SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh:
Aris Budiono
NIM. ST 14006
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh:
Aris Budiono
NIM. ST 14006
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan dan
Dalam menyusun skripsi ini peneliti mendapatkan dukungan dan arahan dari
berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan rasa
hormat dan ucapan terimakasih yang tak terhingga, khususnya kepada yang
terhormat:
1. Ns. Wahyu Rima Agustin, M.Kep, selaku ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarata.
Husada Surakarta.
3. Ns. Happy Indri Hapsari, M.Kep, selaku dosen pembimbing I yang telah
4. Ns. Anissa Cindy Nurul Afni, M.Kep, selaku dosen pembimbing II yang
5. Ns. Aria Nurahman Hendra Kusuma, M.Kep, selaku dosen penguji yang
iv
6. Direktur RSUD Kota Salatiga, dr. Agus Sunaryo, Sp.pd yang telah
7. Bagian Diklat RSUD Kota Salatiga yang telah membantu proses jalannya
penelitian.
9. Semua pasien yang berkenan menjadi responden dalam penelitian ini, atas
10. Istri tercinta, ketiga anakku Andara Pratama Ramadhani, Meyza Shafa
13. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu, atas semua
v
Peneliti menyadari adanya kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam
penyusunan skripsi ini, karena itu diharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi hasil yang lebih baik. Semoga skripsi ini dapat menghasilkan
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
Abstrak ...............................................................................................................xiv
vii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 35
Lampiran ..............................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
DAFTAR SINGKATAN
xii
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2016
Aris Budiono
ABSTRAK
xiii
Kesimpulan dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
dukungan sosial yang sesuai untuk pasien pasien gagal ginjal kronis yang
menjalani hemodialisis rutin
xiv
S-1 NURSING STUDY PROGRAM
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2016
Aris Budiono
ABSTRACT
Individuals with long-term hemodialysis often feel worried about the
condition of his illness resulting to an interruption in his/her life.Condition also
occurs in most patients in hemodialysis unit of RSUD Salatiga. On Current study
there are 60 patients with acts 400-500 per month.
Patients with chronic renal failure on dialysis (hemodialysis) within a long period
of time would require social support. For the sake of good quality of their life.
The Objective of this study of is to determine the relationship of social
support with the compliance in patients with chronic renal failure undergoing
routine hemodialysis in the hemodialysis unit of RSUD Salatiga.
The study design used is correlational with cross sectional approach. The
study population of patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis in
RSUD Salatiga is 40 people. The sampling technique used is total sampling. Data
collection used is collected by questionnaires. Analysis of data using Chi Square
statistical test.
The results showed that most respondents obedient to undergo routine
hemodialysis in RSUD Salatiga were 30 respondents (57.7%) and the majority of
respondents had social support in good category, was 23 respondents (44.2%).
Statistical test results obtained with the chi square test p value 0.0114 <0.05, so
that it could be concluded that there was no self-support relationships with
compliance in patients with chronic renal failure undergoing routine hemodialysis
therapy in RSUD Salatiga. There was a relationship of informational support and
compliance in patients with chronic renal failure undergoing routine hemodialysis
therapy in RSUD Salatiga with p value 0.002 and correlation of material support
and compliance in patients with chronic renal failure undergoing routine
hemodialysis therapy in RSUD Salatiga with p value 0.005. Beside that from the
chi square test obtained results p value 0.021. Therefore it could be concluded
that there was a relationship of social support with adherence in patients with
chronic renal failure undergoing routine hemodialysis therapy in RSUD Salatiga
The results of this study are expected to provide appropriate social support
to patients with chronic kidney failure who is undergoing routine hemodialysis
xv
PROGRAM STUDI S-1
KEPERAWATAN STIKES KUSUMA
HUSADA SURAKARTA
2016
Aris Budiono
ABSTRAK
Aris Budiono
ABSTRACT
PENDAHULUAN
Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu kondisi kerusakan ginjal yang
struktur atau fungsional ginjal, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi
atau urin serta ada atau tidaknya gangguan hasil pemeriksaan pencitraan
bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal (Dep-Kes RI 2008). Penyakit ginjal
kronik terdiri dari beberapa tahap, dimana tahap akhir dari penyakit ginjal
kronik disebut dengan penyakit ginjal tahap akhir (End State Renal
Insiden dan prevalensi penyakit ginjal kronik pada beberapa tahun terakhir
dari United Stated Renal Data System (URSDS) tahun 2005 diketahui bahwa
Amerika individu dengan ESRD terus bertambah dari 261,3 per 1000
1
2
penduduk pada tahun 1994 menjadi 348,6 per 1000 penduduk pada tahun
2004 (Kring & Crane, 2009). Individu dengan ESRD meningkat rata-rata
pasien gagal ginjal kronik,lebih dari 53% nya dibawah 54 tahun. Saat ini
terdapat sekitar 400 orang dari sejuta penduduk Indonesia harus menjalani
terapi dengan ginjal pengganti sebagi akibat ginjalnya tidak berfungsi lagi
penyakit ginjal tahap akhir untuk mempertahankan fungsi tubuh (Lemone &
Burke, 2008). Terapi pengganti ginjal dapat berupa transplantasi atau dialisis,
menyebutkan bahwa di Amerika Serikat lebih dari 65% klien dengan ESRD
ini tindakan rutin hemodialisa pada tahun 2007 adalah 140 972 ribu pasien
dan terus menerus meningkat menjadi 694 007 ribu pada tahun 2013 (IRR,
2013).
metabolisme berupa zat terlarut (solut) dan air yang berada dalam darah
3
Price & Wilson, 2005), dimana proses dialisis tergantung pada prinsip
fisiologis, yaitu difusi dan ultrafiltrasi. Tujuan utama dari hemodialisis adalah
2005).
Dalam hal ini tindakan terapi hemodialisa pada penyakit gagal kronik
akan memerlukan waktu yang panjang yang tentunya harus ditentukan oleh
banyak faktor untuk mencapai kwalitas yang optimal. Di Amerika dan Afrika
kualitas hidup pasien gagal ginjal akan baik dan efektif jika pemenuhan
ras, tranportasi dan keyakinan pada Tuhan (Jean Babtiste, 2002). Kepatuhan
(Am J Kidney Dis, 2010). Menurut jurnal keperawatan soedirman tahun 2009
bahwa pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis rutin di RSU
4
Panti Rapih 64,29% penderita gagal ginjal kronik tidah patuh dalam
dan keyakinan, Derajat penyakit, dan yang lebih penting adalah dukungan
dalam hal ini untuk mendapatkan kesehatan yang optimal melalui terapi
pada awalnya sudah memiliki cara pandang yang negatif, tidak memiliki
keyakianan untuk hidup lebih baik cenderung tidak menjalani terapi dengan
sungguh, bahkan sering absen atau tidak mau datang lagi untuk menjalani
kondisi sakitnya dan gangguan dalam hidupnya. Seorang pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani cuci darah (hemodialisa) dalam kurun waktu yang
akibat sakit yang kronis dan ketakutan terhadap kematian. Gaya hidup
peristiwa yang menekan dan perilaku menolong yang diberikan pada individu
membuat dirinya lebih berarti dan dapat mengoptimalkan potensi yang ada
sosial sangat berpengaruh pada pasien gagal ginjal kronik untuk bertahan
dukungan sosial pada pasien gagal ginjal kronik selama ini sebagian besar
Di RSUD Kota Salatiga dalam tahun 2015 ini dari bulan Januari sampai
dikarenakan jarak yang jauh dan tak ada yang mengantar. Sedangkan 35
pendahuluan penulis bertemu dengan tiga orang pasien penyakit gagal ginjal
jauh, merasa membebani keluarga dan keadaan sosial ekonomi keluarga yang
kurang.
setiap tahunnya disebabkan karena pola hidupnya yang tidak sehat . Menurut
Berdasar latar belakang dan fenomena yang ada saat ini terutama di unit
1.3.1.Tujuan Umum
Salatiga.
Salatiga.
pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodalisa rutin
dukungan sosial dengan kepatuhan pada pasien gagal ginjal kronis yang
dukungan sosial dengan kepatuhan pada pasien gagal ginjal kronis yang
1. Pasien akan lebih patuh dalam menjalani terapi hemodialisa secara rutin
Sehingga kwalitas hidup penderita gagal ginjal kronik akan menjadi baik.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.1. Pengertian
Penyakit gagal ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal
keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium
ginjal kurang dari 60% ginjal normal bersifat progresif dan irreversibel,
sisa dari darah serta tidak dapat berfungsi secara maksimal, dimana
urine per gram dari creatin urine), Glomerular Filtration Rate (GFR)
2.1.2. Penyebab
11
12
2.1.3. Klasifikasi
(stage) dan atas dasar diagnosa etiologi (Suwitra, 2006) seperti berikut
ini:
Tabel 2.1.
GFR
Derajat Deskripsi Nama Lain
(ml/menit/1,73 m2)
Tabel 2.2.
dan Workman (2006) menyebutkan bahwa penyakit gagal ginjal kronik terjadi
ginjal, insifisiensi ginjal, penyakit ginjal tahap akhir. Perjalanan penyakit gagal
ginjal kronik biasanya diawali dengan pengurangan cadangan ginjal yaitu fungsi
metabolik dalam darah sebab nefron yang tidak rusak akan mengkompensasi
nefron yang rusak. Walaupun tidak ada manifestasi gagal ginjal pada tahap ini,
jika terjadi infeksi atau kelebihan (overload) cairan atau dehidrasi, fungsi renal
Proses kegagalan ginjal selanjutnya masuk pada tahap insufisiensi ginjal. Sisa
akhir metabolisme mulai terakumulasi dalam darah sebab nefron sehat yang
tersisa tidak cukup untuk mengkompensasi nefron yang tidak berfungsi. Kadar
ureum nitrogen darah, kreatinin serum, asam urea dan fosfor mengalami
Smeltzer at al, 2008). Apabila penanganan tidak adekuat, proses gagal ginjal
berlanjut hingga klien berada pada tahap akhir. Klien penyakit ginjal tahap akhir
sekitar 90% nefronnya hancur, dan GFR hanya 10% yang normal sehingga fungsi
homeostasis sehingga terjadi peningkatan kadar ureum dan kreatinin dalam darah,
terjadi penimbunan cairan tubuh dan ketidak seimbangan elektrolit serta asam
klinik dan komplikasi pada seluruh sistem tubuh. Semakin banyak tertimbun sisa
akhir metabolisme, maka gejala akan semakin berat. Klien akan mengalami
2.1.5. Penatalaksanaan
fungsi ginjal dan homeostasis. Penatalaksanaan dibagi menjadi dua tahap. Tahap
Tahap kedua dilakukan ketika tindakan konservatf tidak lagi efektif (Lemone &
Burke, 2008). Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal tahap akhir,
(KPIG XIV Cikini, 2008). Ada 2 terapi pengganti ginjal yaitu: 1) dialysis
merupakan terapi ginjal yang paling banyak dilakukan didunia dan jumlahnya dari
2.2. Hemodialisa
metabolisme berupa larutan (ureum, creatinin) dan air yang berada dalam
Hemodialisis adalah proses dimana terjadi difusi partikel terlarut (solut) dan air
16
secara pasif melalui suatu kompartemen cair yaitu darah menuju kompartemen
dialiser.
terjadi pada pasien penyakit ginjal tahap akhir (KPIG XIV Cikini, 2008).
terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau klien
hemodialisis pada gagal ginjal kronis adalah: 1) LFG kurang dari15 ml/mnt; 2)
dari 200 mg/dL dan kreatinin lebih dari 6 mEq/L; 6) kelebihan cairan; 7) anuria
prosedur dialisis dan komplikasi yang berhubungan dengan penyakit ginjal kronik
(KPIG XIV Cikini, 2008). Komplikasi yang behubungan dengan prosedur dialisis
menurut KPIG XIV Cikini, 2008 adalah : 1) hipotensi; 2) headache (sakit kepala);
2.3. Kepatuhan
atau patuh pada ajaran atau aturan. Kepatuhan adalah melakukan sesuatu dengan
kepatuhan dan kesinambungan berobat yang melibatkan peran pasien, dokter atau
Smeltzer & Bare (2002), mengatakan bahwa kepatuhan dipengaruhi oleh faktor
Faktor internal disini, tiada lain merupakan merupakan karakteristik pasien itu
(umur, jenis kelamin, ras, suku bangsa, dan tingkat pendidikan), kemampuan,
mempengaruhi ketaatan misal: jenis kelamin wanita, ras kulit putih dan orang tua
kepatuhan dalam pelaksanaan aturan kerja akan semakin baik (Emet, 2004).
2.3.2.1.b. Kemampuan
telah dijumpai sebagai peramal yang kuat dari kinerja, kemampuan intelektual
memiliki makna yang penting untuk menerima program yang telah diputuskan
menjalani program pengobatan, maka wajar-wajar saja kalau ada pasien yang
mampu secara rutin menjalani program, dan ada juga yang tidak dapat secara rutin
patuh untuk melaksanakan sesuai dengan yang telah digariskan dalam protap
2.3.2.1.c. Persepsi
19
kemudian diberi makna secara selektif dan terakhir diingat secara selektif oleh
protap yang telah dirancang, sehingga kepatuhan pasien dalam pelaksanaan protap
2.3.2.1.d. Motivasi
dimiliki sesorang atau kelompok masyarakat yang mau berbuat dan bekerjasama
aspek dalam komunikasi ini yang berpengaruh pada kepatuhan pasien adalah
(Arumi, 2002).
menjadi:
2.3.3.1. Pengetahuan
merupakan hasil dari “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan
raba. Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang
penelitian yang dilakukan Bart (2004) cit Notoatmojo (2007) dapat dikatakan
bahwa perilaku yang dilakuka Berdasarkan n atas dasar pengetahuan akan lebih
bertahan dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Jadi
2.3.3.2. Sikap
21
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek (Machfoedz & Suryani, 2009). Sikap adalah tanggapan atau
persepsi seseorang terhadap apa yang diketahuinya. Jadi sikap tidak dapat
langsung dilihat secara nyata, tetapi hanya dapat ditafsirkan sebagai perilaku yang
tertutup. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, tetapi merupakan
predisposisi tindakan. Allport (1954), seprti yang dikutip dari Notoatmojo (2007),
utuh (total attitude). Penentuan sikap yang utuh ini pengetahuan berpikir,
2.3.3.3. Tindakan
Tindakan adalah realisasi dari pengetahuan dan sikap menjadi suatu perbuatan
bentuk nyata atau terbuka (Notoatmojo, 2007). Respon terhadap stimulus tersebut
sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah
dapat diamati atau dilihat dari orang lain. Oleh karena itu disebut juga over
yang diambil.
22
tindakan tersebut.
organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) dan
menghadapi bahwa perilaku sehat yang baru tersebur merupakan hal penting.
secara terus menerus memberikan penghargaan yang positif bagi pasien yang
2.4.1. Pengertian
Dukungan sosial adalah bantuan psikologis dan nyata yang diberikan oleh
jaringan sosial (Carpenito, 2006). Menurut Smeltzer dan Bare (2002), dukungan
lebih. Dukungan sosial dianggap melemahkan dampak stres dan secara langsung
pada sifat interaksi yang berlangsung dalam berbagi hubungan sosial sebagaimana
individu atau keluarga, apakah interaksi tersebut bermanfaat dan sejauh mana
oleh sosial terhadap seseorang sebagai rasa memiliki. Dalam hal ini orang yang
Smeltzer dan Bare (2002) membagi dukungan sosial menjadi empat kategori,
meliputi:
Dukungan ini sering muncul dalam hubungan antara dua orang (seseorang
sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta
dihargai. Dukungan ini paling efektif saat ada pengumuman publik mengenai
25
sumber dan validator identitas anggota. Dukungan ini berupa penghargaan positif
memberi nasihat, petunjuk, saran –saran atau umpan balik (Friedmann &
Sumber material adalah sumber dukungan eksternal lain yang meliputi barang
dan jasa yang dpat dibeli. Bagi individu yang mempunyai sumber finansial yang
merupakan sumber pertolongan praktis dan kongkrit. Baik berupa materi atau
pertolongan langsung.
sekitarnya. Namun perlu diketahui seberapa banyak sumber dukungan sosial ini
26
aspek penting untuk diketahui dan dipahami. Menurut Rook dan Dooley (1985)
ada dua sumber dukungan sosial yaitu sumber artificial dan sumber natural.
Dukungan sosial yang natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam
misalnya anggota keluarga. Dukungan sosial ini bersifat non formal. Sementara
itu yang dimaksud dengan dukungan sosial artificial adalah dukungan sosial yang
Para ahli berpendapat bahwa dukungan sosial dapat di bagi kedalam bebagai
Orang yang menerima dukunga sosial semacam ini merasa tentram, aman dan
damai yang ditunjukkan dengan sikap tenang dan bahagia. Sumber dukungan
sosial semacam ini yang paling sering dan umum adalah diperoleh dari pasangan
27
hidup, atau anggota keluarga /teman dekat/sanak keluarga yang akrab dan
serta memiliki dan dimiliki dalam kelompok. Adanya kepedulian oleh masyarakat
dan melakukan kegiatan bersama tanpa ada pamrih akan banyak memberikan
dukungan sosial.
Pada dukungan sosial jenis ini didapatkan pengakuan atas kemampuan atau
keahlian serta mendapatkan penghargaan dari orang lain atau lembaga. Sumber
dukungan sosial semacam ini didapatkan dari keluarga ataupun dari masyarakat.
Pada komponen ini didapatkan dukungan sosial berupa jaminan bahwa ada
Dukungan sosial jenis ini adalah berupa adanya hubungan kerja ataupun
yang dihadapi.
28
oleh orang lain. Jenis dukungan sosial ini memungkinkan untuk memperoleh
berikut:
2.6.Kerangka Teori
baik
DUKUNGAN SOSIAL
1. Dukungan Emosional
2.8. Kepatuhan
2. Hipotesis
Dukungan Harga Diri
menjalani terapi
3. Dukungan Informasional
4. Dukungan Material
32
2.8. Hipotesis
Ho: Tidak ada hubungan antara dukungan sosial dengan kepatuhan pada
pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa rutin di RSUD
Kota Salatiga
Ha: Ada hubungan antara dukungan sosial dengan kepatuhan pada pasien
gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa rutin di RSUD Kota
Salatiga
Ho: Tidak ada hubungan antara emosional dengan kepatuhan pada pasien
gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa rutin di RSUD Kota
Salatiga
Ha: Ada hubungan antara emosional dengan kepatuhan pada pasien gagal
ginjal kronis yang menjalani hemodialisa rutin di RSUD Kota Salatiga
Ho: Tidak ada hubungan antara harga diri dengan kepatuhan pada pasien
gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa rutin di RSUD Kota
Salatiga
Ha: Ada hubungan antara harga diri dengan kepatuhan pada pasien gagal
ginjal kronis yang menjalani hemodialisa rutin di RSUD Kota Salatiga
Ho: Tidak ada hubungan antara informasional dengan kepatuhan pada pasien
gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa rutin di RSUD Kota
Salatiga
Ha: Ada hubungan antara informasional dengan kepatuhan pada pasien gagal
ginjal kronis yang menjalani hemodialisa rutin di RSUD Kota Salatiga
Ho: Tidak ada hubungan antara materiil dengan kepatuhan pada pasien gagal
ginjal kronis yang menjalani hemodialisa rutin di RSUD Kota Salatiga
Ha: Ada hubungan antara materiil dengan kepatuhan pada pasien gagal ginjal
kronis yang menjalani hemodialisa rutin di RSUD Kota Salatiga
BAB III
METODE PENELITIAN
yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk mencari
dengan dengan pendekatan cross sectional, yaitu penelitian yang dilakukan dalam
Faktor Resiko+
Faktor Resiko-
Efek : Kepatuhan
33
34
3.2.1. Populasi
dalam penelitian ini adalah penderita gagal ginjal kronis yang menjalani
hemodialisa di RSUD Kota Salatiga tahun 2015 bulan Januari sejumlah 40 0rang.
3.2.2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006).
melibatkan seluruh populasi karena populasi kurang dari 100 orang (Notoatmojo,
2007). Sampel dalam penelitian ini sebanyak 52 orang. Kriteria inklusi merupakan
masuk dalam kriteria eksklusi (Saryono, 2008). Kriteria inklusi dalam penelitian
ini, yaitu:
Kriteria eksklusi adalah sebagian subyek yang memenuhi kriteria inklusi, yang
menurun.
35
Skala
Definis Alat Ukur Hasil Ukur
Variabel Pengukura
Operasional
n
Dukungan Dukungan Menggunaka Nilai kemudian Ordinal
sosial sosial adalah n kuesioner dikategorikan
bantuan yang dengan 32 menjadi:
diberikan oleh item a. Baik 32-21
orang lain yang pertanyaan b. Cukup 20-10
terdiri dari: jika jawaban c. Kurang 9-1
dukungan ya diberi
emosional, skor 1 dan
dukungan harga jawaban
diri, dukungan tidak diberi
informasional skor 0.
dan sumber
materi.
Menurut Saryono (2008), instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang
mudah dan hasilnya lebih baik (cermat , lengkap dan sistematis) sehingga lebih
penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari 32 buah pertanyaan tentang
hemodialisa.
pertanyaan.
skor total .
ࡺሺࢳࢄࢅሻିሺࢳࢄǤࢳࢅሻ
- ࢘ൌ
ඥሾࡺࢳࢄ ሿିሺࢳࢄሻ ሿሾࡺࢳࢅ ିሺࢳࢅሻ ሿ
Keterangan :
r = koefisiensi korelasi
N = jumlah responden
X = skor pernyataan
Lebih besar dari r tabel ( Sutanto, 2007). Uji validitas dilakukan di RST
dinyatakan valid.
࢞࢘ΌᦳΌᦳ
yaitu: rΌΌ =
ሺା࢘ΌᦳΌᦳሻ
keterangan :
rΌᦳΌᦳൌ
Ǥ
41
ሺǡʹͲͲሻǡ ǯͲǡǤ
Ͳǡͻͷͻ
Ͳǡͺͻ
Ǥ
penelitian.
responden.
yaitu pasien.
2015.
Data yang dikumpulkan dari kuesioner yang telah diisi responden dan
3.6.1.1. Editing
3.6.1.2. Coding
tidak patuh.
3.6.1.3. Tabulating
kemudian
Pൌ 100Ψ
ே
P = Proporsi
dengan alasan uji kai kuadrat dilakukan pada 2 variabel yang memiliki
ሺᐦᩞȄᐦሻ;
X² = σ
ᐦ
44
Keterangan:
X² : chi square
atau perlakuan.
keperawatan meliputi :
penelitian serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika subyek
3.7.2. Anonimity
yang diisi oleh responden. Lembar tersebut hanya diberi kode tertentu.
3.7.3. Confidentiality
HASIL PENELITIAN
Berikut ini akan diuraikan hasil dan pembahasan dari penelitian yang telah
dilakukan.
4.1.1 Umur
Tabel 4.1.
Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa responden dalam penelitian ini
tahun dan usia minimum adalah 22 tahun serta usia maksimun responden
dalam penelitian ini adalah 59 tahun, dengan standar deviasi 9,641 tahun.
4.1.2 Pendidikan
Tabel 4.2.
46
47
SD 11 21,2
Total 52 100.0
Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar pendidikan responden
dalam penelitian ini adalah SMA (46,2 %) dan sebagian kecil responden
(13,5%)
4.1.3 Pekerjaan
Tabel 4.3.
Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerjaan responden
Tabel 4.4.
Tabel 4.5.
Dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden telah
4.1.6 Gambaran pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa
Tabel 4.6.
Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden patuh
4.1.7 Gambaran dukungan sosial pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang
Tabel 4.7.
4.1.8 Gambaran dukungan emosional pada Pasien Gagal Ginjal Kronis yang
Tabel 4.8.
4.1.9 Gambaran Dukungan harga diri pada paien gagal ginjal kronik yang
Tabel 4.9.
4.1.10 Gambaran Dukungan informasi pada pasien gagal ginjal kronik yang
Tabel 4.10.
4.1.11 Gambaran Dukungan material pada pasien gagal ginjal yang menjalani
Tabel 4.11.
ginjal kronik yang menjalani terapi hemodalisa rutin di RSUD Kota Salatiga.
Tabel 4.12.
4.2.2 Hubungan dukungan harga diri dengan kepatuhan pada pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani terapi hemodalisa rutin di RSUD Kota Salatiga
Tabel 4.13.
Dari hasil uji statistik menggunakan chi square dengan taraf signifikansi 5
bahwa tidak ada hubungan dukungan harga diri dengan kepatuhan pada
gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodalisa rutin di RSUD Kota
Salatiga
Tabel 4. 14.
baik yang patuh dalam menjalani hemodialisa secara rutin yaitu sebanyak
21 responden (77,8 %). Dari hasil uji statistik menggunakan chi square
Tabel 4.15.
Dari hasil uji statistik menggunakan chi square dengan taraf signifikansi 5
gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodalisa rutin di RSUD Kota
Salatiga
56
gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodalisa rutin di RSUD Kota
Salatiga.
Tabel 4.16.
responden (73,9 %). Dari hasil uji statistik menggunakan chi square
dengan kepatuhan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi
PEMBAHASAN
5.1.Analisa Univariat
5.1.1. Umur
40,23 tahun dan usia minimum adalah 22 tahun serta usia maksimun
dengan jumlah 28 orang (53,8%). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
seseorang.
57
58
responden dalam penelitian ini adalah SMA (46,2 %) dan sebagian kecil
5.1.3. Pekerjaan
5.1.4.Jenis kelamin
dibandingkan dengan laki-laki, pola makan yang tidak teratur dan sebagian
laki juga memiliki kadar kreatinin yang lebih tinggi dari pada
perempuan.
telah menjalani hemodialisa dalam waktu yang relatif lama yaitu lebih dari
1 tahun bahwa ada yang lebih dari 2 tahun. Berdasarkan hasil observasi
seksual yang menghilang serta impotensi, depresi akibat sakit yang kronis
tanpa keluhan atau gejala penyakit saat dinyatakan sakit dan harus
62
samping obat, walaupun ringan tetapi akan memberikan rasa tidak enak
2006)
5.1.6.Kepatuhan
GGK untuk mematuhi diet yang harus dijalani. Kepatuhan menurut Niven
Hasil dari penelitian yang didapat sebagian besar patuh untuk menjalanai
hemodilisa rutin.
sosial yang tidak tepat malah menimbulkan stress baru pada pasien dan
efek dari penyakit atau tindakan pengobatan dan kepuasan dalam hidup.
yang didapat oleh pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi
situasi dan kondisi individu. Jenis informasi seperti ini dapat menolong
individu untuk memahami kejadian stres lebih baik dan juga sumber stres
serta strategi koping yang dapat digunakan dalam menghadapi stresor dan
2006).
gagal ginjal menjalani hemodialisis telah lebih dari satu tahun seperti
tidak ada jalan lain selain menjalani hemodialisis selama sisa hidupnya.
Dari hasil penelitian yang didapat bahwa pada pasien gagl ginjal yang
Dukungan emosi dalam penelitian ini sebagian besar dalam kategori baik,
hal tersebut dapat dilihat dari hasil jawaban responden terhadap kuesioner
diperhatikan dan selalu diingatkan untuk menjalani cuci darah. Selain itu
baik juga menyatakan bahwa mereka saat melakukan cuci darah selalu
memberikan ketenangan (Anne & David, 2007). Hal ini diperkuat oleh
67
hasil penelitian Budi & indah (2003), yang menyatakan bahwa dukungan
terapi hemodialisa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Chandra (2009),
merasa nyaman, tenang dan lebih kuat dalam menerima keadaan fisiknya
penyakit.
diperhatikan atau dicintai. Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan
%). Dukungan harga diri dalam kategori cukup pada penelitian ini dapat
dilihat dari hasil jawaban kuesioner yang diberikan oleh peneliti yaitu
orang lain saat ini dan selalu diberi semangat untuk menjalani cuci darah.
orang lain/keluarga saat ini. Akan tetapi sebagian besar responden juga
diri dalam ketagori cukup yang dirasakan oleh sebagian besar responden
mudah tersinggung, merasa dikritik orang lain dan selalu merasa tidak
Yogyakarta Unit II, dari wawancara penulis kepada kepala ruang unit
pasien rawat jalan. Dari jumlah tersebut 60,2% atau 15.696 adalah
yaitu faktor usia yang mayoritas berumur lansia awal dan dukungan
diri. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa pasien gagal ginjal yang
Dukungan informasi dalam ketagori baik dapat dilihat dari hasil jawaban
apa itu cuci darah dan mengetahui kapan waktu harus melakukan cuci
darah.
baik yang diterima oleh sebagian besar responden dalam menjalani terapi
yangd apat diakses saat ini baik melalui media cetak, elektronik maupun
langsung dari perawat atau dokter yang merawat mereka saat ini.
pemberiaan informasi, saran atau umpan balik tentang situasi dan kondisi
(28,8 %).
meliputi barang dan jasa yang dapat dibeli. Bagi individu yang
langsung. Apalagi saat ini ada dukungan dari BPSJ, sehingga sangat
membantu.
mengatasi masalah yang dianggap dapat dikontrol. Dalam hal ini dapat
5.2.1. Hubungan dukungan emosional dengan kepatuhan pada pasien gagal ginjal
cukup sebagian besar patuh untuk menjalani hemodialisa secara rutin yaitu
mempunyai dukungan emosi dalam kategori baik sebagian besar patuh untuk
Dukungan emosi yang diberikan pada penelitian ini dapat dilihat dari
dia tidak ingin di temani oleh istri maupun anaknya. Sedangkan pasien lainnya
mengatakan bahwa anaknya sedang pergi ke tempat kerja, anaknya hanya bisa
Hal ini sangat berpengaruh terhadap kepatuhan pasien itu sendiri. Dukungan
dirinya tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada orang lain yang
sehingga individu dapat menghadapi masalah dengan lebih baik. Dukungan ini
kepatuhan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodalisa
rutin di RSUD Kota Salatiga. Dukungan sosial juga mempunyai beberapa efek
cinta. Hasil yang didapat penulis pada penelitian ini tidak semua pasien gagal
orang terdekat. Namun dari hasil kuesioner 51 responden ditemani saat cuci
darah. Sehinggga dari keadaan yang ada dapat kita simpulkan bahwa
5.2.2. Hubungan dukungan harga diri dengan kepatuhan pada pasien gagal ginjal
besar responden yang mempunyai dukungan harga diri dalam kategori kurang
cukup sebagian besar patuh untuk menjalani hemodialisa secara rutin yaitu
mempunyai dukungan harga diri dalam kategori baik sebagian besar patuh
%).
kepatuhan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodalisa
hemodialisa lebih dari 2 tahun berjumlah 16 orang. Ada beberapa pasien yang
salah satu faktornya yaitu dukungan dari keluarga yang selalu memberikan
76
semangat dan membantu dalam pembangunan harga diri dari pasien tersebut
yang positif dengan individu lain. Bentuk dukungan ini membantu individu
mengalami perubahan fisik terutama kulit dan rambut yang timbul akibat
tidak berfungsinya ginjal. Sehingga dukungan harga diri ini sangat diperlukan
untuk membangun harga diri (Sheridan dan Radmacher, 1992). Namun ada
juga sebagian pasien yang lebih dari satu tahun menjalani cuci darah justru
sudah menganggap itu sudah hal yang biasa sehingga ada sebagian pasien
datang dan pulang cuci darah sendirian. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pasien gagal ginjal yang menjalani cuci darah rutin mempunyai dukungan
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodalisa rutin di RSUD Kota
Salatiga
dukungan harga diri dalam kategori cukup sebagian besar patuh untuk
diri dalam kategori baik sebagian besar patuh untuk menjalani hemodialisa
secara rutin yaitu sebanyak 21 responden (77,8 %). Dari hasil uji statistik
jadwal cuci darah, obat obat yang harus dikonsumsi, serta pantangan-
pasien dan keluarga untuk perbaikan keadaan pasien agar lebih baik.
78
Informasi yang diberikan yakni dari penyakit gagal ginjal itu sendiri
sampai tanda dan gejala, sehingga pasien dan keluarga tahu atas penyakit
hemodialisa secara rutin dan teratur. Informasi yang demikian yang sering
diberikan kepada keluarga dan pasien sehingga sampai saat ini pasien
informasi, saran atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu,
Jenis informasi seperti ini dapat menolong individu untuk mengenali dan
dialisis.
79
gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodalisa rutin di RSUD Kota
Salatiga.
baik sebagian besar patuh untuk menjalani hemodialisa secara rutin yaitu
sebanyak 12 responden (80,0 %). Dari hasil uji statistik menggunakan chi
gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodalisa rutin di RSUD Kota
Salatiga
yang jauh atau yang dekat yang tidak memiliki kenderaan pribadi. Seluruh
pasien juga membutuhkan biaya dalam hal obat-obat yang tidak masuk
dari jaminan kesehatan dan harus membeli sendiri. Ada beberapa obat dan
dukungan material yaitu dukungan eksternal lain yang meliputi barang dan
jasa yang dapat dibeli (Smeltzer dan Bare, 2002). Hasil yang didapat
untuk tindakan hemodialisa sudah dikafer oleh BPJS dan ini sesuai hasil
minum baik untuk pasien maupun orang terdekat yang ikut menunggu
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
57
58
7. Dari hasil uji statistik menggunakan chi square dengan taraf signifikansi 5
8. Dari hasil uji statistik menggunakan chi square dengan taraf signifikansi 5
bahwa tidak ada hubungan dukungan harga diri dengan kepatuhan pada
9. Dari hasil uji statistik menggunakan chi square dengan taraf signifikansi 5
10. Dari hasil uji statistik menggunakan chi square dengan taraf signifikansi 5
gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodalisa rutin di RSUD Kota
Salatiga
11. Dari hasil uji statistik menggunakan chi square dengan taraf signifikansi 5
bahwa ada hubungan dukungan sosial dengan kepatuhan pada pasien gagal
Salatiga
B. Saran
dengan kondisi penyakit yang sama yang dapat difalisitasi oleh institusi
3. Bagi Keluarga
4. Peneliti Berikutnya
tentang dampak dari dukungan sosial bagi pasien gagal ginjal kronik
Duwi Priyatno. 2012. Belajar Cepat Olah Data Statistik dengan SPSS. Andi.
Yogyakarta
Hidayat, A.A. 2007. Riset Keperawatan Dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta;
Salemba Medika.
Mansjoer, Arif, dkk. (Ed). 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga jilid I.
Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Stuart, G.W and Sundeen, S.J. (2005). Principle and practice of psychiatric
nursing sixth edition, Mosby, company, New york.
Suhardjono (2005). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid II. Edisi Ketiga. FK UI,
Jakarta
Sudoyo. (2006). Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 11. Jakarta Pusat: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
Thong, M.S.Y dkk. (2006). Social Support Predicts Survival in Dialysis Patients.
Diunduh dari http://ndt.oxfordjournals. org/cgi/content/full/22/3/845 pada
tanggal 15 Oktober 2012