Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami pamjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Proposal Kelompok Bermain
Di Rumah Sakit
Ini dengan tepat waktu. Terselesaikannya proposal ini tidak terlepas dari peranan pihak-pihak
yang membantu dalam proses penulisan. Untuk itu kami ingin mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Zakia Mujahidah selaku dosen pengampu mata kuliah KEPERAWATAN ANAK II
yang membimbing dan membantu dalam penyelesaian makalah ini, dan juga untuk teman-teman
dan orang tua yang selalu memberikan dukungan untuk kami menyelesaikan makalah ini.
Kelompok menyadari bahwa proposal ini masih sangat sederhana dan masih mempunyai
banyak kekurangan. Maka dari itu, besar harapan kami agar proposal ini dapat diterima dan
nantinya dapat berguna bagi semua pihak. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat positif membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 06 November 2019

KelompokII

1
Contents
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. 1
LATAR BELAKANG ................................................................................................................................. 4
TERAPI BERMAIN MEWARNAI ........................................................................................................... 7
A. Tujuan ............................................................................................................................................... 7
B. Perencanaan ...................................................................................................................................... 8
C. Seting Tempat.................................................................................................................................. 9
D. Pembagian Kelompok & Uraian Tugas ...................................................................................... 10
E. Strategi Pelaksanaan ....................................................................................................................... 11
F. Evaluasi .......................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 13
Lampiran Gambar .................................................................................................................................... 14

2
3
LATAR BELAKANG

Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah
sakit. Keadaan ini terjadi karena anak mengalami perubahan dari keadaan sehat dan
rutinitas lingkungan serta mekanisme koping yang terbatas dalam menghadapi stressor.
Stressor utama dalam hospitalisasi adalah perpisahan, kehilangan kendali, cedera tubuh dan
nyeri (Wong, 2009). Hospitalisasi adalah suatu proses karena alasan berencana maupun
darurat yang mengharuskan anak dirawat atau tinggal di rumah sakit untuk mendapatkan
perawatan yang dapat menyebabkan beberapa perubahan pada psikis anak (Nurnaningsih, L.
2012)
Menurut Child Health USA (2010) penyakit sistem pernapasan merupakan mayoritas
penyakit yang menyebabkan hospitalisasi pada anak berusia kurang dari 5 tahun, sedangkan
penyakit sistem pernapasan, masalah kesehatan mental, cedera dan gangguan gastrointestinal
menyebabkan lebih banyak hospitalisasi pada anak yang lebih tua.
Penelitian yang dilakukan oleh psikolog dalam 30 tahun terakhir, menyebutkan bahwa
10-30% dari anak- anak dengan hospitalisasi menderita gangguan psikologi dan 90% anak-
anak merasa kecewa dan putus asa karena dirawat di rumah sakit. The National Centre for
Health Statistic memperkirakan bahwa 3-5 juta anak dibawah usia 15 tahun menjalani
hospitalisasi setiap tahun. Saat anak-anak dirawat di rumah sakit, mereka cenderung
merasa ditinggalkan oleh keluarganya dan merasa dalam lingkungan yang asing (Terri K &
Susan C, 2015).
Di Indonesia jumlah anak usia prasekolah (3-5 tahun) berdasarkan Survei Ekonomi
Nasional (SUSENAS) tahun 2010 sebesar 72% dari jumlah total penduduk Indonesia. Angka
kesakitan anak di Indonesia yang dirawat di rumah sakit cukup tinggi yaitu sekitar 35 per 100
anak, yang ditunjukkan dengan selalu penuhnya ruangan anak baik rumah sakit pemerintah
maupun rumah sakit swasta (Terri K & Susan C, 2015).
Di rumah sakit anak akan menghadapi lingkungan yang asing, petugas (dokter dan
perawat) yang tidak dikenal dan gangguan terhadap gaya hidup mereka. Mereka terkadang
harus menjalani prosedur yang tidak menyenangkan dan menimbulkan rasa nyeri ketika
(disuntik, diinfus dan sebagainya). Bagi seorang anak, keadaan sakit dan hospitalisasi
menimbulkan stress bagi kehidupannya. Anak sering menjadi tidak kooperatif terhadap

4
perawatan dan pengobatan di rumah sakit, anak menjadi sulit / menolak untuk didekati oleh
petugas apalagi berinteraksi. Mereka akan menunjukkan sikap marah, menolak makan,
menangis, berteriak-teriak, bahkan berontak saat melihat perawat atau dokter datang
menghampirinya. Mereka beranggapan bahwa kedatangan petugas hanya akan menyakiti
mereka. Keadaan ini akan dapat menghambat dan dapat menyulitkan proses pengobatan dan
perawatan terhadap anak yang sakit (Adriana, D, 2013).
Sesuai dengan usia, tingkat kognitif dan tingkat perkembangan anak akan mempengaruhi
persepsi mereka tentang peristiwa yang aktual, hal ini pada akhirnya akan mempengaruhi
reaksinya terhadap penyakit dan hospitalisasi (Terri K & Susan C, 2015). Perkembangan
kognitif anak usia pra sekolah adalah pada praoperasional dimana anak mulai memahami dari
pengalaman yang dialami. Perkembangan psikososial pada fase inisiatif, anak mempunyai
inisiatif untuk melakukan suatu kegiatan yang memuaskan bagi mereka. Apabila anak
dirawat perkembangan ini tidak bisa dilalui secara baik, anak merasa bahwa sakit dan dirawat
merupakan bentuk hukuman bagi anak karena perkembangan moral diorientasikan pada
hukuman dan kepatuhan
Kecemasan menurut Kholil Lur Rochman (2010) merupakan suatu perasaan subjektif
mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari
ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Fenomena
perpisahan dan pengalaman anak yang dirawat inap menunjukkan bahwa pada saat anak
dirawat di rumah sakit akan mengalami perubahan status emosional, begitu juga pada orang
tua. Anak yang dirawat dirawat di rumah sakit akan mengalami regresi. Bentuk regresi
tersebut tercermin dalam keinginan untuk dekat dengan orang tua,
menangis,merintih,menghisap jari atau lebih serius adalah penolakan auntuk makan dan anak
menjadi berlebihan dalam melakukan aktivitas (Bernard dan Willson, 2009)

Menurut Pratiwi & Deswita (2013), masa hospitalisasi pada anak usia prasekolah dapat
menyebabkan Post Traumatic Stress Disorder (PSTD) yang dapat menyebabkan trauma
hospitalisasi berkepanjangan bahkan setelah anak beranjak dewasa. Berbagai dampak
kecemasan akibat hospitalisasi yang dialami anak usia prasekolah, akan beresiko mengganggu
tumbuh kembang anak dan berdampak pada proses penyembuhan. Kecemasan yang teratasi
dengan cepat dan baik akan membuat anak lebih nyaman dan lebih kooperatif dengan tenaga
medis sehingga tidak menghambat proses perawatan (Wong, 2008).

5
Permasalahan lain ketika anak harus menjalani perawatan di rumah sakit adalah
terganggunya kebutuhan bermain pada anak. Hal ini disebabkan karena dunia anak adalah
dunia bermain, khususnya bagi anak yang berusia 3-5 tahun (Wong, 2009). Menurut
Katinawati dkk (2012) dalam penelitiannya mengenai pengaruh terapi bermain dalam
menurunkan kecemasan pada anak usia prasekolah (3-5 tahun) yang mengalami
hospitalisasi menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pemberian terapi bermain
dengan penurunan kecemasan anak akibat hospitalisasi pada anak usia prasekolah. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi & Deswita (2013), terapi bermain mewarnai gambar
pada anak usia prasekolah lebih baik dalam menurunkan skor kecemasan dibandingkan
dengan bermain puzzle.

6
TERAPI BERMAIN MEWARNAI

Topik : Terapi Bermain


Sub Topik : Mewarnai Gambar Hewan
Sasaran : Anak Prasekolah
Tempat : Ruang anak RS MH Thamrin
Waktu : 35 menit

A. Tujuan
1. Tujuan Umum (TU)
Setelah diajak bermain diharapkan anak dapat mengembangkan aktivitas dan
kreativitas melalui bermain dan beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan
dirawat di rumah sakit.
2. Tujuan Khusus (TK)
Setelah diajak bermain selama 35 menit, anak diharapkan:
1) Dapat berinteraksi dengan sesama pasien dan perawat
2) Dapat mengembangkan imajinasinya
3) Dapat mengembangkan motorik halusnya
4) Dapat meningkatkan kreativitasnya
5) Mengungkapkan kegembiraan atau rasa sayang
6) Terlihat lebih rileks
7) Kooperatif terhadap perawatan dan pengobatan

7
B. Perencanaan
1. Jenis Program Bermain
Mewarnai gambar dengan pensil warna/spidol/krayon pada kertas gambar yang telah
tersedia.
2. Karakteristik Bermain
1) Melatih motorik halus
2) Melatih kesabaran dan ketelitian
3. Karakteristik Peserta
1) Usia 3-5 tahun
2) Jumlah peserta 1-4 anak dan didampingi orang tua
3) Keadaan umum anak mulai membaik
4) Klien (anak) dapat duduk
4. Metode : demostrasi
5. Alat – alat yang digunakan (media)
1) Kertas gambar yang siap diwarnai
2) Alat mewarnai (pensil warna/spidol/krayon)
3) Figura yang terbuat dari kardus
4) Lem kertas

8
C. Seting Tempat

9
D. Pembagian Kelompok & Uraian Tugas
1. Leader : Susilawati
Peran Leader
1) Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan menciptakan
situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi untuk mengekspresikan
perasaannya
2) Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau mendominasi
3) Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan dengan
cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan

2. Co Leader : Mardiana A.D. Ridju, Puji Astutik


Peran Co Leader
1) Mengidentifikasi issue penting dalam proses
2) Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader
3) Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau kelompok yang akan
datang
4) Memprediksi respon anggota kelompok pada sesion berikutnya

3. Fasilitator : Ns.Zakiyah Mujahidah,S.Kep,.M.Kep


Peran Fasilitator
1) Mempertahankan kehadiran peserta
2) Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
3) Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar maupun dari
dalam kelompok
4. Pengamat : Putri Melati Pinim, Riky Ramadhani, Rahmat Goesti Gemilang Oetomo
Peran Pengamat
1) Mengamati proses terapi bermain pada anak

10
E. Strategi Pelaksanaan
1. Persiapan : 5 menit
1) Menyiapkan alat
2) Menyiapkan peserta

2. Pembukaan : 5 menit
1) Perkenalan antara petugas dengan anak dan keluarga
2) Anak yang akan bermain saling berkenalan
3) Menjelaskan maksud dan tujuan

3. Kegiatan : 20 menit
1) Anak diminta untuk memilih gambar yang ingin diwarnai yang sudah tersedia
2) Anak dianjurkan untuk mewarnai gambar dengan warna yang disukai
3) Setelah selesai mewarnai gambar, anak dibantu untuk memberikan lem kertas dan
menempelkan bagian belakang kertas gambar ke figura terbuat dari kardus yang telah
dihias dan disediakan
4) Pajang hasil mewarnai gambar didekat tempat tidur anak

4. Penutup 5 menit
1) Memberikan penghargaan pada anak atas hasil karyanya
2) Merapikan alat dan tempat bermain

11
F. Evaluasi
1. Evaluasi struktur yang diharapkan
1) Alat-alat yang digunakan lengkap
2) kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana

2. Evaluasi proses yang diharapkan


1) Terapi dapat berjalan dengan lancar
2) Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
3) Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
4) Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya

3. Evaluasi yang diharapkan


1) Anak dapat berinteraksi dengan sesama pasien dan perawat
2) Anak dapat mengembangkan imajinasinya
3) Anak dapat mengembangkan motorik halusnya
4) Anak dapat meningkatkan kreativitasnya
5) Anak dapat mengungkapkan kegembiraan atau rasa sayang
6) Anak terlihat lebih rileks
7) Anak akan kooperatif terhadap perawatan dan pengobatan

12
DAFTAR PUSTAKA

Adriana, D. 2013. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta: Salemba Medika

Bernand, W, K., & Wilson, W. C. 2009. Psychological effects of Physical illness and
Hozpitalization on the Child and the Family. J.H.K.C. Psych I, 3, 9-18.

Katinawati dkk. 2012. Pengaruh Terapi Bermain dalam menurunkan Kecemasan pada Anak Usia
Prasekolah (3-5 tahun) yang mengalami Hospitalisasi di Rumah Sakit Umum Daerah
Tugurejo Semarang.

Kholil Lur Rochman. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto: Fajar Media Press.

Nurnaningsih, L. 2012. Pengaruh Terapi Bermain Metode Cerita Terhadap Tingkat Kecemasan
Anak Usia Prasekolah di Bangsal Melati RSUD Kebumen.

Pratiwi, Elza Sri & Deswita. 2013. Perbedaan Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar
dengan Bermain Puzzle Terhadap Kecemasan Anak Usia Prasekolah di IRNA Anak
RSUP Dr. M. Djamil Padang. Ners Jurnal Keperawatan Volume 9, No 1 22-27.

Terri K & Susan C. 2015. Buku Ajar Keperawatan Pediatri. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Wong, L. Donna. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol. 1. Edisi 6. Jakarta: EGC

13
Lampiran Gambar

14
15
16
17
GAMBAR HEWAN

GAMBAR TERAPI BERMAIN MEWARNAI HEWAN

18
19
20
LAMPIRAN TERAPI BERMAIN

GAMBAR HEWAN

21

Anda mungkin juga menyukai