Anda di halaman 1dari 10

PERAN LEMBAGA PENEGAK HUKUM DALAM MENJAMIN KEADILAN

DAN KEDAMAIAN

DISUSUN OLEH :

MIRAH AFIZA NURAZIZAH

FEBRYAN TRI YUDO S

FEKRI FADHILLAH ATHORIQ

DWI FEGY FORTUNA

RIZKHA NUR HAJIJAH


DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA

SMA NEGERI 2 BENGKULU SELATAN


TAHUN PELAJARAN 2019/2020

Peran Lembaga Penegak Hukum dalam Menjamin

Keadilan dan Kedamaian

1. Peran Kepolisian Republik Indonesia

kepolisian Negara Republik Indonesia atau yang sering disingkat dengan Polri
merupakan lembaga negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya
keamanan dalam negeri. Selain itu, dalam bidang penegakan hukum khususnya
yang berkaitan dengan penanganan tindak pidana sebagaimana yang di atur dalam
KUHAP, Polri sebagai penyidik utama yang menangani setiap kejahatan secara
umum dalam rangka menciptakan keamanan dalam negeri, Pasal 16 Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik
Indonesia, telah menetapkan kewenangan sebagai berikut:

a. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan;

b. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara


untuk kepentingan penyidikan;

c. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka


penyidikan;

d. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa


tanda pengenal diri;

e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan


pemeriksaan perkara;

h. Mengadakan penghentian penyidikan;

i. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum

2. Peran Kejaksaan Republik Indonesia

Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintahan yang


melaksanakan kekuasaan negara secara merdeka terutama pelaksanaan tugas dan
kewenangan di bidang penuntutan dan melaksanakan tugas dan kewenangan di
bidang penyidikan dan penuntutan perkara tindak pidana korupsi dan Pelanggaran
HAM berat serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang. Pelaksanaan
kekuasaan negara tersebut diselenggarakan oleh:

a) Kejaksaan Agung, berkedudukan di ibu kota negara Indonesia dan daerah


hukumnya meliputi wilayah kekuasaan negara Indonesia.

b) Kejaksaan tinggi, berkedudukan di ibu kota provinsi dan daerah hukumnya


meliputi wilayah provinsi. Kejaksaan Tinggi dipimpin oleh seorang kepala
kejaksaan tinggi yang merupakan pimpinan dan penanggung jawab kejaksaan
yang memimpin, mengendalikan pelaksanaan tugas, dan wewenang kejaksaan
di daerah hukumnya.

c) Kejaksaan negeri, berkedudukan di ibu kota kabupaten/kota dan daerah


hukumnya meliputi wilayah kabupaten/kota. Kejaksaan Negeri dipimpin oleh
seorang kepala kejaksaan negeri yang merupakan pimpinan dan penanggung
jawab kejaksaan yang memimpin, mengendalikan pelaksanaan tugas, dan
wewenang kejaksaan di daerah hukumnya. Pada Kejaksaan Negeri tertentu
terdapat juga Cabang Kejaksaan Negeri yang dipimpin oleh Kepala Cabang
Kejaksaan Negeri.

Tugas dan wewenang kejaksaanUU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan


R.I. juga telah mengatur tugas dan wewenang Kejaksaan sebagaimana ditentukan
dalam Pasal 30, yaitu:

1) Di bidang pidana, Kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang:

a) Melakukan penuntutanMelaksanakan penetapan hakim dan putusan


pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;

b) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat,


putusan pidana pengawasan, dan keputusan bersyarat;

c) Melaksanakan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan


undang-undang;

d) Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan


pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.
2) Di bidang perdata dan tata usaha negara, Kejaksaan dengan kuasa khusus
dapat bertindak di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama
negara atau pemerintah

3) Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum, Kejaksaan turut


menyelenggarakan kegiatan:

a) Peningkatan kesadaran hukum masyarakat.

b) Pengamanan kebijakan penegakan hukum.

c) Pengamanan peredaran barang cetakan.

d) Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat


dan negara.

e) Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama.

f) Penelitian dan pengembangan hukum statistik kriminal.

Selain itu, Pasal 31 UU No. 16 Tahun 2004 menegaskan bahwa


Kejaksaan dapat meminta kepada hakim untuk menetapkan seorang terdakwa
di rumah sakit atau tempat perawatan jiwa, atau tempat lain yang layak
karena bersangkutan tidak mampu berdiri sendiri atau disebabkan oleh
hal-hal yang dapat membahyakan orang lain, lingkungan atau dirinya sendiri.
Pasal 32 Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 tersebut menetapkan
bahwa di samping tugas dan wewenang tersebut dalam undang-undang ini,
Kejaksaan dapat diserahi tugas dan wewenang lain berdasarkan
undang-undang. Selanjutnya Pasal 33 mengatur bahwa dalam melaksanakan
tugas dan wewenangnya, Kejaksaan membina hubungan kerjasama dengan
badan penegak hukum dan keadilan serta badan negara atau instansi lainnya.
Kemudian Pasal 34 menetapkan bahwa Kejaksaan dapat memberikan
pertimbangan dalam bidang hukum kepada instalasi pemerintah lainnya

3. Peran Hakim dalam Pelaksanaan Kekuasaan


Di Indonesia, perwujudan kekuasaan kehakiman ini diatur sepenuhnya
dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 48 tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman, yang merupakan penyempurnaan dari Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.
Berdasarkan undang-undang tersebut, kekuasaan kehakiman di Indonesia
dilakukan oleh Mahkamah Agung, badan peradilan yang berada di bawah
Mahkamah Agung meliputi badan peradilan yang berada di lingkungan Peradilan
Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara,
serta oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Hakim sendiri tidak boleh dipengaruhi
oleh kekuasaan-kekuasaan lain dalam memutuskan perkara

Pengadilan secara umum mempunyai tugas yaitu ;

1) mengadili perkara menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan


orang.

2) Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa, mengadili dan


memutus suatu perkara yang diajukukan dengan dalih bahwa hukum
tidak ada atau kurang.

3) pengadilan wajib memeriksa dan mengadili setiap perkara peradilan


yang masuk.

4. Peran Advokat dalam Penegakan Hukum


Advokat disebut juga penasihat hukum adalah orang yang diberi kuasa
untuk memberi bantuan di bidang hukum baik perdata atau pidana kepada yang
memerlukannya, baik berupa nasehat (konsultasi) maupun bantuan hukum aktif
baik di dalam maupun di luar pengadilan dengan jalan mewakili, mendampingi,
membela dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentigan hukum para
pengguna jasanya. Keberadaan advokat sebagai salah satu penegak hukum
diatur dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2003
tentang Advokat.

Tugas dari advokat secara khusus adalah membuat dan mengajukan


gugatan, jawaban, tangkisan, sangkalan, memberi pembuktian, mendesak
segera disidangkan atau diputuskan perkaranya dan sebagainya. Di samping itu,
pengacara bertugas membantu hakim dalam mencari kebenaran dan tidak boleh
memutar balikkan peristiwa demi kepentingan kliennya agar kliennya menang
dan bebas. Oleh karena itu, dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan
Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2003, seorang advokat
mempunyai hak dan kewajiban. Adapun yang menjadi hak advokat adalah:

a. Advokat bebas mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela


perkara yang menjadi tanggung jawabnya di dalam sidang pengadilan
dengan tetap berpegang pada kode etik profesi dan peraturan
perundang-undangan.

b. Advokat bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk membela perkara


yang menjadi tanggung jawabnya dengan tetap berpegang pada kode etik
profesi dan peraturan perundang-undangan.
c. Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam
menjalankan tugas profesinya dengan iktikad baik untuk kepentingan
pembelaan klien dalam sidang pengadilan.

d. Advokat berhak atas kerahasiaan hubungannya dengan klien, termasuk


perlindungan atas berkas dan dokumennya terhadap penyitaan atau
pemeriksaan dan perlindungan terhadap penyadapan atas komunikasi
elektronik advokat.

e. Advokat tidak dapat diidentikkan dengan kliennya dalam membela perkara


klien oleh pihak yang berwenang dan/atau masyarakat.

5. Peran Komisi Pemberantasan Korupsi

Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (biasa disingkat KPK)


adalah lembaga negara yang dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan
hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. KPK bersifat
independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan mana pun dalam melaksanakan
tugas dan wewenangnya.

Komisi ini didirikan berdasarkan kepada Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 30 Tahun 2002 mengenai Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Dalam pelaksanaan tugasnya, KPK berpedoman kepada lima asas, yaitu:
kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas, kepentingan umum, dan
proporsionalitas. KPK bertanggung jawab kepada publik dan menyampaikan
laporannya secara terbuka dan berkala kepada Presiden, DPR, dan BPK.
Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai tugas

1) Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan


tindak pidana korupsi.

2) Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan t


indak pidana korupsi.

3) Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana


korupsi.

4) Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi.

5) Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.

Dalam melaksanakan tugas koordinasi, Komisi Pemberantasan Korupsi


berwenang

1) Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana


korupsi.

2) Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana


korupsi.

3) Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi


kepada instansi yang terkait.

4) Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang


berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi.

5) Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi.

Anda mungkin juga menyukai