Anda di halaman 1dari 5

HASIL PENGAMATAN

Pengulangan Absorbansi Konsentrasi (mg/dL)

Standar 1 0,191 200 mg/dL


Sampel 1 1 0,071 74,34 mg/dL
Perhitungan

𝑎𝑏𝑠 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Kolesterol (mg/dL) = 𝑎𝑏𝑠 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑥 100%

0,071
Sampel (mg/dL) = 0,191 𝑥 200

= 74,34 mg/dL

PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini untuk menetapkan kadar trigliserida dalam darah dengan metode.
Penetapan kadar trigliserida dilakukan secara in vitro menggunakan metode GPO-PAP.
Trigliserida ditetapkan kadarnya setelah mengalami hidrolisis secara enzimatik dengan lipase.
Trigliserida disebut juga triasilgliserol, merupakan senyawa lipid utama pada deposit lemak
tubuh dan makanan (Mayes, 2003). Keberadaan kolesterol dan trigliserida dalam darah memang
sangat dibutuhkan oleh tubuh. Jika konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh
berlebihan maka kadar kolesterol dan trigliserida juga berlebihan. Peningkatan trigliserida dalam
plasma darah akan menyebabkan hipertrigliseridemia.
Trigliserida banyak didapatkan dalam sel-sel lemak, merupakan 99% dari volume sel. Di
samping digunakan sebagai sumber energi, trigliserida dapat dikonversi menjadi kolesterol,
fosfolipid, dan bentuk lipid lain kalau dibutuhkan. Sebagai jaringan lemak, trigliserida juga
mempunyai fungsi fisik yaitu sebagai bantalan tulang dan organ vital, melindungi organ-organ
tadi dari guncangan atau kerusakan
Trigliserida merupakan ester dari alkohol gliserol dan tiga asam lemak (Mayes, 2003a).
Rumus kimia dari trigliserida adalah RCOO22 CH2CH(OOC-R')CH2-OOCR", di mana R, R', dan
R" adalah rantai alkil yang panjang. Tiga asam lemak RCOOH, R'COOH dan R"COOH dapat
berbeda semua, semua sama atau dapat pula hanya dua yang sama. Panjang rantai asam lemak
pada trigliserida dapat bervariasi, tetapi umumnya panjangnya adalah 16, 18 dan 20 rantai
karbon.
Lemak yang paling banyak dalam makanan adalah trigliserida, yang tersusun dari sebuah
inti gliserol dan tiga rantai panjang asam lemak (Guyton and Hall, 2007; Mayes, 2003a).
Sejumlah kecil trigliserida dicerna dalam lambung oleh lipase lingual yang disekresi oleh
kelenjar lingual dan ditelan bersama dengan saliva. Jumlah pencernaan ini kurang dari 10%.
Sedangkan sejumlah besar lemak akan dicerna di dalam usus halus. Tahap awal pencernaan
lemak adalah emulsifikasi lemak, yaitu memecah gumpalan lemak menjadi ukuran yang sangat
kecil sehingga enzim pencernaan yang larut air dapat bekerja pada permukaan gumpalan lemak.
Emulsifikasi tersebut terjadi dalam duodenum dengan pengaruh empedu yang
mengandung garam empedu dan lesitin (Guyton and Hall, 2007). Enzim yang paling penting
untuk pencernaan trigliserida adalah lipase pankreas. Enzim ini merupakan senyawa yang larut
air dan memecah gumpalan lemak hanya pada permukaannya, sehingga emulsifikasi lemak
sangat penting. Lipase pankreas mengkatalis hidrolisis ikatan ester (pada C-1 dan C-3)
trigliserida sehingga terbentuk asam lemak dan 2 monogliserol (Horton et al., 2002; Mayes,
2003c).
Hasil pencernaan trigliserida yang berupa asam lemak dan monogliserida akan diserap sel
mukosa intestinal dengan cara difusi pasif masuk ke bagian dalam sel epitel (Linder, 1992).
Setelah memasuki sel epitel, asam lemak dan monogliserida diambil oleh retikulum endoplasma
halus, yang selanjutnya akan digunakan untuk membentuk trigliserida baru kemudian dilepaskan
dalam bentuk kilomikron melalui bagian basal sel epitel, mengalir ke atas melalui duktus limfe
torasikus dan menuju aliran darah (Guyton and Hall, 2007). Kilomikron trigliserida tidak
langsung diambil oleh hati. Senyawa ini akan dimetabolisme oleh jaringan ekstrahepatik yang
mempunyai enzim lipoprotein lipase, yang akan menghidrolisis trigliserida, yang kemudian
disatukan ke dalam lipid jaringan atau dioksidasi sebagai bahan bakar (Mayes, 2003a). Sesudah
unsur lipid ini mengalami lipolisis, asam lemak akan lepas dan masuk ke dalam darah sebagai
asam lemak bebas (FFA) yang akan diambil oleh jaringan tubuh (kecuali otak dan eritrosit) dan
di dalam hepar akan mengalami esterifikasi menjadi trigliserida atau dioksidasi sebagai
bahan bakar utama. Triasilgliserol yang berlebihan baik dari hasil lipogenesis maupun dari FFA
akan disekresikan ke dalam darah sebagai VLDL yang akan mengalami siklus yang serupa
dengan kilomikron (Mayes, 2003).
Prinsip penetapan kadar trigliserida dengan menggunakan metode GPO-PAP adalah
trigliserida ditentukan setelah hidrolisis enzim dengan lemak. Indikator quinoneimine dibentuk
dari hydrogen peroksida, 4 – aminoantypirine dan 4 – klorofenol di bawah pengaruh katalisis
peroksidase.

Prosedur pertama yang dilakukan adalah menyiapkan kuvet yang akan digunakan pada
saat spektrofotometri UV-Vis. Kuvet yang digunakan sebanyak 3 buah. Satu kuvet digunakan
untuk larutan blanko, satu kuvet untuk larutan standar, dan 1 kuvet untuk larutan sampel. Larutan
blanko terdiri dari 1000 𝜇L reagen. Larutan standar terdiri dari 10 𝜇L larutan kolesterol standar
dan 1000 𝜇L reagen. Larutan sampel terdiri dari 10 𝜇L serum dan 1000 𝜇L reagen. Serum
merupakan darah yang telah dipisahkan dari sel-sel darah merah dan zat-zat koagulan serta
biasanya berwarna kuning pucat.
Pada kuvet blanko, setelah dimasukkan larutan reagent, kuvet digoyang agar larutan
tercampur secara sempurna. Setelah itu kuvet diinkubasikan pada suhu ruang yaitu 37oC selama
10 menit. Proses inkubasi ini bertujuan memberikan waktu untuk terjadinya reaksi antara kedua
larutan dalam campuran tersebut. Inkubasi ini juga dilakukan untuk kuvet standar dan kuvet
sampel. Pengukuran blanko perlu dilakukan karena dikhawatirkan terjadi perubahan reagen pada
saat inkubasi dan memberikan serapan pada panjang gelombang pengukuran.
Saat proses inkubasi, terjadi reaksi antara reagen dengan trigliserida yang terdapat pada
larutan standar dan sampel. Setelah diinkubasi, kedua larutan yang tadinya berwarna bening
dalam masing-masing kuvet berubah menjadi warna merah rosa. Warna merah tersebut
menandakan telah terjadinya reaksi antara enzim dengan kolesterol. Warna merah tersebut
berasal dari senyawa quinoneimine, yang merupakan hasil reaksi antara reagen dan kolesterol.
Reaksi yang terjadi yaitu sebagai berikut :
Lipoprotein Lipase
Trigliserida + 3H2O Gliserol + Asam Lemak
Gliserol Kinase
Gliserol + ATP Gliserol-3-phosphate + ADP
Gliserol Phosphate Oksidase
Gliserol - 3-phosphate + O2 Dihidro-aseton-phosphate + H2O2
Peroksidase
H2O2 + 4-aminoantipyrin + 4-chlorophenol Quinonimine + 2H2O

Perubahan warna (menjadi berwarna merah) diperlukan agar campuran larutan dapat diukur
absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis, khususnya dengan sinar visibel.
Quinoeimine akan terukur absorbansinya pada panjang gelombang 546 nm dan nilai absorbansi
tersebut sebanding dengan kadar trigliserida dalam darah. Setelah inkubasi selesai, masing-
masing larutan blanko, standard dan sampel diukur absorbansinya dengan spektrofotometer.
Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 546 nm yang merupakan panjang gelombang
maksimum untuk quinoeimine. Untuk larutan sampel. Kemudian dilakukan perhitungan kadar
kolesterol.
Absorbansi yang diperoleh pada saat pengukuran larutan sampel adalah 0,071
sedangkan absorbansi larutan standar adalah 0,191. Kedua nilai absorbansi tersebut dapat
digunakan untuk menentukan kadar trigliserida pada sampel dengan menggunakan rumus
berikut.
𝐴𝑏𝑠 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Trigliserida = 𝐴𝑏𝑠 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 x C Standar

Setelah dilakukan perhitungan didapat kadar trigliserida dari sampel yang diperiksa 74,34
mg/dL. Kadar trigliserida tersebut termasuk kadar normal karena berada dibawah 150 mg/dL.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa sampel darah Mrs yana ,yang
berumur 21 tahun, berat badan 50 kg mengandung kadar trigliserida sebesar 74,34 mg/dL.
Dan dapat diketahui dengan nilai kadar absorbansi tersebut Mrs yana dinyatakan kadar
Trigliserida di dalam darahnya Normal, karena kada trigliseridanya kurang dari 150 mg/dL
DAFTAR PUSTAKA

Katzung, G. Bertram. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi keenam. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Kee, Joyce L dan Hayes, Evelyn R. 1996. Farmakologi, Pendekatan Proses Keperawatan.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Mutschler, Ernst. 1991. Dinamika Obat, Edisi Kelima. Bandung : Penerbit ITB.

Mycek, J. Mary, Harvey, A. Richard dan Champe, C. Pamela. 2001. Farmakologi Ulasan
Bergambar, Edisi kedua. Jakarta : Widya Medika.

Tan, Hoan, Tjay dan Rahardja, Kirana. 1991. Obat-obat Penting, Edisi Keempat.

Woodley, Michele dan Whelan, Alison. 1995. Pedoman Pengobatan, Edisi Pertama; Yogyakarta
: Yayasan Essentia Medica dan Andi Offset.

Anda mungkin juga menyukai