Anda di halaman 1dari 7

F -X C h a n ge F -X C h a n ge

PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
Merokok dan penyakit periodontal
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

Merokok sebagai faktor risiko terjadinya


penyakit periodontal
Eddy Kasim
Bagian Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

ABSTRACT

Smoking leads to a variety of pathologic conditions which causes diseases, even death. Nicotin in
cigarettes alters the immune response sistem and blood vessels in the dental tissue. Studies on smoking
reported of the increase of dental plaque formation and the decrease of gingival inflammation
threshold. There is a relation between smoking and early onset peridontitis, and in the long term
causes periodontal disorders and dental loss. Conversely, cease smoking can give a benefit to
periodontal tissue which support good results of dental therapy.(J Kedokter Trisakti 2001;20(1):9-15)

Key words: Periodontal diseases, etiology ,therapy, risk factors, adverse effects, smoking cessation.

ABSTRAK

Merokok merupakan penyebab berbagai kondisi patologik yang dapat menimbulkan penyakit dan
bahkan kematian. Nikotin dalam rokok merusak sistem respons imun dan menyebabkan penyempitan
pembuluh darah termasuk pembuluh darah jaringan sekitar gigi geligi. Dari beberapa penelitian pada
perokok, dijumpai adanya pembentukan plak gigi dan menurunnya ambang inflamasi gingiva. Terjadi
keterkaitan antara perokok dengan early onset periodontitis dan pada jangka panjang menyebabkan
kerusakan periodontal yang mengakibatkan tanggalnya gigi-geligi. Sebaliknya, dengan berhenti
merokok dijumpai pengaruh menguntungkan bagi kondisi jaringan periodontal yang pada akhirnya
memberikan keberhasilan terapi periodontal.

Kata kunci : Penyakit periodental, etiologi, terapi, faktor risiko,efek merugikan, berhenti merokok

PENDAHULUAN

Pembuktian eksperimen seringkali me- imun, dengan demikian membentuk suatu


nunjukkan bahwa mengisap rokok merupakan lingkungan yang menguntungkan bagi
penyebab dari penyakit manusia yang pertumbuhan bakteri penyebab penyakit
sesungguhnya dapat dicegah. Lebih dari 4000 periodontal / periodontal disease. (3)
toksin terdapat di dalam asap rokok, meliputi Merokok secara jelas dapat meningkatkan
racun-racun seperti karbon monoksida, risiko untuk terkena semua penyakit dan dapat
substansi toksis seperti radikal-radikal oksidan, berkembang menjadi berbagai kondisi
zat-zat karsinogen seperti zat-zat nitrosamin, patologik yang menyebabkan kematian.
dan substansi-substansi adiktif psikoaktif Sebagian besar dari keadaan tersebut telah
seperti nikotin. (1,2) Penelitian baru-baru ini, dibuktikan merupakan penyebab langsung
menduga bahwa nikotin dalam rokok merusak antara kebiasaan merokok dan perkembangan
sistem respons imun dan menyebabkan penyakit. Data prospektif longitudinal yang
penyempitan pembuluh darah, termasuk dibuat selama 40 tahun menunjukkan bahwa
pembuluh darah di dalam jaringan sekitar gigi. 50% dari pengisap rokok akan meninggal
Hal ini menyebabkan suatu penurunan oksigen karena penyakit yang berkaitan dengan
di dalam jaringan dan merusak sistem respons kebiasaan merokok. (4) Ternyata dengan

J Kedokter Trisakti, Jan-April 2001, Vol.19 No.1 9


F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
Merokok dan penyakit periodontal
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

penghentian (pengurangan) merokok jaringan periodontal dan higiene mulut. (9,10)


mempunyai kaitan dengan penurunan angka Yang meliputi indeks gingiva, kedalaman
kematian, penurunan risiko berkembangnya probing, ambang attachment klinis, dan
aneka macam penyakit, dan meningkatnya gambaran ambang tulang alveolar. Hasil
harapan hidup. (5) Oleh karena itu pada akhir- beberapa penelitian awal menunjukkan adanya
akhir ini, sebagian besar negara industri ada suatu hubungan positif antara merokok dengan
upaya-upaya di bidang pengabdian masyarakat berat/ringannya periodontal disease, pengaruh
disertai oleh aksi di bidang hukum/legislatif. faktor pengganggu (confounding) potensial
Upaya ini telah berhasil mencegah keinginan seperti: keadaan sosio-ekonomi, pendidikan,
orang untuk merokok dan cenderung secara yang pada akhirnya juga berpengaruh pada
sukarela untuk berhenti merokok. Upaya- ambang higiene mulut. Beberapa penelitian
upaya ini berhasil menurunkan prevalensi menunjukkan bahwa pada perokok terlihat
merokok dan dapat mengurangi konsumsi ambang debris lebih tinggi dibanding bukan
tembakau. Namun demikian, sebagian perokok. Pada tahun 1970 dan awal tahun
kelompok populasi di negara-negara industri 1980 keadaan ini digunakan sebagai dasar
tersebut masih saja terus merokok. (6) untuk menjelaskan bahwa ambang higiene
Di negara-negara berkembang di mana mulut yang berbeda-beda berpengaruh pada
informasi mengenai pengaruh negatif merokok prevalensi periodontal disease. (7,8) Hasil ini
bagi kesehatan masih kurang, ditambah dengan menunjukkan bahwa pada perokok tampak
galaknya pemasaran rokok oleh perusahaan jelas prevalensi penyakit periodontal lebih
rokok sehingga cenderung dapat menyebabkan tinggi walaupun sudah dilakukan koreksi pada
orang menjadi merokok dan tidak efektifnya faktor pengganggu potensial terutama higiene
gerakan anti-merokok. mulut. Walaupun pada perokok mempunyai
Di samping efek sistemik dari merokok kecenderungan ambang higiene mulut rendah,
telah diketahui dengan jelas, dan bermacam- namun faktor higiene mulut dan/atau sosio-
macam kondisi mulut mempunyai hubungan ekonomi saja tidak dapat menjelaskan
dengan kebiasaan ini. Telah dilaporkan terjadinya peningkatan prevalensi dan beratnya
kemungkinan berkembangnya kanker mulut, periodontal disease. Bahkan pada penelitian di
karies, penyakit periodontal, tanggalnya gigi, United States baru-baru ini, menemukan
dan edentulisme. (7) Pokok bahasan pada bahwa pada orang dewasa yang tidak merokok,
makalah ini adalah: i) merokok sebagai faktor 11% dari mereka (perokok pasif) yang terpapar
risiko terjadinya periodontitis; ii) merokok terhadap lingkungan asap rokok di rumah atau
dapat mempengaruhi terapi periodontal; iii) kantor dapat terkena periodontal disease dan
melaksanakan konseling merokok yang risiko terkena periodontal disease ini kira-kira
rasional sebagai komponen dari terapi 1,5 kali lebih tinggi dibanding mereka yang
periodontal; iv) menggunakan merokok tidak terpapar lingkungan tersebut,
sebagai model untuk menentukan risiko yang peningkatan resiko ini walaupun lebih kecil
timbul; dan v) melakukan komunikasi dan jika dibanding pada perokok aktif, yaitu
penatalaksanaan di bidang periodontik sebesar lebih 5 kali, perlu diperhitungkan
(periodontology). untuk perkembangan penyakit gusi. (3)

APAKAH MEROKOK FAKTOR RISIKO


TERJADINYA PERIODONTITIS? Merokok dan higiene mulut
Dari hasil observasi, peningkatan ambang
Pada awal tahun 1947 dilaporkan adanya debris pada perokok menunjukkan: i)
keterkaitan antara penyakit periodontal / penurunan kebiasaan individu untuk menjaga
periodontal disease bentuk nekrotik dan higiene mulut; ii) peningkatan kecepatan
merokok. (8) Pada dekade selanjutnya, pembentukan plak; atau iii) kombinasi dari
sejumlah penelitian menunjukkan keterkaitan keduanya. Dari sudut pandang ini sangat
antara merokok dengan parameter-parameter penting digaris bawahi bahwa kecepatan
10 J Kedokter Trisakti, Januari-April 2001, Vol.20 No.1
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
Merokok dan penyakit periodontal
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

akumulasi plak dan komposisi plak pada ternyata pada kelompok perokok dengan resiko
kondisi sehat dan gingivitis tampaknya tidak periodontitis menunjukkan nilai odds-ratio
berbeda antara perokok dan bukan perokok. (11- yang lebih tinggi (> 6-7); nilai odds-ratio yang
14)
Maka pengertian yang lebih baik mengenai lebih tinggi juga dijumpai pada orang muda.
pola hidup sehat pada perokok perlu Yang menarik perhatian, pada observasi
ditingkatkan. tentang keterkaitan efek merokok dengan
early-onset periodontitis; hasil pengamatan
Merokok dan gingivitis menunjukkan bahwa pada remaja/adolescent
Beberapa penelitian kros-seksional yang merokok, risiko untuk terkena
menunjukkan bahwa pada perokok dijumpai generalized forms juvenile periodontitis
ambang inflamasi gingiva yang lebih rendah semakin meningkat.
(sampai batas ambang plak tertentu) dibanding Efek merokok yang berkepanjangan dan
bukan perokok (8,11,13,15) Pada penelitian ini prevalensi kerusakan jaringan periodontal juga
digunakan indeks gingiva dan evaluasi menunjukkan saling bergantung satu dengan
bleeding secara dikotomi pada probing. Selain lainnya. (18,19) yaitu dengan estimasi pada
itu hasil observasi ternyata komposisi plak ukuran berat/ringannya dalam mengisap rokok.
kurang begitu berbeda pada perokok dan Melalui berbagai hasil observasi penelitian dan
bukan perokok. Lebih lanjut, perkembangan populasi ternyata keterkaitan antara status
inflamasi gingiva dalam merespons akumulasi merokok dan kerusakan jaringan periodontal
plak pada perokok kurang begitu menonjol adalah sangat kuat dan konsisten. Kenyataan
dibandingkan bukan perokok. (12,14,16) ini menjadi bahan perdebatan apakah merokok
Hasil penelitian kros-seksional dan merupakan suatu indikator risiko yang lebih
longitudinal ini memberi petunjuk bahwa tinggi bagi timbulnya periodontitis dan
merokok merupakan suatu paparan lingkungan anggapan bahwa merokokpun sesungguhnya
yang dapat mengubah respons gingiva merupakan juga suatu faktor risiko. Walaupun
terhadap plak dental. demikian, harus diingat bahwa penyebab
langsung belum dapat dibuktikan sampai saat
Merokok dan periodontitis ini.
Berbagai penelitian bertujuan mengetahui Dukungan tidak langsung dari konsep
keterkaitan kerusakan jaringan periodontal bahwa berhenti merokok dapat memberi
dengan merokok. Melalui pengukuran probing pengaruh menguntungkan bagi kondisi
depth, hilangnya attachment klinis dan jaringan periodontal (dan ini merupakan
hilangnya tulang alveolar dapat diketahui hubungan penyebab) diperoleh dari
bahwa keadaan menjadi lebih prevalen dan membandingkan luasnya, berat/ringan dan
lebih berat pada perokok dibanding kontrol kecepatan periodontal disease pada perokok /
yang bukan perokok. (9) Dampak ini diperoleh current-smoker, mantan perokok / former-
dari penelitian-penelitian yang berbeda dan smoker dan bukan perokok. (20) Penelitian ini
pada populasi yang berbeda pula sesudah memberi indikasi bahwa pada mantan perokok
mengendalikan berbagai faktor pengganggu terdapat ambang periodontal disease yang
yang potenial. sedang / intermediate, berbeda dibanding
Sebuah meta-analisis yang mencakup 6 dengan bukan perokok dan perokok. Yang
penelitian meliputi 2.361 subyek, menarik, ternyata kecepatan rata-rata alveolar
menguraikan mengenai efek merokok terhadap bone loss berkurang sepertiga pada mantan
hilangnya jaringan penunjang periodontal. perokok jika dibanding pada perokok. (21) Di
Hasil analisis menunjukkan bahwa merokok samping fakta bahwa merokok mempunyai
mengakibatkan peningkatan risiko terjadinya kaitan dengan sejumlah penyakit/kondisi
kerusakan jaringan periodontal, dengan total sistemik, masih dipertentangkan peran kausatif
nilai odds-ratio = 2,82 (95% CI 2,36-3,39). (17) paparan asap rokok terhadap perkembangan
Dari beberapa penelitian jika definisi penyakit periodontitis dan suatu hubungan
periodontitis dipakai lebih dalam dan luas, kausal antara merokok terhadap kerusakan
11 J Kedokter Trisakti, Januari-April 2001, Vol.20 No.1
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
Merokok dan penyakit periodontal
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

periodontal disease yang pada umumnya Apakah merokok menurunkan hasil akhir
dianggap bersifat biologis. Dari sudut pandang terapi periodontal ?
ini, menunjukkan bahwa: (i) pada perokok
memperlihatkan ambang infeksi Bukti yang nyata juga dapat dilihat dari
mikroorganisme yang lebih tinggi dan (ii) hasil pengobatan pada perokok. Kemungkinan
unsur yang terdapat dalam asap tembakau mencapai hasil pengobatan yang sukses,
dapat mengubah respons inflamasi dan respons misalnya dalam mereduksi > 50% prevalensi
imun. (22) deep pocket; pada pasien perokok angka
Apakah merokok merupakan suatu faktor keberhasilannya hanya 50% sedangkan pada
risiko terjadinya periodontitis? Semuanya pasien bukan perokok 85%. Sejalan dengan ini
menjadi jelas pada periodontitis yaitu dengan banyak peneliti lain juga melaporkan bahwa
adanya prevalensi periodontitis yang menonjol pasien refractory periodontitis lebih banyak
akibat dari kebiasaan merokok. Estimasi saat dijumpai pada perokok yaitu sekitar 86% -
ini menunjukkan bahwa merokok dapat 90%. (25,26) Setelah suatu kemajuan awal
meningkatkan >20% prevalensi periodontitis diperoleh pada terapi periodontal, pada
pada kelompok usia muda. Bila berhenti perokok menunjukkan rekurensi periodonitis
merokok dapat menurunkan prevalensi pada tingkat bermakna, misalnya: tampak
kerusakan berat dari penyakit periodontal dengan adanya pendalaman pocket
sebesar 1-2%. (23) periodontal, hilangnya gingival attachment,
dan perkembangan penyakit lebih buruk ke
Merokok dan tanggalnya gigi arah horisontal yaitu pada tempat-tempat
Kehilangan gigi merupakan akibat furkasi akar. Pada follow-up selama 7 tahun,
langsung dari periodontitis yang tidak diobati. kondisi jaringan periodontal pasien-pasien
Maka itu, hubungan antara gigi tanggal/tooth bukan perokok tetap stabil dibanding pasien
loss dan merokok menjadi relevan untuk perokok. Yang menarik adalah efek negatif
dibahas, yaitu mengenai efek mengisap yang bersifat dose dependent artinya jumlah
tembakau dan periodontitis. Meskipun rokok yang dikonsumsi berpengaruh besar
demikian harus ditegaskan bahwa hal yang pada hilangnya/tanggalnya gigi-geligi. Hal ini
dibahas berkaitan dengan semua penyebab dapat dilihat pada perokok berat (>20 batang
kematian gigi dan tidak hanya hilangnya gigi rokok/hari) yang telah merokok lebih dari 10
akibat periodontitis. tahun, ternyata pada masa program terapi
Data-data epidemiologis secara nyata periodontal tampak prevalensi tooth loss dan
menunjukkan bahwa pada perokok, prevalensi jumlah gigi yang hilang lebih tinggi. Dan
edentulisme dan insidens tooth loss lebih tinggi prognosis gigi secara individual setelah
dibanding bukan perokok. (23,24) Penemuan ini dilakukan terapi periodontal juga sangat
diperoleh dari hasil observasi pada kelompok dipengaruhi oleh status perokok dan bukan
gender, kelompok umur yang berbeda, dan perokok; ternyata setelah lebih 5 tahun terapi
kelompok populasi yang berbeda sesudah periodontal, suatu gigi pada perokok
mengendalikan faktor pengganggu terutama menunjukkan prognosisnya bertambah buruk
higiene mulut dan status sosio-ekonomi. sebesar 2 kali dibanding bukan perokok (27).
Walaupun demikian, belum dapat dibuktikan Demikian pula keberhasilan dalam terapi
ada hubungan langsung antara tooth loss dan bedah osseointegrated implant mengalami
merokok, namun ada keterkaitan yang erat penurunan secara bermakna pada mereka yang
antara merokok dengan karies cervical, karies merokok. (28) Dari data-data tersebut di atas
coronal dan periodontitis. Periodontitis dapat diambil kesimpulan bahwa kemajuan
merusak jaringan lunak dan tulang yang klinis dari terapi perodontal pada mereka yang
menunjang gigi, dan seringkali mengakibatkan merokok menjadi tidak optimal dan
gigi menjadi tanggal. (3) manfaatnya yang diperoleh juga hanya untuk
waktu yang pendek.

12 J Kedokter Trisakti, Januari-April 2001, Vol.20 No.1


F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
Merokok dan penyakit periodontal
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

Apakah konseling merokok merupakan dikonsumsi, sedangkan sebanyak 13,3%


komponen dari terapi periodontal ? berhenti merokok sama sekali. Fakta ini jelas
Merokok merupakan penyebab suatu menunjukkan bahwa konseling merupakan
penyakit yang sepatutnya paling dapat dicegah komponen yang penting pada terapi
dan banyak bukti menunjukkan bahwa dengan periodontal. Meskipun, sejauh ini belum
berhenti merokok memberi akibat menurunnya didapatkan bukti-bukti yang langsung bahwa
secara lebih nyata berbagai risiko penyakit dan dengan berhenti merokok akan diikuti
kematian. Hasil pengamatan ini memberi penurunan risiko periodontitis. Tetapi dari
alasan kuat untuk memberikan konseling hasil-hasil penelitian tersebut di atas yaitu (1)
kepada pasien-pasien perokok. Konseling efek negatif dari merokok terhadap kesehatan
untuk membawa seseorang berhenti merokok jaringan periodontal dan hasil terapi
yang dilakukan oleh tim kesehatan gigi dan periodontal yang dipengaruhi oleh jumlah
mulut dinilai sangat efektif, murah dan rokok yang dikonsumsi (dose dependent) serta
memberikan hasil perbaikan yang sangat nyata (2) derajat progresivitas periodontitis dan hasil
dari berbagai gangguan gigi dan mulut, terapi periodontal yang diharapkan lebih baik
sehingga konseling menjadi komponen penting pada bukan perokok dan mantan perokok,
dari terapi periodontal. Suatu penelitian (29) di maka konseling untuk perokok menjadi
Inggris untuk menilai efektivitas dari penting artinya. Keadaan ini juga ditunjang
konseling, mendapatkan bahwa 50% dari oleh hasil suatu penelitian (23) yang melaporkan
individu yang mendapatkan konseling bahwa derajat tooth loss secara nyata
menunjukkan penurunan sampai separoh berkurang setelah seseorang berhenti merokok
jumlah rokok yang biasa dikonsumsi dan angka tersebut bahkan jauh lebih rendah
sebelumnya dibandingkan pada kontrol yang pada bukan perokok. Tabel 1 menunjukkan
hanya mencapai 24% saja. Pada 80% individu, hasil-hasil yang diperoleh pada suatu survei
konseling menurunkan jumlah rokok yang setelah dilakukan konseling pada perokok. (29)

Tabel 1. Efek konseling pada awal terapi periodontal


Hasil konseling N (%) Jumlah rokok Prevalensi pengurangan
(tahun) kedalaman poket

Berhenti merokok 25 (36,8) 13,7 5.9 57 9%


Reduksi merokok 34 (50,0) 19,6 8,3 47 11%
Tak ada efek 9 (13,2) 18,5 10,3 32 18%

Meskipun kegagalan pada terapi dental bidang kedokteran. Dalam keadaan seperti
implant pada perokok secara signifikan lebih sekarang di mana pengetahuan mengenai
tinggi dibanding pada bukan perokok, tetapi penyakit-penyakit belum seluruhnya dikuasai,
mereka yang mengikuti program berhenti di mana pekerja kesehatan umumnya meng-
merokok menunjukkan hasil yang sama seperti alami kesulitan dalam meramalkan perjalanan
pada bukan perokok. Dari keadaan ini dapat suatu penyakit, pendekatan probabilitas
disimpulkan bahwa dengan berhenti merokok merupakan dasar dari risk assesment dan
bahkan dalam jangka pendek saja, sudah dapat management yang memungkinkan dibuatnya
memberikan angka keberhasilan terapi implant perkiraan untuk suatu individu atau kelompok
yang nyata. (28) yang mengalami paparan khusus terhadap
suatu bahan yang dapat menimbulkan
Faktor risiko dan indikator penyakit.
Kemampuan meramalkan penyakit dan Sampai tahun 1980-an di bidang
status kesehatan seseorang dalam dasa warsa periodontal berlaku konsep: kepekaan
terakhir ini merupakan suatu kemajuan di universal terhadap penyakit periodontal berat

13 J Kedokter Trisakti, Januari-April 2001, Vol.20 No.1


F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
Merokok dan penyakit periodontal
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

dan respons universal terhadap terapi. Akan untuk terjadinya periodontitis dan me-
tetapi penelitian membuktikan bahwa (i) hanya nunjukkan respons yang kecil pada terapi
sebagian kecil saja dari populasi yang periodontal. Meskipun telah dilakukan usaha-
menderita periodontitis berat, dan (ii) risiko usaha seperti kampanye terhadap rokok dan
terjadinya periodontitis destruktif tidak usaha-usaha lainnya, jumlah perokok masih
menunjukkan distribusi yang homogen dalam tetap tidak banyak mengalami perubahan.
suatu populasi. Pemahaman ini mendorong Dalam kaitan ini, ahli periodontologi tetap
suatu upaya untuk mengenali faktor penyebab dihadapkan pada kebutuhan untuk mengen-
dan paparan-paparan yang berkaitan dengan dalikan penyakit-penyakit periodontal pada
peningkatan risiko untuk terjadinya perokok. Dan kemampuan profesional dalam
periodontitis, perkembangan penyakit, dan memberikan konseling supaya individu tidak
hasil terapinya. (17) Masalah metodologis yang merokok lagi harus dimiliki ahli
berkaitan dengan upaya untuk mengevaluasi periodontologi maupun tim kesehatan terkait.
risiko merokok dalam bidang periodontologi
dan belum mendapatkan jawaban yang DAFTAR PUSTAKA
seragam adalah mengenai:
(i) evaluasi paparan rokok sebagai variabel 1. Department of Health and Human Services.
kontinu The health consequences of smoking: Cancer.
A report of the surgeon general. Rockville MD:
(ii) evaluasi derajat paparan
Centers for disease control. Office on smoking
(iii) evaluasi risiko yang berkaitan dengan and health; 1982. Publication no. 82-50179.
paparan rokok pada tingkatan rendah. 2. Department of Health and Human Services.
Pada saat ini, data yang baru tidak cukup untuk The health consequences of smoking:
mendukung nilai titik potong spesifik (spesific Cardiovascular disease. A report of the surgeon
cutoff values) yang memungkinkan general. Rockville MD: Centers for disease
membedakan berbagai derajat paparan yang control. Office on smoking and health; 1983.
mengakibatkan risiko ringan, sedang , dan Publication no. 84-50204.
tinggi terhadap penyakit. Dianjurkan agar risk 3. Arbes Jr SJ. Possible link between passive
assesment dilakukan pada tingkat pasien, gigi- smoking and periodontal disease. Am J Public
Health. 2001;91:1-2
geligi dan tempat dari gigi berada (32) karena
4. Doll R, Peto R, Hall E, Wheatley K, Gray R,
menurut sifat alamiahnya, paparan terhadap Sutherland I. Mortality in relation to smoking.
rokok melibatkan individu secara keseluruhan, Br Med J 1994;309:901-11.
termasuk gigi-geliginya. (30) 5. Department of Health and Human Services.
Meskipun perokok jelas merupakan The health benefits of smoking cessation: A
kelompok risiko tinggi terhadap periodontitis, report of the surgeon general. Rockville MD:
dianjurkan agar risiko yang berkaitan dengan Centers for chronic disease preventon and
paparan terhadap rokok harus disejajarkan health promotion. Office on smoking and
dengan faktor-faktor lain yang telah diketahui, health; 1990. Publication no. 90-8416.
seperti infeksi dan genetik. Oleh sebab itu, 6. Department of Health and Human Services.
Reducing the health consequences of smoking:
untuk melakukan risk assesment dan
25 years of progress. A report of the surgeon
management perlu dipertimbangkan faktor- general. Rockville MD:Centers for chronic
faktor multidimensional dari sifat-sifat risiko disease preventon and health promotion. Office
tersebut. (30) on smoking and health;1989. Publication no.
89-8411.
KESIMPULAN 7. Christen AG, The impact of tobacco use and
cessation on oral and dental diseases and
Sejak lebih dari 50 tahun. pengetahuan conditions. Am J Med 1992;93:25S-31S.
mengenai efek merugikan dari merokok telah 8. Pindborg JJ. Tobacco and gingivitis (I). J Dent
Res 1947;26:261-4.
banyak dipelajari dan berkembang dengan
9. Rivera-Hidalgo F. Smoking and periodontal
pesat. Saat ini, tidak diragukan lagi bahwa disease. J Periodontol 1986; 57: 617-24.
perokok merupakan kelompok risiko tinggi
14 J Kedokter Trisakti, Januari-April 2001, Vol.20 No.1
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
Merokok dan penyakit periodontal
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

10. Bergstrom J, Preber H. Tobacco use as a risk major risk factor associated with refractory
factor. J Periodontol 1994;65(Suppl):545-50. periodontal disease. J Dent Res 1992; 71(Spec.
11. Bastian R, Waite I. Effects of tobacco smoking Issues): 297. (Abstr.).
on plaque development and gingivitis. J 27. McGuire MK, Nunn ME. Prognosis versus
Periodontol 1978; 49:480-2. actual outcome, II. The effectivenesss of
12. Bergstrom J. Short-term investigation on the clinical parameters in developing an accurate
influence of cigarette smoking upon plaque prognosis. J Periodontol 1996;67:658-65.
accumulation. Scand J Dent. Res 1981; 89: 28. Hass R, Haimbock W, Mailath G, Watzek G.
235-8. The relationship of smoking on periimplant
13. Bergstrom J. Oral hygiene compliance and tissue: A retrospective study. J Prosthet Dent
gingivitis expression in cigarette smokers. 1996;76:592-6.
Scand J Dent. Res 1990; 98: 497-503. 29. Macgregor ID.Efficacy of dental health advice
14. Swenson HM. The effect of cigarette smoking as an aid to reducing cigarette smoking. Br
on plaque formation. J Periodontol Dent J. 1996; 180: 292-6.
1979;50:146-7. 30. Beck J. Methods of assessing risk of
15. Preber H, Bergstrom J. Occurrence of gingival periodontitis and developing multifactorial
bleeding in smoker and non-smoker patients. models. J Periodontol 1994; 65: 468-78.
Acta Odontol Scand 1985; 43: 315-20.
16. Bergstrom J, Preber H. The influence of
cigarette smoking on the development of
experimental gingivitis. J Periodont Res 1986;
21: 668-76.
17. Papapanou P. Periodontal diseases:
Epidemiology. Ann Periodontol 1996;1:1-36.
18. Begstrom J. Cigarette smokng as a risk factor
in chronic periodontal disease. Community
Dent Oral Epidemiol 1989; 17: 245-7.
19. Haber J, Wattles J, Crowley M, Mandell R,
Joshipura K, Kent RL. Evidence for cigarette
smoking as a major risk factor for
periodontitis. J Periodontol 1993; 64: 16-23.
20. Bergstrom J, Floderus-Myrhed B. Co-twin
control study of the relationship between
smokng and some periodontal disease factors.
Community Dent Oral Epidemiol 1983; 11:
113-6.
21. Arno A, Schei O, Lovdal A, Waerhaug J.
Alveolar bone loss as a function of tobacco
consumption, Acta Odont Scand 1959; 17: 3-
10.
22. Zambon J, Grossi S,Machtei E, Ho A, Dunford
R,Genco R.Cigarette smoking increases the
risk for subgingival infection with periodontal
pathogens. J Periodontol 1996; 67:1050-4.
23. Krall EA, Dawson-Hughes B, Garvey AJ,
Garcia RI. Smoking, smoking cessation and
tooth loss. J Dent Res 1997; 76:1653-6.
24. Holm G. Smoking as an additional risk for
tooth loss. J Periodontol 1994;65:996-1001.
25. MacFarlane G, Herzberg M, Wolff L, Hardie
N. Refractory periodontitis associated with
abnormal polymorphonuclear leucocyte
phagocytosis and cigarette smoking. J
Periodontol 1992; 63: 908-13.
26. Bengstrom J, Blomlof L. Tobacco smoking
15 J Kedokter Trisakti, Januari-April 2001, Vol.20 No.1

Anda mungkin juga menyukai