Untuk dapat mengajukan upaya hukum keberatan, maka Wajib Pajak harus
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, yaitu :
1
Setelah kantor pajak melakukan proses pemeriksaan, sesuai Pasal 26 ayat (3)
UU KUP, ada 4 (empat) kemungkinan keputusan yang dapat diterbitkan atau
dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Keempat keputusan tersebut adalah :
a. Ditolak
Apabila dalam proses pemeriksaan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak
diketahui tidak terdapat cukup alasan dan bukti, maka Direktorat Jenderal Pajak
akan mengeluarkan keputusan menolak keberatan Wajib Pajak.
b. Diterima sebagian
Apabila surat keberatan Wajib Pajak setelah dilakukan pemeriksaan ternyata
hanya sebagian alasan dan bukti yang mendukung untuk dikuranginya jumlah
pajak yang tercantum dalam ketetapan pajak, maka Direktorat Jenderal Pajak
akan mengeluarkan keputusan menerima sebagian.
c. Diterima seluruhnya
Apabila dalam proses pemeriksaan diketahui adanya alasan dan bukti yang
mendukung untuk diterimanya seluruh keberatan Wajib Pajak sesuai perhitungan
Wajib Pajak maka Direktorat Jenderal Pajak akan menerbitkan keputusan
keberatan yang menerima seluruh keberatan Wajib Pajak.
2
6.2 Penyelesaian melalui Badan Penyelesaian Sengketa Pajak
1. Upaya Hukum Banding
Dalam pelaksanaan undang-undang perpajakan dimungkinkan adanya upaya
hukum dengan nama banding apabila Wajib Pajak tetap merasa tidak puas atas
keputusan keberatan yang telah dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Artinya,
terhadap surat keputusan keberatan yang diterbitkan akan menjadi dasar untuk
diajukannya upaya hukum banding ke Badan Penyelesaian Sengketa Pajak (BPSP)
yang saat ini telah diubah namanya menjadi Pengadilan Pajak sesuai UU No. 14
Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak.
Seperti halnya upaya hukum keberatan, apabila Wajib Pajak akan mengajukan
upaya hukum banding, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Permohonan diajukan secara tertulis dengan menggunakan bahasa Indonesia.
2. Permohonan diajukan jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima
Keputusan Direktur Jenderal Pajak mengenai keberatan perpajakan yang diajukan
banding, atau 60 (enam puluh) hari sejak tanggal diterimanya Keputusan Direktur
Jenderal Bea dan Cukai mengenai mengenai keberatan kepabeanan dan cukai.
Pengajuan banding 3 (tiga) bulan tidak mengikat apabila jangka waktu dimaksud
tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan pemohon banding.
3. Terhadap 1 (satu) keputusan diajukan 1 (satu) surat banding.
4. Mencantumkan alasan-alasan yang jelas dan tanggal diterima surat keputusan
yang banding.
5. Melampirkan salinan keputusan yang dibanding dan bukti-bukti pendukung
lainnya, termasuk melampirkan Surat Setoran Pajak (SSP).
6. Melunasi 50% dari jumlah yang terutang atas keputusan yang dibanding.
3
berdasarkan putusan banding dikurangi dengan pembayaran pajak yang telah dibayar
sebelum mengajukan keberatan (ayat 5d).
Gugatan diajukan oleh penggugat, ahli waris, seorang pengurus, atau kuasa
hukumnya dengan disertai alasa-alasan yang jelas, mencantumkan tanggal diterima,
pelaksanaan penagihan, atau keputusan yang digugat dan dilampiri salinan dokumen
yang digugat. Seandainya terhadap WP diterbitkan STP untuk menagih sanksi
administrasi dan WP mengajukan permohonan pengurangan atas sanksi tersebut,
maka Direktur Jenderal Pajak akan menerbitkan Keputusan berkaitan dengan STP
4
yang telah terbit. Apabila WP merasa tidak puas atas keputusan yang diterbitkan,
maka WP dapat mengajukan gugatan terhadap keputusan atas STP tersebut.
Keputusan inilah yang menjadi objek gugatan ke pengadilan pajak.