanker terbanyak pada wanita dan menduduki urutan pertama dari sepuluh
jenis kanker di Indonesia.

Angka penderita penyakit ini, sejatinya, bisa ditekan bila lebih awal diketahui adanya
kanker yang menyerang mulut rahim. Masalahnya, menurut dr Nasdaldy, SpOG, lebih
dari 70 persen penderita datang terlambat memeriksakannya ke dokter. Padahal,
keterlambatan pemeriksaan bisa berpengaruh pada harapan hidup, selain biaya yang
dibutuhkan lebih besar. ''Pencegahan lebih murah,'' tuturnya dalam sebuah seminar di
Jakarta, belum lama ini.

Dokter spesialis kebidanan dan kandungan dari Divisi Kanker Ginekologik Rumah Sakit
Kanker Dharmais Jakarta, ini mengakui saat pra kanker serviks, pada umumnya memang
tidak ada gejala. Gejala yang bisa dideteksi bila ada pendarahan pascasenggama dan
keputihan yang tidak khas. Bila terdapat keputihan berlebihan, berbau busuk, dan tidak
sembuh-sembuh, sebaiknya disarankan untuk secepatnya memeriksakan diri ke dokter.
Sebab, ini merupakan gejala yang lazim dijumpai pada penderita kanker serviks.
Pemeriksaan dokter diperlukan, karena tidak semua keputihan pertanda ada kanker.
Dengan pemeriksaan itu akan diketahui apakah keputihan abnormal itu kanker atau
bukan.

Gejala lain, kata dia, terdapat perdarahan di luar siklus haid, terutama setelah berhungan
intim. Seperti juga adanya keputihan, gejala ini pun memerlukan pemeriksaan dokter,
karena perdarahan bisa terjadi akibat gangguan keseimbangan hormon.

Mengapa pemeriksaan diperlukan bila ditemukan ada gejala? Itu karena kanker yang
sudah mencapai stadium tiga ke atas akan terjadi pembekakan di berbagai anggota tubuh,
seperti di paha, betis, atau di tangan. Akibatnya bisa lebih fatal, keterlambatan
penanganan bisa menyebabkan kematian.

Untuk deteksi dini, perlu dilakukan pap smear pada wanita yang telah aktif secara seksual
sedikitnya setahun sekali dengan mengambil getah serviks dari vagina. Pemeriksaan
ginekologi dilakukan oleh dokter atau bidan dengan pengambil sampel apus leher rahim
oleh dokter ahli patologi anatomi. Sebaiknya pap smear dilakukan pada hari ke 10 - 20
dari siklus haid. Namun, dalam 24 jam sebelum pemeriksaan, jangan melakukan
hubungan suami-istri.

Risiko
Apa yang menjadi faktor risiko kanker mulut rahim? Menurut dr Nasdaldy, wanita yang
sudah menikah atau memulai aktivitas seksual pada usia muda (kurang dari 18 tahun)
memiliki risiko terkena kanker mulut rahim. Risiko yang sama dapat dialami oleh wanita
yang berganti-ganti pasangan seks. Yakni, wanita yang mempunyai banyak pasangan seks
atau suaminya mempunyai banyak pasangan seks.

Mereka yang berisiko terkena kanker rahim lainnya adalah wanita yang sering menderita
infeksi di daerah kelamin, yang banyak melahirkan anak, dan wanita perokok. ''Wanita
perokok mempunyai risiko dua kali lebih besar dari pada wanita bukan perokok,''
tuturnya.

Pencegahan
Mencegah jauh lebih baik dari pada mengobati. Itu benar, meski tidak mudah
menerapkannya. Masalahnya, masih banyak wanita yang enggan memeriksakan diri ke
dokter kandungan meskipun memiliki berbagai gejala terkena kanker mulut rahim.
Padahal, jangankan wanita sudah memiliki gejala terkena servick, wanita yang sehat pun
perlu memeriksakan diri agar bisa dideteksi sejak dini.

Pencegahan, menurut Nasdaldy, dapat dilakukan dengan tiga strategi: primer, sekunder,
dan tertier. Pencegahan primer diperlukan pada semua populasi yang memiliki risiko
terkena kanker mulut rahim. Caranya, dengan memberikan penyuluhan. ''Bukan hanya
medis, tapi bisa di sekolah-sekolah karena banyak yang tidak tahu dan tidak peduli,''
tuturnya.

Pencegahan sekunder juga diperlukan pada orang yang tidak memiliki gejala. Ini agar
angka kejadian dapat ditekan dan memungkinkan pengobatan sedini mungkin.
Pengobatan lebih awal, selain biayanya sedikit, hasilnya pun lebih baik. Sedangkan
pencegahan tertier dilakukan pada orang yang sudah terkena penyakit ini.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk pencegahan primer pada penderita serviks.
Namun yang penting adalah menurunkan faktor risiko. Misalnya, menghilangkan
perilaku seksual yang mengakibatkan terpapar dengan infeksi human papilloma virus
(HPV). ''Perempuan lebih rentan terkena infeksi HPV,'' ujarnya.

Tidak kalah pentingnya dengan faktor nutrisi. Menurut dokter spesialis ini orang dengan
gizi yang bagus lebih mudah mencegah serangan penyakit ini. Harus diingat, tidak ada
pantangan makanan bagi penderita kanker. Karena itu tidak benar pernyataan yang
mengatakan bahwa penderita kanker tidak boleh makan daging. ''Itu mitos,'' ucapnya.

Zat gizi, kata dia, sangat diperlukan untuk pencegahan penyakit ini. Makanan yang baik
untuk dikonsumsi adalah caretenoids, vitamin A, retinoids, vitamin C, vitamin E, dan
folat. Sayuran hijau tua dan kuning juga baik untuk meningkatkan gizi.

Selain menurunkan faktor risiko dan nutrisi, pencegahan primer juga perlu dengan
vaksinasi. Imunisasi, kata Nasdaldy, dilakukan pada usia muda sebelum aktif melakukan
hubungan seksual dan masih dalam tahap pengembangan.
Vaksin pencegahan bertujuan membentuk antibodi dan diberikan pada orang sehat.
Vaksin pengobatan diberikan pada orang yang sudah terinfeksi HVP dan stimulasi sistem
imunitas.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan, vaksin sebaiknya diberikan


pertama kali dalam lima tahun setelah aktif berhubungan seksual atau usia 25 tahun
sampai usia 65 tahun. Frekuensi vaksinasi, saran badan dunia itu, dilakukan 2 - 3 tahun
sekali dengan catatan dua kali berturut-turut negatif.
(idionline/RoL)
Kesehatan
Sering Berhubungan Seksual Memicu Kanker Mulut Rahim

Selasa, 5 Agustus 2008 - 12:07 wib

Foto: Corbis
SEMUA perempuan tahu bahwa kanker mulut rahim (serviks) adalah momok. Selain ada
obatnya, kanker ini berujung pada kematian. Masalahnya, banyak yang belum tahu dan
sadar bahwa kanker jenis ini disebabkan oleh banyak faktor. Salah satu faktor ini
disebabkan sering berhubungan seksual dengan pasangan yang berbeda.

Menurut dr Ivan R Sini, SpOG, MD, FRANZCOG GDRM, Spesialis Kebidanan dan
Kandungnan dari Bunda International Clinic, Jakarta, kanker mulut rahim belum
diketahui penyebabnya. Menurut penelitian terbaru, virus HPV adalah salah satu
pemicunya. Virus ini menjangkiti wanita jika pasangannya mengidap virus itu.

Wanita perokok juga rawan terkena kanker ini karena nikotin mempengaruhi selaput
lendir. "Pengidap kanker ini biasanya perempuan usia produktif, aktif berhubungan
seksual, sering berganti pasangan seksual, kawin dalam usia relatif muda (kurang dari 17
tahun) dan sering melahirkan," terangnya.

Gejala kanker mulut rahim adalah keputihan yang lama dan tidak diobati dengan baik,
keputihan yang berbau, terjadi pendarahan (contact bleeding) pada saat berhubungan
seksual. Pada tahap displasia sampai stadium 1, praktis tanpa keluhan. Baru menginjak
stadium 1A-3B terdapat keluhan. Pada stadium 4B sel kanker sudah menjalar ke otak dan
paru-paru.
Menurut Ivan, hampir 90 persen kasusnya berasal dari epitel permukaan (epitel
skuamosa), di mana ditemukan keadaan yang disebut pembakal kanker atau prakanker,
mulai dari yang ringan sampai menjadi karsinoma in situ (stadium 0) yang semuanya
dapat didiagnosa dengan screening. Dalam perkembangannya, terjadi perubahan atau
perpindahan dari satu tingkat ke tingkat yang lain.

Untuk berubah, diperlukan keadaan yang "cocok". Sehingga untuk menjadi kanker
diperlukan waktu 10-20 tahun. Namun, jika sudah menjadi kanker stadium awal, penyakit
ini dapat menyebar ke daerah di sekitar mulut rahim. Kondisi prakanker sampai
karsinoma in situ sering tak menunjukkan gejala karena proses penyakitnya berada di
dalam lapisan epitel dan belum menimbulkan perubahan yang nyata. Gejala yang
kemudian timbul adalah keputihan, pendarahan pascasanggama dan pengeluaran cairan
encer dari vagina. Jika sudah invasif, akan ditemukan gejala seperti pendarahan spontan,
pendarahan pascasanggama, keluarnya cairan (keputihan) dan rasa tak nyaman saat
berhubungan seksual.

Penyakit kanker mulut rahim membutuhkan waktu yang cukup lama dari kondisi normal
sampai menjadi kanker. Ada beberapa faktor yang langsung maupun tak langsung.
Pertama, screening atau penapisan. Displasia sering ditemukan pada usia 20 tahun.
Karsinoma in situ pada usia 25-35 tahun dan kanker serviks invasif pada usia 40 tahun.

Kedua, penularan melalui hubungan seksual. Penelitian menunjukkan tingginya kanker


serviks pada perempuan lajang dan menikah pada usia muda dan meningkatan dua kali
lipat pada perempuan yang berhubungan seksual sebelum usia 16 tahun. "Juga meningkat
pada perempuan dengan seksual partner yang multiple," katanya.

Ketiga, peran pasangan pria. Perempuan yang menikah dengan laki-laki yang pernah
mempunyai istri menderita kanker mulut rahim, akan tertular juga. Keempat,
karakteristik reproduksi dan menstruasi, dan faktor rokok.

Pencegahan efektif adalah pendeteksian dini dengan pemeriksaan pap smear. Semakin
dini sel-sel abnormal terdeteksi, semakin rendah risiko kanker mulut rahim. Sebaiknya
kaum wanita melakukan pemeriksaan pap smear setahun sekali setelah berhubungan
seks, atau tiga bulan setelah melahirkan.

Pencegahan kanker serviks, tegas Ivan, merupakan langkah yang mesti dilakukkan.
Caranya adalah mencegah hubungan seksual pada usia dini, menghindari hubungan
seksual dengan pria yang pernah menikah dengan perempuan yang menderita kanker
mulut rahim, tidak berhubungan seksual dengan pasangan yang berbeda-beda dan tidak
merokok, makan sayuran berwarna hijau tua dan kuning, yaitu sayuran yang banyak
mengandung betakaroten, Vitamin C dan Vitamin E, dan vaksinasi terhadap virus
papiloma. "Pemberian vaksin dilakukan sedini mungkin sebelum seseorang aktif
melakukan hubungan seksual," tegas Ivan.

Pengobatan ditentukan oleh berat-ringan atau stadiumnya. Umumnya, operasi menjadi


pilihan pertama pada stadium awal. Penyinaran dan pemberian sitostatika (kemoterapi),
untuk kasus yang lanjut atau khusus. Ada juga gabungan dari operasi dan radiasi, operasi
dan kemoterapi, atau operasi, radiasi dan kemoterapi.

Masing-masing terapi dilakukan menurut stadium kanker dan dengan pertimbangan


kaidah dan risiko bagi pasien. Stadium O atau disebut juga lesi prakanker sangat mudah
diobati dengan tindakan lokal. Pada stadium 1 (A dan B), pilihan pengobatan adalah
operasi. Tetapi stadium 2B tidak lagi dioperasi, tetapi dilakukan radiasi dan kemoterapi.
Stadium 3 dan 4 adalah stadium lanjut (A dan B). Pada stadium ini pun biasanya dilakuan
radiasi dan kemoterapi.
KANKER LEHER RAHIM

KANKER leher rahim atau yang lebih dikenal dengan nama kanker serviks
merupakan penyakit nomor satu yang membunuh kaum Hawa di Indonesia. Setiap
tahun, terdapat 15 ribu kasus baru dan delapan ribu di antaranya meninggal dunia.
Bahkan, satu perempuan meninggal setiap jam karena penyakit ini.

Salah satu penyebab hilangnya nyawa manusia dengan mudah itu karena informasi
yang berkaitan dengan kanker serviks belum dapat menjangkau seluruh
masyarakat, terutama wanita. Padahal, semua wanita berisiko terkena kanker yang
menyerang organ utama mereka.

Kanker pada Wanita

Menurut hasil penelitian, penyebab kanker tersering pada wanita (setelah kanker
payudara) adalah tiga bersaudara : Kanker Ovarium (kanker indung telur), kanker servik
(kanker leher rahim) dan Kanker Uterus (kanker rahim)

Gambar anatomi kandungan kita:

Reproduksi wanita terdiri dari : 2 indung telur (ovarium), 2 tuba fallopi,


rahim (uterus), servik dan vagina.

Kanker Ovarium (Kanker Indung Telur)

Merupakan kanker bagian kandungan yang paling sering terjadi, yang diduga disebabkan
karena meningkatnya tingkat kemakmuran pada wanita sehingga mereka enggan untuk
melahirkan anak.

Tercatat sejumlah 190.000 kasus di dunia dengan angka kematian hingga 115.000.
Faktor Resiko:

 Riwayat Keluarga
 Riwayat Reproduksi : Mentruasi dini, tidak pernah melahirkan, memiliki anak
diatas usia 30 tahun dan menopause dibawah umur 50 tahun

Gejala Kanker Ovarium:

 TIDAK ADA!
 Perut terasa penuh, tidak nyaman dan perut menegang.
 Susah BAB (buang air besar), kehilangan napsu makan / penurunan berat badan
 Kaki membengkak

Penanganan Kanker Ovarium (tergantung pada stadium), antara lain:

 Operasi (stadium awal)


 Kemoterapi (tambahan terapi pada stadium awal)
 Radiasi (tambahan terapi untuk stadium lanjut)

Apakah ada skrining test untuk Kanker Ovarium? TIDAK ADA !

Kanker ovarium tidak akan menunjukkan gejala hingga penyakit sudah berkembang
lanjut, gejala yang ada sangat umum dan tidak spesifik.

Resiko Kanker Ovarium dapat dicegah dengan : Mengandung, Menyusui dan


Mengangkat Ovarium/Indung telur (terutama pada wanita yang beresiko tinggi pada
riwayat keluarga)

Sedang dikembangkan penelitian mengenai skrining tes untuk kanker ovarium, antara
lain:

 Pemeriksaan pelvis
 USG pelvis
 Tumor marker : CA 125

Kanker Servik (Kanker Leher Rahim)


Pada awalnya kanker servik menduduki peringkat pertama dalam
kasus kanker kebidanan dan kandungan, namun sejak ditemukannya pencegahan dan
deteksi skrining awal, kini jumlah penderita kanker servik semakin menurun.

Tercatat sejumlah 500.000 kasus diseluruh dunia dengan tingkat kematian hingga
250.000

Faktor resiko terjadinya servik kanker :

Memiliki hubungan seksual dengan lebih dari satu orang

Berhungan seksual di usia awal

Pernah atau baru terinfeksi HPV, kondiloma atau keduanya

Pengguna immunosuppressan, contohnya pada mereka dengan transplan ginjal

Riwayat merokok atau kecanduan terhadap zat-zat lain

Adanya displasia servikal, endometrium, vagina atau kanker vulva

Jika hasil patologi ditemukan Cervical Intra-epithelial Neoplasia (CIN), adalah sel servik
yang berubah menjadi pre-kanker, dapat menjadi kanker jika tidak segera ditangani.

Gejala kanker servik:

 Terjadi perdarahan vagina pada masa menopause atau pada saat menstruasi.
 Darah berbau amis keluar dari vagina
 Nyeri, perdarahan setelah hubungan seksual
 Teraba ada massa di vagina

Penanganan kanker servik:

 Operasi Radikal : Mengangkat servik dan rahim sekaligus kelenjar limpa


sekitarnya
 Operasi + kemoradiasi
 Kemoterapi - radiasi

Menurut hasil penelitian, pada penderita kanker servik ditemukan adanya latar belakang
pernah terinfeksi Human Papiloma Virus (HPV).
Hingga hampir 80% penderita kanker servik adalah pernah terpapar virus HPV tipe 16,
18, 31 dan 45.

Khusus untuk HPV tipe 16 dan 18 yang menjadi penyebab kanker servik hampir pada
70% penderita, telah ditemukan vaksinasi pencegahannya yang dikenal dengan
Gardasil®, diberikan suntikan selama 3 kali dalam kurun waktu 6 bulan. Perlu diingat
bahwa vaksinasi ini tidak mencegah semua tipe kanker servik, tidak bisa untuk
penanganan kanker servik dan atau luka vagina yang lain.

Skrining Kanker Servik:

Kanker Rahim (kanker uterus)

Kanker Rahim (uterus) atau yang sebenarnya adalah kanker jaringan


endometrium adalah kanker yang sering terjadi di endometrium, tempat dimana janin
tumbuh, sering terjadi pada wanita usia 60-70 tahun.

Faktor resiko terjadinya kanker rahim:

 Lanjut usia
 Kegemukan (termasuk contohnya pada penderita Diabetes)
 Menstruasi pertama di usia dini, Menopause yang terlambat.
 Belum pernah hamil
 Stimulasi estrogen berlebihan (dari dalam tubuh sendiri atau berasal dari luar
tubuh)
 Riwayat kanker keluarga (berhubungan dengan kanker usus besar - Lynch
Syndrome)
Banyak ilmuwan yang mengatakan bahwa kadar estrogen sangat memainkan peran dalam
perkembangan kanker rahim.

Selama kehamilan, produksi hormon estrogen meningkat dengan diiringi peningkatan


hormon progesteron juga. Wanita dengan produksi estrogen yang tinggi tanpa diimbangi
dengan peningkatan produksi progesteron dapat meningkatkan faktor resiko terjadi
kanker rahim / endometrium.

Tanda dan gejalanya:

 Perdarahan setelah menopause


 Siklus menstruasi yang tidak teratur
 Perdarahan diantara periode menstruasi
 Tercium bau yang tidak biasanya (amis) dari vagina
 Stadium lanjut : nyeri pinggang, nyeri pada saat buang air kecil dan hubungan
seksual serta nyeri perdarahan pada saat buang air besar.

Kanker rahim dapat ditangani dengan sukses apabila terdiagnosa di awal, terutama bila
ditemukan adanya gejala-gejala tidak lazim, segera tegakkan diagnosa.

Penanganan Kanker Rahim:

 Operasi, bisa dilakukan operasi secara partial histerektomi (pengangkatan rahim


sebagian) dan radikal histerektomi (pengangkatan seluruh rahim)
 Terapi tambahan : radiasi dan atau kemoterapi diperlukan apabila kanker sudah
menyebar ke jaringan sekitarnya (metastasis). Radiasi dapat mencegah
kambuhnya kembali kanker rahim.

Saran pada wanita muda:

 Bersekolah, bekerja dan atau menikah


 Mempertahankan kesuburan / kapan mendapatkan anak
 Apakah seks sangat penting, harus atau tidak dilakukan di usia muda
 Memperhatikan riwayat kanker pada keluarga
 Memperhatikan harapan hidup secara keseluruhan

Sumber : dr. Khoo Kei Siong, Parkway Cancer Centre


Deteksi dini kanker leher rahim
Sunday, 12 October 2008
Kanker leher rahim adalah penyakit dimana sel-sel leher
rahim tumbuh secara abnormal tak terkendali sehingga
mendesak dan merusak jaringan sekitarnya bahkan dapat
mengakibatkan kematian.
Angka kejadian dan angka kematian kanker leher rahim
tinggi, padahal bila dideteksi dan ditangani secara dini,
penyakit ini dapat disembuhkan. Bagaimana mendeteksi
dini kanker leher rahim ?

Dengan melakukan screening :

* Pap Smear
Mulai diperiksa minimal 3 tahun setelah melakukan hubungan seksual
* HPV-DNA
- Dianjurkan bagi pasien dengan hasil Pap Smear meragukan (inconclusive)
- Dianjurkan untuk skrining pada wanita berusia > 30 tahun bersama-sama dengan
pemeriksaan Pap Smear

Pap Smear
Pap Smear adalah pemeriksaan untuk melihat sel-sel leher rahim dimana sampel diambil
melalui vagina kemudian diusapkan pada kaca benda, kemudian diwarnai, lalu dilihat di
bawah mikroskop.

Pap Smear Berbasis Cairan


Merupakan metode baru untuk meningkatkan keakuratan deteksi kelainan sel-sel leher
rahim. Dengan metode ini, sampel yang diambil dimasukkan ke dalam cairan khusus
sehingga sel atau faktor pengganggu lainnya dapat dipisahkan. Selanjutnya sampel
diusapkan pada kaca benda kemudian diwarnai lalu dilihat di bawah mikroskop.

Dengan metode ini, lapisan sel yang diusapkan pada kaca benda tidak bertumpuk
sehingga pengamatan dibawah mikroskop menjadi lebih jelas dan hasil lebih akurat,
sehingga kelainan kecil pada sel leher rahim lebih mudah dideteksi.

HPV-DNA
Merupakan pemeriksaan untuk deteksi adanya infeksi Human Papilloma Virus (HPV).
Infeksi HPV jenis tertentu merupakan penyebab utama kanker leher rahim. Pemeriksaan
ini diperlukan terutama bagi pasien dengan hasil Pap Smear ada kelainan tetapi tidak
dapat disimpulkan apakah kelainan tersebut dapat berkembang menjadi kanker atau dapat
sembuh (“inconclusive”). Jadi dengan pemeriksaan HPV-DNA dapat diperkirakan apakah
kelainan yang ditemukan akan berkembang menjadi kanker leher rahim atau tidak.
IndoFamilyHealth/nl

Source : duniawanita

Anda mungkin juga menyukai