Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan aktivitas yang paling sering terjadi dalam
kehidupan kita. Sejak bangun tidur di pagi hari hingga kembali berangkat tidur
di malam hari, rata-rata manusia menghabiskan sekitar 70% dari waktunya
untuk berkomunikasi.
Para ahli komunikasi bahkan mensinyalir bahwa berkat komunikasi
manusia mampu mengembangkan kualitas kemanusiaannya. Seorang bayi
dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang mampu
melahirkan ide-ide baru berkat proses komunikasi yang berlangsung secara
terus-menerus dengan orang-orang di sekitarnya. Sebaliknya, terasa sulit
dibayangkan bahwa seorang bayi yang dibesarkan dalam lingkungan yang sepi
dan bisu menjadi manusia dewasa yang normal.
Komunikasi adalah usaha menyalurkan pesan atau pengertian.
Komunikasi dikatakan sempurna apabila penerima (receiver) dapat menangkap
pesan atau pengertian sesuai dengan yang dimaksudkan oleh pengirim
(sender). Namun perlu dicatat bahwa komunikasi tidak boleh dirancukan
dengan kesepakatan-kesepakatan. Dalam komunikasi seorang penerima pesan
dapat saja menolak atau tidak sependapat dengan isi pesan yang diterimanya.
Jadi yang dipentingkan dalam komunikasi adalah penyampaian dan
pemahaman isi pesan yang disalurkan.
Dari pengertian di atas, komunikasi tidaklah semata-mata menyangkut
seorang pembicara atau pendengar. Komunikasi memiliki kompleksitas yang
dapat ditelusuri berdasarkan jenis-jenisnya, yakni: verbal - nonverbal, lisan -
tertulis, resmi - takresmi, sadar - taksadar, manusiawi - mesin.
Pada pembahasan kali ini akan dijelaskan beberapa hal yang
berhubungan dengan dasar komunikasi secara rinci dan sederhana. Saat
berinteraksi dengan orang lain pastinya ada tujuan yang diharapkan. Tujuan
tersebut dapat dicapai bilamana komunikasi dapat berjalan dengan baik,
sehingga tidak ada kesalahan komunikasi. Ingatlah bahwa komunikasi

1
merupakan sebuah aset penting sebagai nilai tambah kepribadian seseorang,
oleh karena itu buatlah pembicaraan anda menjadi komunikasi yang efektif.

B. Ruang Lingkup Bahasan


Pada makalah ini, kami sebagai penulis hanya membahas mengenai
dasar-dasar dalam komunikasi, yaitu mengenai:
1. Pengertian komunikasi
2. Unsur-unsur dalam komunikasi
3. Proses komunikasi
4. Jenis-jenis komunikasi
5. Komunikasi pada berbagai tingkat usia atau perkembangan
6. Komunikasi pada tatanan pelayanan

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penilisan makalah ini yaitu:
1. Tujuan khusus
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai syarat terselesaikannya
tugas mata kuliah komunikasi keperawatan yang diberikan pada kami
sebagai penulis.
2. Tujuan umum
Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah:
a. Mahasiswa mampu mengetahui tentang pengertian komunikasi.
b. Mahasiswa dapat mengetahui unsur-unsur dalam komunikasi.
c. Mahasiswa dapat mengetahui proses komunikasi.
d. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis komunikasi.
e. Mahasiswa dapat mengetahui komunikasi pada berbagai tingkat usia
atau perkembangan.
f. Mahasiswa mampu mengetahui komunikasi pada tatanan pelayanan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi atau proses
pemberian arti sesuatu antara dua atau lebih orang dan lingkungannya bisa melalui
simbol, tanda atau perilaku yang umum, dan biasanya terjadi dua arah.
Banyak pendapat dari berbagai pakar mengenai definisi komunikasi, namun
jika diperhatikan dengan seksama dari berbagai pendapat tersebut mempunyai
maksud yang hampir sama. Menurut Hardjana, sebagaimana dikutip oleh Endang
Lestari G (2003) secara etimologis komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu cum,
sebuah kata depan yang artinya dengan, atau bersama dengan, dan kata umus,
sebuah kata bilangan yang berarti satu. Dua kata tersebut membentuk kata benda
communio, yang dalam bahasa Inggris disebut communion, yang mempunyai
makna kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan, atau hubungan.
Karena untuk ber-communio diperlukan adanya usaha dan kerja, maka
katacommunion dibuat kata kerja communicare yang berarti membagi sesuatu
dengan seseorang, tukar menukar, membicarakan sesuatu dengan orang,
memberitahukan sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap, bertukar pikiran,
berhubungan, atau berteman. Dengan demikian, komunikasi mempunyai makna
pemberitahuan, pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran atau hubungan.
Evertt M. Rogers mendefinisikan komunikasi sebagai proses yang di
dalamnya terdapat suatu gagasan yang dikirimkan dari sumber kepada penerima
dengan tujuan untuk merubah perilakunya. Pendapat senada dikemukakan oleh
Theodore Herbert, yang mengatakan bahwa komunikasi merupakan proses yang
didalamnya menunjukkan arti pengetahuan dipindahkan dari seseorang kepada
orang lain, biasanya dengan maksud mencapai beberapa tujuan khusus. Selain
definisi yang telah disebutkan di atas, pemikir komunikasi yang cukup terkenal
yaitu Wilbur Schramm memiliki pengertian yang sedikit lebih detil. Menurutnya,
komunikasi merupakan tindakan melaksanakan kontak antara pengirim dan
penerima, dengan bantuan pesan; pengirim dan penerima memiliki beberapa

3
pengalaman bersama yang memberi arti pada pesan dan simbol yang dikirim oleh
pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima (Suranto : 2005).
Tidak seluruh definisi dikemukakan di sini, akan tetapi berdasarkan definisi yang
ada di atas dapat diambil pemahaman bahwa :
1. Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses penyampaian
informasi.
Dilihat dari sudut pandang ini, kesuksesan komunikasi tergantung kepada
desain pesan atau informasi dan cara penyampaiannya. Menurut konsep ini
pengirim dan penerima pesan tidak menjadi komponen yang menentukan.
2. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan dari seseorang kepada
orang lain.
Pengirim pesan atau komunikator memiliki peran yang paling menentukan
dalam keberhasilan komumikasi, sedangkan komunikan atau penerima
pesan hanya sebagai objek yang pasif.
3. Komunikasi diartikan sebagai proses penciptaan arti terhadap gagasan atau
ide yang disampaikan.
Pemahaman ini menempatkan tiga komponen yaitu pengirim, pesan, dan
penerima pesan pada posisi yang seimbang. Proses ini menuntut adanya
proses encoding oleh pengirim dandecoding oleh penerima, sehingga
informasi dapat bermakna.

Maka Komunikasi dapat disimpulkan sebagai suatu proses, bukan sesuatu


yang bersifat statis. Komunikasi memerlukan tempat, dinamis, menghasilkan
perubahan dalam usaha mencapai hasil, melibatkan interaksi bersama, serta
melibatkan suatu kelompok. Pengirim pesan melakukan encode, yaitu
memformulasikan pesan yang akan disampaikannya dalam bentuk code yang
sedapat mungkin dapat ditafsirkan oleh penerima pesan.Penerima pesan kemudian
menafsirkan atau men-decode code yang disampaikan oleh pengirim pesan.
Berhasil tidaknya komunikasi atau tercapai tidaknya tujuan komunikasi tergantung
dari ketiga komponen tersebut.

4
B. Unsur – Unsur Komunikasi
Pada dasarnya komponen komunikasi ada lima, yaitu sebagai berikut:
1. Pengirim pesan adalah individu atau orang yang mengirim pesan.
2. Pesan adalah informasi yang akan disampaikan oleh pengirim.
3. Saluran adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Antara
lain:
a. Channel merupakan gelombang suara dan cahaya diudara yang
berfungsi sebagai saluran. Contohnya, apabila dua orang berbicara
tatap muka, gelombang suara dan cahaya diudara berfungsi sebagai
saluran atau apabila pembicaraan itu melalui surat, gelombang cahaya
sebagai saluran yang memungkinkan kita melihat huruf pada surat
tersebut.
b. Buku, surat kabar, film, dan televisi merupakan alat untuk
menyampaikan pesan, tetapi saluran pokoknya tetap gelombang suara
dan cahaya.
c. Alat indra, seperti indra penciuman, indra perasa, dan indra peraba.
4. Penerima pesan adalah orang yang menerima pesan, menganalisis, serta
enginterpretasikan isi pesan yang diterima.
5. Umpan balik (feedback) adalah respons terhadap pesan yang diterima dari
pengirim pesan. Umpan balik ini membantu memberikan kejelasan kepada
pengirim bahwa pesan yang dikirim dapat diterima oleh penerima atau
sebaliknya.

C. Proses Komunikasi
Dilihat dari prosesnya, komunikasi dibedakan atas komunikasi verbal
dan komunikasi nonverbal.
1. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal dapat diartikan sebagai komunikasi yang
melibatkan bahasa atau perkataan. Komunikasi verbal dapat disuarakan
maupun ditulis. Dalam hal ini, kualitas suara; kecepatan; dan intonasi turut
menjadi unsur yang harus diperhatikan dalam komunikasi verbal. Dalam

5
komunikasi verbal, pilihan kata yang baik adalah kunci dari keberhasilan
komunikasi ini. Kata-kata membentuk realitas, sehingga mengandung
kekuatan yang luar biasa.

2. Komunikasi Non Verbal


Komunikasi non verbal yaitu komunikasi yang diungkapkan melalui
pakaian dan setiap kategori benda lainnya, komunikasi dengan gerak
sebagai sinyal, dan komunikasi dengan tindakan atau gerakan tubuh.
Komunikasi non verbal memiliki peran penting dalam melengkapi
efektifitas komunikasi verbal, terutama saat komunikasi dilakukan secara
tatap muka. Hal-hal yang dapat diperhatikan dari komunkasi non verbal
adalah ekspresi mata, kontak mata, pakaian, gaya rambut, sikap tubuh
(santai, wibawa, dan lain sebagainya), dan masih banyak lagi.

D. Jenis - Jenis Komunikasi


Terlalu sering orang membayangkan komunikasi berlangsung pada dua
orang. Dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya kita melakukan beberapa jenis
komunikasi sebagai berikut:
1. Komunikasi Intrapersonal
Jenis atau tingkat paling dasar dan penting dari komunikasi adalah
komunikasi intrapersonal. Pada tingkat ini individu mengirim dan
menerima pesan secara pribadi. Seseorang bayi yang baru dilahirkan
melakukan komunikasi intrapersonal melalui tangisan sebelum ia mampu
mengkamunikasikan rasa lapar, sakit, panas, atau pengalaman lainnya pada
orang lain. Pada orang dewasa komunikasi intrapersonal sering
berlangsung pada saat seseorang melakukan meditasi atau renungan.
Seorang manajer yang harus menurunkan kebijakan baru yang menyangkut
persoalan etis biasanya akan tenggelam dalam komunikasi intrapersonal.
2. Komunikasi Interpersonal
Kemampuan seseorang melakukan komunikasi intrapersonal akan
sangat membantu komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi.

6
Ini karena dalam komunikasi interpersonal sangat diperlukan selain
pemahaman atas teman bicara juga pemahaman atas diri pribadi maupun
topik yang dibicarakan. Dalam level ini komunikasi sangat berfungsi untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi individu perseorangan.
Seorang atasan biasanya akan sangat menghargai masukan dari
bawahannya melalui komunikasi jenis ini ketimbang protes-protes yang
melibatkan gerakan massa. Sebaliknya, seorang bawahan akan merasa
terhormat apabila sekali waktu atasannya mau menyempatkan diri untuk
berbincang secara interpersonal.
3. Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok merujuk pada komunikasi yang dilakukan
sekelompok kecil orang (small-group communication). Kelompok sendiri
merupakan sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang
berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, saling
mengenal satu sama lain, dan memandang mereka sebagai bagian dari
kelompok tersebut. Komunikasi antarpribadi berlaku dalam komunikasi
kelompok.
4. Komunikasi Publik
Komunikasi publik adalah komunikasi antara seorang pembicara
dengan sejumlah orang (khalayak), yang tidak bisa dikenali satu persatu.
Komunikasi publik meliputi ceramah, pidato, kuliah, tabligh akbar, dan
lain-lain. Ciri-ciri komunikasi publik adalah: berlangsung lebih formal;
menuntut persiapan pesan yang cermat, menuntut kemampuan
menghadapi sejumlah besar orang; komunikasi cenderung pasif; terjadi di
tempat umum yang dihadiri sejumlah orang; merupakan peristiwa yang
direncanakan; dan ada orang-orang yang ditunjuk secara khusus
melakukan fungsi-fungsi tertentu.
6. Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi (organizational communication) terjadi
dalam suatu organisasi, bersifat formal dan informal, dan berlangsung
dalam jaringan yang lebih besar dari komunikasi kelompok. Komunikasi

7
organisasi juga melibatkan komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi,
dan komunikasi publik tergantung kebutuhan.
7. Komunikasi Massa
Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang
menggunakan media massa cetak maupun elektronik yang dikelola sebuah
lembaga atau orang yang dilembagakan yang ditujukan kepada sejumlah
besar orang yang tersebar, anonim, dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat
umum, disampaikan secara serentak, cepat dan selintas.

E. Komunikasi Dalam Tatanan Pelayanan


Manusia sebagai mahluk sosial tentunya selalu memerlukan orang lain
dalam menjalankan dan mengembangkan kehidupannya. Hubungan dengan
orang lain akan terjalin bila setiap individu melakukan komunikasi diantara
sesamanya. Kepuasan dan kenyamanan serta rasa aman yang dicapai oleh
individu dalam berhubungan sosial dengan orang lain merupakan hasil dari
suatu komunikasi. Komunikasi dalam hal ini menjadi unsur terpenting dalam
mewujudkan integritas diri setiap manusia sebagai bagian dari sistem sosial.
Komunikasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari memberikan
dampak yang sangat penting dalam kehidupan, baik secara individual maupun
kelompok. Komunikasi yang terputus akan memberikan dampak pada
buruknya hubungan antar individu atau kelompok.
Tatanan klinik seperti rumah sakit yang dinyatakan sebagai salah satu
sistem dari kelompok sosial mempunyai kepentingan yang tinggi pada unsur
komunikasi. Komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal
utama untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada
konsumennya. Konsumen dalam hal ini juga menyangkut dua sisi yaitu
konsumen internal dan konsumen eksternal. Konsumen internal melibatkan
unsur hubungan antar individu yang bekerja di rumah sakit, baik hubungan
secara horisontal ataupun hubungan secara vertikal. Hubungan yang terjalin
antar tim multidisplin termasuk keperawatan, unsur penunjang lainnya, unsur
adminitrasi sebagai provider merupakan gambaran dari sisi konsumen internal.

8
Sedangkan konsumen eksternal lebih mengarah pada sisi menerima jasa
pelayanan, yaitu klien baik secara individual, kelompok, keluarga maupun
masyarakat yang ada di rumah sakit. Seringkali hubungan buruk yang terjadi
pada suatu rumah sakit, diprediksi penyebabnya adalah buruknya sistem
komunikasi antar individu yang terlibat dalam sistem tersebut.
Ellis (2000) menyatakan jika hubungan terputus atau menjadi sumber
stres, pada umumnya yang ditunjuk sebagai penyebabnya adalah komunikasi
yang buruk. Keperawatan yang menjadi unsur terpenting dalam memberikan
pelayanan dalam hal ini perawat berperan sebagai provider. Fokus perhatian
terhadap buruknya komunikasi juga terjadi pada tim keperawatan. Hal ini
terjadi karena beberapa sebab diantaranya adalah:
1. Lemahnya pemahaman mengenai penggunaan diri secara terapeutik saat
melakukan intraksi dengan klien.
2. Kurangnya kesadaran diri para perawat dalam menjalankan komunikasi
dua arah secara terapeutik.
3. Lemahnya penerapan sistem evaluasi tindakan (kinerja) individual yang
berdampak terhadap lemahnya pengembangan kemampuan diri sendiri.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka perlu diupayakan suatu hubungan


interpersonal yang mencerminkan penerapan komunikasi yang lebih
terapeutik. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalkan permasalahan yang
dapat terjadi pada komunikasi yang dijalin oleh tim keperawatan dengan
kliennya. Modifikasi yang perlu dilakukan oleh tim keperawatan adalah
melakukan pendekatan dengan berlandaskan pada model konseptual sebagai
dasar ilmiah dalam melakukan tindakan keperawatan. Sebagai contoh adalah
melakukan komunikasi dengan menggunakan pendekatan model konseptual
proses interpersonal yang dikembangkan oleh Hildegard E.Peplau.

F. Komunikasi dengan Pelanggan


Komunikasi yang efektif adalah salah satu cara yang tepat untuk
mencapai sebuah kesepakatan diantara dua pihak atau lebih karena pengertian

9
komunikasi menurut para ahli adalah penukaran pesan yang sangat berguna
bagi dua atau lebih pihak yang terlibat didalamnya. Dan berikut adalah 7 cara
membangun komunikasi efektif dalam pelayanan:
1. Menjadi Pendengar Yang Baik
Cara pertama dalam 7 cara membangun komunikasi efektif dalam
pelayanan adalah menjadi seorang pendengar yang baik. Selain efektif
dalam pelayanan, menjadi pendengar yang baik merupakan cara yang
penting dalam komunikasi bisnis. Hal ini karena dengan mendengar,
akan muncul sebuah pengertian dan rasa saling menghormati sehingga
berbagai permasalahan yang muncul dapat diselesaikan dengan mudah.
Menjadi seorang pendengar merupakan cara yang tepat untuk
menyelesaikan konflik dalam komunikasi. Terlebih dalam sebuah
pelayanan dimana komunikasi merupakan kunci untuk saling berbagi
informasi dan saling membantu satu sama lain dalam menghadapi
permasalahan yang sedang dihadapi.
2. Jangan Memotong Pembicaraan
Memotong pembicaraan masih menjadi sebuah kebiasaan bagi
banyak orang saat sedang berkomunikasi karena salah satu dari mereka
merasa lebih tahu dibanding yang lainnya. Inilah hal lain yang harus
dihindari untuk membangun komunikasi efektif dalam pelayanan.
Jangan sampai pelayan lebih banyak bicara dibandingkan orang
yang dilayani karena hal itu bisa menimbulkan rasa kurang nyaman dan
bosan. Memotong pembicaraan termasuk salah satu etika
komunikasi dalam berbicara yang terkadang masih sering dilakukan
padahal cara ini merupakan salah satu cara mencapai komunikasi dalam
lingkungan bisnis yang paling ampuh untuk diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Memberikan Perhatian Penuh
Harus memberikan perhatian yang penuh terhadap orang atau
pelanggan yang sedang dilayani. Memberi perhatian yang penuh kepada
permasalahan yang sedang dihadapi merupakan salah satu pola

10
komunikasi organisasi yang penting untuk diterapkan sehingga
kebijakan yang dikeluarkan tepat sasaran.
Memberikan perhatian yang penuh dalam berkomunikasi sangat
penting untuk mendapatkan komunikasi yang efektif dimana anda
hanya perlu berkomunikasi sedikit untuk mendapatkan apa yang hendak
dicapai. Memberikan perhatian yang penuh kepada pelanggan yang
sedang dilayani akan membuat orang tersebut merasa dihargai karena
menjadi pusat perhatian dari pelayannya. Dengan ini diharapkan
pelanggan tersebut mengeluarkan uneg-unegnya sehingga pelayanan
yang diberikan bisa lebih maksimal.
4. Memberikan Respon
Ada beberapa tahap komunikasi yang harus dipenuhi untuk
mencapai komunikasi efektif dalam pelayanan dimana salah satunya
adalah memberikan respon. Masih berkaitan dengan memberikan
perhatian penuh, memberikan respon akan membuat seseorang merasa
didengarkan dan dihargai keberadaannya. Jika pelayan tidak
memberikan respon atau cuek terhadap komunikasi yang dilakukan oleh
orang yang sedang dilayani maka komunikasi yang sedang terjadi
menjadi tidak efektif.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Komunikasi adalah suatu proses, bukan sesuatu yang bersifat statis.


Komunikasi memerlukan tempat, dinamis, menghasilkan perubahan dalam usaha
mencapai hasil, melibatkan interaksi bersama, serta melibatkan suatu kelompok.

Pengirim pesan melakukan encode, yaitu memformulasikan pesan yang


akan disampaikannya dalam bentuk code yang sedapat mungkin dapat ditafsirkan
oleh penerima pesan.Penerima pesan kemudian menafsirkan atau men-decode
codeyang disampaikan oleh pengirim pesan. Berhasil tidaknya komunikasi atau
tercapai tidaknya tujuan komunikasi tergantung dari ketiga komponen tersebut.

Dilihat dari prosesnya, komunikasi dibedakan atas komunikasi verbal dan


komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan
menggunakan bahasa, baik bahasa tulis maupun bahasa lisan. Sedangkan
komunikasi nonoverbal adalah komunikasi yang menggunakan isyarat, gerak gerik,
gambar, lambing, mimik muka, dan sejenisnya.

B. Saran
Setelah mambaca makalah ini kami mengharapkan kita sebagai calon tenaga
kesehatan dapat memahami betul tentang cara berkomunikasi yang baik terutama
komunikasi kepada pasien, keluarga pasien, teman sejawat, atau orang lain. Serta
mengetahui hambatan yang dapat mempengaruhi komunikasi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2000), Perilaku Pelayanan Prima, Diklat Pelayanan Prima, LAN RI,
Jakarta.

Anonim, (2000), Management Kualitas Pelayanan Prima, PT Pinter Konsultama,


Jakarta.

https://pakarkomunikasi.com/cara-membangun-komunikasi-efektif-dalam-
pelayanan

https://www.academia.edu/37500525/BAB_I_PENDAHULUAN_KOMUNIKASI_
KEPERAWATAN

13

Anda mungkin juga menyukai