Anda di halaman 1dari 9

AUDIT II

AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN: PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN


PENGUJIAN SUBSTANTIF TRANSAKSI

EKA 446 C2

NAMA KELOMPOK :

Muhammad Abyzard Akbar R. (1707531086)

I Wayan Agus Chandra (1707531136)

Alfredo Samuel Naibaho (1707531154)

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
Tahun Ajaran 2019
A. Akun-akun dan Pengelompokan Transaksi pada Siklus Penjualan dan Pengumpulan
Piutang
Tujuan dari audit siklus penjualan dan penagihan adalah untuk mengevaluasi saldo akun
yang dipengaruhi oleh siklus disajikan secara wajar berdasarkan standar akuntansi. Gambar 1
menunjukkan akun-akun yang termasuk dalam siklus penjualan dan penagihan menggunakan
T accounts (asumsi dalam perusahaan dagang).
Gambar 1

Gambar 1 diatas menunjukkan bahwa ada lima pengelompokan transaksi pada siklus
penjualan dan penagihan, yaitu:
Penjualan (Sales) (Tunai dan Kredit), Penerimaan Kas (Cash receipts), Retur Penjualan (Sales
return), Potongan Penjualan (allowances), Penghapusan Piutang tak Tertagih (Write-off of
uncollectible accounts), dan Penaksiran Kerugian Piutang (Estimate of bad debt expense)
Gambar 1 juga menunjukkan bahwa kecuali pada Penjualan tunai (cash sales), setiap
transaksi dan jumlahnya termasuk dalam salah satu dari dua akun-akun dalam neraca, yaitu
Piutang Usaha (accounts receivable) atau Cadangan Kerugian Piutang (allowances for
uncollectible account). Dapat disederhanakan, dengan mengasumsikan bahwa pengendalian
internal untuk Penjualan secara kredit dan tunai adalah sama.
B. Fungsi Bisnis dalam Siklus dan Dokumen Serta Catatan Terkait
Siklus penjualan dan pengumpulan piutang menyangkut keputusan dan proses yang
dibutuhkan untuk transfer kepemilikan barang dan jasa ke pelanggan setelah barang dan jasa
tersebut tersedia untuk dijual. Hal tersebut dimulai dengan permintaan seorang pelanggan dan
berakhir dengan konversi material atau jasa ke dalam piutang dan akhirnya kas.
Delapan fungsi bisnis untuk siklus penjualan dan penagihan ditunjukkan pada kolom ketiga
Table 1. Delapan fungsi bisnis tersebut terjadi dalam setiap pencatatan lima kelompok transaksi
pada siklus penjualan dan penagihan.

Delapan fungsi tersebut adalah:


 Pengolahan Pesanan dari Pembeli

Secara hukum, permintaan pesanan pelanggan merupakan penawaran untuk membeli barang
dalam kondisi tertentu yang disepakati. Dokumen dalam pemrosesan pesanan pelanggan yaitu
permintaan pelanggan dan pesanan penjualan

 Persetujuan Kredit
Praktek yang lemah dalam persetujuan kredit seringkali menimbulkan piutang ragu-ragu berlebih
dan piutang yang mungkin tidak tertagih. Dalam beberapa perusahaan secara otomatis, komputer
mengijinkan proses penjualan berlanjut hanya ketika total pesanan penjualan yang diterima
ditambah saldo pelanggan adalah kurang dari batas kredit dalam master file.
 Pengiriman Barang
Fungsi kritis adalah poin pertama dalam siklus dimana perusahaan menyerahkan aset. Dokumen
pengiriman disiapkan pada waktu pengiriman yang seringkali merupakan salinan daftar muatan
kapal tersebut penting untuk tagihan pengiriman yang tepat bagi pelanggan. Perusahaan yang
memelihara catatan persediaan juga mengupdate berdasarkan catatan pengiriman.
 Penagihan Pelanggan dan Pencatatan Penjualan
Aspek paling penting dari penagihan adalah:
o Semua pengiriman yang dilakukan harus ditagih (kelengkapan)
o Tidak ada pengiriman yang ditagihkan lebih dari sekali (keterjadian)
o Masing-masing ditagih dengan jumlah yang tepat (Ketelitian)
Sistem akuntansi menggunakan informasi penagihan pelanggan untuk menghasilkan
jurnal penjualan, penerimaan kas maupun kredit lain-lain untuk mempersiapkan accounts
receivable trial balance. Dokumen maupun catatan dalam fungsi ini diantaranya adalah faktur
penjualan, file transaksi penjualan, jurnal penjualan, master file piutang, accounts receivable
trial balance, dan statement bulanan.
 Pengolahan dan Pencatatan Penerimaan Kas
Pemrosesan dan pencatatan penerimaan kas termasuk menerima, menyetor, dan
mencatat kas. Hal yang patut menjadi perhatian adalah adanya kemungkinan pencurian. Penting
bahwa semua penerimaan kas disetor ke bank dengan jumlah yang tepat dan dicatat dalam file
transaksi penerimaan kas. File ini digunakan untuk mempersiapkan jurnal penerimaan kas dan
mengupdate piutang dan master file buku besar umum. Dokumen maupun catatan dalam proses
ini diantaranya remittance advice, prelisting of cash receipts, file transaksi penerimaan kas, dan
jurnal penerimaan kas.
 Pengelolaan dan Pencatatan Retur dan Penyisihan Penjualan
Ketika seorang pelanggan tidak puas dengan barang, penjual sering menerima
pengembalian barang atau pemberian pengurangan biaya. Pengembalian dan penyisihan dicatat
pada file transaksi pengembalian dan penyisihan penjualan juga pada master file piutang. Memo
kredit dikeluarkan untuk pengembalian dan penyisihan untuk membantu pengendalian dan
memfasilitasi pemutakhiran catatan.
 Penghapusan Piutang
Tanpa memperhatikan ketekunan departemen kredit, beberapa pelanggan tidak membayar
tagihan mereka. Setelah menentukan jumlah yang tidak dapat ditagih, perusahaan harus
menghapusnya. Biasanya, hal ini terjadi setelah pelanggan menyatakan bangkrut atau akunnya
diserahkan ke agen penagih. Dokumen maupun catatan misalnya adalah form otorisasi piutang
tidak tertagih dan buku besar umum.
 Menetapkan Piutang Tidak Tertagih
Karena perusahaan tidak dapat memperkirakan untuk menagih 100% penjualan mereka,
prinsip akuntansi mensyaratkan untuk mencatat piutang tidak tertagih dengan jumlah yang
mereka perkirakan tidak akan dapat ditagih. Kebanyakan perusahaan mencatat transaksi ini di
akhir tiap bulan atau tiga bulan.
C. Metodologi Mendesain Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif
pada Transaksi Penjualan
Gambar 2 mengilustrasikan metodologi untuk memperoleh pemahaman pengendalian internal
dan mendesain pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi penjualan.
1. Memahami Pengendalian Internal-Penjualan

Dengan menggunakan salah satu pendekatan umum untuk penjualan, auditor mempelajari
bagan arus klien, menyiapkan kuesioner tentang pengendalian internal dan melaksanakan
pengujian penjualan walkthrough.
2. Menilai Risiko Pengendalian yang Direncanakan-Penjualan

Auditor menggunakan informasi yang diperoleh dalam memahami pengendalian internal


untuk menilai risiko pengendalian, terdapat empat langkah yang penting dalam penilaian ini, yaitu:
a. Auditor memerlukan kerangka kerja untuk menilai risiko pengendalian
b. Auditor harus mengidentifikasi pengendalian internal utama dan kelemahannya bagi penjualan

c. Setelah mengidentifikasi pengendalian dan kelemahannya, auditor mengaitkannya dengan


tujuan

d. Auditor menilai risiko pengendalian untuk setiap tujuan dengan mengevaluasi pengendalian dan
kelemahannya bagi setiap tujuan

4. Penentuan Luas Pengujian Pengendalian

Untuk audit perusahaan publik, auditor harus menampilkan pengujian ekstensif


pengendalian kunci dan mengevaluasi dampak kelemahan pada laporan pengendalian
internal selain laporan keuangan. Lingkup pengujian pengendalian pada perusahaan
nonpublik bergantung pada efektifitas pengendalian dan lingkup dimana auditor percaya
dapat mengurangi risiko pengendalian. Auditor juga harus mempertimbangkan biaya
pengujian pengendalian dibandingkan dengan pengurangan potensial dalam pengujian
substantif. Rendahnya level risiko pengendalian akan menghasilkan peningkatan pengujian
pengendalian dengan meningkatkan risiko deteksi dan mengurangi jumlah pengujian
substantif.
5. Perancangan Pengujian Pengendalian Penjualan
Untuk masing-masing pengendalian kunci, satu atau lebih pengujian pengendalian
harus didesain untuk memverifikasi efektifitasnya. Dalam kebanyakan audit, relatif mudah
untuk menentukan sifat pengujian pengendalian dari sifat pengendaliannya. Misalnya, jika
pengendalian internal adalah untuk menandai pesanan pelanggan setelah kredit mereka
disetujui, pengujian pengendalian adalah untuk memeriksa pesanan pelanggan sebagai
inisial yang tepat.
6. Perancangan Pengujian Substantif Transaksi Penjualan
Dalam menentukan pengujian substantif transaksi, auditor biasanya menggunakan
beberapa prosedur pada setiap audit tanpa memperhatikan keadaan, dimana yang lainnya
bergantung pada kecukupan pengendalian dan hasil dari pengujian pengendalian.
D. Retur dan Penyisihan Penjualan
Untuk retur dan penyisihan penjualan, auditor biasanya menekankan pengujian transaksi
tercatat untuk membuka pencurian kas dari penagihan piutang yang ditutupi oleh retur dan
penyisihan penjualan fiktif.
E. Metodologi Mendesain Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif
Transaksi Untuk Penerimaan Kas
Pengujian pengendalian penerimaan kas dan prosedur audit pengujian substantif transaksi
dikembangkan dengan kerangka kerja yang sama dengan penjualan tetapi tentu saja tujuan
spesifik ditetapkan untuk penerimaan kas. Bagian penting dari tanggung jawab auditor dalam
mengaudit penerimaan kas adalah untuk menentukan kelemahan pengendalian internal yang
meningkatkan potensi fraud. Tipe penggelapan kas yang sangat sulit bagi auditor deteksi adalah
apakah itu terjadi sebelum kas dicatat dalam jurnal penerimaan kas atau pencatatan kas lainnya,
khususnya jika penjualan dan penerimaan kas dicatat secara serempak.
F. Pengujian Audit Untuk Penghapusan Piutang Tidak Tertagih
Hal yang menjadi perhatian auditor pada audit penghapusan piutang tidak tertagih adalah
kemungkinan klien menutupi penggelapan dengan menghapus piutang yang sudah tertagih.
Pengendalian utama untuk mencegah penipuan ini adalah otorisasi tepat penghapusan piutang
tidak tertagih dengan suatu level manajemen yang ditunjuk hanya setelah melalui investigasi
alasan pelanggan belum membayar.
G. Pengendalian Internal Tambahan terhadap Saldo Akun dan Penyajiannya
Jika pengendalian internal untuk masing-masing kelompok transaksi telah dilakukan
secara efektif dan pengujian substantif transaksi yang berhubungan mendukung kesimpulan,
kesalahan penyajian dalam laporan keuangan akan berkurang. Pada siklus penjualan dan
penagihan, yang paling terpengaruh adalah nilai yang dapat direalisir, hak, dan kewajiban.
Auditor umumnya mengatur risiko inheren setinggi nilai yang dapat direalisir. Idealnya, klien
merancang beberapa pengendalian untuk mengurangi piutang tidak tertagih. Salah satunya
adalah persetujuan kredit melalui orang yang tepat. Dua pengendalian yang lain adalah:
• Persiapan accounts receivable trial balance secara periodik untuk direviu dan di-follow-up
oleh personel manajemen yang sesuai.
• Kebijakan penghapusan piutang tidak tertagih ketika sudah tidak lagi dapat ditagih.
H. Pengaruh dari Hasil Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantive
Bagian audit yang paling terpengaruh oleh pengujian pengendalian dan pengujian
substantif transaksi pada siklus penjualan dan penagihan adalah saldo piutang, kas, beban
piutang tidak tertagih dan penyisihan piutang tidak tertagih. Pada penyelesaian pengujian
pengendalian dan pengujian sustantif transaksi, auditor harus menganalisis masing-masing
pengecualian baik audit publik maupun nonpublik untuk menentukan penyebab dan implikasi
dari pengecualian risiko pengendalian yang ditetapkan, yang mungkin mempengaruhi risiko
deteksi pendukung dan pengujian substantif. Pengaruh signifikan dari hasil pengujian
pengendalian dan pengujian substantif transaksi pada siklus penjualan dan penagihan adalah
pada konfirmasi piutang
Daftar Pustaka

Jusup, Al Haryono. 2011. AUDITING. Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN

Anda mungkin juga menyukai