Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk
menggambarkan status kesehatan masyarakat. Angka kematian bayi di daerah Asia Tenggara
tergolong tinggi dibandingkan daerah lain. Negara Indonesia sendiri memiliki AKB yang tinggi
dibandingkan beberapa negara di Asia Tenggara lainnya yaitu sebesar 23 per 1000 kelahiran
hidup. Negara di Asia Tenggara yang memiliki AKB lebih rendah dari Indonesia diantaranya
adalah Filipina yang memiliki nilai AKB sebesar 22 per 1000 kelahiran hidup, Vietnam
memiliki AKB 18 per 1000 kelahiran hidup. Thailand memiliki nilai AKB 11 per 1000
kelahiran hidup, Brunei Darussalam memiliki nilai AKB 9 per 1000 kelahiran hidup, Malaysia
memiliki nilai AKB 7 per 1000 kelahiran hidup dan Singapura memiliki nilai AKB 2 per 1000
kelahiran hidup1.
Salah satu penyebab utama kematian bayi adalah penyakit diare. Diare dapat
didefinisikan sebagai meningkatnya frekuensi buang air besar dan berubahnya konsistensi
menjadi lebih lunak atau bahkan cair2. Diare menyebabkan 1,5 juta kematian dan 21%
kematian pada kelompok bayi dan balita3. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
tahun 2004 menunjukkan angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu penduduk dan pada
balita 75 per 100 ribu balita4. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007
menunjukkan penyebab kematian bayi di Indonesia akibat diare adalah sebesar 31,4%5.
Diare termasuk urutan kelima dalam sepuluh penyakit besar utama rawat jalan di
puskesmas selat pada tahun 2016. Jumlah kasus diare yang yang ditangani dan dilaporkan oleh
puskesmas selat untuk semua golongan umur pada tahun 2016 sebanyak 1117 penderita.
Diare merupakan penyakit yang sering terjadi pada negara berkembang. Diare
disebabkan karena sanitasi dan kebersihan yang tidak memadai, termasuk kurangnya air bersih
yang aman untuk diminum, serta kurangnya kepedulian akan gizi dan kesehatan secara
menyeluruh. Risiko diare pada anak juga dipengaruhi oleh pola pemberian ASI, dimana anak
yang diberikan ASI eksklusif memiliki resiko lebih rendah terkena infeksi gastrointestinal
dibanding anak yang hanya mendapat ASI selama 3-4 bulan7.
Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber nutrisi yang baik bagi bayi, dan mengandung
berbagai macam protein, karbohidrat, vitamin dan sudah dibagi dalam jumlah yang seimbang.
ASI mengandung semua nutrient yang dibutuhkan untuk bayi dalam jumlah yang benar.
Manfaat paling penting dari pemberian ASI eksklusif pada bayi adalah perlindungan terhadap
infeksi seperti diare, berdasarkan hasil pengamatan, pada bayi usia 0-6 bulan yang diberikan

1
ASI eksklusif frekuensi terjadinya diare lebih sedikit, karena ASI melindungi gastrointestinal
pada bayi. Penelitian yang dilakukan di daerah kumuh Kota Dhaka, Bangladesh menunjukkan
bayi yang tidak ASI berhubungan dengan 2,23 kali resiko bayi meninggal karna semua kasus,
2,40 kali resiko meninggal karena ISPA, dan 3,94 kali resiko meninggal karena diare2,8.
Cakupan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Selat tahun 2016 sebesar 96,21%
melampaui target yang ditetapkan sebesar 80%, artinya kesadaran masyarakat akan manfaat
ASI sudah baik.
Karena tingginya angka kesakitan diare di Kabupaten Karangasam, terutama di
Kelurahan Selat. maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang hubungan pemberian ASI
eksklusif terhadap angka kejadian diare pada bayi berusia 6-12 bulan di Puskesmas Selat,
Kabupaten Karangasam, yang diharapkan dapat membantu memberikan masukan dalam upaya
menurunkan angka kejadian diare di Puskesmas Selat.

1.2 Identifikasi Masalah


 Bagaimana hubungan pemberian ASI eksklusif terhadap angka kejadian diare pada
bayi berusia 6-12 bulan di Puskesmas Selat tahun 2019.
 Bagaimana hubungan pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif dan diare terhadap
angka kejadian diare pada bayi berusia 6-12 bulan di Puskesmas Selat tahun 2019.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian


 Maksud penelitian :
Meningkatkan jumlah pemberian ASI eksklusif dan menurunkan angka kejadian diare.
 Tujuan penelitian :
Mengetahui adakah hubungan antara pemberian ASI eksklusif, dan pengetahuan ibu
mengenai ASI eksklusif dan diare terhadap angka kejadian diare pada bayi berumur 6-
12 bulan di Puskesmas Selat tahun 2019.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Puskesmas Selat
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam menyusun kebijaksanaan
dalam upaya peningkatan angka cakupan pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian ini juga
dapat digunakan sebagai masukan dalam mencegah tingginya angka diare pada bayi.

1.4.2 Bagi Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Selat

2
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pentingnya pemberian ASI
eksklusif, serta untuk meningkatkan peran serta keluarga dan kader dalam membantu
menurunkan kasus diare pada bayi.

1.4.3 Bagi Penulis


Sebagai sarana melatih penalaran untuk melakukan pengamatan terhadap pengaruh
pemberian ASI eksklusif dan pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif dan diare terhadap
angka kejadian diare pada bayi berusia 6-12 bulan di Puskesmas Selat.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Selat. Penelitian ini dilakukan pada bulan
April 2019 dalam periode kegiatan program Dokter Internship.

1.6 Kerangka Pemikiran


Air susu ibu merupakan makanan yang mengandung segala nutrisi yang bayi butuhkan
pada 6 bulan pertama kehidupan. ASI mengandung lemak, karbohidrat, protein, vitamin,
mineral dan air. ASI juga mudah dicerna oleh bayi sehingga merupakan makanan yang sangat
efektif bagi bayi. ASI juga mengandung faktor antiinfeksi seperti immunoglobulin, sel darah
putih, whey proteins dan oligosakarida yang membantu sistem imun bayi yang belum
sempurna, sehingga dapat menjaga bayi dari infeksi dan faktor lain yang dapat mengganggu
kesehatan bayi. Salah satu manfaat dari pemberian ASI eksklusif pada bayi adalah
perlindungan terhadap infeksi seperti diare, berdasarkan hasil pengamatan, pada bayi usia 0-6
bulan yang diberikan ASI eksklusif frekuensi terjadinya diare lebih sedikit, karena ASI
melindungi gastrointestinal pada bayi2.

Pemberian ASI

Angka kejadian
diare
Pengetahuan ibu
tentang ASI eksklusif

Gambar 1.1 Skema Kerangka Pemikiran Penelitian

3
1.7 Hipotesis Penelitian
 Terdapat hubungan pemberian ASI eksklusif terhadap angka kejadian diare pada bayi
berusia 6-12 bulan di Puskesmas Selat tahun 2019.
 Terdapat hubungan pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif dan diare terhadap angka
kejadian diare pada bayi berusia 6-12 bulan di Puskesmas Selat tahun 2019.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Profil Puskesmas Selat

2.1.1 Geografi

Puskesmas Selat mempunyai wilayah kerja di kecamatan Selat kabupaten


Karangasem provinsi Bali yang meliputi delapan desa yaitu Muncan, peringsari,
Sebudi, Selat, Amerta bhuana, Duda, Duda Utara dan Duda timur.

Luas wilayah kerja Puskesmas Selat adalah seluas 80,4 Km2 dengan batas
sebagai berikut :
 Utara : Gunung Agung Kecamatan Kubu
 Timur : Kecamatan Bebandem
 Selatan : Kecamatan Sidemen
 Barat : Kecamatan Rendang

Secara umum wilayah kerja Puskesmas Selat berupa dataran tinggi dan dataran
rendahyang merupakan wilayah pedesaan.

Gambar 2.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Selat.

5
2.1.2 Demografi

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Selat sampai dengan desember tahun
2016 per masing-masing desa adalah sebagai berikut.

Tabel 2.1. Jumlah penduduk masing-masing desa dan kelurahan


Luas Jumlah penduduk Jumlah
No Desa
Km2) Laki-laki perempuan Total KK
1 Muncan 10,64 3896 4087 7983 2127
2 Peringsari 5,58 2920 3109 6029 1514
3 Sebudi 5,00 3019 3043 6062 1531
4 Selat 6,00 1284 1379 2663 816
5 Amerta bhuana 9,69 1787 1778 3565 1153
6 Duda Utara 6,75 3264 3174 6438 2259
7 Duda 30,92 2568 2519 5087 2259
8 Duda Timur 5,82 3292 3200 6492 1.848
Total 80,40 22.030 22.289 44319 11.353

Penduduk usia produktif wilayah kerja Puskesmas Selat memiliki mata pencaharian
yang bermacam-macam, mulai dari petani,tukang pedagang, pemandu wisata, pedagang,
pegawai negeri dan lain-lain.
Berdasarkan data, penduduk lanjut usia dan pralansia di wilayah kerja Puskesmas
Selat adalah sebanyak 981 orang. Adapun rincian prausila dan usila di masing-masing Desa
adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2 Jumlah prausila dan usila di masing-masing Desa

JUMLAH
DESA PRA USILA TOTAL
USILA
MUNCAN 46 63 109
PERINGSARI 52 30 82
SELAT 38 49 87
AMERTA BUANA 22 61 83
SEBUDI 17 44 61
DUDA 25 19 44
DUDA UTARA 160 126 286

6
DUDA TIMUR 114 85 199
TOTAL 474 477 951

2.1.3 Visi Dan Misi

1. Visi

Menjadi puskesmas dengan pelayanan Prima dalam mewujudkan Selat Sehat.


2. Misi

1. Meningkatkan derajat kesehatan melalui pemberdayaan masyarakat.


2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan masyarakat yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan.
3. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pelayanan kesehatan.
4. Memlihara dan menjaga kesehatan individu, keluarga, masyarakat, dan
lingkungan.
5. Meningkatkan kualitas manajemen pelayanan kesehatan yang bermutu.

7
2.2 Diare
2.2.1 Definisi Diare
Diare berasal dari bahasa Yunani yaitu diarroi yang berarti mengalir terus. Terdapat
beberapa definisi mengenai pengertian diare. Hipocrates mendefinisikan diare sebagai buang
air besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih
lembek atau cair. Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu
penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai
mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau
lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah yang
merupakan gejala infeksi gastrointestinal. Diare disebabkan oleh berbagai organisme bakteri,
virus dan parasit yang menyebar melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi atau dari
orang ke orang sebagai akibat dari kebersihan yang buruk9.
Menurut Depkes RI diare adalah buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air
saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya dan berlangsung kurang dari 14 hari9. Diare
yang berlangsung antara satu sampai dua minggu dikatakan diare yang berkepanjangan10. Diare
paling sering terjadi pada 3 tahun pertama kehidupan, dimana seorang anak bisa mengalami 1-
3 episode diare berat. Penyebab tersering diare adalah infeksi virus atau bakteri di usus halus
distal atau usus besar11.

2.2.2 Klasifikasi Diare


Menurut WHO diare adalah buang air besar cair lebih dari tiga kali dalam 24 jam, lebih
menekankan konsistensi feses daripada frekuensi buang air besar12,13.
Berdasarkan waktunya diare dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu-waktu, berlangsung kurang dari 14 hari,
dengan pengeluaran tinja lunak atau cair yang dapat atau tanpa disertai lendir dan darah
tanpa diselingi berhenti. Diare ini berlangsung lebih dari 2 hari12,13.
2. Diare kronis adalah diare yang gejala dan tanda sudah berlangsung lebih dari 2 minggu
sebelum datang berobat dan sifatnya berulang12,13.

Dehidrasi ditandai dengan penurunan berat badan, pada bayi ubun-ubun terlihat lebih
besar dan cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut, dan bibir terlihat
kering. Anak-anak yang tidak mendapatkan perawatan yang baik selama diare akan jatuh pada
keadaan seperti dehidrasi, gangguan keseimbangan asam-basa, hipoglikemia, gangguan gizi,

8
dan gangguan sirkulasi. Dehidrasi terjadi karena kehilangan air lebih banyak daripada
pemasukan air13. Berdasarkan derajat dehidrasi diare dibagi menjadi 3, yaitu :

Tabel. 2.3 Penilaian Keparahan Dehidrasi13


Tidak Dehidrasi Dehidrasi ringan-sedang Dehidrasi berat
(penurunan berat (penurunan berat badan (penurunan
badan <3%) 3-8%) berat badan ≥ 9%)
Tidak ada gejala - Membran mukosa kering Peningkatan ditandai
- Mata cekung (minimal tidak dengan tanda-tanda dari
ada air mata) dehidrasi ringan – sedang
- Turgor kulit menurun (1-2 ditambah :
detik) - Penurunan perfusi ke
- Perubahan status neurologic perifer (dingin, pucat)
(mengantuk dan irritabilitas) - Capillary Refill
- Pernapasan dalam. Time (CRT) > 2 detik.
- Sirkulasi kolaps.

2.2.3 Etiologi Diare


Banyak faktor yang menambah kerentanan terhadap infeksi adalah usia, defisiensi
imun, malnutrisi, campak, perjalanan ke daerah endemik, kekurangan ASI, makan makanan
atau minuman yang terkontaminasi, dan tingkat pendidikan ibu14. Prevalensi kejadian diare
pada anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan. Di negara yang sedang berkembang,
insidens dari penyakit diare akut merupakan kombinasi dari sumber air yang tercemar, Kurang
Energi Protein (KEP) yang menyebabkan penurunan daya tahan tubuh14.
Penyebab diare pada bayi dapat dikelompokkan menjadi enam faktor, yaitu faktor
infeksi, malabsorbsi, alergi dan makanan, keracunan, imunodefisiensi, dan sebab-sebab lain14.

2.2.3.1 Faktor infeksi


Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare yang
disebabkan sebagai berikut15 :
a. Infeksi bakteri
Terdapat dua golongan bakteri yang dapat menyebabkan diare dengan melalui
mekanisme yang berbeda yaitu bakteri non invasif seperti Escherichia Coli patogen,
dan bakteri invasif contohnya Salmonella sp, Shigella sp, E. Coli invasif, dan

9
Campylobacter. Bakteri non invasif masuk dan melekat pada dinding usus dan
berkembang di dalam usus lalu bakteri mengeluarkan enzim mucinase, dan masuk ke
dalam membran dan mengeluarkan unit A dan B dari bakteri lalu mengeluarkan cyclic
Adenosine monophosphate (cAMP) yang menyebabkan rangsangan sekresi cairan usus
dan menghambat absorbs tetapi tidak merusak membran epitel dari usus halus. Tekanan
di dalam usus akan meningkat, kemudian timbulah diare. Bakteri invasif
mengakibatkan kerusakan (ulserasi) yang diikuti oleh respon inflamasi dan abses pada
mukosa usus halus. Toksin yang dikeluarkan oleh bakteri invasif dapat mempengaruhi
proses seluler pada usus halus. Contoh pada Enterotoksin E. Coli (ETEC) yang
merupakan toksin yang akan mengaktifkan adenilat siklase, sementara itu ada juga
bakteri invasif yang mengaktifkan guanilat siklase. Pada Enterohemorrhagic E. Coli
(EHEC) dan Shigella dapat menghasilkan verotoksin yang dapat mengakibatkan
kelainan sistemik seperti kejang dan syndrome hemolitik uremic (SHU) 15.
b. Infeksi virus : Rotavirus, Adenovirus.
Virus merupakan mikroorganisme yang secara langsung dapat menyebabkan vili usus
halus rusak sehingga luas permukaan usus halus rusak dan juga dapat mengakibatkan
reaksi enzimatik di usus menjadi terganggu yang mengakibatkan perkembangan vili
enterosit normal terhambat dan juga mengakibatkan perubahan fungsi dari epitel usus
halus. Perubahan ini dapat menyebabkan malabsorbsi dan motilitas usus abnormal
selama terjadi infeksi15.
c. Infeksi parasit : cacing perut, Ascaris, Trichiuris, Strongyloides, Blastsistis huminis,
protozoa, Entamoeba histolitica, Giardia labila, Belantudium coli dan Crypto.
d. Worm: A. Lumbricoides, cacing tambang, Trichuris trichiura, S. Stercoralis
e. Fungus: Kandida/moniliasis.

2.2.3.2 Faktor Malabsorsi


Terdapat 2 jenis malabsorbsi yang menyebabkan diare yaitu malabsorpsi karbohidrat
dan malabsorbsi lemak. Malabsorpsi karbohidrat pada balita terjadi karena kepekaan terhadap
lactoglobulis dalam susu formula sehingga menyebabkan diare. Gejalanya dari malabsorbsi ini
berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, dan sakit di daerah perut. Sedangkan malabsorpsi
lemak dapat terjadi jika dalam makanan terdapat lemak yang disebut triglyserida. Triglyserida,
dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi usus.
Diare dapat muncul jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus karena lemak tidak
terserap dengan baik15.
2.2.3.3 Faktor alergi

10
Alergi yang menyebabkan diare dapat terjadi karena tubuh tidak tahan terhadap zat
makanan tertentu seperti laktosa pada susu sapi yang biasa disebut lactose intolerance15.
2.2.3.4 Faktor keracunan
Faktor keracunan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu keracunan bahan kimia dan
keracunan bahan oleh racun yang dikandung dan diproduksi. Racun tersebut dapat dihasilkan
oleh jasad renik, algae, ikan, buah-buahan, dan sayur-sayuran15.

2.2.3.5 Faktor imunodefisiensi


Penurunan daya tahan tubuh dapat menyebabkan seseorang lebih mudah terserang penyakit
termasuk penyakit diare. Imunodefisiensi dapat bersifat sementara (misalnya sesudah infeksi
virus), atau bahkan berlangsung lama seperti pada penderita HIV/AIDS15.

2.2.3.6 Sebab-sebab lain


Menurut Depkes RI, faktor perilaku yang dapat menyebabkan penyebaran bakteri
pathogen dan meningkatkan risiko terjadinya diare adalah sebagai berikut9:
a. Tidak memberikan ASI eksklusif dan melanjutkan ASI sampai 2 tahun.
b. Menggunakan botol susu yang memudahkan pencemaran bakteri pathogen, karena
botol susu susah dibersihkan.
c. Menyimpan makanan pada suhu kamar, yang jika didiamkan beberapa jam bakteri
pathogen akan berkembang biak.
d. Menggunakan air minum yang tercemar.
e. Tidak mencuci tangan setelah buang air besar atau sebelum makan dan menyuapi anak.
f. Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar.

2.2.4 Patofisiologi Diare


Mekanisme dasar kejadian diare dapat dijelaskan sebagai berikut16 :
a. Diare dapat terjadi karena gangguan osmotik. Hal ini dapat terjadi akibat terdapatnya
makanan atau zat yang tidak dapat diserap tubuh sehingga menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meningkat, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam rongga usus. Diare terjadi jika bahan yang secara osmotik aktif dan sulit
diserap yaitu larutan isotonik dan hipertonik. Larutan isotonik, air dan bahan yang larut
di dalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila substansi yang
diabsorbsi berupa larutan hipertonik, air, dan elektrolit akan pindah dari cairan
ekstraseluler ke dalam lumen usus agar osmolaritas isi lumen usus sama dengan cairan
ekstraseluler sehingga terjadi diare.

11
b. Diare terjadi akibat gangguan sekresi. Rangsangan enterotoksin yang dikeluarkan oleh
bakteri dan virus pada dinding usus, menyebabkan vili gagal mengabsorbsi natrium,
sedangkan sekresi klorida di sel epitel meningkat. Hal ini dapat menyebabkan
peningkatan air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena
terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Diare terjadi karena adanya gangguan motalitas usus. Pada mekanisme ini terjadi
gerakan hiperperistaltik yang akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Gerakan peristaltik usus yang
menurun juga dapat menimbulkan diare karena akan mengakibatkan bakteri timbul
secara berlebihan.
d. Diare juga dapat terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah
berhasil melewati asam lambung. Mikroorganisme tersebut berkembang biak kemudian
mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.
e. Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan oleh rotavirus. Virus ini
menyebabkan 40-60% dari kasus diare pada bayi dan anak-anak. Setelah terpapar
dengan agen tertentu, virus akan masuk ke dalam tubuh bersama dengan makanan dan
minuman. Kemudian virus itu akan sampai ke sel-sel epitel usus halus dan akan
menyebabkan infeksi dan merusak sel-sel epitel tersebut. Sel-sel epitel yang rusak akan
digantikan oleh sel enterosit baru yang berbentuk kuboid atau sel epitel gepeng yang
belum matang sehingga fungsi sel-sel ini masih belum bagus. Hal ini menyebabkan
vili-vili usus halus mengalami atrofi dan tidak dapat menyerap cairan dan makanan
dengan baik. Cairan dan makanan tadi akan terkumpul di usus halus dan akan
meningkatkan tekanan osmotik usus. Hal ini dapat menyebabkan banyaknya cairan
yang ditarik ke dalam lumen usus dan akan menyebabkan terjadinya hiperperistaltik
usus. Cairan dan makanan yang tidak diserap tadi akan didorong keluar melalui anus
dan terjadilah diare.

2.2.5 Komplikasi Diare


Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama diare, terutama
pada usia lanjut dan anak-anak. Apabila diare itu disebabkan oleh Shigella, demam tinggi dan
kejang bisa timbul. Abses pada saluran usus juga dapat timbul akibat infeksi shigella dan
salmonella terutama pada demam tifoid yang dapat menyebabkan perforasi pada saluran usus.

12
Hal ini sangat berbahaya dan mengancam nyawa. Muntah yang berat dapat menyebabkan
aspirasi dan robekan pada esofagus17.
Pada diare akut, dapat terjadi kehilangan cairan secara mendadak sehingga
menyebabkan syok hipovolemik yang cepat. Kehilangan cairan dan elektrolit melalui feses
akan mengarah ke hipokalemia dan asidosis metabolik. Pada kejadian diare yang terlambat
ditangani petugas medis, syok hipovolemik yang sudah tidak dapat diatasi lagi akan
menimbulkan Tubular Nekrosis Akut pada ginjal yang selanjutnya menyebabkan gagal multi
organ. Komplikasi ini dapat juga terjadi bila penanganan pemberian cairan tidak adekuat
sehingga tidak tercapai rehidrasi yang optimal. Selain itu, diare juga dapat menyebabkan
malnutrisi energi protein karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan.
Hal ini ditandai dengan penurunan jumlah otot dan lemak atau adanya bengkak di kaki dan
tangan, gyang merupakan pertanda adanya gangguan penyerapan karbohidrat, lemak, dan
protein18.

2.3 ASI Eksklusif


Kekebalan tubuh bayi (imunitas) didapatkan dari plasenta ibu. Namun, kadar kekebalan
tersebut akan menurun secara cepat ketika bayi lahir. Pada kondisi ini, bayi membutuhkan ASI
sebagai sumber imunitas untuk menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit.
Pemberian ASI eksklusif adalah Memberikan bayi hanya ASI saja selama usia 0-6 bulan tanpa
makanan dan minuman lain kecuali obat dan minuman berbasis air (air putih dan air teh).
Memberikan ASI secara eksklusif akan memberikan kekebalan kepada bayi terhadap berbagai
macam penyakit karena ASI adalah cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, jamur dan parasit. ASI
mengandung zat kekebalan (Lactobacillus bifidus, Lactoferin, dan Lisozim/muramidase), dan
beberapa antibodi lain yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri patogen yang
melindungi bayi terkena penyakit infeksi termasuk diare19,20.

2.3.1 ASI dan Manfaat Kandungan Nutrisinya


ASI adalah makanan yang terbaik bagi bayi yang mengandung zat-zat gizi yang
diperlukan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi, memberi perlindungan terhadap
infeksi dan alergi juga merangsang pertumbuhan sistem kekebalan. ASI mengandung berbagai
macam zat-zat penting untuk kekebalan tubuh, seperti vitamin, karbohidrat, lemak, mineral,
dan lain-lain. ASI adalah makanan ideal bagi bayi, yang mengandung nutrien spesifik, faktor

13
imunologis dan sifat antibakteri, serta faktor-faktor yang berfungsi sebagai sinyal biologis
untuk meningkatkan pertumbuhan dan diferensiasi sel. ASI merupakan sumber nutrisi yang
dapat memberikan perlindungan kepada bayi melalui berbagai komponen zat kekebalan yang
terkandung di dalamnya (vitamin, mineral, karbohidrat, protein, lemak)2,21. Menurut
Soetjiningsih, manfaat ASI adalah22:
1. ASI merupakan nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang terbaik.
ASI merupakan sumber gizi yang sangat deal, berkomposisi seimbang dan cara alami
disesuaikan dengan kebutuhan masa pertumbuhan bayi ASI adalah makanan yang
sangat sempurna baik kualitas maupun kuantitas. ASI sebagai makanan tunggal akan
mencukupi kebutuhan tubuh bayi hingga usia 6 bulan. Setelah usia 6 bulan bayi harus
mendapat makanan padat, tetapi pemberian ASI dapat diteruskan sampai bayi berumur
2 tahun22.
2. ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh
Bayi baru lahir secara alamiah mendapat imunologi (zat kekebalan tubuh atau daya
tahan tubuh) dari ibunya melalui ASI terutama yang terkandung dalam kolostrum yang
mengandung antibodi. Badan bayi baru lahir akan memproduksi sendiri
immunoglobulin secara cukup saat mencapai usia empat bulan22.
3. Manfaat ASI bagi bayi
Pemberian ASI dapat membantu bayi memulai kehidupannya dengan baik, kolostrum,
atau susu pertama mengandung anti bodi yang kuat untuk mencegah infeksi dan
membuat bayi menjadi kuat. Penting sekali bagi bayi untuk segera minum ASI dalam
jam pertama sesudah lahir, kemudian setidaknya setiap 2-3 jam. ASI mengandung
campuran berbagai bahan makanan yang tepat bagi bayi. ASI mudah dicerna oleh bayi.
ASI saja tanpa tambahan makanan lain merupakan cara terbaik untuk memberi makan
bayi dalam waktu 4-6 bulan pertama, sesudah 6 bulan, beberapa bahan makanan lain
harus ditambahkan pada bayi. Pemberian ASI pada umumnya harus disarankan selama
setidaknya 1 tahun pertama kehidupan anak22.

4. Bagi Ibu
Pemberian ASI membantu ibu untuk memulihkan diri dari proses persalinannya.
Pemberian ASI selama beberapa hari pertama membuat rahim berkontraksi dengan
cepat dan memperlambat perdarahan (hisapan pada putting susu merangsang
dikeluarkannya hormon oksitosin alami yang akan membantu kontraksi rahim). Wanita
yang menyusui bayinya akan lebih cepat pulih/turun berat badannya dari berat badan
yang bertambah selama kehamilan. Ibu yang menyusui, yang menstruasinya belum

14
muncul kembali akan kecil kemungkinannya untuk menjadi hamil (kadar prolaktin
yang tinggi akan menekan hormon Follicle stimulating hormone (FSH) dan ovulasi) 22.
2.3.2 ASI dan Kesehatan Saluran Cerna
Saluran cerna merupakan salah satu organ terpenting dalam pertumbuhan,
perkembangan dan kesehatan anak. Saluran cerna memiliki kemampuan sebagai pintu
pertahanan antara bagian dalam dan luar tubuh manusia, dan pada saat sistem pertahanan tubuh
tubuh rendah, kekebalan tubuh harus tetap ditingkatkan. ASI memiliki kelebihan yang dapat
meningkatkan peran pertahanan tersebut2,23.
Saluran cerna yang sehat dapat menjalankan fungsinya secara optimal. Fungsi saluran
cerna diawali dengan mengunyah makanan, mendorong makanan ke bagian saluran cerna yang
lain (lambung, usus halus dan usus besar) dan dikeluarkan melalui anus. Saat melewati saluran
cerna tersebut, makanan akan dicerna dan diserap oleh usus halus sehingga dapat digunakan
sebagai sumber nutrisi yang bermanfaat untuk pertumbuhan, perkembangan dan penunjang
kesehatan anak. Proses maturasi saluran cerna distimulasi oleh ASI yang dibantu oleh
kolostrum. Karena merupakan proses fisiologis, maka menyusui adalah cara yang optimal
untuk memberikan nutrisi kepada bayi2,23.
Lebih kurang 80% sel pada saluran cerna menghasilkan antibodi dan 40% jaringan
saluran cerna disusun oleh jaringan saluran cerna disusun oleh jaringan limfoid atau dikenal
dengan gut associated lymphoid tissue (GALT) yang merupakan jaringan limfoid terbesar di
dalam tubuh manusia. Sebagaimana fungsi kedua komponen tersebut sangat berpengaruh pada
sistem imun tubuh manusia23.
Penelitian telah membuktikan bahwa oligosakarida yang terkandung dalam ASI
merupakan komponen anti-infeksi dan anti-alergi. ASI dihubungkan dengan kejadian yang
rendah dari penyakit infeksi. Kadar IgA sekretori yang meningkat akibat masukan ASI yang
berpengaruh terhadap sistem pertahanan mukosa saluran cerna terhadap infeksi dengan cara
menghambat absorpsi antigen. Bayi yang mendapatkan ASI, jarang mengalami diare yang
berat dan gangguan motilitas saluran cerna (kembung, regurgitasi, muntah). Bayi juga
memperlihatkan pertumbuhan yang adekuat2,23.

2.3.3 ASI Eksklusif, Cara Pemberian dan Manfaatnya


ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman pendamping
(termasuk madu, air gula,dan lain-lain) yang dimulai sejak bayi baru lahir sampai dengan usia
6 bulan. Pemberian ASI ekslusif sampai umur 6 bulan komposisinya sudah untuk memenuhi
kebutuhan gizi bayi meskipun tanpa makanan/minuman pendamping ASI. Hal ini berdasarkan
pada beberapa hasil penelitian yang menemukan bahwa pemberian makanan pendamping ASI

15
justru akan menyebabkan pengurangan kapasitas lambung bayi dalam menampung asupan
cairan ASI sehingga pemenuhan ASI yang seharusnya dapat maksimal telah tergantikan oleh
makanan pendamping22,24.
Cara menyusui bayi yang baik adalah sesuai dengan kebutuhan bayi, karena secara
alamiah bayi akan mengatur kebutuhannya sendiri. Semakin sering bayi menyusui, payudara
akan memproduksi ASI lebih banyak. Demikian halnya bayi yang lapar atau bayi kembar,
dengan adanya hisapan maka payudara akan memproduksi ASI lebih banyak, karena semakin
kuat daya isapnya, semakin banyak ASI yang diproduksi22,24.
Produksi ASI selalu berkesinambungan, setelah payudara memproduksi ASI yang
banyak, maka akan terasa kosong dan payudara melunak. Pada keadaan ini ibu tetap tidak akan
kekurangan ASI karena ASI akan terus diproduksi asal bayi tetap menghisap. Dengan demikian
ibu dapat menyusui bayi secara ekslusif sampai 6 bulan, dan tetap memberikan ASI sampai
anak berusia 2 tahun bersama makanan lain22,24.

2.3.4 Komposisi ASI


a. Protein
Dibandingkan dengan komposisi protein susu mamalia lain, protein ASI paling rendah.
ASI mengandung whey protein dan casei adalah protein yang membantu menyebabkan isi
pencernaan bayi menjadi lebih lembut atau mudah dicerna oleh usus bayi19,24.
b. Lemak
Lemak ASI lebih mudah dicerna karena sudah dalam bentuk emulsi. Salah satu
keunggulan lemak ASI adalah kandungan asam lemak esensial, yang berperan penting dalam
pertumbuhan otak sejak trimester I kehamilan sampai 1 tahun usia anak22,24.
c. Vitamin
Vitamin A adalah salah satu vitamin penting yang tinggi kadarnya dalam kolostrum.
Konsentrasi vitamin D dan K sedikit dalam ASI. Untuk negara tropis yang terdapat cukup sinar
matahari, vitamin D tidak jadi masalah. Vitamin K akan terbentuk oleh bakteri di dalam usus
bayi beberapa waktu kemudian22,24.
Vitamin C, asam nikotinik, B1 (tiamin), B2 (riboflavin), B6 (piridoksin) sangat
dipengaruhi oleh makanan ibu, namun untuk ibu dengan status gizi normal, tidak perlu diberi
suplemen22,24.
d. Zat besi
Meskipun ASI mengandung sedikit zat besi (0.5 – 1.0 mg/liter) namun bayi yang
menyusui jarang terkena anemia. Bayi lahir dengan cadangan zat besi dan zat besi dari ASI

16
diserap dengan baik (>70%) dibandingkan dengan penyerapan 30 % dari susu sapi dan 10 %
dari susu formula22,24.
e. Laktoferin
Laktoferin banyak dalam ASI (1-6 mg/ml), tapi tidak terdapat dalam susu sapi.
Laktoferin bekerja sama dengan IgA untuk menyerap zat besi dari perencanaan sehingga
menyebabkan terhindarnya suplai zat besi yang dibutuhkan organisme patogenik. Oleh karena
itu, pemberian suplemen zat besi kepada bayi menyusui harus lebih dipertimbangkan22,24.
f. Faktor bifidus
Faktor bifidus dalam ASI meningkatkan pertumbuhan bakteri baik dalam usus bayi
(Lactobacillus Bifidus) yang melawan pertumbuhan bakteri patogen22,24.
g. Lisozim.
Lisozim termasuk whey protein yang bersifat bakteriosidal, antiinflamasi, dan
mempunyai kekuatan beberapa ribu kali lebih tinggi dari susu sapi22,24.

2.3.5 Hubungan Pemberian ASI Eksklusif terhadap Diare


Pada waktu bayi baru lahir secara alamiah mendapat zat kekebalan tubuh dari ibunya
melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut akan cepat turun setelah kelahiran bayi, setelah
segera lahir sampai beberapa bulan, bayi belum dapat membentuk kekebalan sendiri secara
sempurna. Sehingga kemampuan bayi membantu daya tahan tubuhnya sendiri menjadi lambat,
selanjutnya akan terjadi kesenjangan daya tahan tubuh. Kesenjangan daya tahan tersebut dapat
diatasi apabila bayi diberi ASI2,24.
Pemberian ASI sampai bayi mencapai usia 4-6 bulan, akan memberikan kekebalan
kepada bayi terhadap berbagai macam penyakit karena ASI adalah cairan yang mengandung
zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus,
jamur dan parasit. Oleh karena itu, dengan adanya zat anti infeksi dari ASI, maka bayi ASI
eksklusif akan terlindungi dari berbagai macam infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri,
virus, jamur dan parasit2,24.
Ada perbedaan yang signifikan antara bayi yang mendapat ASI eksklusif minimal 4
bulan dengan bayi yang hanya diberi susu formula. Bayi yang diberikan susu formula biasanya
mudah sakit dan sering mengalami problema kesehatan seperti sakit diare dan lain-lain yang
memerlukan pengobatan, sedangkan bayi yang diberikan ASI biasanya jarang mendapat sakit
dan kalaupun sakit biasanya ringan dan jarang memerlukan perawatan2,24.
Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian di Filipina yang menegaskan tentang manfaat
pemberian ASI ekskusif serta dampak negatif pemberian cairan tambahan tanpa nilai gizi
terhadap timbulnya penyakit diare. Seorang bayi yang diberi air putih atau minuman herbal,

17
lainnya beresiko terkena diare 2-3 kali lebih banyak dibandingkan bayi yang diberi ASI
Eksklusif2,24.

18
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Metode Penelitian


 Penelitian ini berjenis analitik dengan rancangan penelitian cross sectional untuk
mengetahui hubungan antara pemberian ASI eksklusif, dan pengetahuan ibu mengenai
ASI eksklusif terhadap angka kejadian diare di Puskesmas Selat tahun 2019.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


 Lokasi penelitian : Puskesmas Selat tahun 2019. Bali, Indonesia.
 Waktu penelitian : April 2019

3.3 Teknik Pengumpulan Data


3.3.1 Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh dengan mengumpulkan kuesioner ibu
yang memiliki anak berusia 6-12 bulan yang bertempat tinggal di Desa Selat, Puskesmas Selat.
Kuesioner dengan jumlah pertanyaan 27 pertanyaan, terdiri dari 4 pertanyaan tentang identitas
ibu, 3 pertanyaan tentang riwayat pemberian ASI eksklusif dan diare, 10 pertanyaan mengenai
pengetahuan diare dan 10 pertanyaan mengenai pengetahuan tentang ASI eksklusif.

 Identitas Ibu
Di dalam kuesioner, kategori identitas ibu terdiri dari 4 pertanyaan, yang mencakup
usia responden, pendidikan terakhir, pekerjaan dan penghasilan per bulan.
 Riwayat Pemberian ASI Eksklusif dan Diare
Di dalam kuesioner ditanyakan mengenai riwayat pemberian ASI eksklusif, alasan
tidak diberikan ASI eksklusif dan riwayat diare.

 Pengetahuan Mengenai Diare


Di dalam kuesioner ditanyakan mengenai definsi diare, frekuensi BAB agar disebut
diare, penyebab diare, bahaya diare, penanganan diare, tujuan penanganan diare,
pencegahan diare, kemungkinan meninggal akibat diare, pemberian ASI saat diare dan
keharusan rawat inap saat diare.

19
 Pengetahuan Mengenai ASI Eksklusif
Di dalam kuesioner ditanyakan mengenai definisi ASI, definisi ASI eksklusif, jangka
waktu pemberian ASI eksklusif, perbandingan dengan susu formula, perlakuan
sebelum menyusui, frekuensi menyusui, perlakuan setelah menyusui dan manfaat
menyusui bagi ibu.

3.3.2 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak berusia 6-12 bulan
yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas Selat, diambil berdasarkan kriteria inklusi
dan eksklusi sebagai berikut.
 Kriteria inklusi
1. Seorang wanita yang memiliki anak berusia 6-12 bulan.
2. Bertempat tinggal di Desa Selat, Puskesmas Selat.
3. Bersedia dengan sukarela menjadi subjek penelitian.
 Kriteria eksklusi
1. Tidak bersedia dengan sukarela menjadi subjek penelitian.

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel


Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah memberikan kuesioner pada ibu
yang memiliki anak berusia 6-12 bulan yang bertempat tinggal di Desa Selat, Puskesmas
Selat. Teknik pengambilan data secara whole sampling.

3.4 Variabel dan Definisi Operasional Variabel


3.4.1 Variabel Penelitian
 Variabel terkendali :
a. Ibu yang memiliki bayi berusia 6-12 bulan yang bertempat tinggal di Desa Selat,
Puskesmas Selat.
b. Riwayat pemberian ASI eksklusif, karakteristik ibu dan pengetahuan ibu
mengenai ASI eksklusif dan diare.
c. Lokasi dan waktu penelitian.
d. Teknik penelitian dan cara pengambilan sampel.

20
 Variabel perlakuan : wawancara terpimpin dengan pembagian dan pengisian kuesioner
secara terstruktur.
 Variabel respon : Angka kejadian diare pada bayi berusia 6-12 bulan Desa Selat,
Puskesmas Selat tahun 2019

3.4.2 Definisi Operasional


 ASI eksklusif
Adalah pemberian ASI selama 6 bulan pertama kehidupan bayi tanpa memberikan
makanan atau minuman lain kepada bayi. Dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu :
1. Tidak diberi ASI eksklusif.
2. Diberi ASI eksklusif.
 Diare
Adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair dan terjadi paling sedikit 3
kali dalam 24 jam. Dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar yaitu:
1. Bayi mengalami diare dalam 1 bulan terakhir.
2. Bayi tidak mengalami diare dalam 1 bulan terakhir.
 Pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif dan diare
Merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap objek tertentu. Pada penelitian ini pengetahuan didasarkan oleh jumlah dan
akan ditentukan kriteria baik maupun buruk. Untuk aspek pengetahuan, di berikan
dalam 20 poin pertanyaan. Dibagi menjadi :
1. Pengetahuan buruk, apabila responden dapat menjawab benar 0-10 poin pertanyaan.
2. Pengetahuan baik, apabila responden dapat menjawab benar 11-20 poin pertanyaan.

3.5 Teknik Analisis Data


3.5.1 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data Penelitian
Data yang diperoleh merupakan data primer yang diperoleh langsung dari penelitian.
Skala pengukuran penelitian ini adalah kategorik nominal untuk variabel bebas, dan skala
pengukuran kategorik nominal untuk variabel terikat. Analisis data yang diperoleh dengan chi-
square (X2) menggunakan perangkat lunak komputer SPSS dan Microsoft Office Excel. Uji
chi-square (X2) dengan tingkat kepercayaan 95% digunakan untuk komparasi hasil dari
berbagai kelompok perlakuan. Perbedaan dianggap Signifikan bila nilai α < 0,05. Analisis data

21
univariat dan bivariat, kemudian dilanjutkan dengan uji kekuatan hubungan menggunakan
Odds Ratio (OR).

3.5.2 Hipotesis Statistik


H0 = µ1 = µ2 : Riwayat pemberian ASI eksklusif, dan pengetahuan ibu mengenai ASI
eksklusif dan diare tidak mempengaruhi angka kejadian diare pada bayi berusia 6-12 bulan di
Desa Selat, Puskesmas Selat tahun 2019.
H1 ≠ µ1 ≠ µ2 : Riwayat pemberian ASI eksklusif, dan pengetahuan ibu mengenai ASI
eksklusif dan diare mempengaruhi angka kejadian diare pada bayi berusia 6-12 bulan di Desa
Selat, Puskesmas Selat tahun 2019.

3.5.3 Kriteria Uji


Diterima atau tidaknya H0/H1 ditentukan berdasarkan kriteria uji sebagai berikut:
- Jika Fhitung < Ftabel dan p > 0,05 maka H0 gagal ditolak.
- Jika Fhitung ≥ Ftabel dan p ≤ 0,05 maka H0 ditolak.
3.6 Aspek Etik Penelitian
Penelitian dengan menerapkan prinsip partisipasi, jaminan kerahasiaan data dan
keikutsertaan.
 Partisipasi
Pengambilan data dilakukan setelah responden mengerti maksud dan tujuan penelitian.
 Jaminan kerahasiaan data
Seluruh data dan informasi penelitian ini akan dirahasiakan sehingga tidak
memungkinkan untuk diketahui orang lain.
 Keikutsertaan
Keikutsertaan responden pada penelitian ini bersifat sukarela. Responden
dapat menolak maupun mengundurkan diri di setiap saat. Bila responden
tidak mengikuti dan mentaati aturan yang diberikan, responden dapat dikeluarkan setiap
saat selama penelitian ini dilakukan.

3.7. Penyajian Data


Dalam penelitian ini, hasil dari pengumpulan data, analisis, dan pengolahan data
disajikan dalam bentuk tabel disertai dengan pembahasannya.

22
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Analisis Univariat
Dilakukan analisis univariat terhadap variabel-variabel penelitian dan digunakan untuk
melihat gambaran umum dari data yang telah dikumpulkan. Responden yang dikumpulkan
dalam penelitian ini berjumlah 43 responden dan sudah memenuhi kriteria inklusi. Data yang
dikumpulkan menggunakan kuesioner dianalisis secara univariat.
Data yang dianalisis secara univariate yaitu: pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif
dan diare, riwayat pemberian ASI eksklusif, alasan tidak memberikan ASI eksklusif dan
riwayat kejadian diare.

Tabel 4.1 Data Pengetahuan Mengenai ASI Eksklusif dan Diare pada Ibu yang
Memiliki Bayi Berusia 6-12 Bulan di Puskesmas Selat Tahun 2019.

Pengetahuan mengenai ASI eksklusif dan diare n %

Rendah 3 6,9

Tinggi 40 93,1

Total 43 100

Dari tabel 4.2 di atas didapatkan angka pengetahuan mengenai ASI eksklusif dan diare
pada ibu yang memiliki bayi berusia 6-12 bulan di Puskesmas Selat Tahun 2019 yang tinggi
sebesar 93,1%.

Tabel 4.2 Data Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Berusia 6-12 Bulan di Puskesmas
Selat Tahun 2019

Pemberian ASI Eksklusif n %

Tidak 22 51,2

Ya 21 48,8

Total 43 100

Dari tabel 4.2 di atas didapatkan angka pemberian ASI eksklusif pada bayi berusia 6-
12 bulan di Puskesmas Selat Tahun 2019 sebesar 48,8%.

23
Tabel 4.3 Distribusi Alasan Ibu Tidak Memberikan ASI Eksklusif pada Bayi Berusia 6-
12 Bulan di Puskesmas Selat Tahun 2019

Alasan Ibu n %
ASI kurang 8 36,4
Bayi tidak tampak kenyang dengan ASI 4 18,3
Ibu / anak sakit 2 9
Ibu bekerja 6 27,3
Lain-lain 2 9
Total 22 100
Dari tabel 4.3 di atas didapatkan alasan terbanyak ibu untuk tidak memberikan ASI
eksklusif adalah ASI kurang (36,4%) diikuti dengan ibu bekerja (27,3%), bayi tidak tampak
kenyang dengan ASI (18,3%), Ibu / anak sakit (9%) dan lain-lain (9%).

Tabel 4.4 Data Kejadian Diare dalam 1 Bulan Terakhir pada Bayi Berusia 6-12 Bulan
di Puskesmas Selat Tahun 2019

Kejadian diare dalam 1 bulan terakhir n %

Ya 12 27,9

Tidak 31 72,1

Total 43 100

Dari tabel 4.4 di atas didapatkan angka kejadian diare pada anak berusia 6-12 bulan
dalam 1 bulan terakhir di Puskesmas selat adalah sebesar 27,9%.

4.1.2 Analisis Bivariat


Tabel 4.5 Analisis Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Angka Kejadian Diare
Bayi Berusia 6-12 Bulan di Puskesmas Selat Tahun 2019
Pemberian Diare Tidak Diare Odds Ratio
Total P value
ASI n % n % (OR)
Tidak 10 45,5 12 54,5 22
0.009* 7.917
Ya 2 9,5 19 90,5 21
Total 12 31 43

24
Dari hasil analisis bivariat pada tabel 4.6 didapatkan bahwa terdapat hubungan antara
pemberian ASI ekslusif terhadap angka kejadian diare. Hasil uji statistik dengan uji chi-square
menunjukkan bahwa nilai p=0,009 (p<0,01) ada perbedaan yang bermakna antara Ibu yang
memberi ASI eksklusif dan Ibu yang tidak memberi ASI eksklusif terhadap angka kejadian
diare pada bayi berusia 6-12 bulan di Puskesmas Selat. Odds ratio hubungan pemberian ASI
ekslusif dengan angka kejadian diare adalah sebesar 7,917. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
responden yang tidak memberi ASI eksklusif memiliki risiko kemungkinan bayinya
mengalami diare sebesar 7,917 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang memberi
ASI eksklusif pada bayinya.

Tabel 4.6 Analisis Hubungan Pengetahuan Ibu Mengenai ASI Eksklusif dan Diare
dengan Angka Kejadian Diare Bayi Berusia 6-12 Bulan di Puskesmas Selat Tahun 2019
Pengetahuan Diare Tidak Diare Odds Ratio
Total P value
Ibu n % N % (OR)
Rendah 2 66,7 1 33,3 3
0,121 6
Tinggi 10 25 30 75 40
Total 12 31 43

Dari hasil analisis bivariat pada tabel 4.6 didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara pengetahuan ibu mengenai ASI ekslusif dan diare terhadap angka kejadian diare
(p=0,121).

4.2 Pembahasan
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi
berusia 6-12 bulan di Puskesmas Selat, pada tahun 2018 adalah sebesar 48,8%. Angka ini masih
di bawah target pemberian ASI eksklusif yaitu sebesar 70%6. Pemberian ASI eksklusif
direkomendasikan oleh WHO dan UNICEF selama enam bulan untuk mencapai pertumbuhan
dan perkembangan optimal3. ASI merupakan sumber nutrisi yang sangat baik untuk bayi
karena mengandung berbagai macam nutrisi yang dibutuhkan untuk bayi dalam jumlah yang
benar. Manfaat paling penting dari pemberian ASI eksklusif pada bayi adalah perlindungan
terhadap infeksi seperti diare2,8.
Alasan terbanyak Ibu dalam tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi adalah
kurangnya produksi ASI (37,4%). Faktor yang mempengaruhi produksi ASI yaitu: makanan,

25
apabila konsumsi makanan ibu secara teratur dan cukup mengandung gizi yang diperlukan
akan meningkatkan produksi ASI. Ketenangan jiwa dan pikiran, ibu yang selalu dalam keadaan
ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak akan terjadi produksi ASI.
Anatomis buah dada, bila jumlah lobus dan lobulus dalam buah dada berkurang, dengan
demikian produksi ASI berkurang. Fisiologi, terbentuknya ASI dipengaruhi hormon prolaktin
yang menentukan dalam hal pengadaan dan mempertahankan sekresi air susu. Isapan anak,
isapan bayi yang efektif akan mengoptimalkan rangsangan ke otak yang akan memerintahkan
untuk memproduksi hormon prolaktin dan oksitosin. Faktor obat, obat yang mengandung
hormon akan mempengaruhi hormon prolaktin dan oksitosin, akan mempengaruhi
pembentukan dan pengeluaran ASI. Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan
menggunakan kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat
mengurangi jumlah produksi ASI25,26.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pemberian ASI
eksklusif dengan angka kejadian diare pada bayi berusia 6-12 bulan di Kelurahan Cibinong,
Kabupaten Bogor tahun 2018 dengan p=0,009 (p<0,01). Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan di Puskesmas Kuranji Padang, Puskesmas Galesong Gorontalo, Puskesmas Kawali
Ciamis, Puskesmas Pacangsawit Surakarta, Puskesmas Seyegan Sleman, Puskesmas Naggalo
Padang dan Rumah Sakit Hidayatullah Jakarta bahwa terdapat hubungan antara pemberian ASI
eksklusif dengan angka kejadian diare akut pada bayi berusia 0-1 tahun27,28,29,30,31,32,33.
Kandungan pada ASI bersih dan bebas kontaminasi. ASI juga mengandung berbagai zat
antiinfeksi. Dengan kandungan tersebut, ASI merupakan makanan yang sangat baik untuk
pertahanan bayi terhadap infeksi baik akut maupun kronis. Zat antiinfeksi yang terdapat pada
ASI antara lain24:
a. Immunoglobulin, terutama secretory immunoglobulin A (sIgA) yang melapisi mukosa
saluran pencernaan dapat melumpuhkan dan mencegah bakteri dan virus untuk
memasuki sel saluran pencernaan.
b. Sel darah putih yang dapat membunuh mikroorganisme patogen. Sel darah putih pada
ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu:
Bronchus-Associated Lymphocyte Tissue (BALT) yang merupakan antibodi
pernafasan, Gut-Associated Lymphocyte Tissue (GALT) yang merupakan antibodi
saluran pernafasan, dan Mammary-Associated Lymphocyte Tissue (MALT) yang
merupakan antibodi jaringan payudara ibu.
c. Whey proteins (lisozim dan laktoferin) yang dapat membunuh bakteri, virus dan jamur.
Kadar lisozim pada ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi.
26
d. Oligosakarida yang dapat mencegah bakteri untuk melekat pada permukaan mukosa
saluran pencernaan24.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan
Ibu dengan angka kejadian diare pada bayi berusia 6-12 bulan di Puskesmas Selat Tahun 2019.
Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan di Kelurahan Kartasuro Sukoharjo,
Puskesmas Tlogosari Wetan Semarang dan Puskesmas Langsa Kota yaitu terdapat hubungan
antara pengetahuan ibu dengan angka kejadian diare35,36,37.

27
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada ibu yang memiliki bayi berusia 6-12
bulan di Puskesmas Selat Tahun 2019 maka dapat disimpulkan bahwa :
 Terdapat hubungan pemberian ASI eksklusif terhadap angka kejadian diare pada bayi
berusia 6-12 bulan di Puskesmas Selat Tahun 2019
 Tidak terdapat hubungan pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif terhadap angka
kejadian diare pada bayi berusia 6-12 bulan di Puskesmas Selat Tahun 2019

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, ada beberapa hal yang dapat disarankan demi
keperluan pengembangan dari hasil penelitian pengaruh pemberian ASI eksklusif, dan
pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif terhadap angka kejadian diare di Puskesmas Selat
Tahun 2019.
Kepada ibu yang memiliki dan akan memiliki bayi agar memberi ASI eksklusif
kepada bayinya agar menurunkan risiko menderita penyakit diare.
 Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan
pemberian ASI eksklusif pada bayi terutama pada ibu yang bekerja.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Global Health Observatory Data; 2017. Diakses pada 2 November 2018 dari
http://www.who.int/gho/countries/en/
2. Bhutta ZA. Acute gastroenteritis in children in Nelson Textbook of Pediatrics. 19th ed.
Elsevier Saunders. Philadelphia; 2011.p.1323-39
3. WHO. Global Burden of Disease: 2004 update. Geneva: World Health Organisation; 2008.
4. Depkes RI. Survei Kesehatan Rumah Tangga 2004. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia; 2004.
5. Depkes RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI; 2007.
6. Dinas Kesehatan. Profil Kesehatan Puskesmas Selat, : Pemerintah Kabupaten Karangasem
2016
7. Kramer MS, Kakuma R. Optimal duration of exclusive breastfeeding. Cochrane Database
Syst Rev. 2012;8.
8. Shams A. Exclusive Breastfeeding Reduces Acute Respiratory Infection and Diarrhea
Deaths Among Infants in Dhaka Slums. Journal of The American Academy of Pediatrics.
2010;108(4).
9. Depkes RI. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Departemen
Kesehatan Republik Indonesia; 2007.
10. Soegijanto S. Ilmu Penyakit Anak. Jakarta: Medika; 2002.
11. Corwin, Elizabeth J. Handbook of Pathophysiology. 3rd Ed. USA: Lippincott Williams &
Wilkins; 2008.
12. WHO. World Health Statistic. World Health Organization; 2011.Diakses pada 8 Januari
2012 dari http://www.who.int
13. Latief, Abdul. Buku kuliah ilmu kesehatan anak. Jilid I. Jakarta: FKUI; 2002. H.283-94
14. Widoyono. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan Dan
Pemberantasannya. Surabaya: Erlangga; 2008.
15. Pickering LK, Snyder JD. Gastroenteritis dalam Nelson Ilmu Kesehatan Anak. ed
15.Jakarta: EGC;1999.h.889-90.
16. Kusmaul. Penyakit Diare Akut. Jakarta: Puspa Swara; 2002.
17. Kliegman RM, Marcdante KJ, and Behrman RE. Nelson Essentials of Pediatric. 5th ed.
Philadelphia: Elsevier Saunders; 2006.
29
18. Zein U, Sagala KH, Ginting J. Diare Akut Disebabkan Bakteri. Medan: Fakultas
Kedokteran Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Universitas
Sumatera Utara; 2004.
19. Roesli, Utami. Mengenal ASI eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya, Anggota IKAPI;
2005.
20. Depkes RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI; 2010.
21. Chantry CJ, Howard CR, Auinger P. Full breastfeeding duration and assiciated decrease
in respiratory tract infection in US children. Pediatrics. 2006; 117(2):425-32.
22. Soetjiningsih. ASI: Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC; 2001.
23. Matondang CS, Munatsir Z, Sumadiono. Aspek Imunologi Air Susu Ibu. In : Akib A.A.P.,
Munasir Z., Kurniati N. Buku Ajar Alergi-Imunologi Anak, Edisi II. Jakarta : Badan
Penerbit IDAI; 2008.
24. World Health Organization. Infant and young child feeding. Switzerland. World Health
Organization; 2009.
25. Kristiyanasari, Weni. ASI, Menyusui dan Sadari. Yogyakarta, Nuha Medika; 2009.
26. Tauriska TA, Umamah F. Hubungan antara isapan bayi dengan produksi ASI pada ibu
menyusui di Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya. Journal of Health Sciences.
2015;7(1).
27. Rahmadhani EP, Lubis G, Edison. Hubungan pemberian ASI eksklusif dengan angka
kejadian diare akut pada bayi usia 0-1 tahun di Puskesmas Paranji Kota Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas. 2013;2(2).
28. Mohamad I, Abdullah T, Prawirodiharjo. Hubungan pemberian ASI eksklusif dengan
kejadian diare pada bayi 0-11 bulan di Puskesmas Galesong Utara. Makassar: Universitas
Hasanuddin; 2014.
29. Endah SN, Lutvie T, Mulyani DS. Hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
diare pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kawali Kabupaten Ciamis:
Jurnal Kesehatan Kartika; 2009
30. Yandra RF. Hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare akut pada bayi usia
1-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pucangsawit Surakarta. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta; 2014.
31. Prabowo J. Hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada anak
usia 7-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Seyegan Sleman Yogyakarta. Yogyakarta:
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah; 2015.
30
32. Tamimi MA, Jurnalis YD, Sulastri D. Hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
diare pada bayi di wilayah Puskesmas Nanggalo Padang. Jurnal Kesehatan Andalas.
2016;5(1).
33. Habibah U. Hubungan ASI eksklusif dengan kejadian diare pada bayi usia 0-12 bulan di
Rumah Sakit Syarif Hidayatullah. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah;
2013.
34. Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012
Tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Jakarta: Sekretariat Negara; 2012.
35. Yuliana. Hubungan pengetahuan, sikap dan pekerjaan ibu yang tidak memberikan ASI
eksklusif dengan kejadian diare pada bayi di kelurahan Kartasuro Sukoharjo. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah; 2014.
36. Bertin FW. Hubungan pengetahuan, sikap dan praktik ASI eksklusif pada ibu bayi usia 0-
6 bulan dengan kejadian diare. Semarang: Universitas Diponegoro; 2014
37. Wahyuni S, Imelda. Hubungan pengetahuan, sikap ibu dan pemberian ASI eksklusif
dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Langsa Kota, Desa Paya Bujuk Blang
Pase tahun 2013. Aceh: Universitas Ubudiyah; 2013\

31
LAMPIRAN 1
KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN PENGETAHUAN IBU
TERHADAP ANGKA KEJADIAN DIARE
PADA BAYI 6-12 BULAN PUSKESMAS SELAT

Identitas Ibu
Nama ibu :
Usia ibu :
Pendidikan terakhir :
Pekerjaan :
Riwayat pemberian ASI eksklusif dan diare
1. Apa bayi ibu diberikan ASI eksklusif (ASI saja selama 6 bulan)?
a. Ya
b. Tidak
2. Jika tidak, mengapa?
a. ASI tidak keluar / kurang
b. Anak tidak tampak kenyang dengan ASI
c. Ibu/anak sakit
d. Ibu bekerja
e. Lain-lain
3. Apakah bayi ibu mengalami diare (mencret lebih dari 3x per hari) dalam 1 bulan
terakhir?
a. Ya
b. Tidak

32
Pengetahuan diare
1. Menurut ibu, apakah yang dimaksud dengan diare?
a. Mencret
b. Muntah
2. Menurut ibu, berapa kali buang air besar dalam sehari agar dapat disebut sebagai
diare?
a. 1 kali atau lebih
b. Lebih dari 3 kali
c. Lebih dari 10 kali
3. Menurut ibu, apa yang menyebabkan diare?
a. Udara kotor
b. Makanan atau air yang mengandung bakteri
4. Menurut ibu, apa bahaya dari diare?
a. Dehidrasi (kekurangan cairan tubuh)
b. Gastritis (maag)
5. Menurut ibu, apa yang pertama kali harus diberikan pada penderita diare?
a. Obat anti diare
b. Oralit
6. Menurut ibu, apa tujuan pemberian dari soal no.5 ?
a. Menghentikan diare
b. Mencegah dehidrasi
7. Menurut ibu, bagaimana mencegah diare?
a. Banyak diberi asupan makanan/minuman
b. Cuci tangan
8. Menurut ibu, apakah diare dapat menyebabkan bayi meninggal?
a. Ya
b. Tidak
9. Menurut ibu, jika bayi sedang diare, apakah boleh diberikan ASI?
a. Ya
b. Tidak
10. Menurut ibu, apakah semua bayi diare harus dirawat inap?
a. Ya
b. Tidak

Pengetahuan ASI Eksklusif


1. Menurut ibu, apa itu ASI?
a. Susu yang keluar dari payudara ibu
b. Susu formula
33
2. Menurut ibu, apa yang diberikan kepada bayi dalam program ASI eksklusif?
a. ASI + makanan tambahan
b. Susu formula saja
c. ASI + susu formula
d. ASI saja
3. Menurut ibu, berapa lama jangka waktu pemberian ASI eksklusif?
a. 1 bulan
b. 6 bulan
c. 1 tahun
d. 2 tahun
4. Menurut ibu, mana yang lebih baik bagi bayi?
a. ASI
b. Susu formula
5. Menurut ibu, apa kelebihan ASI dibanding susu formula?
a. Menurunkan risiko infeksi
b. Lebih enak rasanya
6. Menurut ibu, apakah sebelum menyusui, payudara ibu perlu dicuci?
a. Ya
b. Tidak
7. Menurut ibu, apakah sebelum menyusui, ibu perlu cuci tangan?
a. Ya
b. Tidak
8. Menurut ibu, berapa kali bayi harus menyusui ASI dalam sehari?
a. 3-5x sehari
b. Sesering mungkin
9. Menurut ibu, apakah setelah menyusui, anak perlu diberi air putih?
a. Ya
b. Tidak
10. Menurut ibu, apakah manfaat bagi ibu jika menyusui?
a. Sebagai KB alamiah
b. Lebih cepat langsing

34
35
LAMPIRAN 2
Tabel Chi-Square Hubungan Pemberian ASI dengan Angka Kejadian Diare pada Bayi
Berusia 6-12 Bulan di Puskesmas Selat Tahun 2019.

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pemberian ASI * Diare 43 100.0% 0 0.0% 43 100.0%

Pemberian ASI * Diare Crosstabulation


Diare Total
Diare Tidak Diare
Count 10 12 22
Tidak
Expected Count 6.1 15.9 22.0
Pemberian ASI
Count 2 19 21
Ya
Expected Count 5.9 15.1 21.0
Count 12 31 43
Total
Expected Count 12.0 31.0 43.0

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 6.894a 1 .009
Continuity Correctionb 5.224 1 .022
Likelihood Ratio 7.393 1 .007
Fisher's Exact Test .016 .010
Linear-by-Linear Association 6.734 1 .009
N of Valid Cases 43
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.86.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Pemberian
7.917 1.473 42.538
ASI (Tidak / Ya)
For cohort Diare = Diare 4.773 1.182 19.267
For cohort Diare = Tidak
.603 .402 .905
Diare
N of Valid Cases 43

36
LAMPIRAN 3
Tabel Chi-Square Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Angka Kejadian Diare pada
Bayi Berusia 6-12 Bulan di Puskesmas Selat Tahun 2019.

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pengetahuan Ibu * Diare 43 100.0% 0 0.0% 43 100.0%

Pengetahuan Ibu * Diare Crosstabulation


Diare Total
Diare Tidak Diare
Count 2 1 3
Rendah
Expected Count .8 2.2 3.0
Pengetahuan Ibu
Count 10 30 40
Tinggi
Expected Count 11.2 28.8 40.0
Count 12 31 43
Total
Expected Count 12.0 31.0 43.0

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 2.408a 1 .121
Continuity Correctionb .782 1 .376
Likelihood Ratio 2.112 1 .146
Fisher's Exact Test .184 .184
Linear-by-Linear Association 2.352 1 .125
N of Valid Cases 43
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .84.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
Pengetahuan Ibu (Rendah / 6.000 .490 73.452
Tinggi)
For cohort Diare = Diare 2.667 1.017 6.989
For cohort Diare = Tidak
.444 .089 2.224
Diare
N of Valid Cases 43

37

Anda mungkin juga menyukai