Semester V 2019/2020
LAPORAN PRAKTIKUM
ABSORPSI
Pada laju alir tetap, penurunan tekanan gas sebanding dengan kenaikan
laju alir cairan. Hal ini disebabkan karena ruang antar bahan pengisi yang
semula dilewati gas menjadi lebih banyak dilewati cairan, sehingga akan
menyebabkan terjadinya hold up (cairan yang terikat dalam ruangan )
bertambah. Akibatnya peningkatan laju alir cairan lebih lanjut akan
menyebabkan terjadinya pengumpulan cairan diatas kolom keadaan ini biasa
disebut Flooding (banjir). Titik tejadinya peristiwa disubut flooding point.
Operasi pada keadaan flooding tidak akan menghasilkan perpindahan massa
yang bagus. Perpindahan massa yang optimum, dilakukan pada keadaan
loading point (titik beku kurva).
Jika laju alir cairan dipertahankan tetap sedang laju gas bertambah maka
terdapat beberapa kemungkinan yang terjadi :
Terbentuk lapisan cairan yang menyerupai gelembung gas diatas
permukaan packing
Cairan tidak akan mengalir keluar kolom karena adanya tekanan yang
besar dari aliran udara. Akibatnya cairan akan mengisi kolom dari bawah
keatas sehingga terjadi inversi dari gas terdispersi kecairan berubah
menjadi cairan terdispersi kealiran gas.
karena itu dalam operasi harus dipilih kondisi yang tepat sehingga diperoleh
hasil yang maksimal.
Kolom Absorpsi
Kolom absorpsi adalah suatu kolom atau tabung tempat terjadinya proses
pengabsorbsi (penyerapan/penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di
kolom/tabung tersebut. Pada kolom absorpsi terdapat beberapa jenis kolom,
diantaranya kolom kering dan kolom basah.
Kolom kering adalah kolom yang hanya dilalui udara. Kolom yang
dikeringkan dengan cara melewatkan laju alir udara maksimum hingga tidak
ada lagi kelembaban udara atau uap air pada kolom menara dan packing.
Kolom basah adalah kolom yang dialiri air dan udara. Kontak air dan udar
terjadi di kolom dimana air dialirkan dari kolo bagian atas, sedangkan gas
dari kolom isisan bagian bawah, dimana terjadi kontak antara air dan udara di
dalam kolom yang menimbulkan penurunan tekanan.
Struktur yang terdapat pada kolom absorber dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
𝑌0
𝑑[𝑁 × 𝑌]
𝐻= ∫
𝑘𝑜𝑔 × 𝑎 × 𝐴 × (𝑌 ∗ − 𝑌)
𝑌𝑖
Keterangan:
𝑌0
𝐻 × 𝑎 × 𝐴 × 𝑘𝑜𝑔 𝑑𝑌
= ∫ ∗
𝑁 𝑌 −𝑌
𝑌𝑖
Ruas kanan persamaan diatas sulit untuk dipecahkan. Karena itu penentuan
kog lebih mudah dipecahkan dengan persamaan :
𝑃
𝑁 ln 𝑖
𝑃0
𝑘𝑜𝑔 = ×
𝑎 × 𝐴 × 𝐻 (𝑃𝑖 − 𝑃0 )
Keterangan:
a. Penentuan kadar CO2 yang diserap didalam air / NaOH dengan alat
HMPL.
Misal :
Laju alir CO2 F3 liter/detik
Laju alir udara F2 liter/detik
Volume campuran udara dan CO2 didalam alat HMPL V1ml
Volume CO2 V=2ml
Fraksi gas CO2 didalam aliran gas masuk (Yi)
Yi V2 /V1
F3
F2 F3
V
Yo 2
V1
Neraca massa :
Atau
(F2 + F3) Yi – [ F2 + ( F3 + Fa ) ] Yo = Fa
Atau
Catatan :
Pada percobaan ini diasumsikan bahwa laju alir volum air tidak
dipengaruhi oleh penurunan tekanan didalam kolom, dianggap penurunan
tekanan yang terjadi sangat kecil dibandingkan tekanan atmosfir.
b. Penentuan kadar CO2 yang terabsorbsi dengan metode titrasi
Absorpsi CO2 dengan menggunakan air.
Secara Stoikhiometri dapat ditulis:
CO2 + H2O H2CO3
Jika :
Konsentrasi NaOH : C1 M
VOL. Sampel : V2 ml
V1 xC1
Fa [M ]
V2
Cd (t n) Cd (t m)]xvolumeSistem g.mol / det ik
(n m) x60
Misalkan volume yang digunakan untuk titrasi tahap kedua ini V2 ml,
maka volume yang digunakan untuk menetralisir bikarbonat = (V3 – V2) ml.
pada tabung kedua dimasukkan larutan sample sebanyak (V3 – V2) ml lebih
sedikit dan dikocok dengan baik. Endapan yang terbentuk adalah hasil reaksi
antara karbonat dalam sampel dengan larutan barium. Endapan yang tebentuk
adalah barium karbonat yang dari karbonat dalam sample. Jika larutan diberi
beberapa tetes indicator phenolphalein maka larutan akan berwarna merah
jambu.
V. PROSEDUR KERJA
Untuk hasil perhitungan pada laju alir berikutnya dapat dilihat pada
Tabel 1
Tabel 1. Penurunan Tekanan pada Kolom Kering
Q Udara ΔP₁ ΔP₂ ΔP ΔP
No.
(L/menit) (mmH₂O) (mmH₂O) (mmH₂O) (mmHg)
1 60 13 13.3 0.3 0.0221
2 70 13.1 13.5 0.4 0.0294
3 80 13.2 13.7 0.5 0.0368
4 90 13.5 14.1 0.6 0.0441
5 100 13.9 14.6 0.7 0.0515
6 110 14.1 14.9 0.8 0.0588
7 120 14.4 15.3 0.9 0.0662
8 130 14.6 15.7 1.1 0.0809
Kolom Kering
160
140
Q Udara (L/menit)
120
100
80 y = 1240.7x + 34.561
60 R² = 0.9883
40
20
0
0.0000 0.0200 0.0400 0.0600 0.0800 0.1000
ΔP (mmHg)
Untuk hasil perhitungan pada laju alir berikutnya dapat dilihat pada
Tabel 2
Tabel 2. Penurunan Tekanan pada Kolom Basah
Q Udara ΔP₁ ΔP₂ ΔP ΔP
No.
(L/menit) (mmH₂O) (mmH₂O) (mmH₂O) (mmHg)
1 60 26 34 8 0.5882
2 70 38 46 8 0.5882
3 80 73 82 9 0.6618
4 90 99 110 11 0.8088
5 100 flooding flooding flooding flooding
6 110 flooding flooding flooding flooding
7 120 flooding flooding flooding flooding
8 130 flooding flooding flooding flooding
Kolom Basah
100
90
80
Q Udara (L/menit)
70
60
50 y = 113.33x - 9E-13
40 R² = 0.8333
30
20
10
0
0.0000 0.2000 0.4000 0.6000 0.8000 1.0000
ΔP (mmHg)
7.2 Percobaan II
Dilakukan percobaan dengan menggunakan data dibawah ini
Q udara: 80 L/menit
Q H2O : 2 L/menit
Q CO2 : 2 L/menit
a. Penentuan kadar CO2 yang terserap dalam alat HMPL
Menghitung fraksi gas CO2 yang masuk (Yi) dan fraksi gas CO2 yang
keluar (Y0) pada waktu 0 menit:
3𝐹 𝑉
𝑌𝑖 = 𝐹 +𝐹 dan 𝑌0 = 𝑉2
2 3 1
Dimana :
F2 : Laju alir udara
F3 : Laju alir CO2
V1 : Volume HMPL
V2 :Volume kolom NaOH, sehingga :
2 𝐿/𝑚𝑖𝑛
𝑌𝑖 1 = (2+80)𝐿/𝑚𝑖𝑛
𝑌𝑖 1 = 0.0244
10 𝑚𝐿
𝑌0 1 = 10 𝑚𝐿
𝑌0 1 = 1
No. Yi Y0
1 0.0244 1
2 0.0244 0.8
3 0.0244 0.66
4 0.0244 0.7
𝑃𝑡 = 4.9265 𝑚𝑚𝐻𝑔
𝑃0 = 1 × 4.9265 𝑚𝑚𝐻𝑔
𝑃0 = 4.9265 𝑚𝑚𝐻𝑔
Dari rumus diatas, maka diperoleh hasil perhitungan sebagai
berikut :
Pt Pt Pi P0
No.
(mmH₂O) (mmHg) (mmHg) (mmHg)
1 67 4.9265 0.1202 4.9265
2 90 6.6176 0.1614 5.2941
3 89 6.5441 0.1596 4.3191
4 98 7.2059 0.1758 5.0441
Dimana :
𝐹𝑎 𝑃𝑡 273
𝑁= 𝑥 𝑥
22.42 760 𝑚𝑚𝐻𝑔 𝑇 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚
( 𝑌0 − 𝑌𝑖 ) × (𝐹2 + 𝐹3 )
𝐹𝑎 =
( 1 − 𝑌0 )
1
𝐴 = 𝜋 . 𝑑2
4
Keterangan :
a : luas permukaan packing = 440 m2
A : luas penampung kolom absorpsi
d : diameter = 7,5 cm = 0,075 m
H : ketinggian = 1,4 m
T kolom : 303 K
1
𝐴 = 4 𝜋 . 𝑑2
1
𝐴 = 𝜋 . (0.075)2
4
𝐴 = 0.0044 𝑚2
( 𝑌0 −𝑌𝑖 )×(𝐹2 +𝐹3 )
𝐹𝑎 = ( 1−𝑌0 )
( 1 − 0.0244) × {(2 + 80)𝐿/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡}
𝐹𝑎 =
(1−1)
1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝐹𝑎 = 79 𝐿/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 ×
60 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝐹𝑎 = 1.3167 𝐿/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝐹𝑎 𝑃𝑡 273
N = 22,42 𝑥 𝑥
760 𝑚𝑚𝐻𝑔 𝑇 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚
1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑁 = 0.0206 𝑔. 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑂2 /𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 ×
60 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑁 = 0.000343 𝑔. 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑂2 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑝𝑠𝑖/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑃
𝑁 𝑙𝑛 𝑖
𝑘𝑜𝑔 = 𝑎×𝐴×𝐻 × ( 𝑃 −𝑃0
𝑃
𝑖 0 )
0.1202
0.000343 𝑔. 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑂2 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑝𝑠𝑖/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 𝑙𝑛
𝑘𝑜𝑔 = × 4.9265
𝑚2 ( 0.1202 − 4.9265 )
440 3 × 0.0044𝑚3 × 1.4𝑚
𝑚
𝑘𝑜𝑔 = 0.000098
Dari rumus diatas, maka diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut :
Fa Fa
No. N kog
(L/menit) (L/detik)
Fa CO2 terserap
No. t (menit)
(L/menit) (Liter)
1 0 79 0
2 20 62.8 1256
3 40 51.46 2058.4
4 60 54.7 3282
b. Penentuan kadar CO2 yang terserap oleh air (metode titrasi)
Menghitung konsentrasi CO2 dalam sampel masuk (Cd) dan
konsentrasi CO2 dalam sampel keluar (Co)
Dimana :
CNaOH = Konsentrasi NaOH = 0.01 N
𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 ×𝐶𝑁𝑎𝑂𝐻
𝐶𝑑 = 𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
1 𝑚𝐿 × 0.01 𝑁
𝐶𝑑 =
20 𝑚𝐿
𝐶𝑑 = 0.0005 𝑁
𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝐶𝑁𝑎𝑂𝐻
𝐶0 = 𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0.75𝑚𝐿 × 0.01 𝑁
𝐶0 =
20 𝑚𝐿
𝐶0 = 0.000375 𝑁
𝐶 = 𝐶𝑑 − 𝐶0
𝐶 = 0.0005 𝑁 − 0.000375 𝑁
𝐶 = 0.0000125 𝑁
Dari rumus diatas, maka diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut :
Vol. Titrasi
Vol. Titrasi (mL) Konsentrasi
(mL) Total CO2
No.
masuk keluar yang terserap
Vin Vout Vin Vout
(Cd) (C0)
0.8 0.6
1 1 0.75 0.0005 0.000375 0.00012500
1.2 0.9
0.4 0.1
2 0.25 0.2 0.000125 0.0001 0.00002500
0.1 0.3
0.2 0.1
3 0.15 0.1 0.000075 0.00005 0.00002500
0.1 0.1
0.2 0.1
4 0.15 0.1 0.000075 0.00005 0.00002500
0.1 0.1
No. Yi Y0
1 0.0244 1
2 0.0244 0.8
3 0.0244 0.66
4 0.0244 0.7
Pt Pt Pi P0
No.
(mmH2O) (mmHg) (mmHg) (mmHg)
1 64 4.7059 0.1148 3.7647
2 86 6.3235 0.1543 4.4265
3 86 6.3235 0.1543 6.3235
4 86 6.3235 0.1543 5.6912
Fa Fa
No. N kog
(L/menit) (L/detik)
1 62.8 1.0467 0.000260 0.000092
2 54.7 0.9117 0.000305 0.000088
3 79 1.3167 0.000440 0.000098
4 70.9 1.1817 0.000395 0.000095
t Fa CO2 yang
No.
(menit) (L/menit) terserap
1 0 62.8 0
2 20 54.6 1092
3 40 79 3160
4 60 70.9 4254
X. DAFTAR PUSTAKA
Petunjuk praktikum. Satuan Operasi Teknik Kimia. PEDC. Bandung
Mc-Cabe. Terjemahan : E. Jasifi . Operasi Teknik Kimia. Jilid 2.
erlangga. 1990
http://ayuniyustira.blogspot.com/2016/12/laporan-praktikum-
absobsi.html?m=1 (diakses pada tanggal 25 Oktober 2019)
https://www.academia.edu/30081051/ABSORPSI.docx (diakses pada
tanggal 25 Oktober 2019)