Anda di halaman 1dari 2

The Giving Tree

Judul: The Giving Tree

Pengarang: Shel Silverstein

Tebal: 54 hlm

Cetakan: 1, Oktober 2014

Penerbit: Atria

Buku ini berkisah tentang sebatang pohon yang bersahabat dengan seorang anak laki-laki. Anak laki-laki
itu mengumpulkan daun-daun dari si pohon untuk dijadikan mahkota lalu memerankan menjadi raja
hutan. mereka bermain bersama bahkan ketika lelah anak tersebut tidur di bawah pohon. Dia berayun di
dahannya, berteduh dalam kerimbunan daunnya, memetik apel-apelnya yang manis, memanjati batang
pohonnya. Begitu sayangnya si anak kepada sang pohon, dan pohon pun menyayanginya. Pohon itu
begitu bahagia menjadi sahabat sang anak Hingga membuat mereka saling menyayangi dan bahagia.

Kemudian, anak itu tumbuh remaja. Dan, seperti yang bisa kita tebak, dia mulai melupakan pohonnya.
Teman-teman baru dan kesibukan baru membuatnya mulai jarang mengunjungi pohon apel itu. Anak
laki-laki itu tak mau bermain bersama lagi. Sang pohon merindukan sahabatnya, tapi si anak remaja
sudah sibuk entah dimana. Tapi sang pohon tetap setia.

Waktupun berlalu.. si anak tumbuh menjadi seorang pria dewasa. Akhirnya, dia mendatangi sang pohon
dan meminta uang. Sang pohon tidak punya uang tentu saja, tetapi dia menawarkan seluruh apel yang
ada di dahannya untuk dijual. Dan dari situ, pria itu mendapatkan uangnya. Pohon pun bahagia. Setelah
itu, pria itu membutuhkan rumah, dan pohon dengan senang hati memberikan kayu dan batangnya
untuk ditebang sebagai bahan pembuat rumah. Dan pohon pun bahagia.

Pohon apel itu tetap bahagia walaupun dia dalam kesendirian bahkan sekarang pohon itu tak layak lagi
disebut pohon karena kini hanyalah sebatang tunggul tua.

Dan setelah cukup lama, anak laki-laki itu yang kini telah menjadi seorang kakek-kakek yang keriput itu
kembali menemui sang pohon. Sang pohon itupun mendesah. "Aku berharap bisa memberimu sesuatu..
tapi aku tidak punya apa-apa lagi. aku hanyalah sebatang tunggul tua. Maafkan aku," ujar sang pohon.
"Aku tidak membutuhkan banyak hal sekarang," kata anak laki-laki itu Ternyata dia hanya ingin duduk
dan beristirahat. Tentu saja sebuah tunggul tua jelas bagus untuk diduduki. kemudian anak laki-laki itu
melakukannya... Dan pohon itupun bahagia. �

Anak laki-laki telah menjadi kakek tua dan sang pohon menjadi tunggul tua

Buku ini mengajarkan tentang bagaimana kita harus memberi tanpa harus mengharap balas

Anda mungkin juga menyukai