Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

HIPEREMIS GRAVIDARUM

Laporan kasus ini dibuat sebagai salah satu persyaratan dalam mengikuti

Kepaniteraan Klinik di SMF Ilmu Obstetri dan Ginekolog

di RSUD DR. RM. Djoelham Binjai

Disusun oleh :
HUURIYAH ‘AATHIFAH FAATIN
102119007

Pembimbing :
dr. EKA HANDAYANI, Sp.OG

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

DEPARTEMEN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

RSUD DR. RM. DJOELHAM BINJAI

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

izinnya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini yang berjudul

“HIPEREMIS GRAVIDARUM”. Laporan kasus ini dibuat untuk melengkapi

persyaratan dalam mengikuti kegiatan kepanitraan klinik senior dibagian Ilmu

Obstetri dan Ginekologi di RSUD. DR. RM. Djoelham Binjai.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada

pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan

pengarahan agar laporan kasus ini lebih baik dan bermanfaat. Tentunya penulis

menyadari bahwa laporan kasus ini banyak kekurangan, untuk itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca agar

kedepannya penulis dapat memperbaiki dan menyempurnakan kekurangan

tersebut.

Besar harapan penulis agar laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi para

pembaca serta dapat memberikan suatu pengetahuan baru bagi mahasiswa untuk

meningkatkan keilmuannya.

Binjai, Oktober 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................2

A. Definisi...............................................................................................................2

B. Epidemiologi......................................................................................................2

C. Etiologi...............................................................................................................2

D. Faktor Risiko......................................................................................................3

E. Patofisiologi........................................................................................................4

F. Manifestasi Klinis................................................................................................4

G. Diagnosis............................................................................................................5

H. Penatalaksanaan...................................................................................................6

I. Komplikasi...........................................................................................................8

J. Prognosis..............................................................................................................9

BAB III KESIMPULAN...............................................................................................10

STATUS PASIEN

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

Kehamilan biasanya ditandai dengan adanya riwayat terlambat haid dan

keluhan mual muntah. Mual dan muntah dalam kehamilan dikenal dengan

morning sickness, dialami 80% wanita hamil. Mual dan muntah adalah gejala

yang umum dan wajar terjadi pada usia kehamilan trimester I . Mual biasanya

terjadi pada pagi hari, dapat juga timbul setiap saat dan pada malam hari. Gejala

ini biasanya terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung ±

10 minggu. Derajat beratnya mual dan muntah yang terjadi pada kebanyakan

kehamilan sampai dengan gangguan yang berat dimana keluhan semakin

memburuk, menetap, hingga mengganggu aktivitas sehari-hari dikenal dengan

hiperemesis gravidarum.1

Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan

sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang begitu hebatnya

sehingga segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat

mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat

badan menurun, dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin.1

Mual dan muntah mempengaruhi hingga 50% kehamilan, kebanyakan

perempuan mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet dan

simptom akan teratasi hingga akhir trimester I. Etiologinya belum diketahui

secara pasti, tetapi ada beberapa ahli yang menyatakan bahwa erat hubungannya

dengan endokrin, biokimia dan psikologis.1

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah pada ibu hamil yang

cukup berat yang lebih dari 5 kali sehari, sehingga menyebabkan

ketidakseimbangan elektrolit, penurunan berat badan (lebih dari 5% berat

badan awal), dehidrasi, asidosis akibat kelaparan, alkaliosis akibat keluarnya

asam hidroklorida, ketosis dan hipokalemia. muntah yang terjadi pada awal

kehamilan sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang

begitu hebatnya sehingga segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan

sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan

sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin.1

B. Epidemiologi

Hiperemesis Gravidarum adalah kondisi mual dan muntah yang berat

selama kehamilan, yang terjadi pada 1 %-2 % dari semua kehamilan atau 1-20

pasien per 1000 kehamilan.2 Insidens bervariasi antara populasi. Diperkirakan

terdapat predileksi etnis dan keturunan. Angka rawat inap akibat hiperemis

gravidarum berkisar antara 0,5-0,8%.3

C. Etiologi

Mual dan muntah mempengaruhi hingga 50% kehamilan, kebanyakan

perempuan mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet

dan simptom akan teratasi hingga akhir trimester pertama. Etiologinya belum

2
3

diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa ahli yang menyatakan bahwa erat

hubungannya dengan endokrin, biokimia dan psikologis.1

Penyebab utama hiperemesis gravidarum belum diketahui secara jelas,

namun telah banyak yang meneliti tentang teori-teori yang dapat

menyebabkan hiperemesis gravidarum seperti peningkatan kadar hormon

chorionic gonadotropin dan estrogen, kadar hormon tiroksin, infeksi

Helicobacter pylori, faktor sosial, psikologis, gangguan fungsi hati, kantung

empedu, pancreatitis dan ulkus peptikum.2

D. Faktor Risiko

Riwayat kehamilan sebelumnya dengan hiperemis, berat badan berlebih,

gestasi multiple, penyakit trofoblastik, dan nulipara merupakan faktor risiko

terjadinya hiperemis gravidarum.3 Faktor-faktor yang menjadi predisposisi

diantaranya:1

a) Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan hehamilan

ganda akibat peningkatan kadar HCG.

b) Faktor organik: masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan

perubahan metabolik.

c) Faktor psikologik: keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut

terhadap kahamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab dan

sebagainya.

d) Faktor endokrin lainnya: hipertiroid, diabetes dan lain-lain.


4

E. Patofisiologi

Hiperemis gravidarum terjadi akibat peningkatan cepat dan tinggi dari

hormone kehamilan, seperti hormone chorionic gonadotropin (hCG). Hormon

lainnya seperti esterogen, progesterone, tiroksin, dan hormone adrenokortikal

juga diduga turut berperan. Selain itu, perubahan pada fisiologis pencernaan

seperti penurunan HCO3- serta penurunan motilitas otot selama kehamilan

menimbulkan gejala mual. Kondisi psikologis ibu pada masa kehamilan

diperkirakan juga berperan menyebabkan mual dan muntah.3

Mual dan muntah dapat menyebabkan dehidrasi akibat berkurangnya

cairan tubuh. Cadangan energi dari karbohidrat akan habis sehingga terjadi

oksidasi lemak yang dapat berujung pada ketosis. Mual dan muntah dapat

mengakibatkan jejas pada esophagus berupa robekan Mallory Weis, gangguan

ginjal akut, pneumotoraks, sampai pneumomediastinum.3

Selain teori hormon korionik gonadotropin, estrogen dan progesteron ini

masih ada beberapa teori lain yang dapat menyebabkan hiperemesis

gravidarum seperti infeksi H.Pylori. Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa

infeksi H.pylori dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum.4

F. Manifestasi Klinis

Mulai terjadi pada trimester pertama. Gejala klinik yang sering dijumpai

adalah nausea, muntah, penurunan berat badan, ptialism (saliva yang

berlebihan), tanda-tanda dehidrasi, hipotensi dan takikardi. Secara klinis

hiperemis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan yaitu:1


5

a) Tingkat I : muntah yang terus menerus, timbul intoleransi terhadap makanan

dan minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama

keluar makanan, lendir dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar

darah. Nadi meningkat sampai 100x/ menit dan tekanan darah sistolik

menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang dan urin

sedikit tetapi masih normal.

b) Tingkat II : gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum

dimuntahkan, haus hebat, subfebril, nadi cepat dan > 100 – 140x/

menit,tekanan darah sistolik < 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor,

kadang ikterus, aseton, bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat menurun.

c) Tingkat III : terjadi gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang

atau berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan

jantung, bilirubin, dan proteinuria.

G. Diagnosis

Diagnosis hiperemesis gravidarum ditegakkan dengan anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang diantaranya:1

a) Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu.

b) Tanda vital: nadi meningkat 100 x/menit, tekanan darah menurun pada

keadaan berat, subfebril dan gangguan kesadaran.

c) Fisik: dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun, pada

vaginal toucher uterus besar sesuai besarnya kehamilan, konsistensinya lunak,

pada pemeriksaan inspekulo seviks berwarna biru.


6

d) Pemeriksaan USG: untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan dan

kemungkinan adanya kehamilan kembar ataupun kehamilan mola hidatidosa.

e) Laboratorium: kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, keton dan

proteinuria.

H. Penatalaksanaan

1. Medikamentosa

Obat diberikan tetapi tidak memberikan obat yang teratogenik. Obat-

obatan yang dapat diberikan diantaranya suplemen multivitamin, antihistamin,

dopamin antagonis, serotonin antagonis, dan kortikosteroid. Vitamin yang

dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6 seperti pyridoxine (vitamin B6).

Pemberian pyridoxin cukup efektif dalam mengatasi keluhan mual dan

muntah. Anti histamin yang dianjurkan adalah doxylamine dan

dipendyramine. Pemberian antihistamin bertujuan untuk menghambat secara

langsung kerja histamin pada reseptor H1 dan secara tidak langsung

mempengaruhi sistem vestibular, menurunkan rangsangan di pusat muntah.5

Selama terjadi mual dan muntah, reseptor dopamin di lambung berperan

dalam menghambat motilitas lambung. Oleh karena itu diberikan obat

dopamin antagonis. Dopamin antagonis yang dianjurkan diantaranya

prochlorperazine, promethazine, dan metocloperamide. Prochlorperazin dan

promethazine bekerja pada reseptor D2 untuk menimbulkan efek antiemetik.

Sementara itu metocloperamide bekerja di sentral dan di perifer. Obat ini

menimbulkan efek antiemetik dengan cara meningkatkan kekuatan spincter

esofagus bagian bawah dan menurunkan transit time pada saluran cerna.5
7

Pemberian serotonin antagonis cukup efektif dalam menurunkan keluhan

mual dan muntah. Obat ini bekerja menurunkan rangsangan pusat muntah di

medula. Serotonin antagonis yang dianjurkan adalah ondansetron.

Ondansetron biasanya diberikan pada pasien hiperemesis gravidarum yang

tidak membaik setelah diberikan obat-obatan yang lain.5

2. Terapi Nutrisi

Pada kasus hiperemesis gravidarum jalur pemberian nutrisi tergantung

pada derajat muntah dan peneriamaan penderita terhadap rencana pemberian

makanan. Pada prinsipnya bila memungkinkan saluran cerna harus digunakan.

Bila peroral menemui hambatan dicoba untuk menggunakan nasogastric tube

(NGT).5

3. Isolasi

Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, cerah, dan memiliki

peredaran udara yang baik. Sebaiknya hanya dokter dan perawat saja yang

diperbolehkan untuk keluar masuk kamar tersebut. Catat cairan yang keluar

dan masuk.5

4. Terapi Psikologik

Perlu diyakinkan kepada pasien bahwa penyakitnya dapat disembuhkan.

Jelaskan juga bahwa hal ini adalah gejala yang normal terjadi pada kehamilan

muda, dan akan menghilang setelah usia kehamilan 4 bulan.5

5. Cairan Parentral

Pemberian cairan untuk dehidrasi harus memperhitungkan secara cermat

berdasarkan: berapa jumlah cairan yang diperlukan, defisit natrium, defisit


8

kalium dan ada tidaknya asidosis Berikan cairan parenteral yang cukup

elektrolit, karbohidrat, dan protein dengan glukosa 5% dalam cairan garam

fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambahkan kalium dan

vitamin, terutama vitamin B kompleks dan vitamin C, dapat diberikan pula

asam amino secara intravena apabila terjadi kekurangan protein.5

6. Pencegahan

Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksananakan

dengan jalan memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan

sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan

kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan

muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah

makanan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering.

Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Defekasi

yang teratur hendaknya dapat teratur.1

I. Komplikasi

Pada mual dan muntah yang parah, lama dan sering dapat menyebabkan

tubuh mengalami defisensi vitamin. Diantaranya vitamin penting yaitu

thiamin dan vitamin K. Pada defisiensi thiamin, dapat terjadi Wernicke

encephalopathy, yaitu suatu keadaan gangguan sistem saraf pusat yang

ditandai dengan pusing, gangguan penglihatan, ataxia dan nistagmus. Penyakit

ini dapat berkembang semakin parah dan menyebabkan kebutaan, kejang dan

koma. Pada defisiensi vitamin K, terjadi gangguan koagulasi darah dan juga

disertai dengan epistaksis.2


9

J. Prognosis

Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat

memuaskan. Sebagian besar penyakit ini dapat membaik dengan sendirimya

pada usia kehamilan 20-22 minggu, namun demikian pada tingkatan yang

berat, penyakit inidapat membahayakan jiwa ibu dan janin. 5 Setelah terapi,

keluhan biasanya berkurang dan dapat dikendalikan dengan terapi anti-emetik.

Namun, angka rawat inap berulang biasanya 25-35%.3


BAB III

KESIMPULAN

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah pada ibu hamil yang

cukup berat yang lebih dari 5 kali sehari, sehingga menyebabkan

ketidakseimbangan elektrolit, penurunan berat badan (lebih dari 5% berat badan

awal), dehidrasi, asidosis akibat kelaparan, alkaliosis akibat keluarnya asam

hidroklorida, ketosis dan hipokalemia. muntah yang terjadi pada awal kehamilan

sampai umur kehamilan 20 minggu.


Penyebab utama hiperemesis gravidarum belum diketahui secara jelas,

namun telah banyak yang meneliti tentang teori-teori yang dapat menyebabkan

hiperemesis gravidarum seperti peningkatan kadar hormon chorionic

gonadotropin dan estrogen, kadar hormon tiroksin, infeksi Helicobacter pylori,

faktor sosial, psikologis, gangguan fungsi hati, kantung empedu, pancreatitis dan

ulkus peptikum.
Mulai terjadi pada trimester pertama. Gejala klinik yang sering dijumpai

adalah nausea, muntah, penurunan berat badan, ptialism (saliva yang berlebihan),

tanda-tanda dehidrasi, hipotensi dan takikardi. Setelah terapi, keluhan biasanya

berkurang dan dapat dikendalikan dengan terapi anti-emetik. Namun, angka rawat

inap berulang biasanya 25-35%.

10
STATUS PASIEN

A. Identitas Pasien

Nama : Ny. AS

Umur : 25 tahun

Pekerjaan : IRT

Agama : Islam

Pendidikan : SLTA

Alamat : Berngam

Nama Suami : IH

Tgl. Masuk : 11 Oktober 2019 pukul 10:00 WIB

B. Anamnesa Penyakit

1) Keluhan Utama :

Mual dan muntah

2) Telaah :

Pasien datang ke Rumah Sakit DR. R.M Djoelham diantar oleh

keluarga dengan keluhan mual dan muntah yang telah dirasakan sejak 3

hari yang lalu dan memberat pada 1 hari ini. Mual dan muntah dialami

pasien pada hari ini sebanyak lebih dari 10 kali. Pasien juga mengeluhkan

sakit kepala, merasa lemas, dan tidak nafsu makan, setiap mencoba makan

pasien ingin muntah, dan terdapat penurunan berat badan. Pasien diketahui

sedang hamil anak pertama, riwayat abortus (-). Demam (-), nyeri ulu hati
(+), BAK (ada), BAB (ada). Hari pertama haid terakhir diketahui pada

tanggal 16 Juli 2019.

3) Riwayat Haid

 Menarche : 12 tahun

 Siklus : 28 hari

 Lamanya : 7 hari

4) Riwayat Persalinan : G1P0A0

5) Riwayat Penyakit Terdahulu : tidak ada

6) Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada

7) Riwayat Penyakit Ginekologi : tidak ada

8) Riwayat Penggunaan Obat : tidak ada

C. Pemeriksaan Fisik

Status Present

1) Keadaan Umum

 Sensorium : Compos Mentis

 Tekanan darah : 120/70mmHg

 Frekuensi Napas : 20x/menit

 Frekuensi Nadi : 84x/menit

 Suhu : 36,30 C

 Berat Badan : 62kg

 Tinggi Badan : 160 cm


2) Keadaan Penyakit

 Anemia : (+)
 Sianosis : (-)
 Dyspnoe : (-)
 Ikterus : (-)
 Edema : (-)

Status Lokalisata

1. Kepala

 Mata : Konjungtiva palpebra superior pucat (-/-)

 Telinga : Tidak ditemukan kelainan

 Hidung : Tidak ditemukan kelainan

 Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-/-)

2. Thorax

 Inspeksi : Simetris

 Palpasi : Stem fremitus kanan dan kiri sama

 Perkusi : Sonor (+/+)

 Auskultasi : Vesikuler (+/+),suara tambahan (-/-)

3. Abdomen

 Inspeksi : Massa (-), bekas operasi (-)

 Palpasi : Hati/Lien tidak teraba, nyeri tekan abdomen (-)

 Perkusi : Timpani

 Auskultasi : Peristaltik usus normal


4. Ektremitas

 Superior : Oedem (-/-)

 Inferior : Oedem (-/-)

Status Obstetri dan Ginekologi

1. Abdomen

 Inspeksi : Abdomen membesar sesuai usia kehamilan

 Palpasi : Fundus uteri tidak teraba, nyeri abdomen (-)

 Perkusi : Timpani

 Auskultasi : Denyut Jantung Janin (-)

2. Genitalia Ekterna

 Inspeksi : Dalam batas normal

3. Genitalia Interna

 Vaginal Toucher : Tidak dilakukan pemeriksaan

D. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

 Darah rutin

Hb : 13,1 gr/dl

Eritrosit : 4,1 juta/uL

Leukosit : 9,48 mm3

Hematokrit : 37,9 %
Trombosit : 257.500 mm3

 Urin lengkap

Makroskopik urin

Warna urine : kuning

Kejernihan urine : agak keruh

Kimia urine

Glukosa urine : negatif

Bilirubin urine : negatif

Protein urine : negatif

Mikroskopis urine

Eritrosit : 1-2 plp

Leukosit : 20-30 plp

Sel epitel : 6-8 plp

Cast : negatif

Kristal : negatif

Sel ragi : negatif

Lain-lain : negatif

E. Diagnosis Banding

Hiperemesis Gravidarum

F. Diagnosis Kerja

Hiperemesis Gravidarum
G. Terapi

 IVFD RL 30gtt/i

 Inj. Ondansetron 1amp/8jam

 Inj Ranitidine 1amp/12jam

 Inj.Neurobion 1amp/hari

H. Resume

Pada tanggal 11 Oktober 2019, pasien atas nama Ny.AS usia 25 tahun

datang ke RSUD.DR.RM.Djoelham Binjai dengan keluhan mual dan muntah yang

telah dirasakan sejak 3 hari yang lalu dan memberat pada 1 hari ini. Muntah

dialami pasien pada hari ini sebanyak lebih dari 10 kali. Pasien juga mengeluhkan

sakit kepala, merasa lemas, dan tidak nafsu makan dan terdapat penurunan berat

badan. Pasien diketahui sedang hamil anak pertama, riwayat abortus (-). Demam

(-), nyeri ulu hati (+), BAK (ada), BAB (ada). Hari pertama haid terakhir

diketahui tanggal 16 Juli 2019.

Dari pemeriksaan fisik, didapatkan tanda-tanda vital pasien yang cukup

baik, status lokalisata dalam batas normal, dan status obstetri dan ginekologi

dalam batas normal. Dari pemeriksaan penunjang, dilakukan pemeriksaan darah

lengkap ditemukan hasil normal, pemeriksaan kimia klinis didapatkan hasil

normal, pemeriksaan urine didapatkan kejernihan urin (agak keruh), leukosit 20-

30plp.
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang

diagnosanya adalah hiperemesis gravidarum. Dan diberikan terapi : IVFD RL

30gtt/i, inj. ondansetron 1amp/8jam, inj. ranitidine 1amp/12jam, inj neurobion

1amp/hari. Pada tanggal 13 Oktober 2019 pasien pulang berobat jalan. Pasien

pulang berobat jalan dalam keadaan baik dan tidak ada keluhan.

FOLLOW UP

FOLLOW
Tgl 11 Oktober 2019 Tgl 12 Oktober 2019 Tgl 13 Oktober 2019
UP
KU Baik Baik Baik
Kesadaran CM CM CM
Keluhan Lemas, Mual, Tidak Lemas, Mual Tidak ada keluhan
Nafsu makan berkurang, Nyeri ulu
hati
Vital Sign TD : 120/70 mmHg TD : 110/80 mmHg TD : 120/80 mmHg
RR : 20x/i RR : 20x/i RR : 22x/i
HR : 84x/i HR : 80x/i HR : 82x/i
T : 36,30 C T : 36,50 C T : 36,20 C
Terapi - - IVFD RL 30gtt/i - IVFD RL 20gtt/i - IVFD RL 20gtt/I
- - Inj Ondansetron - Inj Ondansetron - Inj Ondansetron
1amp/8jam 1amp/8jam 1amp/8jam
- - Inj Ranitidine - Inj Ranitidine - Inj Ranitidine
1amp/12jam 1amp/12jam 1amp/12jam
- - Inj Neurobion 1 - Inj Neurobion 1 - Inj Neurobion 1
amp/hari amp/hari amp/hari
DAFTAR PUSTAKA

1. Mochtar, R., Sofian, A. 2012. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Sinopsis


Obstetri jilid 1 ed 3. Jakarta: EGC. Hal 141-142.
2. Cunningham FG, Leveno KJ, Gant NF, et al. 2010. Williams Obstetrics 23rd
Edition. United States of America : McGraw-Hill Companies.
3. Chris Tanto, et al. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Ed IV. Jakarta : Media
Aeskulapius. Hal 415-416.
4. Niebyl, J. R. 2010. Nausea and Vomiting in Pregnancy. Therapy, 1544- 1550.

5. Widayana, A dkk. 2010. Diagnosis dan Penatalaksanaan Hiperemesis


Gravidarum. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Anda mungkin juga menyukai