Anda di halaman 1dari 26

Laboratorium Separasi Termal dan Difusi

Semester V 2019/2020

LAPORAN PRAKTIKUM
ABSORPSI

Pembimbing : Ir. Zulmanwardi, M.Si


Tanggal praktikum : 21-28 Oktober 2019

Nama : Namirah Anjani


N.I.M : 331 17 062
Kelas : 3C
Kelompok : 2 (DUA)

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2019/2020
I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan agar mahasiswa mampu :
1.1 Menentukan penurunan tekanan didalam kolom absorpsi, dan
1.2 Menentukan kelarutan CO2 didalam air dan NaOH.

II. PERINCIAN KERJA


2.1 Menentukan penurunan tekanan dalam kolom isian kering dengan variasi
laju alir udara.
2.2 Menentukan penurunan tekanan dalam kolom isian basah dengan variasi
laju alir udara.
2.3 Menentukan konsentrasi CO2 yang tidak terserap dalam alat HMPL.
2.4 Menentukan kadar CO2 didalam air dengan cara titrasi.

III. ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat
 Rangkaian alat absorpsi dengan kolom isian
 Gelas kimia 400 mL
 Erlenmeyer 250 mL
 Buret 50 mL
 Pipet ukur 10 mL
 Pipet ukur 25 mL
 Klem
 Bulp
 Labu semprot
 Gelas ukur 100 mL
 Pipet tetes
3.2 Bahan
 Larutan NaOH 0,01 N
 Larutan NaOH 0,1 N
 Indicator PP
 Aquadest

IV. DASAR TEORI


Absorpsi adalah operasi penyarapan komponen-komponen yang terdapat
didalam gas dengan menggunakan cairan. Suatu alat yang banyak digunakan
dalam absorpsi gas ialah menara isiar. Alat ini terdiri dari sebuah kolom
berbentuk silinder atau menara yang dilengkapi dengan pemasukan gas dan
ruang distribusi pada bagian bawah, pemasukan zat cair pada bagian atas,
sedangkan pengeluaran gas dan zat cair masing-masing diatas dan dibawah,
serta suatu zat padat tak aktif (inert) diatas penyangganya. Yang disebut
packing.
Adanya packing (bahan isian) didalam kolom absorpsi akan menyebabkan
terjadinya hambatan terhadap aliran fluida yang melewati kolom. Akibatnya
gas maupun cairan yang melewati akan mengalami pressure drop penurunan
tekanan.

Persyaratan pokok yang diperlukan untuk packing :


 Harus tidak bereaksi (kimia) dengan fluida didalam menara.
 Harus kuat tapi tidak terlalu berat.
 Harus mengandung cukup banyak laluan untuk kedua arus tanpa terlalu
banyak zat cair yang terperangkap atau menyebabkan penurunan tekanan
terlalu tinggi.
 Harus memungkinkan terjadinya kontak yang memuaskan antara zat cair
dan gas.
 Harus tidak terlalu mahal.
Penurunan tekanan akan menjadi besar jika bahan isian yang digunakan
tidak beraturan (random packing). Selain itu, penurunan tekanan juga
dipengaruhi oleh laju alir gas maupun cairan.

Pada laju alir tetap, penurunan tekanan gas sebanding dengan kenaikan
laju alir cairan. Hal ini disebabkan karena ruang antar bahan pengisi yang
semula dilewati gas menjadi lebih banyak dilewati cairan, sehingga akan
menyebabkan terjadinya hold up (cairan yang terikat dalam ruangan )
bertambah. Akibatnya peningkatan laju alir cairan lebih lanjut akan
menyebabkan terjadinya pengumpulan cairan diatas kolom keadaan ini biasa
disebut Flooding (banjir). Titik tejadinya peristiwa disubut flooding point.
Operasi pada keadaan flooding tidak akan menghasilkan perpindahan massa
yang bagus. Perpindahan massa yang optimum, dilakukan pada keadaan
loading point (titik beku kurva).

Jika laju alir cairan dipertahankan tetap sedang laju gas bertambah maka
terdapat beberapa kemungkinan yang terjadi :
 Terbentuk lapisan cairan yang menyerupai gelembung gas diatas
permukaan packing
 Cairan tidak akan mengalir keluar kolom karena adanya tekanan yang
besar dari aliran udara. Akibatnya cairan akan mengisi kolom dari bawah
keatas sehingga terjadi inversi dari gas terdispersi kecairan berubah
menjadi cairan terdispersi kealiran gas.

Hal-hal lain yang berpengaruhi terhadap penurunan tekanan antara lain :


bentuk isian, tinggi isian, susunan dan lain-lain.
Didalam industri, proses ini banyak digunakan antara lain dalam proses
pengambilan amonia yang ada dalam gas kota berasal dari pembakaran
batubara dengan menggunakan air, atau penghilangan H2S yang dikandung
dalam gas alam dengan menggunakan larutan alkali.
Banyak hal yang mempengaruhi absorpsi gas kedalam cairan antara lain :
 Temperatur
 Tekanan operasi
 Konsentrasi komponen dalam cairan
 Konsentrasi komponen didalam aliran gas
 Luas bidang kontak
 Luas waktu kontak

karena itu dalam operasi harus dipilih kondisi yang tepat sehingga diperoleh
hasil yang maksimal.

Kolom Absorpsi

Kolom absorpsi adalah suatu kolom atau tabung tempat terjadinya proses
pengabsorbsi (penyerapan/penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di
kolom/tabung tersebut. Pada kolom absorpsi terdapat beberapa jenis kolom,
diantaranya kolom kering dan kolom basah.

Kolom kering adalah kolom yang hanya dilalui udara. Kolom yang
dikeringkan dengan cara melewatkan laju alir udara maksimum hingga tidak
ada lagi kelembaban udara atau uap air pada kolom menara dan packing.

Kolom basah adalah kolom yang dialiri air dan udara. Kontak air dan udar
terjadi di kolom dimana air dialirkan dari kolo bagian atas, sedangkan gas
dari kolom isisan bagian bawah, dimana terjadi kontak antara air dan udara di
dalam kolom yang menimbulkan penurunan tekanan.

Struktur yang terdapat pada kolom absorber dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

Struktur dalam absorber


 Bagian atas : Spray untuk mengubah gas input menjadi fase cair.
 Bagian tengah : Packed tower untuk memperluas permukaan sentuh
sehingga mudah untuk diabsorbsi.
 Bagian bawah : Input gas sebagai tempat masuknya gas ke dalam reaktor.
Gambar 1. Kolom Absorpsi

Karakteristik suatu cairan dalam menyerap komponen didalam aliran gas


ditunjukkan oleh harga koefisien perpindahan massa antara gas-cairan, yaitu
banyaknya mol gas yang berpindah persatuan luas serta tiap fraksi mol
(grammol)/(detik) (cm³) (fraksional).
Untuk menentukan hanya koefisien perpindahan suatu massa suatu kolom
absorpsi dapat digunakan perhitungan berdasarkan neraca massa.
Tinggi koefisien dalam kolom biasa digunakan persamaan:

𝑌0
𝑑[𝑁 × 𝑌]
𝐻= ∫
𝑘𝑜𝑔 × 𝑎 × 𝐴 × (𝑌 ∗ − 𝑌)
𝑌𝑖

Keterangan:

Yi : fraksi mol CO2 dalam aliran gas masuk.

Yo : fraksi mol CO2 dalam aliran gas keluar.

Y* : fraksi mol gas CO2 yang berada dalam kesetimbangan dengan


larutan

Y : fraksi mol CO2 didalam larutan.


Persamaan diatas diubah menjadi :

𝑌0
𝐻 × 𝑎 × 𝐴 × 𝑘𝑜𝑔 𝑑𝑌
= ∫ ∗
𝑁 𝑌 −𝑌
𝑌𝑖

Ruas kanan persamaan diatas sulit untuk dipecahkan. Karena itu penentuan
kog lebih mudah dipecahkan dengan persamaan :

N= Kog x a.A.H x selisih tekanan


laju absorpsi luas bidang rata-rata logaritma

(mol/detik) transfer massa(m2) (atm)

𝑃
𝑁 ln 𝑖
𝑃0
𝑘𝑜𝑔 = ×
𝑎 × 𝐴 × 𝐻 (𝑃𝑖 − 𝑃0 )

Keterangan:

Pi : tekanan partikel gas CO2 masuk kolom (atm)

Po : tekanan partikel gas CO2 keluar kolom (atm)

N : jumlah CO2 yang terserap dengan alat HMPL

A : luas spesifik packing/unit volume.

A.H : volume kolom berisi packing

Tekanan partikel gas CO2 : fraksi volume x (tekanan total/760) atmosfir.

a. Penentuan kadar CO2 yang diserap didalam air / NaOH dengan alat
HMPL.
Misal :
 Laju alir CO2 F3 liter/detik
 Laju alir udara F2 liter/detik
 Volume campuran udara dan CO2 didalam alat HMPL V1ml
 Volume CO2 V=2ml
Fraksi gas CO2 didalam aliran gas masuk (Yi)

Yi  V2 /V1 

F3

F2  F3

Fraksi gas CO2 didalam aliran gas keluar (Yo)

V 
Yo   2 
 V1 

Jika jumlah CO2 yang diabsorbsi sepanjang kolom adalah Fa liter/detik.

Neraca massa :

CO2 masuk – CO2 keluar = CO2 diabsorbsi

Atau

(F2 + F3) Yi – [ F2 + ( F3 + Fa ) ] Yo = Fa

Dengan penurunan secara matematis diperoleh :

(𝑌𝑖 − 𝑌0 )(𝐹2 − 𝐹3 ) (𝑌𝑖 − 𝑌0 )


𝐹𝑎 = = × 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑔𝑎𝑠 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 [Liter/detik]
1 − 𝑌0 1 − 𝑌0

Atau

𝐹𝑎 𝑇𝑒𝑘.𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚(𝑚𝑚𝐻𝑔) 273


𝑁 = 22,42 ×[ 760 𝑚𝑚𝐻𝑔
] × [𝑇𝑒𝑚𝑝.𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 (𝐾)] [g.molCO2 terabsorpsi/detik]

Catatan :

Pada percobaan ini diasumsikan bahwa laju alir volum air tidak
dipengaruhi oleh penurunan tekanan didalam kolom, dianggap penurunan
tekanan yang terjadi sangat kecil dibandingkan tekanan atmosfir.
b. Penentuan kadar CO2 yang terabsorbsi dengan metode titrasi
Absorpsi CO2 dengan menggunakan air.
Secara Stoikhiometri dapat ditulis:
CO2 + H2O H2CO3

Jika :

Laju alir : F1 L/detik

Vol. Larutan NaOH : V1 ml

Konsentrasi NaOH : C1 M

VOL. Sampel : V2 ml

Maka konsentrasi CO2 didalam sampel :

V1 xC1
Fa  [M ]
V2

Laju rata-rata CO yang terabsorpsi pada suatu periode:


Cd (t  n)  Cd (t  m)]xvolumeSistem g.mol / det ik
(n  m) x60

Absorpsi CO2 dengan menggunakan NaOH


Secara stokiometri reaksi pada proses absorpsi ini :
CO2 + 2NaOH Na2CO3 + H2O

Pada proses titrasi tahap pertama reaksi yang terjadi :

2NaOH + Na2CO3 + 2HCl 2 NaHCO3 + 2NaCl + H2O

Jika volume sample yang digunakan V1 ml. Konsentrasi HCl C


g.mol/liter. Indicator yang digunakan phenolphalein.

Dalam suasana basa kuat indicator phenolphalein akan berwarna merah


jambu. Jika seluruh NaOH sudah habis bereaksi dengan HCl serta semua
karbonat telah berubah menjadi bikarbonat larutan akan berubah menjadi
tidak berwarna. Misalkan volume HCl yang digunakan untuk titrasi sampai
tahap ini V2 m. bila dalam larutan ditambahkan indicator metil orange maka
warna larutan akan berubah menjadi kuning. Jika titrasi dilanjutkan maka
pada titik akhir titrasi larutan menjadi tidak berwarna.

Reaksi yang terjadi :

NaHCO3 + HCl NaCl + H2O + CO2

Misalkan volume yang digunakan untuk titrasi tahap kedua ini V2 ml,
maka volume yang digunakan untuk menetralisir bikarbonat = (V3 – V2) ml.
pada tabung kedua dimasukkan larutan sample sebanyak (V3 – V2) ml lebih
sedikit dan dikocok dengan baik. Endapan yang terbentuk adalah hasil reaksi
antara karbonat dalam sampel dengan larutan barium. Endapan yang tebentuk
adalah barium karbonat yang dari karbonat dalam sample. Jika larutan diberi
beberapa tetes indicator phenolphalein maka larutan akan berwarna merah
jambu.
V. PROSEDUR KERJA

a) Menentukan penurunan tekanan aliran gas dalam kolom kering


- Dikeringkan kolom dan isinya dengan jalan mengalirkan udara kedalam
kolom lewat bagian bawah sehingga semua airnya keluar.
- Dialirkan udara dengan laju 60 L/menit (F2)
- dicatat penurunan tekanan yang terjadi.
- Diulangi percobaan dengan laju alir udara 60, 70, 80, 90, 100, 110, 120
dan 130 L/menit.
b) Menentukan penurunan tekanan aliran gas dalam kolom basah.
- Dialirkan udara kedalam kolom dengan laju alir 60 L/menit (F2).
- Dialirkan air kedalam kolom dengan laju alir 2 L/menit (F1)
- Dicatat penurunan tekanan yang terjadi didalam kolom.
- Diulang percobaan dengan menaikkan laju alir udara hingga terjadi
flooding.
c) Menentukan jumlah CO2 yang terserap denan metode titrasi
- Dihidupkan pompa dan mengatur laju alir didalam kolom pada 2
L/menit. (F1)
- Dihidupkan kompresor udara dengan mengatur laju alirnya 60 L /menit
(F2)
- Dibuka dengan hati-hati regulator gas karbon dioksida dan mengatur
pada laju alir 2 L/menit (F3)
- Diambil ±50 ml untuk 0 menit dari tangki yang masuk
- Setelah 20 menit, diambil masing-masing 50 ml sampel dari tangki
masuk dan sampel yang keluar kedalam erlenmeyer asah
- Ditambahkan indikator PP kedalam sampel dan menitrasi dengan
menggunakan NaOH 0,01 N hingga berwarna merah muda.
- Dicatat volume NaOH 0,01 N yang digunakan
- Diulangi prosedur diatas dengan selang waktu 20 menit selama 1 jam
dan mengubah laju alir gas air menjadi 2,5 L/min
d) Cara menganalisa kadar CO2 dengan HMPL
- Diisi bola tandom dibagian bawah alat HMPL dengan larutan NaOH 1N
hingga tanda 0
- Dibilas tabung analisa HMPL dengan jalan enarik piston dan
membuang gas yang telah terisap ke atmosfir dengan volume 10ml (V1)
- Ditutup semua saluran kedua atmosfer dan menghisap kembali
campuran gas yang diisap yaitu 10ml dan menutup saluran dari gas
absorpsi
- Dikembangkan tekanan didalam tabung dengan udara luar dengan jalan
membuka dan menutup keran saluran buang ke atmosfir mengusahakan
agar permukaan NaOH tetap pada tanda 0.
- Dicatat kenaikan volume NaOH 0,1N setiap 20 menit pada variasi laju
alir 2,5 dan 2 L/ menit selama masing-masing 1 jam dan dicatat pula
perubahan tekanannya.

VI. DATA PENGAMATAN


6.1 Penurunan Tekanan
 Penurunan tekanan aliran gas pada dinding kolom kering
Q Udara ΔP₁ ΔP₂ ΔP
No.
(L/menit) (mmH₂O) (mmH₂O) (mmH₂O)
1 60 13 13.3 0.3
2 70 13.1 13.5 0.4
3 80 13.2 13.7 0.5
4 90 13.5 14.1 0.6
5 100 13.9 14.6 0.7
6 110 14.1 14.9 0.8
7 120 14.4 15.3 0.9
8 130 14.6 15.7 1.1
 Penurunan tekanan aliran gas pada dinding kolom basah
Qair : 2L/min
Q Udara ΔP₁ ΔP₂ ΔP
No.
(L/menit) (mmH₂O) (mmH₂O) (mmH₂O)
1 60 26 34 8
2 70 38 46 8
3 80 73 82 9
4 90 99 110 11
5 100 Flooding flooding Flooding
6 110 Flooding flooding Flooding
7 120 Flooding flooding Flooding
8 130 Flooding flooding Flooding

6.2 Penentuan kadar CO2 yang terserap dengan alat HMPL


 Absorpsi gas CO2 dengan H2O dan NaOH
Qudara : 80 L/menit
Qair : 2 L/menit
QCO2 : 2 L/min
t ΔP₁ ΔP₂ Vol. HMPL (mL) Vol. Titrasi (mL)
No.
(menit) (mmH₂O) (mmH₂O) V₁ V₂ Vin Vout
0.8 0.6
1 0 39 28 10 10
1.2 0.9
0.4 0.1
2 20 49 41 10 8
0.1 0.3
0.2 0.1
3 40 49 40 10 6.6
0.1 0.1
0.2 0.1
4 60 55 43 10 7
0.1 0.1
 Absorpsi gas CO2 dengan H2O dan NaOH
Qudara : 80 L/menit
Qair : 2,5 L/menit
QCO2 : 2 L/min
t ΔP₁ ΔP₂ Vol. HMPL (mL) Vol. Titrasi (mL)
No.
(menit) (mmH₂O) (mmH₂O) V₁ V₂ Vin Vout
0.4 1.5
1 0 64 50 10 8
0.5 1.4
0.3 0.3
2 20 86 80 10 7
0.3 0.5
0.2 0.4
3 40 86 77 10 10
0.2 0.3
0.2 0.1
4 60 86 79 10 9
0.2 0.1

VII. DATA PERHITUNGAN


7.1 Percobaan I
 Penurunan Tekanan/Pressure Drop (ΔP) pada kolom kering dengan
laju alir udara 60 L/menit
∆𝑃 = ∆𝑃2 − ∆𝑃1
∆𝑃 = 13.3 𝑚𝑚𝐻2 𝑂 − 13 𝑚𝑚𝐻2 𝑂
1 𝑚𝑚𝐻𝑔
∆𝑃 = 0.3 𝑚𝑚𝐻2 𝑂 ×
13.6 𝑚𝑚𝐻2 𝑂
∆𝑃 = 0.0221 𝑚𝑚𝐻𝑔

Untuk hasil perhitungan pada laju alir berikutnya dapat dilihat pada
Tabel 1
Tabel 1. Penurunan Tekanan pada Kolom Kering
Q Udara ΔP₁ ΔP₂ ΔP ΔP
No.
(L/menit) (mmH₂O) (mmH₂O) (mmH₂O) (mmHg)
1 60 13 13.3 0.3 0.0221
2 70 13.1 13.5 0.4 0.0294
3 80 13.2 13.7 0.5 0.0368
4 90 13.5 14.1 0.6 0.0441
5 100 13.9 14.6 0.7 0.0515
6 110 14.1 14.9 0.8 0.0588
7 120 14.4 15.3 0.9 0.0662
8 130 14.6 15.7 1.1 0.0809

Kolom Kering
160
140
Q Udara (L/menit)

120
100
80 y = 1240.7x + 34.561
60 R² = 0.9883
40
20
0
0.0000 0.0200 0.0400 0.0600 0.0800 0.1000
ΔP (mmHg)

 Penurunan Tekanan/Pressure Drop (ΔP) pada kolom basah dengan


laju alir udara 60 L/menit
∆𝑃 = ∆𝑃2 − ∆𝑃1
∆𝑃 = 34 𝑚𝑚𝐻2 𝑂 − 26 𝑚𝑚𝐻2 𝑂
1 𝑚𝑚𝐻𝑔
∆𝑃 = 8 𝑚𝑚𝐻2 𝑂 ×
13.6 𝑚𝑚𝐻2 𝑂
∆𝑃 = 0.5882 𝑚𝑚𝐻𝑔

Untuk hasil perhitungan pada laju alir berikutnya dapat dilihat pada
Tabel 2
Tabel 2. Penurunan Tekanan pada Kolom Basah
Q Udara ΔP₁ ΔP₂ ΔP ΔP
No.
(L/menit) (mmH₂O) (mmH₂O) (mmH₂O) (mmHg)
1 60 26 34 8 0.5882
2 70 38 46 8 0.5882
3 80 73 82 9 0.6618
4 90 99 110 11 0.8088
5 100 flooding flooding flooding flooding
6 110 flooding flooding flooding flooding
7 120 flooding flooding flooding flooding
8 130 flooding flooding flooding flooding

Kolom Basah
100
90
80
Q Udara (L/menit)

70
60
50 y = 113.33x - 9E-13
40 R² = 0.8333
30
20
10
0
0.0000 0.2000 0.4000 0.6000 0.8000 1.0000
ΔP (mmHg)
7.2 Percobaan II
Dilakukan percobaan dengan menggunakan data dibawah ini
Q udara: 80 L/menit
Q H2O : 2 L/menit
Q CO2 : 2 L/menit
a. Penentuan kadar CO2 yang terserap dalam alat HMPL
Menghitung fraksi gas CO2 yang masuk (Yi) dan fraksi gas CO2 yang
keluar (Y0) pada waktu 0 menit:
3𝐹 𝑉
𝑌𝑖 = 𝐹 +𝐹 dan 𝑌0 = 𝑉2
2 3 1

Dimana :
F2 : Laju alir udara
F3 : Laju alir CO2
V1 : Volume HMPL
V2 :Volume kolom NaOH, sehingga :
2 𝐿/𝑚𝑖𝑛
 𝑌𝑖 1 = (2+80)𝐿/𝑚𝑖𝑛

𝑌𝑖 1 = 0.0244

10 𝑚𝐿
 𝑌0 1 = 10 𝑚𝐿

𝑌0 1 = 1

Dari rumus diatas, maka diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:

No. Yi Y0

1 0.0244 1

2 0.0244 0.8

3 0.0244 0.66

4 0.0244 0.7

Menghitung tekanan gas masuk (Pi) dan gas keluar (Po)


𝑃𝑡 = ∆𝑃1 + ∆𝑃2
𝑃𝑖 = 𝑌𝑖 × 𝑃𝑡
𝑃0 = 𝑌0 × 𝑃𝑡
Sehingga :
 𝑃𝑡 = (39 + 28)𝑚𝑚𝐻2 𝑂
1 𝑚𝑚𝐻𝑔
𝑃𝑡 = 67𝑚𝑚𝐻2 𝑂 ×
13.6 𝑚𝑚𝐻2 𝑂

𝑃𝑡 = 4.9265 𝑚𝑚𝐻𝑔

 𝑃𝑖 = 0.0244 × 4.9265 𝑚𝑚𝐻𝑔


𝑃𝑖 = 0.1202 𝑚𝑚𝐻𝑔

 𝑃0 = 1 × 4.9265 𝑚𝑚𝐻𝑔
𝑃0 = 4.9265 𝑚𝑚𝐻𝑔
Dari rumus diatas, maka diperoleh hasil perhitungan sebagai
berikut :

Pt Pt Pi P0
No.
(mmH₂O) (mmHg) (mmHg) (mmHg)
1 67 4.9265 0.1202 4.9265
2 90 6.6176 0.1614 5.2941
3 89 6.5441 0.1596 4.3191
4 98 7.2059 0.1758 5.0441

Menghitung Koefisien Perpindahan gas CO2 ke cairan (air)


𝑃
𝑁 𝑙𝑛 𝑖
𝑃0
𝑘𝑜𝑔 = 𝑎×𝐴×𝐻 𝑥 ( 𝑃𝑖 −𝑃0 )

Dimana :

𝐹𝑎 𝑃𝑡 273
𝑁= 𝑥 𝑥
22.42 760 𝑚𝑚𝐻𝑔 𝑇 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚

( 𝑌0 − 𝑌𝑖 ) × (𝐹2 + 𝐹3 )
𝐹𝑎 =
( 1 − 𝑌0 )
1
𝐴 = 𝜋 . 𝑑2
4
Keterangan :
a : luas permukaan packing = 440 m2
A : luas penampung kolom absorpsi
d : diameter = 7,5 cm = 0,075 m
H : ketinggian = 1,4 m
T kolom : 303 K
1
 𝐴 = 4 𝜋 . 𝑑2
1
𝐴 = 𝜋 . (0.075)2
4
𝐴 = 0.0044 𝑚2
( 𝑌0 −𝑌𝑖 )×(𝐹2 +𝐹3 )
 𝐹𝑎 = ( 1−𝑌0 )
( 1 − 0.0244) × {(2 + 80)𝐿/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡}
𝐹𝑎 =
(1−1)

1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝐹𝑎 = 79 𝐿/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 ×
60 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

𝐹𝑎 = 1.3167 𝐿/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

𝐹𝑎 𝑃𝑡 273
 N = 22,42 𝑥 𝑥
760 𝑚𝑚𝐻𝑔 𝑇 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚

79 𝐿/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 4.9265 mmHg 273 𝐾


𝑁= 𝑥 𝑥
22,42𝐿/𝑔. 𝑚𝑜𝑙 760 𝑚𝑚𝐻𝑔 303 𝐾

1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑁 = 0.0206 𝑔. 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑂2 /𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 ×
60 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑁 = 0.000343 𝑔. 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑂2 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑝𝑠𝑖/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑃
𝑁 𝑙𝑛 𝑖
 𝑘𝑜𝑔 = 𝑎×𝐴×𝐻 × ( 𝑃 −𝑃0
𝑃

𝑖 0 )

0.1202
0.000343 𝑔. 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑂2 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑝𝑠𝑖/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 𝑙𝑛
𝑘𝑜𝑔 = × 4.9265
𝑚2 ( 0.1202 − 4.9265 )
440 3 × 0.0044𝑚3 × 1.4𝑚
𝑚
𝑘𝑜𝑔 = 0.000098
Dari rumus diatas, maka diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut :

Fa Fa
No. N kog
(L/menit) (L/detik)

1 79 1.3167 0.000343 0.000098

2 62.8 1.0467 0.000366 0.000092

3 51.46 0.8577 0.000297 0.000087

4 54.7 0.9117 0.000347 0.000088

Menghitung total CO2 yang di serap

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐶𝑂2 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝 = 𝐹𝑎 × 𝑡

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐶𝑂2 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝 = 79 𝐿/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 × 0𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐶𝑂2 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝 = 0 𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟

Dari rumus diatas, maka diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut :

Fa CO2 terserap
No. t (menit)
(L/menit) (Liter)

1 0 79 0

2 20 62.8 1256

3 40 51.46 2058.4

4 60 54.7 3282
b. Penentuan kadar CO2 yang terserap oleh air (metode titrasi)
Menghitung konsentrasi CO2 dalam sampel masuk (Cd) dan
konsentrasi CO2 dalam sampel keluar (Co)
Dimana :
CNaOH = Konsentrasi NaOH = 0.01 N
𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 ×𝐶𝑁𝑎𝑂𝐻
 𝐶𝑑 = 𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

1 𝑚𝐿 × 0.01 𝑁
𝐶𝑑 =
20 𝑚𝐿

𝐶𝑑 = 0.0005 𝑁

𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝐶𝑁𝑎𝑂𝐻
 𝐶0 = 𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

0.75𝑚𝐿 × 0.01 𝑁
𝐶0 =
20 𝑚𝐿

𝐶0 = 0.000375 𝑁

Menghitung total CO2 yang terserap ©

𝐶 = 𝐶𝑑 − 𝐶0

𝐶 = 0.0005 𝑁 − 0.000375 𝑁

𝐶 = 0.0000125 𝑁
Dari rumus diatas, maka diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut :

Vol. Titrasi
Vol. Titrasi (mL) Konsentrasi
(mL) Total CO2
No.
masuk keluar yang terserap
Vin Vout Vin Vout
(Cd) (C0)

0.8 0.6
1 1 0.75 0.0005 0.000375 0.00012500
1.2 0.9

0.4 0.1
2 0.25 0.2 0.000125 0.0001 0.00002500
0.1 0.3

0.2 0.1
3 0.15 0.1 0.000075 0.00005 0.00002500
0.1 0.1

0.2 0.1
4 0.15 0.1 0.000075 0.00005 0.00002500
0.1 0.1

Untuk percobaan yang dilakukan dengan menggunakan data dibawah ini


Q udara: 80 L/menit
Q H2O : 2.5 L/menit
Q CO2 : 2 L/menit
Menggunakan cara yang sama persis seperti percobaan dengan laju alir
air 2 L/menit, sehingga didapatkan :

No. Yi Y0

1 0.0244 1

2 0.0244 0.8

3 0.0244 0.66

4 0.0244 0.7
Pt Pt Pi P0
No.
(mmH2O) (mmHg) (mmHg) (mmHg)
1 64 4.7059 0.1148 3.7647
2 86 6.3235 0.1543 4.4265
3 86 6.3235 0.1543 6.3235
4 86 6.3235 0.1543 5.6912

Fa Fa
No. N kog
(L/menit) (L/detik)
1 62.8 1.0467 0.000260 0.000092
2 54.7 0.9117 0.000305 0.000088
3 79 1.3167 0.000440 0.000098
4 70.9 1.1817 0.000395 0.000095

t Fa CO2 yang
No.
(menit) (L/menit) terserap
1 0 62.8 0
2 20 54.6 1092
3 40 79 3160
4 60 70.9 4254

Vol. Titrasi (mL) Vol. Titrasi (mL) Konsentrasi


No. C
Vin Vout Vin Vout masuk (Cd) keluar (C0)
1.5 0.4
1 1.45 0.45 0.000725 0.000225 0.0005
1.4 0.5
0.3 0.3
2 0.4 0.3 0.0002 0.00015 0.00005
0.5 0.3
0.4 0.2
3 0.35 0.2 0.000175 0.0001 7.5E-05
0.3 0.2
0.2 0.1
4 0.2 0.1 0.0001 0.00005 0.00005
0.2 0.1
VIII. PEMBAHASAN
IX. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kelarutan
CO2 didalam air adalah sebagai berikut :
9.1 Semakin besar laju alir maka semakin besar pula perbedaan tekanannya,
jadi perubahan laju alir udara mempengaruhi beda tekanan yang
dihasilkan dimana keduanya berbanding lurus.
9.2 Semakin lama waktu kontak antara cairan dan gas CO2 maka gas CO2
yang terserap juga semakin besar.

X. DAFTAR PUSTAKA
 Petunjuk praktikum. Satuan Operasi Teknik Kimia. PEDC. Bandung
 Mc-Cabe. Terjemahan : E. Jasifi . Operasi Teknik Kimia. Jilid 2.
erlangga. 1990
 http://ayuniyustira.blogspot.com/2016/12/laporan-praktikum-
absobsi.html?m=1 (diakses pada tanggal 25 Oktober 2019)
 https://www.academia.edu/30081051/ABSORPSI.docx (diakses pada
tanggal 25 Oktober 2019)

Anda mungkin juga menyukai