Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

INFEKSI NOSOKOMIAL
DI RUANG 29 RSUD dr SAIFUL ANWAR MALANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Departemen Medikal Bedah

Oleh:

PSIK BRAWIJAYA MALANG


STIKES KEPANJEN MALANG
MALANG
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Cara Mencegah Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit RSUD


Syaiful Anwar Malang
Sasaran : Keluarga klien di Ruang 29 RSSA
Tempat : Ruang Tunggu Keluarga Pasien Ruang 29
Hari/Tanggal : Kamis, 19 September 2019
Alokasi Waktu: 30 menit
Penyuluh : Mahasiswa Keperawatan

A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan tempat perawatan dan pengobatan untuk seseorang yang
mengalami gangguan kesehatan. Pasien yang datang dengan berbagai keluhan penyakit
bisa menyebabkan tempat ini dihinggapi banyak kuman dan virus. Jika pasien,
pengunjung, bahkan petugas medis rumah sakit kurang menjaga kebersihan diri maka
dikhawatirkan dapat terkena infeksi nosokomial.
Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar
tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah
ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection
atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh
mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya
(Soeparman, 2001).
Survey prevalensi yang dilakukan oleh WHO terhadap 55 rumah sakit di 14
negara mewakili 14 daerah WHO (Eropa, Mediterania timur, Asia Selatan – Timur, dan
Pasifik Barat) menunjukkan rata-rata 8,7% pasien di rumah sakit menderita infeksi
nosokomial. Tingkat infeksi nosokomial di Asia dilaporkan lebih dari 40% (Alvarado
2000).
Pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan penunggu pasien merupakan
kelompok yang berisiko mendapat infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat terjadi melalui
penularan dari pasien kepada petugas, dari pasien ke pasien lain, dari pasien kepada
pengunjung atau keluarga maupun dari petugas kepada pasien. Terlebih dengan adanya
penyakit seperti MRSA dan Mers yang dapat menginfeksi siapa saja dengan tingkat
penularan melalui kontak dan udara. Oleh karena itu kelompok tertarik untuk
memberikan penyuluhan tentang cara mencegah infeksi nosokomial di RSUD dr. Saiful
Anwar, Malang.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang infeksi nosokomial, diharapkan
pasien dan keluarga memahami tentang pengertian, jenis, dan cara pencegahan
infeksi nosokomial.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang infeksi nosokomial, diharapkan
pasien dan keluarga memahami:
a. Pengertian infeksi nosokomial
b. Rantai penularan infeksi
c. Cara mencegah infeksi nosokomial

C. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Topik
Cara pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit
2. Sasaran dan Target
Sasaran : Semua pengunjung yang datang ke Ruang Rawat Inap 29
RSUD Dr. Saiful Anwar
Target : Keluarga pasien yang dirawat di Ruang Rawat Inap 29 RSUD
Dr. Saiful Anwar
3. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Diskusi
4. Media dan Alat
a. PPT Materi Penyuluhan
b. Laptop
5. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : 19 September 2019
Waktu : 09.00 WIB
Tempat: Ruang Tunggu Keluarga Pasien R. 29 RSUD dr. Saiful Anwar Malang
6. Pengorganisasian
a. Penanggung Jawab : Niecho Iswahyu O.
b. Moderator : Yulis
c. Pemateri : Richard dan Tutik
d. Observer : Arifah Nur Wulandari
e. Fasilitator : Fitria dan Tito
7. Uraian Tugas
a. Penanggung jawab
Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan penyuluhan
b. Moderator
1) Membuka acara
2) Memperkenalkan mahasiswa dan pembimbing
3) Menjelaskan topik dan tujuan penyuluhan
4) Menjelaskan kontrak waktu
5) Menyerahkan jalannya penyuluhan kepada pemateri
6) Mengarahkan alur diskusi
7) Memimpin jalannya penyuluhan
8) Meyimpulkan penyuluhan
9) Menutup acara
c. Fasilitator
1) Memotivasi peserta agar berperan aktif
2) Membuat absensi penyuluhan
3) Mengantisipasi suasana yang dapat mengganggu kegiatan penyuluhan
d. Observer
1) Mengawasi proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir
2) Membuat laporan penyuluhan yang telah dilaksanakan

8. Setting Tempat
L
C
D

Ket :
: Presenter : Pembimbing

: audiens : Moderator

: Observer : Fasilitator

D. KEGIATAN PENYULUHAN
No. Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta
1. 5 menit Pembukaan :
 Membuka kegiatan dengan mengucapkan  Menjawab salam
salam.
 Memperkenalkan anggota kelompok dan  Mendengarkan
pembimbing
 Menjelaskan tujuan dari penyuluhan.  Memperhatikan
 Menyebutkan materi yang akan  Memperhatikan
diberikan.
 Membuat kontrak waktu  Menyetujui kontrak

2. 15 menit Pelaksanaan :  Mengajukan pendapat


 Menggali pengetahuan peserta tentang  Mendengar dan
pengertian infeksi nosokomial memperhatikan
 Memberikan reinforcement positif atas  Mendengar dan
pendapat peserta memperhatikan
 Menjelaskan tentang pengertian infeksi  Mengajukan pendapat
nosokomial
 Menggali pengetahuan peserta tentang  Mendengarkan
rantai penularan infeksi
 Memberikan reinforcement positif atas  Mendengar dan
pendapat peserta memperhatikan
 Menjelaskan tentang rantai penularan  Mengajukan pendapat
infeksi
 Menggali pengetahuan peserta tentang  Mendengarkan
cara mencegah infeksi nosokomial
 Memberikan reinforcement positif atas  Mendengar dan
pendapat peserta memperhatikan
 Menjelaskan tentang cara mencegah  Mendengar dan
infeksi nosokomial memperhatikan
 Mendemonstrasikan cara mencuci tangan  Ikut serta
yang benar mendemonstrasikan
 Mengajak peserta untuk ikut serta mencuci tangan yang
mendemonstrasikan cara mencuci tangan benar
yang benar
3. 5 menit Evaluasi :
 Memberi kesempatan peserta untuk Mengajukan pertanyaan
memberikan pertanyaan  Mendengarkan
 Memberikan reinforcement pada peserta
yang mengajukan pertanyaan  Mendengarkan
 Menjawab pertanyaan peserta  Mengajukan pendapat
 Moderator melakukan evaluasi tentang:
 Pengertian infeksi nosokomial
 Rantai penularan infeksi
 Cara pencegahan infeksi nosokomial
 Moderator menyimpulkan materi
penyuluhan  Mendengarkan
 Moderator memberikan salam

 Menjawab salam

E. EVALUASI
1. Evaluasi struktur
a. Mahasiswa dan audien berada pada posisi yang sudah direncanakan
b. Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan
c. Pre Planning telah disetujui
d. 75% audiens menghadiri penyuluhan
2. Evaluasi proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
b. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
c. 70% audiens mengikuti kegiatan penyuluhan sampai selesai
d. 70% audiens berperan aktif selama kegiatan berjalan
e.
3. Evaluasi hasil
Sesuai dengan TIK, diharapkan peserta mengikuti penyuluhan mampu
menyebutkan :
a. Pengertian infeksi nosokomial
b. Rantai penularan infeksi
c. Pencegahan terjadinya infeksi nosokomial
d. Peserta mampu mencobakan cara mencuci tangan dengan benar

Lampiran Materi Penyuluhan

INFEKSI NOSOKOMIAL

A. Pengertian
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang
disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama
seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama
seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial
(Harrison, 2001).

B. Faktor Penyebab Perkembangan Infeksi Nosokomial


1. Bakteri
Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh manusia yang sehat.
Keberadaan bakteri di sini sangat penting dalam melindungi tubuh dari datangnya bakteri
patogen
2. Virus
Banyak kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh berbagai macam virus, termasuk
hepatitis B dan C dengan media penularan dari transfusi, dialisis, suntikan. Hepatitis dan
HIV ditularkan melalui pemakaian jarum suntik dan transfusi darah
3. Parasit dan jamur
Beberapa parasit seperti giardia lamblia dapat menular dengan mudah ke orang dewasa
maupun anak-anak. Banyak jamur dan parasit dapat timbul selama pemberian obat
antibiotika bakteri dan obat immunosupresan

C. Macam Penyakit Yang Disebabkan Oleh Infeksi Nosokomial


1. Infeksi saluran kemih
Infeksi ini merupakan kejadian tersering, sekitar 40% dari infeksi nosokomial, 80%
infeksinya dihubungkan dengan penggunaan kateter urin. Walaupun tidak terlalu
berbahaya, tetapi dapat menyebabkan terjadinya bakteremia dan mengakibatkan kematian.
Kebanyakan pasien akan terinfeksi setelah 1-2 minggu pemasangan kateter.
2. Pneumonia nosokomial
Pneumonia nosokomial dapat muncul terutama pasien yang menggunakan ventilator,
tidakan trakeostomi, intubasi, pemasangan NGT, dan terapi inhalasi. Kuman penyebab
infeksi ini tersering berasal dari gram negatif seperti kebsiella dan pseudomonas.
Organisme ini sering berada di mulut, hidung, kerongkongan dan perut
Faktor risiko terjadinya infeksi iniL
- Tipe dan jenis pernapasan
- Perokok berat
- Tidak sterilnya alat bantu
- Obesitas
- Penyakit jantung kronik
- Penyakit paru kronik
- Penggunaan ventilator
3. Bakteremi nosokomial
Infeksi ini hanya mewakili sekitar 5% dari total infeksi nosokomial tetapi dengan resiko
kematian yang sangat tinggi terutama disebabkan oleh bakteri yang resisten antibiotika.
Infeksi dapat muncul di tempat alat-alat seperti jarum suntik, kateter urin dan infuse.
4. Infeksi nosokomial lainnya
- Tuberkulosis
- Infeksi pembuluh darah
- Difteri, tetanus

D. Rantai Penularan Infeksi


Pengetahuan tentang rantai penularan infeksi sangat penting karena apabila
satu mata rantai dihilangkan atau dirusak, maka infeksi dapat dicegah atau
dihentikan. Komponen yang diperlukan sehingga terjadi penularan adalah:

1. Agen infeksi (infectious agent) adalah Mikroorganisme yang dapat menyebabkan


infeksi. Pada manusia dapat berupa bakteri , virus, ricketsia, jamur dan parasit.
2. Reservoir atau tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang biak
dan siap ditularkan kepada orang. Reservoir yang paling umum adalah manusia,
binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air dan bahan-bahan organik lainnya. Pada
manusia: permukaan kulit, selaput lendir saluran nafas atas, usus dan vagina
3. Port of exit ( Pintu keluar) adalah jalan dari mana agen infeksi meninggalkan
reservoir. Pintu keluar meliputi : saluran pernafasan, saluran pencernaan, saluran
kemih dan kelamin, kulit dan membrana mukosa, transplasenta dan darah serta
cairan tubuh lain.
4. Transmisi (cara penularan) adalah mekanisme bagaimana transport agen infeksi
dari reservoir ke penderita (yang suseptibel). Ada beberapa cara penularan yaitu :
a. Kontak (contact transmission):
1) Direct/Langsung: kontak badan ke badan transfer kuman penyebab secara
fisik pada saat pemeriksaan fisik, memandikan pasen
2) Indirect/Tidak langsung : kontak melalui objek (benda/alat) perantara:
jarum, kasa, tangan yang tidak dicuci
b. Droplet : partikel droplet > 5 μm melalui batuk, bersin, bicara, jarak sebar
pendek, tidak bertahan lama di udara, paling banyak pada mukosa bibir,
hidung, mulut.
c. Airborne : partikel kecil ukuran < 5 μm, bertahan lama di udara, jarak
penyebaran jauh, dapat terinhalasi, contoh: Mycobacterium tuberculosis, virus
campak, Varisela (cacar air), spora jamur.
d. Melalui Vehikulum : Bahan yang dapat berperan dalam mempertahankan
kehidupan kuman penyebab sampai masuk (tertelan atau terokulasi) pada
pejamu yang rentan. Contoh: air, darah, tinja, makanan
e. Melalui Vektor : Serangga atau binatang lain yang dapat menularkan kuman
penyebab cara menggigit pejamu yang rentan atau menimbun kuman
penyebab pada kulit pejamu atau makanan. Contoh: nyamuk, lalat, pinjal/kutu,
binatang pengerat.
5. Port of entry (Pintu masuk) adalah Tempat dimana agen infeksi memasuki
pejamu (yang suseptibel). Pintu masuk bisa melalui: saluran pernafasan, saluran
pencernaan, saluran kemih dan kelamin, selaput lendir, serta kulit yang tidak utuh
(luka).

6. Pejamu rentan (suseptibel) adalah orang yang tidak memiliki daya tahan tubuh
yang cukup untuk melawan agen infeksi serta mencegah infeksi atau penyakit.
Faktor yang mempengaruhi: umur, status gizi, status imunisasi, penyakit kronis,
luka bakar yang luas, trauma atau pembedahan. Sedangkan faktor lain yang
mungkin berpengaruh adalah jenis kelamin, ras atau etnis tertentu, status ekonomi,
gaya hidup, pekerjaan dan herediter.
Anak-anak yang berusia di bawah 12 tahun adalah yang paling rentan terinfeksi
nosokomial. Oleh sebab itu anak-anak dilarang membesuk orang yang sedang
dirawat inap di rumah sakit. Anak-anak usia ini daya tahan tubuhnya masih rendah
dan belum sempurna.

E. Pencegahan terjadinya Infeksi Nosokomial


Pencegahan dari infeksi nosokomial ini diperlukan suatu rencana yang terintegrasi,
monitoring dan program yang termasuk:
1. Kewaspadaan transmisi kontak
a. Penempatan pasien kamar tersendiri
Penyebaran dari infeksi nosokomial juga dapat dicegah dengan membuat suatu
pemisahan pasien. Ruang isolasi sangat diperlukan terutama untuk penyakit yang
penularannya melalui udara, contohnya tuberkulosis, dan MRSA, yang
mengakibatkan kontaminasi berat. MRSA dan Staph lain bisa menyebabkan
infeksi dengan memasuki tubuh lewat kulit terbuka atau arus darah. Orang yang
mempunyai masalah kesehatan seperti kencing manis atau sistem ketahanan
buruk – atau yang kulitnya terbuka karena luka, baru dioperasi atau penyakit
kulit, lebih cenderung terkena infeksi Staph. MRSA bisa menyebabkan infeksi
kulit seperti bisul, infeksi di bawah kulit, serta infeksi yang lebih parah pada
tulang, darah, paru-paru dan bagian tubuh lainnya. Sedangkan penularan yang
melibatkan virus, contohnya HIV. Biasanya, pasien yang mempunyai resistensi
rendah eperti leukimia dan pengguna obat immunosupresan juga perlu diisolasi
agar terhindar dari infeksi. Tetapi menjaga kebersihan tangan dan makanan,
peralatan kesehatan di dalam ruang isolasi juga sangat penting. Ruang isolasi ini
harus selalu tertutup dengan ventilasi udara selalu menuju keluar. Sebaiknya satu
pasien berada dalam satu ruang isolasi, tetapi bila sedang terjadi kejadian luar
biasa dan penderita melebihi kapasitas, beberapa pasien dalam satu ruangan
tidaklah apa-apa selama mereka menderita penyakit yang sama (Suwarni, 2001)
b. Gaun, menggunakan dan lepaskan gaun sebelum meninggalkan ruangan
Baju khusus (gaun) juga harus dipakai untuk melindungi kulit dan pakaian
selama kita melakukan suatu tindakan untuk mencegah percikan darah, cairan
tubuh, urin dan feses, serta melindungi pasien dari mikroorganisme yang
menempel pada tubuh pengunjung yang berasal dari luar rumah sakit.
c. Batasi kontak saat memindahkan pasien
d. Mencuci tangan
Menjaga kebersihan tangan dengan baik dan benar dapat mencegah penularan
mikroorganisme dan menurunkan frekuensi infeksi nosokomial. Kepatuhan
terhadap kebersihan tangan merupakan pilar pengendalian infeksi. Teknik yang
digunakan adalah teknik cuci tangan 6 langkah. Dapat memakai antiseptik, dan
air mengalir atau handrub berbasis alkohol.
Kebersihan tangan merupakan prosedur terpenting untuk mencegah transmisi
penyebab infeksi (orang ke orang;objek ke orang). Banyak penelitian
menunjukkan bahwa cuci tangan menunjang penurunan insiden MRSA.
Waktu mencuci tangan :
 Segera setelah tiba di rumah sakit
 Sebelum masuk dan meninggalkan ruangan pasien
 Sebelum dan sesudah kontak pasien atau benda yang terkontaminasi cairan
tubuh pasien
 Diantara kontak pasien satu dengan yang lain
 Sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada pasien
 Sesudah ke kamar kecil
 Sesudah kontak darah atau cairan tubuh lainnya
 Bila tangan kotor
 Sebelum meninggalkan rumah sakit
 Segera setelah melepaskan sarung tangan
 Segera setelah membersihkan sekresi hidung
 Sebelum dan setelah menyiapkan dan mengkonsumsi makanan
Cara mencuci tangan 6 langkah :

 Buka semua perhiasan, basuh tangan dengan air, tuangkan sabun atau cairan
antiseptic ke telapak tangan, lalu gosok dengan cara memutar berlawanan
dengan arah jarum jam
 Gosok punggung tangan kiri dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan
kanan. Dan lakukan sebaliknya

 Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jariJari-jari sisi dalam kedua
tangan saling mengunci dan saling digosokkan

 Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci dan saling digosokkan

 Gosok ibu jari tangan kiri dengan gerakan memutar dalam genggaman
tangan kanan. Dan lakukan sebaliknya.

 Gosokkan ujung-ujung kuku tangan kanan pada telapak tangan kiri dengan
cara memutar. Dan lakukan sebaliknya. Bilas tangan denga air mengalir.
Keringkan dengan tisu sekaali pakai, gunakan tisu bekas untuk menutup
keran.

2. Kewaspadaan transmisi udara


a. Menggunakan Masker
Masker, sebagai pelindung terhadap penyakit yang ditularkan melalui udara.
Begitupun dengan pasien yang menderita infeksi saluran nafas, mereka
harus menggunakan masker saat keluar dari kamar penderita. Begitu juga
dengan pengunjung, pengunjung disarankan menggunakan masker sebagai
cara untuk mencegah terhadap infeksi atau penularan selama di rumah sakit.
b. Etika Batuk
Etika Batuk adalah tata cara batuk yang baik dan benar, dengan cara
menutup hidung dan mulut dengan tissue atau lengan baju. jadi bakteri tidak
menyebar ke udara dan tidak menular ke orang lain
Etika batuk :
 Bila merasa akan batuk atau bersin, segeralah berpaling/menjauh sedikit
dari orang-orang disekitar
 Kemudian tutuplah hidung dan mulut dengan menggunakan tissue /
saputangan atau lengan dalam baju
 Segera buang tissue yang sudah dipakai ke dalam tempat sampah;
 Cucilah tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun atau gel
pembersih tangan; dan
 Bila perlu gunakan masker

DAFTAR PUSTAKA

Babb, JR. Liffe, AJ. Pocket Reference to Hospital Acquired infection. Science Press
limited, Cleveland Street, London; 1995
Depkes RI bekerjasama dengan Perdalin. 2009. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Rumah Sakit dan Fasiltas Pelayanan Kesehatan Lainnya. SK Menkes No
382/Menkes/2007. Jakarta: Kemenkes RI
Depkes RI. 2006. Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Pelayanan Kesehatan.
Depkes RI: Ditjen Bina Yan Med
_____. 2007. Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit
dan Fasiltas Pelayanan Kesehatan Lainnya. SK Menkes No 270/MENKES/2007.
Jakarta: Depkes RI
Ducel, G. et al. Prevention of hospital-acquired infections, A practical guide. 2nd edition.
World Health Organization. Department of Communicable disease, Surveillance and
Response; 2002
Notoatmodjo S. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rhineka Cipta
Siegel JD et al. and HICPAC CDC. 2007. Guideline for Isolation Precaution: Preventing
Transmission of Infectious Agent in Healthcare Setting. CDC hal 1-92
Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI, Jakarta; 2001
Suwarni, A. Studi Diskriptif Pola Upaya Penyehatan Lingkungan Hubungannya dengan
Rerata Lama Hari Perawatan dan Kejadian Infeksi Nosokomial Studi Kasus:
Penderita Pasca Bedah Rawat Inap di Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta Provinsi
DIY Tahun 1999. Badan Litbang Kesehatan Departemen Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial, Yogyakarta; 2001
Wenzel. Infection control in the hospital,in International society for infectious diseases,
second ed, Boston; 2002

Anda mungkin juga menyukai