Mayat seorang perempuan diduga berusia 23 tahun ditemukan meninggal di kamar kos-
kosannya di daerah Salemba. Korban ditemukan setengah telanjang dengan tangan diikat dan
mulut di sumpal. Mayat dalam keadaan mulai membusuk, berbau, ditemukan belatung pada
bagian lubang hidungnya, kulit mulai mengelupas dan tampak pembuluh darah mulai melebar
pada bagian dada dan leher. Diperkirakan kejadian sekitar 3 hari yang lalu.
Polisi menduga korban diperkosa sebelum dibunuh. Tim identifikasi mengambil sidik jari
korban dan mengambil swab vagina untuk memastikan adanya sperma pelaku.
1
Brain Storming
Pertanyaan
1. Mengapa terdapat belatung pada lubang hidung?
2. Atas dasar apa penyidik mengambil sidik jari?
3. Bagaimana mengetahui korban diperkosa sebelum dibunuh?
4. Bagaimana cara menentukan lama kematian korban?
5. Mengapa pembuluh darah korban melebar pada bagian dada dan leher?
6. Mengapa mayat menjadi busuk dan bau?
7. Berapa lama sperma dapat bertahan dan diidentifikasi?
8. Bagaimana cara mengetahui penyebab kematian?
9. Bagaimana pandangan islam terhadap kasus tersebut?
10. Apa saja pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui penyebab kematian korban?
11. Apa kemungkinan penyebab kematian kasus tersebut?
Jawaban
1. Mayat sudah membusuk menyebabkan datangnya lalat, sehingga lalat meninggalkan
larvanya pada lubang hidung dan kemudian menjadi belatung. Fase hidup telur selama
24 jam, larva 36-48 jam, pupa 6-10 hari, dan lalat dewasa 12-18 hari.
2. Untuk menentukan identitas karena wajah korban sudah membusuk dan sulit dikenali.
3. Karena korban setengah telanjang, harus dipastikan dengan pemeriksaan lanjutan
seperti robekan hymen, epitel pada kuku, dan swab vagina.
4. Tanda kematian pasti : kaku mayat , lebam mayat, penurunan suhu, dan pembusukan.
Tanda kematian tidak pasti : kepucatan pada kulit, sirkulasi pernafasan berhenti.
Lama kematian dapat diperkirakan dengan identifikasi belatung, atau dilihat dari
lingkungan sekitar TKP (seperti tanggal koran terakhir, terakhir online, atau tanya
tetangga sekitar).
5. Pelebaran pembuluh darah pada leher dan dada, diperkirakan korban dicekik.
6. Pembusukan (dekompos) merupakan proses biologis diperngaruhi oleh faktor suhu,
lingkungan, trauma pada mayat. Sistem pertahanan tubuh tidak berfungsi lagi setelah
meninggal dan suhu tubuh yang menurun menyebabkan mikroorganisme tumbuh
dengan baik dan menghasilkan gas pembusukan yang mengakibatkan bau busuk pada
mayat.
2
7. Pada orang hidup bertahan selama 3 hari, sedangkan yang sudah meninggal selama 1
minggu.
8. Karena ditemukan sumpalan pada mulut dan korban dicekik , diperkirakan karena
obstruksi saluran nafas.
9. Hukumnya haram, sanksi dapat di qishas jika pelaku dengan sengaja membunuh, jika
tidak sengaja dan keluarga memaafkan dapat membayar diyat.
10. Vaginal swab , visum.
11. Obstruksi saluran nafas.
3
Hipotesis
Waktu kematian dapat diidentifikasi dari tanda-tanda kematian seperti kaku mayat ,
lebam mayat, penurunan suhu, pembusukan identifikasi belatung, atau dilihat dari lingkungan
sekitar TKP. Penyebab kematian dapat dinilai dari pemeriksaan fisik mayat dan dapat dinilai
dari pemeriksaan fisik mayat dan dipastikan dengan pemeriksaan lanjutan seperti visum dan
sidik jari. Apabila dicurigai adanya tindak pemerkosaan dilakukan pemeriksaan robekan
hymen, epitel pada kuku, dan swab vagina. Dalam pandangan islam hukum pembunuhan
adalah haram dan pelakunya di sanksi oleh qishas atau diyat.
4
Sasaran Belajar
5
LO 1. Perubahan Setelah Kematian
Tanda kematian tidak pasti
Secara teoritis, diagnosis kematian sudah dapat ditegakkan jika jantung dan paru
berhenti selama 10 menit, namun dalam prakteknya seringkali terjadi kesalahan diagnosis
sehingga perlu dilakukan pemeriksaan dengan cara mengamati selama waktu tertentu.
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan mendengarkannya melalui stetoscope pada daerah
precordial dan larynx dimana denyut jantung dan suara nafas dapat dengan mudah terdengar.
Kadang-kadang jantung tidak segera berhenti berdenyut setelah nafas terhenti, selain
disebabkan ketahanan hidup sel tanpa oksigen yang berbeda-beda dapat juga disebabkan
depresi pusat sirkulasi darah yang tidak adekwat, denyut nadi yang menghilang merupakan
indikasi bahwa pada otak terjadi hipoksia. Sebagai contoh pada kasus judicial hanging
dimana jantung masih berdenyut selama 15 menit walaupun korban sudah diturunkan dari
tiang gantungan.
Kulit muka menjadi pucat ,ini terjadi sebagai akibat berhentinya sirkulasi darah
sehingga darah yang berada di kapiler dan venula dibawah kulit muka akan mengalir ke
bagian yang lebih rendah sehingga warna kulit muka tampak menjadi lebih pucat. Akan tetapi
ini bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya. Kadang-kadang kematian dihubungkan
dengan spasme agonal sehingga wajah tampak kebiruan. Pada mayat yang mati akibat
kekurangan oksigen atau keracunan zat-zat tertentu (misalnya karbon monoksida) warna
semula dari raut muka akan bertahan lama dan tidak cepat menjadi pucat
3. Relaksasi otot
Pada saat kematian sampai beberapa saat sesudah kematian , otot-otot polos akan
mengalami relaksasi sebagai akibat dari hilangnya tonus. Relaksasi pada stadium ini disebut
relaksasi primer. Akibatnya rahang turun kebawah yang menyebabkan mulut terbuka, dada
menjadi kolap dan bila tidak ada penyangga anggota gerakpun akan jatuh kebawah. Relaksasi
dari otot-otot wajah menyebabkan kulit menimbul sehingga orang mati tampak lebih muda
dari umur sebenarnya, sedangkan relaksasi pada otot polos akan mengakibatkan iris dan
6
sfincter ani akan mengalami dilatasi. Oleh karena itu bila menemukan anus yang mengalami
dilatasi harus hati-hati menyimpulkan sebagai akibat hubungan seksual perani/anus corong.
Perubahan pada mata meliputi hilangnya reflek kornea dan reflek cahaya yang
menyebabkan kornea menjadi tidak sensitif dan reaksi pupil yang negatif. Knight mengatakan
hilangnya reflek cahaya pada kornea ini disebabkan karena kegagalan kelenjar lakrimal untuk
membasahi bola mata. Kekeruhan pada kornea akan timbul beberapa jam setelah kematian
tergantung dari posisi kelopak mata. Akan tetapi Marshall mengatakan kornea akan tetap
menjadi keruh tanpa dipengaruhi apakah kelopak mata terbuka atau tertutup. Walaupun
sering ditemui kelopak mata tertutup secara tidak komplit, ini terjadi oleh karena kekakuan
otot-otot kelopak mata. Kekeruhan pada lapisan dalam kornea ini tidak dapat dihilangkan
atau diubah kembali walaupun digunakan air untuk membasahinya.
Bila kelopak mata tetap terbuka sclera yang ada disekitar kornea akan mengalami
kekeringan dan berubah menjadi kuning dalam beberapa jam yang kemudian berubah
menjadi coklat kehitaman. Area yang berubah warna ini berbentuk trianguler dengan basis
pada perifer kornea dan puncaknya di epikantus. Area ini disebut’taches noires de la
sclerotiques’ yang pertama kali digambarkan oleh Somner pada tahun 1833.
Knight mengatakan iris masih bereaksi dengan stimulasi kimia sampai 4 jam sesudah
kematian somatik, tetapi reflek cahaya segera hilang bersamaandengan iskemik pada
batang otak. Pupil biasanya pada posisi mid midriasis yang disebabkan oleh karena relaksasi
dari muskulus pupilaris walaupun ada sebagian ahli yang menganggap ini sebagai proses
rigor mortis. Diameter pupil sering dihubungkan dengan sebab kematian seperti lesi di otak
atau intoksikasi obat seperti keracunan morphin dimana sewaktu hidup pupil menunjukan
kontraksi. Akan tetapi Price (1963) memeriksa mata dari 1000 mayat dan menyimpulkan
bahwa keadaan pupil tidak berhubungan dengan sebab kematian, dan kematian
menyebabkan pupil menjadi dilatasi atau cadaveric position.
Setelah kematian tekanan intra okuler akan turun, tekanan intra okuler yang turun ini
mudah menyebabkan kelainan bentuk pupil sehingga pupil kehilangan bentuk sirkuler setelah
mati dan ukurannya pun menjadi tidak sama,pupil dapat berkontraksi dengan diameter 2 mm
atau berdilatasi sampai 9 mm dengan rata-rata 4-5 mm oleh karena pupil mempunyai sifat
tidak tergantung dengan pupil lainnya maka sering terdapat perbedaan sampai 3 mm.
7
Nicati (1894) telah melakukan pengukuran terhadap tekanan bola mata posmortem
dimana tekanan normal pada bola mata pada waktu hidup adalah 14g -25g akan tetapi begitu
sirkulasi terhenti maka penurunan tekanan bola mata menjadi sangat rendah (tidak sampai
mencapai 12g) dan dalam waktu 30 menit akan berkurang menjadi 3g yang kemudian
menjadi nol setelah 2 jam kematian. Penurunan tekanan bola mata ini pernah dicoba untuk
menentukan perkiraan saat kematian.
Wroblewski dan Ellis (1970) mempelajari perubahan mata pada 300 mayat dimana
tidak hanya perubahan yang terjadi pada retina tetapi juga perubahan yang terjadi pada
kornea juga dicatat. Mereka telah memeriksa 204 fundus dari subjek dan 115 diantaranya
terdapat segmentasi atau ‘trucking’ pada satu atau kedua mata setelah satu jam posmortem
dan negatif pada 89 lainnya. Bagian yang paling sulit pada pemeriksaan ini adalah kekeruhan
kornea yang terjadi dalam 75% pasien dalam 2 jam setelah kematian. Akhirnya mereka
menyimpulkan bahwa segmentasi merupakan perubahan posmortem yang alami daripada
menghubungkannya dengan perkiraan saat kematian.
8
Tanda Pasti Kematian dan Cara Memperkirakan Waktu Kematian
Livor mortis atau lebam mayat terjadi akibat pengendapan eritrosit sesudah kematian
akibat berentinya sirkulasi dan adanya gravitasi bumi . Eritrosit akan menempati bagian
terbawah badan dan terjadi pada bagian yang bebas dari tekanan. Muncul pada menit ke-30
sampai dengan 2 jam. Intensitas lebam jenazah meningkat dan menetap 8-12 jam. Lebam
jenazah normal berwarna merah keunguan. Tetapi pada keracunan sianaida (CN) dan karbon
monoksida (CO) akan berwarna merah cerah (cherry red).
2. Kaku Mayat
Kaku mayat atau rigor mortis adalah kekakuan yang terjadi pada otot yang
kadang-kadang disertai dengan sedikit pemendekan serabut otot, yang terjadi setelah
periode pelemasan/ relaksasi primer. Hal ini disebabkan karena terjadinya perubahan
kimiawi pada protein yang terdapat pada serabut-serabut otot. Menurut Szen-Gyorgyi di
dalam pembentukan kaku mayat peranan ATP adalah sangat penting. Seperti diketahui
bahwa serabut otot dibentuk oleh dua jenis protein, yaitu aktin dan myosin, dimana kedua
jenis protein ini bersama dengan ATP membentuk suatu masa yang lentur dan dapat
berkontraksi (gambar I). Bila kadar ATP menurun, maka akan terjadi pada perubahan
pada akto-miosin, diamana sifat lentur dan kemampuan untuk berkontraksi menghilang
sehingga otot yang bersangkutan akan menjadi kaku dan tidak dapat berkontraksi.
Oleh karena kadar glikogen yang terdapat pada setiap otot itu berbeda-beda,
sehingga sewaktu terjadinya pemecahan glikogen menjadi asam laktat dan energi pada
saat terjadinya kematian somatic, dimana energi tersebut digunakan untuk resintesa ATP,
akan menyebabkan adanya perbedaan kadar ATP dalam setiap otot. Keadaan tersebut dapat
menerangkan mengapa kaku mayat akan mulai nampak pada jaringan otot yang jumlah
serabut ototnya sedikit. Atas dasar itulah mengapa pada kematian karena infeksi,
konvulsi kelelahan fisik serta keadaan suhu keliling yang tinggi akan dapat mempercepat
terbentuknya kaku mayat, demikian pula pada mereka yang keadaan gizinya jelek akan
lebih cepat terjadi kaku mayat bila dibandingkan dengan korban yang mempunyai tubuh
yang baik.
9
Secara biokimiawi saat relaksasi primer, pH protoplasma sel otot masih alkalis.
Perubahan alkalis menjadi asam terjadi 2-6 jam kemudian karena adanya perubahan
biokimia, yaitu glikogen menjadi asam sarkolaktik / fosfor. Perubahan protoplasma
menjadi asam menyebabkan otot menjadi kaku (rigor). Relaksasi sekunder terjadi setelah
ada perubahan biokimia, yaitu asam berubah menjadi alkalis kembali saat terjadi
pembusukan.
Kaku mayat akan terjadi pada seluruh otot (gambar II), baik otot lurik maupun
otot polos. Dan bila terjadi pada otot rangka, maka akan didapatkan suatu kekakuan yang
mirip atau menyerupai papan sehingga dibutuhkan cukup tenaga untuk dapat melawan
kekakuan tersebut , bila hal ini terjadi otot dapat putus sehingga daerah tersebut tidak
mungkin lagi terjadi kaku mayat.
Kaku mayat mulai terdapat sekitar 2 jam post mortem dan mencapai puncaknya
setelah 10-12 jam pos mortem, keadaan ini akan menetap selama 24 jam dan setelah 24
jam kaku mayat mulai menghilang sesuai dengan urutan terjadinya, yaitu dimulai dari
otot-otot wajah, leher, lengan, dada, perut, dan tungkai.
Adanya kejanggalan dari postur pada mayat dimana kaku mayat telah terbentuk
dengan posisi sewaktu mayat ditemukan, dapat menjadi petunjuk bahwa pada tubuh
korban telah dipindahkan setelah mati. Ini mungkin dimaksudkan untuk menutupi sebab
kematian atau cara kematian yang sebenarnya.
10
tubuh sehat sebelum meninggal, kaku mayat akan lambat dan lama, juga pada
orang yang sebelum mati banyak makan karbohidrat, maka kaku mayat akan
lambat.
• Gizi
Pada mayat dengan kondisi gizi jelek saat mati, kaku mayat akan cepat terjadi.
• Kegiatan Otot
Pada orang yang melakukan kegiatan otot sebelum meninggal maka kaku
mayat akan terjadi lebih cepat.
c) Usia
• Pada orang tua dan anak-anak lebih cepat dan tidak berlangsung lama.
• Pada bayi premature tidak terjadi kaku mayat, kaku mayat terjadi pada bayi
cukup bulan.
d) Keadaan Lingkungan
• Keadaan kering lebih lambat dari pada panas dan lembab
• Pada mayat dalam air dingin, kaku mayat akan cepat terjadi dan berlangsung
lama.
• Pada udara suhu tinggi, kaku mayat terjadi lebih cepat dan singkat, tetapi
pada suhu rendah kaku mayat lebih lambat dan lama.
• Kaku mayat tidak terjadi pada suhu dibawah 10oC, kekakuan yang terjadi
pembekuan atau cold stiffening.
e) Cara Kematian
• Pada mayat dengan penyakit kronis dan kurus, kuku mayat lebih cepat terjadi
dan berlangsung tidak lama.
• Pada mati mendadak, kaku mayat terjadi lebih lambat dan berlangsung lebih
lama.
i. Cadaveric spasme (instantaneous rigor), adalah bentuk kekakuan otot yang terjadi
pada saat kematian dan menetap. Cadaveric spasme sesungguhnya merupakan
kaku mayat yang timbul dengan intensitas sangat kuat tanpa didahului oleh
relaksasi primer. Penyebabnya adalah akibat habisnya cadangan glikogen dan
ATP yang bersifat setempat pada saat mati klinis karena kelelahan atau emosi
yang hebat sesaat sebelum meninggal. Kepentingan medikolegalnya adalah
11
menunjukkan sikap terakhir masa hidupnya. Misalnya, tangan yang
menggenggam erat benda yang diraihnya pada kasus tenggelam, tangan yang
menggenggam pada kasus bunuh diri.
ii. Heat stiffening, yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein otot oleh panas. Otot-
otot berwarna merah muda, kaku, tepi rapuh (mudah robek). Keadaan ini dapat
dijumpai pada korban mati terbakar. Pada saat stiffening serabut-serabut ototnya
memendek sehingga menimbulkan fleksi leher, siku, paha, dan lutut, membentuk
sikap petinju (pugilistic attitude). Perubahan sikap ini tidak memberikan arti
tertentu bagi sikap semasa hidup, intravitalitas, penyebab atau cara kematian.
iii. Cold stiffening, yaitu kekakuan tubuh akibat lingkungan dingin (dibawah 3,5oC
atau 40oF), sehingga terjadi pembekuan cairan tubuh, termasuk cairan sendi,
pemadatan jaringan lemak subkutan dan otot, bila cairan sendi yang membeku
menyebabkan sendi tidak dapat digerakan. Bila sendi di bengkokkan secara paksa
maka akan terdengar suara es pecah. Dan mayat yang kaku ini akan menjadi lemas
kembali bila diletakkan ditempat yang hangat, kemudian rigor mortis akan terjadi
dalam waktu yang sangat singkat.
12
3. Pembusukan
Pembusukan adalah proses degradasi jaringan yang terjadi akibat autolisis dan kerja
bakteri. Proses autolisis terjadi sebagai akibat dari pengaruh enzim yang dilepaskan oleh sel-
sel yang sudah mati. Mula-mula yang terkena ialah nucleoprotein yang terdapat pada
kromatin dan sesudah itu sitoplasmanya. Seterusnya dinding sel akan mengalami kehancuran
dan akibatnya jaringan akan menjadi lunak atau mencair.Banyak variasi dari laju dan onset
pembusukan. Media mayat memiliki peranan penting dalam kecepatan pembusukan mayat.
Menurut Casper mayat yang dikubur ditanah umunya membusuk 8x lebih lama dari pada
mayat yang terdapat di udara terbuka. Hal ini disebabkan suhu didalam tanah yang lebih
rendah terutama dikubur ditempat yang lebih dalam, terlindung dari binatang dan insekta, dan
rendahnya oksigen menghambat berkembang biaknya organisme aerobik.
Dalam pembusukan terjadi dua proses yaitu autolysis dan putrefaction. Pembusukan
adalah proses penghancuran dari jaringan tubuh yang terjadi setelah kematian akibat aktivitas
bakteri dan enzim.
A. Autolisis
Penghancuran jaringan adalah hasil dari proses enzim endogenous yang dikenal
sebagai proses autolysis. Autolysis adalah pelunakan dan pencairan jaringan yang terjadi
dalam keadaan steril. Autolisis timbul akibat kerja digestif oleh enzim yang dilepaskan sel
pascamati dan hanya dapat dicegah dengan pembekuan jaringan. Pada autolisis terjadi
pelepasan enzim yang berasal dari pankreas dan asam lambung yang berasal dari lambung.
Pankreas menghasilkan banyak enzim pencernaan diantaranya adalah amylase, lipase, dan
tripsinogen. Pada kematian, enzim ini dilepaskan oleh sel eksokrin dari pancreas dan enzim
ini mencernakan dirinya sendiri (terjadi autodigesti). Lambung terdiri dari banyak sel yang
menghasilkan enzim dan asam hidroklorida yang berperan penting dalam pencernaan. Ketika
meninggal, pepsinogen dan asam hidroklorida dilepaskan dari sel lambung dan memberikan
autodigesti dari mukosa lambung itu sendiri (gastromalasia). Jika hal ini berlangsung terus
menerus, maka akan menyebabkan perforasi dari lambung. Proses yang sama juga terjadi
pada esophagus akibat dari relaksasi sphincter esophagus sehingga cairan dari lambung masuk
ke esophagus (esofagomalasia). Akibat gastromalasia dan esofagomalasia, akan menyebabkan
perembesan isi cairan lambung ke cavum abdomen sehingga menyebabkan penghancuran
struktur organ sekitar. Ketika sel tubuh mencapai fase akhir dari proses autolisis, suasana
lingkungan sekitar menjadi anaerobik . Pada saat ini, bakteri normal pada tubuh akan mulai
13
berkembang dan mengancurkan jaringan tubuh dengan memproduksi asam, gas dan bahan-
bahan organic (fase putrefaction).
B. Putrefaction
1. Early : Organ dalam yang cepat membusuk antara lain jaringan intestinal, medula adrenal,
pankreas, otak, lien, usus, uterus gravid, uterus post partum, dan darah
2. Moderate : Organ dalam yang lambat membusuk antara lain paru-paru, jantung, ginjal,
diafragma, lambung, otot polos dan otot lurik.
3. Late : Uterus non gravid dan prostat merupakan organ yang lebih tahan terhadap
pembusukan karena memiliki struktur yang berbeda dengan jaringan yang lain yaitu jaringan
fibrousa.
14
3. Suhu Tubuh
Pada saat sesudah mati, terjadi karena adanya proses pemindahan panas dari badan ke
benda benda di sekitar yang lebih dingin secara radiasi, konduksi, evaporasi dan konveksi.
Penurunan suhu badan dipengaruhi oleh suhu lingkungan, konstitusi tubuh dan pakaian. Bila
suhu lingkugan rendah, badannya kurus dan pakaiannya tipis maka suhu badan akan menurun
lebih cepat. Lama kelamaan suhu tubuh akan sama dengan suhu lingkungan. Penentuan
waktu kematian dari suhu tubuh biasanya ditegakkan dengan menggunakan rumus berikut:
Aktivitas serangga juga dapat digunakan untuk memperkirakan saat kematian yaitu
dengan menentukan umur serangga yang biasa ditemukan pada jenazah. Necrophagus species
akan memakan jaringan tubuh jenazah. Sedangkan predator dan parasit akan memakan
serangga Necrophagus. Omnivorus species akan memakan keduanya baik jaringan tubuh
maupun serangga. Telur lalat biasanya akan mulai ditemukan pada jenazah sesudah 1-2 hari
postmortem. Larva ditemukan pada 6-10 hari postmortem. Sedangkan larva dewasa yang
akan berubah menjadi pupa ditemukan pada 12-18 hari.
Pengosongan lambung dapat dijadikan salah satu petunjuk mengenai saat kematian.
Karena makanan tertentu akan membutuhkan waktu spesifik untuk dicerna dan dikosongkan
dari lambung. Misalnya sandwich akan dicerna dalam waktu 1 jam sedangkan makan besar
membtuhkan waktu 3 sampai 5 jam untuk dicerna.
6. Tes Kimia
15
umur tulang saat kematian kurang dari 50 tahun, jika Nitrogen lebih besar dari 2,5 per
centimeter berarti umur tulang atau saat kematian kurang dari 350 tahun.
Inti protein dapat dianalisa, dengan metode Autoanalisa ataupun dengan Cromatografi
dua dimensi. Tulang segar mengandung kira-kira 15 asam amino, terutama jika yang
diperiksa dari bagian kolagen tulang. Glisin dan Alanin adalah yang terutama.Tetapi Fralin
dan Hidroksiprolin merupakan tanda yang spesifik jika yang diperiksa kolagen tulang.Jika
pada pemeriksaan Fralin dan Hidroksiprolin tidak dijumpai, diperkirakan lamanya kematian
sekitar 50 tahun.Bila hanya didapatkan Fralin dan Hidroksiprolin maka perkiraan umur saat
kematian kurang dari 500 tahun. Asam amino yang lain akan lenyap setelah beratus tahun,
sehingga jika diamati tulang-tulang dari jaman purbakala akan hanya mengandung 4 atau 5
asam amino saja. Sementara itu ditemukan bahwa Glisin akan tetap bertahan sampai masa
1000 tahun. Bila umur saat kematian kurang dari 70 -100 tahun, akan didapatkan 7 jenis asam
amino atau lebih.
Jadi banyak faktor yang mempengaruhi kecepatan membusuknya tulang, disamping
jenis tulang itu sendiri mempengaruhi. Tulang-tulang yang tebal dan padat seperti tulang
paha dan lengan dapat bertahan sampai berabad-abad, sementara itu tulang-tulang yang kecil
dan tipis akan hancur lebih cepat. Lempengan tulang tengkorak, tulang-tulang kaki dan
tulang-tulang tangan, jari-jari dan tulang tipis dari wajah akan membusuk lebih cepat, seperti
juga yang dialami tulang-tulang kecil dari janin dan bayi.
16
LO 2. Investigasi pada Kasus Pemerkosaan
3. Dokter pemeriksa mencocokkan nama tersebut dalam surat dengan korban, bila tidak
sesuai harap dilembalikan kepada penyidik
4. Buku ekspedisi milik penyidik ditanda tangan oleh petugas RS atau dokter
5. Petugas pengantar menulis nama, pangkat dan jabatan serta tanda tangan
2. Bila korban anak-anak pernyataan dibuat oleh orang tua atau wali
3. Bila korban tidak sadar, ijin keluarga atau pembuatan V e R dapat ditunda sampai
perawatan selesai
C. Pemeriksaan Korban
1. Informed consent
2. Anamnesa Pasien :
Umum :
Khusus:
17
b. Apakah korban melawan
c. Apakah korban pingsan
d. Apa ada penetrasi dan ejakulasi
e. Apa setelah kejadian korban mencuci, mandi, atau ganti pakaian
3. Memeriksa pakaian
a. Robekan
b. Kancing putus
c. Bercak darah
d. Air mani
e. Lumpur
f. Rapi atau tidak
Umum :
a. Penampilan
b. Keadaan emosional
c. Tanda bekas hilang kesadaran
d. Tanda needle mark
e. Tanda kekerasan
f. Tanda perkembangan alat kelamin sekunder, pupil, reflex cahaya, TB, BB,
TD, keadaan jantung, paru, abdomen
g. Adakah trace evidence pada tubuh korban
Khusus :
a. Rambut kemaluan yang saling melekat karena air mani mengering gunting
b. Bercak air mani kerok/swab
c. Vulva tanda kekerasan
d. Introitus vagina
e. Selaput dara tentukan orifisium perawan = 2,5cm ; persetubuhan = 9cm
f. Frenulum labiorum pudenda
g. Vagina dan cervix
18
5. Pemeriksaan Laboratorium
a. Tes Penyaring cairan mani Tes fosfatase asam, visual/taktil, UV
b. Tes Penentu cairan mani Berberio, Florence, Puranen
c. Tes Penentu spermatozoa Sediaan langsung, Malascheet Green, Baechii
d. Tes toksikologi (urin,darah)
e. Tes kehamilan
f. Tes kuman Gonorrhea
Semen merupakan cairan agak kental, berwarna putih kekuningan, keruh dan berbau
khas. Dapat mengandung/ tidak mengandung spermatozoa (pada azospermia). Mengandung
spermatozoa, sel-sel epitel, dan sel-sel lain yang tersuspensi dalam cairan yang disebut
plasma seminal yang mengandung spermin dan beberapa enzim seperti fosfatase asam.
Karena kekhasan kandungan zat ini, zat ini dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu
cairan atau bercak adalah sperma atua bukan.
Cairan mani dalam vagina untuk membuktikan adanya persetubuhan. Swab dilakukan
dengan bantuan spekulum. Dengan cotton but dilakukan swab pada forniks posterior vagina
dan permukaan mulut rahim.
19
B. Dengan pewarnaan
a. Dibuat sediaan apus dan difiksasi dengan melewatkan gelas sediaan apus
tersebut pada nyala api. Pulas dengan HE, methy lene blue atau malachite
green
b. Malachite green adalalh cara yang mudah dan baik digunakan.
Hasil : terlihat gambaran sperma: kepala (merah), leher( merah muda), ekor
(hijau)
(+) palsu dapat ditemukan pada feses, air teh, kontraseptik, sari buah dan
tumbuh-tumbuhan.
B. Reaksi Berberio
20
C. Reaksi florence
(+) palsu ekstrak jaringan berbagai organ (putih telur, ekstrak seranggga)
akan memberikan warna serupa.
Bercak manu berbatas tegas, dan lebih gelap dari sekitarnya, bercak yang
sudah agak tua berwarna agak kekuning-kuningan. Pada bahan tekstil yang tidak
menyerap, bercak yang segar akan menunjukkan permukaan mengkilap dan
translusen, kemudian akan mengering.
B. Pewarnaan baecchi
21
a. Kaca obyek ditempelkan dan ditekankan pada glans penis, terutama pada
bagian kolom, korona serta frenulum
b. Kemudian letakkan dengan spesimen menghadap ke bawah dengan specimen
menghadap ke bawah dia atas tempat yang berisi larutan lugol dengan tujuan
agar uap iodium akan mewarnai sediaan tersebut. Hasik + menunjukan sel-sel
epitel vagina dengan sitoplasma berwarna cokelat karena mengandung banyak
glikogen.
c. Untuk memastikan bahwa sel epitel berasal dari seorang wanita, perlu
ditentukan adanya kromatin seks (barr body).
Pemerkosaan pembunuhan relatif tidak sering, namun apabila terjadi akan lebih sadis
dibandingkan dengan pembunuhan yang relatif terjadi. Pada pemerkosaan - pembunuhan,
penyebab kematian biasanya jeratan, tikaman, atau cidera karena kekerasan tumpul. korban
pemerkosaan jarang tertembak . pada kasus pemerkosaan - pembunuhan, dokter, sebagai
tambahan untuk menentukan penyebab kematian, harus mencatat kejadian penyerangan
seksual dan mengumpulkan barang bukti yang dapat digunakan kemudianuntuk percobaan
menghukum pelaku
Pada tahun 1978, glikoprotein spesifik semen (p30) yang berasal dari prostat
ditemukan substansi hanya ada disemen dan tidak dapat dideteksi pada setiap cairan tubuh
perempuan. P30 terdapat pada semen yang normal. Pada laporan graves p30 ditemukan
terdeteksi di cairan vagina untuk periode rata-rata 27 jam setelah berhubungan intim
dibandingkan dengan 14 jam untuk asam fosfatase. Semua spesimen dikumpulkan lebih dari
48 jam dari hubungan intim tampak p30 negatif. Tes p30 positif menandakan adanya
hubungan kelamin/intim.
22
LO 3. Sanksi Hukum Pelaku Pemerkosaan dan Pembunuhan
1. Kasus Pemerkosaan
Tindak pidana perkosaan diatur dalam Pasal 285 KUHP yang berbunyi:
Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa perempuan yang bukan
isterinya bersetubuh dengan dia, dihukum, karena memperkosa, dengan hukuman penjara
selama-lamanya dua belas tahun.
Dari rumusan Pasal 285 KUHP di atas dapat diketahui bahwa perkosaan adalah delik
biasa, dan bukan delik aduan. Karena itu, polisi dapat memproses kasus perkosaan tanpa
adanya persetujuan dari pelapor atau korban.
Pembunuhan secara yuridis diatur dalam pasal 338 KUHP, yang mengatakan bahwa:
“Barang siapa dengan sengaja menhilangkan nyawa orang lain, karena bersalah telah
melakukan “pembunuhan” dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima belas
tahun”.
Dikatakan melakukan tindak pidana pembunuhan dengan kesengajaan, adalah
apabila orang tersebut memang menghendaki perbuatan tersebut, baik atas kelakuan maupun
akibat atau keadaan yang timbul karenanya. Namun juga mungkin tidak dikehendaki sama
sekali oleh pelakunya.
”Barang siapa yang dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa
orang lain diancam karena pembunuhan dengan rencana (“moord”), dengan pidana mati
atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh
tahun.”
Adapun yang menjadi unsur-unsur dari kejahatan yang direncanakan terlebih dahulu
(“moord”) Dari kedua pasal tersebut, yaitu pasal 338 KUHP dan pasal 340 KUHP tersebut
dapat ditarik kesimpulan , bahwa yang dimaksud dengan pembunuhan, adalah perbuatan
23
sengaja yang dilakukan orang terhadap orang lain dengan maksud untuk menghilangkan
nyawa tersebut.
Pasal 294
1) Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya, tirinya, anak angkatnya, anak di
bawah pengawannya yang belum dewasa, atau dengan orang yang belum dewasa yang
pemeliharaanya, pendidikan atau penjagaannya diannya yang belum dewasa, diancam
dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
2) Diancam dengan pidana yang sama:
a. Pejabat yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang karena jabatan adalah
bawahannya, atau dengan orang yang penjagaannya dipercayakan atau diserahkan
kepadanya,
b. Pengurus, dokter, guru, pegawai, pengawas atau pesuruh dalam penjara, tempat
pekerjaan negara, tempat pendidikan, rumah piatu, rumah sakit, rumah sakit jiwa atau
lembaga sosial, yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang dimasukkan ke
dalamnya.
1. Jinayat terhadap jiwa (jinayat an-nafsi) = jinayat yang mengakibatkan hilangnya nyawa
(pembunuhan). Pembunuhan jenis ini terbagi tiga:
24
Pembunuhan dengan sengaja oleh seorang mukallaf secara sengaja (dan terencana)
terhadap jiwa yang terlindungi darahnya, dengan cara dan alat yang biasanya dapat
membunuh.
b. Pembunuhan yang mirip dengan sengaja (syibhu al-’amdi) = Membunuh dengan cara
dan alat yang biasanya tidak membunuh.
Sanksi Hukuman : Diyat = 100 unta, di antaranya 40 ekor yang sedang hamil
Misalnya = memanah binatang buruan atau sejenisnya, namun ternyata anak panahnya
nyasar mengenai orang hingga meninggal dunia.
Sanksi Hukuman : Diyat berupa 100 ekor unta secara berangsur-angsur selama tiga
tahun.
Dan tidaklah layak bagi seorang mukmin untuk membunuh seorang mukmin (yang
lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja). Dan barangsiapa membunuh seorang mukmin
karena tersalah, (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta
membayar diyat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka
(keluarga terbunuh) bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari kaum yang memusuhimu, padahal
ia mukmin, maka (hendaklah si pembunuh) memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Dan
jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan
kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diyat yang diserahkan kepada keluarganya
(si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Barangsiapa yang tidak
memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut
25
sebagai cara tobat kepada Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.(Qs. An-
Nisa`: 92)
2. Jinayat kepada badan selain jiwa = Penganiayaan yang tidak sampai menghilangkan
nyawa:
Kejahatan terhadap jiwa atau anggota badan yg diancam hukuman serupa (qishash)
atau diyat (ganti rugi dari si pelaku kepada si korban atau walinya).Pembunuhan dengan
sengaja, semi sengaja, menyebabkan kematian karena kealpaan, penganiayaan dengan
sengaja, atau menyebabkan kelukaan tanpa sengaja.Memberikan hukuman kepada pelaku
perbuatan persis seperti apa yg dilakukan terhadap korban
1. Pembunuhan sengaja,
4. Penganiayaan sengaja,
26
5. Penganiayaan karena kesalahan (tidak sengaja).
Larangan membunuh
Yang halal darah juga adalah pembunuh, bagi dia berlaku hukum qishash yakni
diberlakukan hukuman balik oleh yang berhak atau negara melalui petugasnya. Penzina
muhshan (yang sudah kawin) adalah satu pihak yang halal darah juga dalam Islam melalui
eksekusi rajam, mengingat jelek dan bahayanya perbuatan dia yang sudah kawin tetapi masih
berzina juga. Semua pihak yang halal darah tersebut harus dieksekusi mengikut prosedur
yang telah ada dan tidak boleh dilakukan oleh seseorang yang tidak punya otaritas baginya.
Selain dari tiga pihak tersebut dengan ketentuan dan prosedurnya masing-masing
tidak boleh dibunuh, sebagaimana firman Allah swt: “...wala taqtulun nafsal latiy
harramallahu illa bilhaq...” (...jangan membunuh nyawa yang diharamkan Allah kecuali
dengan kebenaran...) (QS. al-An’am: 151). Larangan ini berlaku umum untuk semua nyawa
baik manusia maupun hewan, kecuali yang dihalalkan Allah sebagaimana terhadap tiga
model manusia di atas tadi atau hewan nakal yang mengganggu manusia dan hewan yang
disembelih dengan nama Allah.
27
Hukuman bagi pembunuh
Hukuman duniawi terhadap seorang pembunuh dalam Islam sangatlah berat yaitu
dibunuh balik sebagai hukuman qishash ke atasnya. “Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka
dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa
yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti
dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diyat) kepada yang
memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari
Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya
siksa yang sangat pedih.” (QS. al-Baqarah: 178).
Sementara hukuman ukhrawi-nya adalah dilemparkan dalam neraka oleh Allah SWT
suatu masa nanti, sesuai dengan firman-Nya: “Dan barangsiapa yang membunuh seorang
mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah
murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (QS. an-
Nisa’: 93)
Bagi pembunuh yang sudah dimaafkan oleh keluarga terbunuh sehingga bebas dari
hukuman qishash, wajib baginya membayar diyat kepada keluarga terbunuh sebanyak 100
ekor unta. Jumhur ulama sepakat dengan jumlahnya dan bagi wilayah yang tidak mempunyai
unta dapat diganti dengan lembu atau kerbau atau yang sejenis dengannya. Dalam Islam,
qishash diberlakukan karena di sana ada kelangsungan hidup umat manusia, sebagaimana
firman Allah: “Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-
orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.” (QS. al-Baqarah: 179).
Qishash ini betul-betul sebuah keadilan dalam sistem hukum pidana Islam, di mana
seseorang yang membunuh orang lain tanpa salah harus dibunuh balik. Ini sama sekali tidak
melanggar hak azasi manusia (HAM) sebagaimana diklaim orang-orang yang tidak paham
hukum Islam. Bagaimana mungkin kalau seseorang membunuh orang lain tanpa dibenarkan
agama dapat diganti dengan hukuman penjara 5-9 tahun, sementara orang yang dibunuhnya
sudah meninggal. Malah yang seperti itulah melanggar HAM, karena tidak berimbang antara
perbuatan jahat yang dilakukannya dengan hukuman terhadapnya.
Ada tiga macam jenis pembunuhan dalam Islam yang mempunyai hukum qishash
yang berbeda, yaitu pembunuhan sengaja, semi sengaja dan tidak sengaja. Pembunuhan
28
sengaja adalah seseorang sengaja membunuh orang lain yang darah dan keselamatan jiwanya
dilindungi. Yaitu dengan menggunakan alat untuk membunuh seperti senjata api dan senjata
tajam.
Tindak pidana pembunuhan secara sengaja jika memenuhi unsur-unsur: (1) orang
yang melakukan pembunuhan adalah orang dewasa, berakal, sehat, dan bermaksud
membunuh; (2) terbunuh adalah orang yang terpelihara darahnya (tidak halal untuk dibunuh);
dan (3) alat yang digunakan untuk membunuh dapat mematikan atau menghilangkan nyawa
orang. Jika pembunuh sengaja dimaafkan oleh keluarga terbunuh maka sipembunuh wajib
membayar diyat berat berupa 100 ekor unta, terdiri dari 30 ekor unta betina berumur 3-4
tahun, 30 ekor unta betina berumur 4-5 tahun, dan 40 ekor unta betina yang sedang bunting.
Pembunuhan semi sengaja adalah menghilangkan nyawa orang lain dengan alat yang
tidak biasa digunakan untuk membunuh dan tidak dimaksudkan untuk membunuh. Ia juga
harus membayar diyat berat kalau sudah dimaafkan keluarga terbunuh dengan cara
mengangsurnya selama 3 tahun. Sementara pembunuhan tidak sengaja adalah seperti orang
melempar buah mangga di pohon lalu terkena seseorang di bawah pohon mangga tersebut
sehingga mati.
Diyat bagi kasus seperti ini adalah diyat ringan, yaitu 100 ekor unta terdiri atas 20
ekor unta betina berumur 1-2 tahun, 20 ekor unta betina berumur 2-3 tahun, 20 ekor unta
jantan berumur 2-3 tahun, 20 ekor unta betina berumur 3-4 tahun, dan 20 ekor unta betina
berumur 4-5 tahun. Pihak pembunuh wajib membayarnya dengan mengangsur selama 3
tahun, setiap tahun wajib membayar sepertiganya. Kalau tidak dapat dibayar 100 ekor unta,
maka harus dibayar 200 ekor lembu atau 2.000 ekor kambing.
29
Dalil untuk itu adalah Alquran dan sunnah. Dalil Alquran antara lain firman Allah
SWT (artinya), ”Barang siapa yang dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkan
dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.” (QS Al An’aam [6] : 145). Ibnu Qayyim mengisahkan ayat ini
dijadikan hujjah oleh Ali bin Abi Thalib ra di hadapan Khalifah Umar bin Khaththab ra untuk
membebaskan seorang perempuan yang dipaksa berzina oleh seorang penggembala, demi
mendapat air minum karena perempuan itu sangat kehausan. (Abdul Qadir Audah, At Tasyri’
Al Jina`i Al Islami, Juz 2 hlm. 365; Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, Juz 7
hlm. 294).
Adapun dalil sunnah adalah sabda Nabi SAW, ”Telah diangkat dari umatku
(dosa/sanksi) karena ketidaksengajaan, karena lupa, dan karena apa-apa yang dipaksakan atas
mereka.” (HR Thabrani dari Tsauban RA. Imam Nawawi berkata, ”Ini hadits hasan”).
(Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, Juz 7 hlm. 294; Abdul Qadir Audah, At
Tasyri’ Al Jina`i Al Islami, Juz 2 hlm. 364).
Pembuktian perkosaan sama dengan pembuktian zina, yaitu dengan salah satu dari
tiga bukti (al bayyinah) terjadinya perzinaan berikut; Pertama, pengakuan (iqrar) orang yang
berbuat zina sebanyak empat kali secara jelas, dan dia tak menarik pengakuannya itu hingga
selesainya eksekusi hukuman zina. Kedua, kesaksian (syahadah) empat laki-laki Muslim
yang adil (bukan fasik) dan merdeka (bukan budak), yang mempersaksikan satu perzinaan
(bukan perzinaan yang berbeda-beda) dalam satu majelis (pada waktu dan tempat yang
sama), dengan kesaksian yang menyifati perzinaan dengan jelas. Ketiga, kehamilan (al habl),
yaitu kehamilan pada perempuan yang tidak bersuami. (Abdurrahman Al Maliki,Nizhamul
Uqubat, hlm. 34-38).
Jika seorang perempuan mengklaim di hadapan hakim (qadhi) bahwa dirinya telah
diperkosa oleh seorang laki-laki, sebenarnya dia telah melakukan qadzaf (tuduhan zina)
kepada laki-laki itu. Kemungkinan hukum syara’ yang diberlakukan oleh hakim dapat
berbeda-beda sesuai fakta (manath) yang ada, antara lain adalah sbb:
Pertama, jika perempuan itu mempunyai bukti (al bayyinah) perkosaan, yaitu
kesaksian empat laki-laki Muslim, atau jika laki-laki pemerkosa mengakuinya, maka laki-laki
itu dijatuhi hukuman zina, yaitu dicambuk 100 kali jika dia bukanmuhshan, dan dirajam
hingga mati jika dia muhshan. (Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, Juz 7 hlm.
358).
30
Kedua, jika perempuan itu tak mempunyai bukti (al bayyinah) perkosaan, maka
hukumnya dilihat lebih dahulu; jika laki-laki yang dituduh memerkosa itu orang baik-baik
yang menjaga diri dari zina (al ‘iffah an zina), maka perempuan itu dijatuhi hukuman
menuduh zina (hadd al qadzaf), yakni 80 kali cambukan sesuai QS An Nuur : 4. Adapun jika
laki-laki yang dituduh memperkosa itu orang fasik, yakni bukan orang baik-baik yang
menjaga diri dari zina, maka perempuan itu tak dapat dijatuhi hukuman menuduh zina. (Ibnu
Hazm, Al Muhalla, Juz 6 hlm. 453; Imam Nawawi, Al Majmu’ Syarah Al Muhadzdzab, Juz
20 hlm.53; Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, Juz 7 hlm. 346).
31
DAFTAR PUSTAKA
Di Maio Dominick J. and Di Maio Vincent J.M; Time of Death; Forensic Pathology;CRC
Press,Inc;1993:2
Budiyanto.1997. Ilmu Kedokteran Forensik.
Dahlan, Sofwan. 2007. Ilmu Kedokteran Forensik. Pedoman Bagi Dokter dan Penegak
Hukum. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang. 47-65.
32