PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jagung (Zea mays) merupakan salah satu komoditas yang sangat penting
bagi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Tidak hanya bagi kebutuhan
manusia, jagung juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan bagi ternak.
Jagung mengandung karbohidrat, sehingga dapat digunakan sebagai bahan
pangan pokok. Selain itu, biji jagung juga dapat diolah menjadi minyak dan
tepung.
Banyak pendapat dan teori mengenai asal tanaman jagung, tetapi secara
umum para ahli sependapat bahwa jagung berasal dari Amerika Tengah atau
Amerika Selatan. Jagung secara historis terkait erat dengan suku Indian, yang
telah menjadikan jagung sebagai bahan makanan sejak 10.000 tahun yang lalu.
Penanaman satu jenis varietas dalam skala luas dan secara terus menerus
menyebabkan penurunan hasil. Program pemuliaan diarahkan untuk
menghasilkan varietas yang beradaptasi spesifik untuk iklim dan lahan tertentu.
Di samping itu, pergiliran varietas perlu dilakukan untuk melestarikan
efektifitas ketahanan varietas terhadap hama/penyakit tertentu.
BAB II
PEMBAHASAN
4. Pembentukan Inbrida
Inbrida calon hibrida memiliki tingkat homozigositas tinggi. Inbrida jagung
biasanya diperoleh melalui penyerbukan sendiri (selfing) tetapi bisa juga
diperoleh melalui persilangan antar saudara. Dalam pembentukan inbrida perlu
dipertimbangkan antara kemajuan seleksi dengan pencapaian homozigositas.
Persilangan antar saudara dalam pembentukan inbrida akan memperlambat
fiksasi alel yang merusak dan memberi kesempatan seleksi lebih luas.
Keuntungan sendiri untuk membuat inbrida yang relatif homozigot dapat dilihat
dari laju inbriding, yaitu bahwa untuk memperoleh tingkat inbriding yang sama
dengan satu generasi penyerbukan sendiri diperlukan tiga generasi persilangan
sekandung (fullsib) atau enam generasi persilangan saudara tiri (halfsib).
Inbrida dapat dibentuk melalui varietas bersari bebas atau hibrida dan
inbrida lain. Pembuatan inbrida dari varietas bersari bebas atau hibrida pada
dasarnya berupa seleksi tanaman dan tongkol selama selfing. Seleksi dilakukan
berdasarkan bentuk tanaman yang baik dan ketahanan terhadap hama dan
penyakit utama. Pembentukan inbrida dari inbrida lain dibuat dengan jalan
menyilangkan dua inbrida dan disebut seleksi kumulatif. Seleksi selama
pembentukan galur berikutnya lebih terbatas, yaitu dalam batas-batas genotip
tanaman S0 yang diserbukkan sendiri (Moentono, 1988). Seleksi selama
pembentukan galur sangat efektif dalam memperbaiki sifat-sifat galur inbrida,
dan berfungsi memusnahkan galur-galur yang sulit diperbanyak serta
menghambat pembentukan benih.
5. Pembentukan Varietas Unggul Jagung Bersari Bebas
Varietas komposit pada dasarnya merupakan campuran berbagai macam bahan
pemuliaan yang telah diketahui potensi produksinya, umurnya, ketahanannya
terhadap cekaman biotic dan abiotik serta sifat-sifat lainnya. Dalam
pembentukannya, biji dari berbagai galur dan hibrida dicampur jadi satu dan
ditanam beberapa generasi agar penyerbukan silang terjadi dengan baik. Setelah
4-5 generasi seleksi dapat dilakukan yakni setelah banyak kombinasi-kombinasi
baru. Seleksi ini dilakukan untuk peningkatan sifat populasi tersebut yang
disebabkan peningkatan frekwensi gen yang dikehendaki.
Oleh karena terdiri dari campuran galur, varietas bersari bebas dan hibrida,
maka melalui kawin acak akan terjadi banyak kombinasi-kombinasi baru.
Dengan demikian varietas ini dapat bertindak sebagai kumpulan gen (gene pool)
yang amat bermanfaat bagi pemuliaan tanaman menyerbuk silang, khususnya
jagung
6. Pembentukan Varietas Unggul Jagung Hibrida
Varietas hibrida adalah merupakan generasi pertama hasil persilangan
sepasang atau lebih tetua berupa galur inbrida, klon atau varietas bersari bebas
yang memiliki sifat unggul. Namun yang lebih banyak adalah persilangan antara
galur murni. Varietas hibrida dapat dibentuk baik pada tanaman menyerbuk
sendiri, maupun tanaman menyerbuk silang. Tanaman jagung merupakan
tanaman pertama yang menggunakan varietas hibrida secara komersial, yang
telah berkembang di Amerika Serikat sejak tahun 1930an (Hallauer 1987).
Pada awalnya hibrida yang dilepas ialah hibrida silang puncak ganda, namun
sekarang lebih banyak hibrida silang tunggal dan modifikasi silang tunggal yang
dilepas. Hibrida silang tunggal mempunyai potensi hasil tinggi dan tanaman
lebih seragam dari hibrida yang lain. Materi populasi dasar pembentukan galur
inbrida dapat berupa varietas bersari bebas, varietas hibrida, varietas lokal, dan
plasma nutfah introduksi.
7. Pembentukan Varietas Unggul Jagung Khusus (speciality Corn)
Jagung khusus adalah jagung yang memiliki sifat-sifat khusus seperti
jagung yang memiliki mutu protein tinggi (QPM = Quality Protein Maize),
jagung yang berkadar tepung, minyak dan bioetanol tinggi, jagung manis, jagung
pulut, jagung biomas, dan jagung umur genjah. Jagung dengan sifat khusus
tersebut dapat dibentuk melalui program pemuliaan tanaman yang berulang dan
terprogram. Metode pemuliaan silang balik dapat diterapkan untuk
mengintrograsikan gen-gen donor dari jagung khusus yang yang
berproduktivitas rendah ke jagung normal yang berproduktivitas tinggi. Dengan
demikian, akan diperoleh jagung yang memiliki sifat khusus yang diinginkan
dengan produktivitas tinggi.
C. Metode Seleksi Dalam Pemuliaan Tanaman Jagung
1. Seleksi Massa (Mass Selection)
Seleksi massa adalah pemilihan individu secara visual yang mempunyai karakter-
karakter yang diinginkan dan hasil biji tanaman terpilih dicampur untuk generasi
berikutnya. Seleksi massa tanpa ada evaluasi famili. Prosedur seleksi massa tidak
berbeda dengan seleksi massa untuk tanaman menyerbuk sendiri. Seleksi massa
merupakan prosedur yang sederhana dan mudah, sudah dipraktekkan petani sejak
dimulainya pembudidayaan tanaman. Seleksi massa kemungkinan dapat dijadikan
dasar untuk domestikasi tanaman menyerbuk silang dan seleksi massa adalah dasar
pemeliharaan bentuk asal (true type) dari spesies tanaman menyerbuk silang,
sebelum dikembangkan program perbaikan tanaman.
1.1 Musim I
Tanam populasi dasar dalam petak terisolasi yaitu tidak ada populasi lain yang
berbunga bersamaan pada jarak tertentu sehingga tidak terjadi kontaminasi
tepungsari. Gunakan kerapatan tanaman yang lebih rendah dari cara anjuran agar
genotipe dapat menunjukkan potensi yang maksimum, terutama untuk seleksi hasil
biji.
Pilih tanaman yang mempunyai karakter yang diinginkan. Pemilihan dapat
dilakukan bertahap, yaitu sebelum berbunga, setelah berbunga dan akhirnya pada
waktu panen hanya dipilih dari tanaman yang terpilih sebelumnya dan masih
menunjukkan karakter yang diinginkan. Biji hasil tanaman terpilih dicampur
menjadi satu untuk generasi berikutnya. Pencampuran dapat dilakukan dengan
mengambil jumlah yang sama untuk masing-masing tanaman terpilih agar semua
tanaman terpilih menyumbangkan frekuensi gamit yang sama.
1.2. Musim II
Prosedur pada musim I dilakukan kembali sampai beberapa musim, sampai
populasi mempunyai karakter pada tingkat yang diinginkan. Seleksi massa efektif
untuk karakter yang mempunyai heritabilitas tinggi artinya tidak banyak
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, karena pemilihan hanya berdasarkan satu
individu pada satu lokasi dan satu musim.
Seleksi massa dilakukan berdasarkan satu tetua. Pada tanaman jagung dipilih
berdasarkan tetua betina, karena asal tetua betinanya diketahui d engan pasti yaitu
tanaman yang terpilih, sedang tetua jantan yaitu asal tepungsari yang menyerbuki
tanaman terpilih tidak diketahui. Untuk karakter yang dapat dipilih sebelum
berbunga, seleksi dapat dilakukan untuk kedua tetua, baik tetua jantan maupun tetua
betina. Tanaman yang tidak terpilih dibuang sehingga penyerbukan terjadi antara
tanaman terpilih atau dibuat persilangan buatan antara tanaman terpilih. Seleksi
berdasarkan kedua tetua akan memberikan kemajuan seleksi yang lebih besar
daripada seleksi berdasarkan satu tetua saja.
Pada seleksi ini pemilihan berdasarkan individu tanaman, sehingga apabila
lahannya mempunyai kesuburan yang tidak merata (heterogen) maka tanaman yang
terpilih belum tentu karena pengaruh genetik, sehingga salah pilih. Untuk
mengurangi faktor lingkungan ini Gardner et al. (1981) telah berhasil menaikkan
hasil biji jagung varietas Hays-Golden dengan total respon kenaikan 23% dari
populasi asal selama 10 generasi seleksi massa (di atas 10 tahun), dan respon tiap
generasi adalah 2.8%. Keberhasilan Gardner dengan menggunakan seleksi massa
terhadap hasil biji jagung tersebut, karena digunakannya beberapa tehnik untuk
memperbaiki efisiensi seleksi individu tanaman, yakni dengan cara:
- Seleksi dibatasi pada hasil saja, pengukuran yang lebih teliti pada biji-biji
yang telah dikeringkan sampai kadar air konstan.
- Lahan pertanaman berukuran 0.2 – 0.3 ha dipelihara dengan pemberian
pupuk, irigasi dan pengendalian gulma yang seragam untuk memperkecil
keragaman lingkungan.
- Lahan percobaan dibagi menjadi petak-petak yang lebih kecil dengan
ukuran ± 4 x 5 m.
- Petak-petak seleksi terdiri dari 4 baris masing-masing 10 tanaman.
- Tekanan seleksi 10% dilakukan secara seragam pada 4000 – 5000 tanaman,
yakni 4 tanaman unggul dipilih dari masing-masing petak kecil yang terdiri
dari 40 tanaman.
2. Seleksi Satu Tongkol Satu Baris (Ear-to-Row)
Seleksi satu tongkol satu baris pada jagung, sedang pada tanaman lain disebut head-
to-row, yakni satu malai satu baris. Merupakan “halfsib selection” Bagan
pemuliaan ini awalnya dirancang oleh Hopkins (1899) dalam Dahlan, (1994) di
Universitas Illinois untuk menyeleksi persentase kandungan minyak dan protein
yang tinggi maupun yang rendah pada jagung. Bagan seleksi ini merupakan
modifikasi dari seleksi massa yang menggunakan pengujian keturunan (progeny
test) dari tanaman yang terseleksi, untuk membantu/memperlancar seleksi yang
didasarkan atas keadaan fenotip individu tanaman. Langkah-langkah pelaksanaan
seleksi ear-to-row:
2.1. Musim I
Seleksi individu-individu tanaman berdasarkan fenotipnya dari populasi yang
beragam dan mengadakan persilangan secara acak. Setiap tanaman bijinya dipanen
terpisah.
2.2. Musim II
Sebagian biji dari masing-masing tongkol ditanam dalam barisan-barisan keturunan
yang terisolasi, dan sisanya disimpan. Seleksi setiap individu fenotip tanaman yang
terbaik pada baris keturunan dengan membandingkan baris-baris keturunan.
2.3. Musim III
Biji-biji sisa dari tetua yang keturunannya superior dicampur untuk ditanam di
tempat yang terisolasi dan terjadi perkawinan acak. Dalam pencampuran tersebut
diseleksi lagi fenotip-fenotip individu tanaman yang baik untuk diteruskan ke siklus
berikutnya. Tanaman di dalam baris-baris keturunan adalah saudara tiri (half sibs),
dengan demikian metode ini memasukkan pengujian tanpa ulangan dari keturunan-
keturunan bersari bebas dari tanaman terpilih. Karena kita memilih satu tongkol
satu baris, maka kelemahannya adalah kemungkinan terjadinya inbreeding cukup
besar. Karena satu tongkol menjadi satu baris yang dalam baris itu merupakan satu
famili. Timbulnya inbreeding ini mengurangi kemajuan genetik pada proses
seleksinya.
3. Seleksi Pedigri (Pedigree Selection)
3.1. Musim I
Tanam populasi dasar sekitar 3000 – 5000 tanaman. Pilih 300 – 400 tanaman
yang mempunyai karakter yang dikehendaki dan buat silangdiri untuk
menghasilkan galur S1. Panen terpisah tanaman hasil silangdiri yang masih
mempunyai karakter yang diinginkan.
3.2. Musim II
Biji yang diperoleh pada musim 1 (S1) dari tiap tongkol ditanam satu baris
dengan ±25 tanaman. Seleksi secara fisual dilakukan antara famili dan dalam
famili (baris) yang tanamannya tegap, tidak rebah, bebas hama penyakit dan
sebagainya, dan pilih 3 - 5 tanaman dari baris yang terpilih untuk silangdiri.
Panen terpisah masing-masing tongkol, pilih 1 - 3 tongkol hasil silangdiri tiap
baris terpilih dan diperoleh biji S2.
3.3. Musim III
Biji yang diperoleh pada musim 2 ditanam lagi biji dari tongkol hasil silangdiri
(S2) satu tongkol satu baris dengan 15-25 tanaman. Seleksi diteruskan antara
baris dan dalam baris. Pilih 3 - 5 tanaman dari baris yang terpilih untuk dibuat
silangdiri. Panen terpisah masing-masing tongkol dan diperoleh biji S3.
3.4. Musim IV
Biji yang diperoleh pada musim 3 hasil silangdiri (S3) yang terpilih tanaman
lagi seperti pada musim 3. Silangdiri dilakukan lagi sampai generasi keenam
(S6) untuk memperoleh galur yang mendekati homozigot. Pada pembuatan galur
dapat dilakukan seleksi terhadap hama dan penyakit utama dengan
inokulasi/investasi buatan.
6. Seleksi Berulang untuk Daya gabung Umum (Recurrent Selection for General
Combining Ability)
Seleksi ini awalnya disarankan oleh Jenkins dengan anggapan bahwa daya
gabung dapat ditentukan sejak dini. Prosedur seleksi sebagai berikut:
6.1. Musim I
Tanam populasi dasar dan pilih tanaman-tanaman yang mempunyai
karakter yang diinginkan. Lakukan persilangan sendiri (selfing) tanaman
terpilih tersebut untuk memperoleh galur S1. Saat panen hanya dipilih
tanaman-tanaman yang masih menunjukkan karakter yang diinginkan.
6.2. Musim II
Sebagian benih S1 digunakan untuk membuat persilangan antara galur S1
dengan populasi asal. Populasi itu sendiri digunakan sebagai tetua penguji.
Sisa benih S1 disimpan untuk digunakan dalam rekombinasi.
6.3. Musim III
Evaluasi famili saudara tiri (silang puncak) yang diperoleh pada musim
kedua. Evaluasi dalam rancangan acak kelompok atau rancangan latis
umum (generalized lattice) dengan 2 – 4 ulangan pada 1 – 3 lokasi.
Berdasarkan evaluasi ini pilih famili superior.
6.4. Musim IV
Rekombinasi famili terpilih dengan menggunakan biji S1 hasil pada musim
pertama dengan cara perbandingan jantan betina untuk membentuk populasi
baru.
6.5. Musim V
Tanam populasi hasil rekombinasi pada musim 4 dan buat persilangan
sendiri seperti ada musim I untuk daur kedua.
Jagung pulut (waxy corn) di beberapa daerah sering digunakan sebagai jagung
rebus karena rasanya yang enak dan gurih. Hal ini disebabkan oleh kandungan
amilopektin pada jagung pulut yang hampir mencapai 100%. Endosperm jagung
biasa terdiri atas campuran 72% amilopektin dan 28 % amilosa (Jugenheimer,
1985), sedangkan menurut Bates et el. (1943) dalam: Alexander dan Creech
(1977 ) kandungan endosperm jagung pulut hampir semuanya amilopektin. Pada
jagung pulut terdapat gen resesif wx dalam keadaan homosigot (wxwx) yang
mempengaruhi komposisi kimia pati sehingga menyebabkan rasa yang enak dan
gurih.
Jagung pulut potensi hasilnya rendah hanya mencapai 2-2,5 ton/ha dan secara
umum tidak tahan penyakit bulai. Sampai saat ini varietas pulut belum banyak
mendapat perhatian, terutama dalam peningkatan potensi hasilnya padahal
permintaan jagung pulut terus meningkat terutama untuk industri jagung
marning. Untuk pembuatan jagung marning dibutuhkan biji jagung pulut yang
ukurannya lebih besar karena kualitasnya lebih bagus, lebih baik dibanding
dengan menggunakan biji kecil. Untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan
mengintrogresikan gen pulut ke jagung putih yang bijinya lebih besar,
produktivitasnya lebih tinggi dan memiliki nilai biologis yang tinggi atau dengan
membentuk jagung pulut hibrida yang berdaya hasil tinggi dan berbiji lebih
besar.
Jagung manis (sweet corn) sudah umum terdapat di kota-kota besar. Jagung ini
dikonsumsi dalam bentuk jagung muda, mempunyai rasa manis dan enak. Rasa
manis disebabkan oleh kandungan gula yang tinggi, bahkan ada beberapa
varietas yang dapat dibuat sirup. Jagung manis mempunyai biji-biji yang berisi
endosperm manis, mengkilap dan tembus pandang ketika belum masak, dan bila
kering berkerut.
Pada varietas jagung manis terdapat suatu gen resesif yang mencegah perubahan
gula menjadi pati (Purseglove, 1992). Gen yang sudah umum digunakan adalah
su2 (standard sugary) dan sh2 (shrunken). Gen su2 merupakan gen standar
sedangkan gen sh2 menyebabkan rasa lebih manis dan dapat bertahan lebih lama
disebut supersweet. Apabila kedua gen berada dalam satu genotype maka
disebut sugary supersweet. Menurut Straughn (1907) dalam: Alexander dan
Creech (1977) kandungan gula pada biji yang masak berbeda pada setiap kultivar
jagung manis, tergantung pada derajat kerutannya. Kerutan yang dalam lebih
banyak mengandung gula dibandingkan kerutan yang dangkal.