Bab 1 Pendahuluan............................................................................................................. 1
Bab 2 Pembahasan................................................................................................... 3
Bab 3 Penutup........................................................................................................... 19
3.1 Kesimpulan............................................................................................... 19
Daftar Pustaka............................................................................................................ 21
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Refarat ini akan membahas evaluasi ekokardiografi pasien-pasien yang menjalani
kemoterapi.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.2 Klasifikasi
Klasifikasi kardiotoksisitas terdiri dari dua yaitu Kardiotoksisitas tipe 1 dan tipe 2.
- Kardiotoksisitas Tipe 1
Kardiotoksisitas tipe 1 dikenal juga dengan nama anthracylin induced cardiotoxicity.
Kardiotoksisitas tipe 1 ini bersifat ireversibel dan sangat bergantung pada dosis yang
digunakan. Anthracylin dan doxorubicin akan menyebabkan kerusakan hingga ke
ultrastruktural dan menyebabkan kematian sel-sel miosit jantung. Luasnya kerusakan
miosit jantung yang terjadi akibat agen kemoterapi ini dipengaruhi oleh kondisi
jantung sebelum dilakukan kemoterapi, variabilitas genetik, dan penyakit penyerta
lainnya. Agen kemoterapi yang termasuk dalam penyebab kardiotoksisitas tipe 1
adalah doxorubicin, apirubicin, idarubicin dan mitoxantrone.5,8
- Kardiotoksisitas tipe 2
Kardiotoksisitas tipe 2 dikenal juga dengan nama trastuzumabinduced cardiotoxicity.
Kardiotoksisitas tipe ini sebagian besar bersifat reversibel dan pada follow up nya
tidak menyebabkan kerusakan pada jantung yang progresif. Agen kemoterapi lain
yang termasuk dalam kelompok ini adalah lapatinib, sunitinib, imatinib, and
bevacizumab5,8
Tabel 1. Perbedaan antara kordiotoksisitas tipe 1 dan 2
Gambar 3. Pemeriksaan GLS untuk deteksi dini pada pasien kemoterapi dengan fraksi ejeksi
ventrikel kiri yang masih baik.
2.5 Evaluasi Terintegrasi Pada Pasien Kemoterapi
Untuk meminimalisasi efek kardiotoksik dari agen kemoterapi maka harus ada
prosedur baku yang dibuat untuk pasien-pasien yang akan, sedang dan telah menjalani
kemoterapi. Berdasarkan berbagai penelitian dan konsensus yang ada maka pada bagian ini
akan dipaparkan algoritma pemeriksaan dan evaluasi pada pasien kemoterapi.
Untuk pemeriksaan awal hal-hal berikut ini harus menjadi perhatian:14
Kerjasama antara dokter ahli onkologi dan kardiologi sangat penting dalam proses
kemoterapi
Sebelum kemoterapi dimulai harus dilakukan pemeriksaan awal sebagai data dasar
dalam evaluasi dan menentukan regimen kemoterapi yang akan digunakan. Namun
pada prakteknya masih banyak pasien yang menjalani kemoterapi tanpa menjalani
tahap awal ini.
Apabila pemeriksaan dasar tidak memungkinkan untuk semua pasien maka paling
tidak dilakukan untuk pasien-pasien yang memiliki resiko tinggi mengalami
kardiotoksisitas seperti pada pasien dengan tanda-tanda gagal jantung sebelum
kemoterapi, pasien >65 tahun, pasien akan menerima agen kemoterapi tipe 1 atau
kombinasi.
Data dasar yang harus diperiksa adalah pemeriksaan fisik, EKG dan Ekokardiografi
dan pemeriksaan biomarker jantung
Pemeriksaan ekokardiografi yang rutin adalah fraksi ejeksi ventrikel kiri dan GLS
Data dasar ini dapat membantu onkolog untuk memilih regimen yang digunakan
untuk meminimalkan resiko kardiotoksisitas
Data dasar ini juga dapat sebagai dasar untuk kardiolog memberikan saran kepada
onkolog untuk memberikan terapi pencegahan kardiotoksisitas.
Jika pemeriksaan ekokardiografi kurang optimal maka direkomendasikan untuk
melakukan pemeriksaan dengan modaliats lain seperti CMR.
Jika dijumpai fraksi ejeksi ventrikel kiri <53% atau GLS dibawah normal, dan atau
terdapat peningkatan TnI, maka harus dipertimbangkan mengenai pemilihan agen
kemoterapi yang digunakan, dosis dan frekuensi pemberian.
Setelah pemeriksaan awal dilakukan evaluasi rutin dengan rentang waktu yang
disesuaikan dengan jadwal pemberian kemoterapi dan jenis kemoterapinya.5,7
Gambar 4 menunjukkan pembagian agen kemoterapi berdasarkan jenis
kardiotoksisitas yang mungkin terjadi pada penggunaan agen tersebut. Gambar 5
menunjukkan algoritma evaluasi kardiologi pada pasien yang di kemoterapi dengan agen-
agen yang berpotensi menyebabkan kardiotoksisitas tipe1. Apabila pada pemeriksaan awal
sudah dijumpai abnormalitas dari salah satu atau lebih dari 3 parameter yang diukur maka
mutlak dikonsultasikan kepada kardiolog. Apabila selama kemoterapi tidak memungkinkan
untuk pemeriksaan TnI setiap awal siklus maka pada akhir kemoterapi dilakukan evaluasi
ekokardiografi setiap 3 bulan selama 1 tahun. Apabila tidak dijumpai gangguan fungsi
ventrikel kiri maka evaluasi dianjurkan setiap tahun. Apabila dosis kemoterapi akan
dinaikkan maka sebelumnya harus dilakukan kembali pemeriksaan rutin seperti di awal.
Gambar 6 menunjukkan algoritma evaluasi kardiologi pasien yang mendapatkan kemoterapi
dengan agen yang berpotensi menyebankan kardiotoksisitas tipe 2. Pemeriksaan rutin
direkomendasikan dilakukan setiap 3 bulan selama kemoterapi.5,7,9
Apabila dalam proses kemoterapi telah terjadi kardiotoksisitas tipe 1 dan onkolog
berencana mengganti agen kemoterapi yang digunakan maka algoritma yang digunakan
adalah seperti pada gambar 6. Evaluasi rutin yang direkomendasikan adalah setiap 3 bulan
dan 6 bulan setelah kemoterapi selesai.5,7,9
Gambar 7. Algoritma evaluasi kardiologi pada kemoterapi dengan penggantian agen
kemoterapi.
Apabila selama kemoterapi dan 6 bulan setelah kemoterapi GLS tidak menunjukkan
perubahan yang bermakna atau Troponin T tetap negatif selama proses kemoterapi maka
untuk selanjutnya pasien tidak lagi memerlukan pemeriksaan tambahan lainnya. Pada pasien
yang telah selesai kemoterapi namun tidak menjalani pemeriksaan rutin selama kemoterapi
maka dianjurkan untuk evaluasi jantung setiap tahun untuk mendeteksi adanya pengaruh
kemoterapi terhadap sistem kardiovaskular. Evaluasi dihentikan berdasarkan pertimbangan
dari klinisi sendiri.
Pada keadaan dimana terjadi penurunan fungsi ventrikel kiri yang berat maka onkolog
harus mempertimbangkan untuk menghentikan sementara kemoterapi atau mengganti
regimen kemoterapi yang digunakan. Sebagai acuan untuk memberhentikan dan melanjutkan
kemoterapi ASE dan EAE merekomendasikan penilaian fraksi ejeksi ventrikel kiri sebagai
acuannya. Gambar 7 menunjukkan algoritma dalam mengambil keputusan untuk
menghentikan kemoterapi.5,7,9
Berdasarkan guideline yang dikeluarkan oleh European Society of Medical Oncology
(ESMO) pada tahun 2012 maka evaluasi pada pasien kemoterapi dilakukan sebelum, selama
dan setelah kemoterapi. Berdasarkan guideline tersebut evaluasi yang direkomendasikan
terlihat pada tabel 3 dan tabel 4.5,7,9,15
Gambar 8. Algoritma menghentikan dan meneruskan kemoterapi (pada agen kardiotoksisitas
tipe2).
3.1 Kesimpulan
Komplikasi yang paling sering dari kemoterapi adalah kardiotoksik, dengan
kerusakan miokardium yang dapat bersifat ireversibel dan pada akhirnya akan menyebabkan
gagal jantung dan tidak jarang penyebab kematian dari pasien kanker yang menjalani
kemoterapi adalah gagal jantung. Selain menyebabkan gagal jantung, kemoterapi juga dapat
menyebabkan gangguan elektrofisiologi dari jantung.2 Oleh karena itu deteksi dini dari
kerusakan miokardium akibat penggunaan agen kemoterapi sangat diperlukan untuk
menurunkan tingkat kematian akibat kardiotoksisitas. Kemampuan untuk memprediksi
kejadian kardiotoksik akibat kemoterapi memberikan ruang bagi klinisi untuk menyesuaikan
dosis agen kemoterapi.
Kardiotoksisitas dari terapi kanker ada dua jenis yaitu tipe 1 dan tipe 2. Tipe 1 adalah
kardiotoksisitas yang bersifat ireversibel sedangkan tipe 2 bersifat reversibel. Kriteria yang
dipakai adalah; Reversibel : bila penurunan fraksi ejeksi ventrikel kiri pada pemeriksaan
ekokardiografi < 5% dari baseline nilai normal. Reversibel parsial : bila pada pemeriksaan
lanjutan terdapat peningkatan ≥ 10% dari fraksi ejeksi sebelumnya tetapi penurunannya tetap
> 5% dari nilai normal. Ireversibel : bila pada pemeriksaan lanjutan peningkatan fraksi ejeksi
ventrikel kiri <10% dari nilai sebelumnya yang penurunannya >5% dari nilai normal.
Indeterminate : bila pasien tidak dapat dilakukan evaluasi ekokardiografi.
Ekokardiografi merupakan pemeriksaan rutin untuk evaluasi sistem kardiovaskular
sebelum, selama dan setelah terapi kanker. Selain dapat melakukan evaluasi terhadap fungsi
sistolik dan diastolik ventrikel kiri dan kanan, ekokardiografi juga dapat mengevaluasi
dimensi ruang-ruang jantung, katup-katup jantung, aorta dan perikardium. Evaluasi
ekokardiografi yang direkomendasikan untuk tolak ukur evaluasi kardiotoksisitas kemoterapi
adalah fraksi ejeksi ventrikel kiri dan GLS.
Data dasar sebelum pasien memulai suatu kemoterapi sangat penting karena
merupakan dasar evaluasi selama proses kemoterapi dan setelah kemoterapi. Deteksi
kardiotoksisitas yang lebih dini sebelum ada gejala akan memberikan prognosis yang lebih
baik pada pasien. Untuk itu sangat penting dilakukan evaluasi rutin sebelum, selama dan
setelah kemoterapi. Poin-poin yang perlu dinilai sebelum, selama dan setelah kemoterapi
beserta rentang waktu evaluasinya telah dijelaskan pada bagian pembahasan. Kemoterapi di
satu sisi memang dapat menjadi jalan untuk seorang pasien kanker untuk lepas dari
penyakitnya, namun di sisi lain kemoterapi juga dapat mengganggu fungsi organ lain
terutama jantung. Evaluasi sebelum, selama dan setelah kemoterapi ditujukan untuk menekan
kejadian kardiotoksisitas seminimal mungkin.
Daftar Pustaka