PENDAHULUAN
1
ASI eksklusif frekuensi terjadinya diare lebih sedikit, karena ASI melindungi gastrointestinal
pada bayi. Penelitian yang dilakukan di daerah kumuh Kota Dhaka, Bangladesh menunjukkan
bayi yang tidak ASI berhubungan dengan 2,23 kali resiko bayi meninggal karna semua kasus,
2,40 kali resiko meninggal karena ISPA, dan 3,94 kali resiko meninggal karena diare2,8.
Cakupan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Selat tahun 2016 sebesar 96,21%
melampaui target yang ditetapkan sebesar 80%, artinya kesadaran masyarakat akan manfaat
ASI sudah baik.
Karena tingginya angka kesakitan diare di Kabupaten Karangasam, terutama di
Kelurahan Selat. maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang hubungan pemberian ASI
eksklusif terhadap angka kejadian diare pada bayi berusia 6-12 bulan di Puskesmas Selat,
Kabupaten Karangasam, yang diharapkan dapat membantu memberikan masukan dalam upaya
menurunkan angka kejadian diare di Puskesmas Selat.
2
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pentingnya pemberian ASI
eksklusif, serta untuk meningkatkan peran serta keluarga dan kader dalam membantu
menurunkan kasus diare pada bayi.
Pemberian ASI
Angka kejadian
diare
Pengetahuan ibu
tentang ASI eksklusif
3
1.7 Hipotesis Penelitian
Terdapat hubungan pemberian ASI eksklusif terhadap angka kejadian diare pada bayi
berusia 6-12 bulan di Puskesmas Selat tahun 2019.
Terdapat hubungan pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif dan diare terhadap angka
kejadian diare pada bayi berusia 6-12 bulan di Puskesmas Selat tahun 2019.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Geografi
Luas wilayah kerja Puskesmas Selat adalah seluas 80,4 Km2 dengan batas
sebagai berikut :
Utara : Gunung Agung Kecamatan Kubu
Timur : Kecamatan Bebandem
Selatan : Kecamatan Sidemen
Barat : Kecamatan Rendang
Secara umum wilayah kerja Puskesmas Selat berupa dataran tinggi dan dataran
rendahyang merupakan wilayah pedesaan.
5
2.1.2 Demografi
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Selat sampai dengan desember tahun
2016 per masing-masing desa adalah sebagai berikut.
Penduduk usia produktif wilayah kerja Puskesmas Selat memiliki mata pencaharian
yang bermacam-macam, mulai dari petani,tukang pedagang, pemandu wisata, pedagang,
pegawai negeri dan lain-lain.
Berdasarkan data, penduduk lanjut usia dan pralansia di wilayah kerja Puskesmas
Selat adalah sebanyak 981 orang. Adapun rincian prausila dan usila di masing-masing Desa
adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2 Jumlah prausila dan usila di masing-masing Desa
JUMLAH
DESA PRA USILA TOTAL
USILA
MUNCAN 46 63 109
PERINGSARI 52 30 82
SELAT 38 49 87
AMERTA BUANA 22 61 83
SEBUDI 17 44 61
DUDA 25 19 44
DUDA UTARA 160 126 286
6
DUDA TIMUR 114 85 199
TOTAL 474 477 951
1. Visi
7
2.2 Diare
2.2.1 Definisi Diare
Diare berasal dari bahasa Yunani yaitu diarroi yang berarti mengalir terus. Terdapat
beberapa definisi mengenai pengertian diare. Hipocrates mendefinisikan diare sebagai buang
air besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih
lembek atau cair. Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu
penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai
mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau
lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah yang
merupakan gejala infeksi gastrointestinal. Diare disebabkan oleh berbagai organisme bakteri,
virus dan parasit yang menyebar melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi atau dari
orang ke orang sebagai akibat dari kebersihan yang buruk9.
Menurut Depkes RI diare adalah buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air
saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya dan berlangsung kurang dari 14 hari9. Diare
yang berlangsung antara satu sampai dua minggu dikatakan diare yang berkepanjangan10. Diare
paling sering terjadi pada 3 tahun pertama kehidupan, dimana seorang anak bisa mengalami 1-
3 episode diare berat. Penyebab tersering diare adalah infeksi virus atau bakteri di usus halus
distal atau usus besar11.
1. Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu-waktu, berlangsung kurang dari 14 hari,
dengan pengeluaran tinja lunak atau cair yang dapat atau tanpa disertai lendir dan darah
tanpa diselingi berhenti. Diare ini berlangsung lebih dari 2 hari12,13.
2. Diare kronis adalah diare yang gejala dan tanda sudah berlangsung lebih dari 2 minggu
sebelum datang berobat dan sifatnya berulang12,13.
Dehidrasi ditandai dengan penurunan berat badan, pada bayi ubun-ubun terlihat lebih
besar dan cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut, dan bibir terlihat
kering. Anak-anak yang tidak mendapatkan perawatan yang baik selama diare akan jatuh pada
keadaan seperti dehidrasi, gangguan keseimbangan asam-basa, hipoglikemia, gangguan gizi,
8
dan gangguan sirkulasi. Dehidrasi terjadi karena kehilangan air lebih banyak daripada
pemasukan air13. Berdasarkan derajat dehidrasi diare dibagi menjadi 3, yaitu :
9
Campylobacter. Bakteri non invasif masuk dan melekat pada dinding usus dan
berkembang di dalam usus lalu bakteri mengeluarkan enzim mucinase, dan masuk ke
dalam membran dan mengeluarkan unit A dan B dari bakteri lalu mengeluarkan cyclic
Adenosine monophosphate (cAMP) yang menyebabkan rangsangan sekresi cairan usus
dan menghambat absorbs tetapi tidak merusak membran epitel dari usus halus. Tekanan
di dalam usus akan meningkat, kemudian timbulah diare. Bakteri invasif
mengakibatkan kerusakan (ulserasi) yang diikuti oleh respon inflamasi dan abses pada
mukosa usus halus. Toksin yang dikeluarkan oleh bakteri invasif dapat mempengaruhi
proses seluler pada usus halus. Contoh pada Enterotoksin E. Coli (ETEC) yang
merupakan toksin yang akan mengaktifkan adenilat siklase, sementara itu ada juga
bakteri invasif yang mengaktifkan guanilat siklase. Pada Enterohemorrhagic E. Coli
(EHEC) dan Shigella dapat menghasilkan verotoksin yang dapat mengakibatkan
kelainan sistemik seperti kejang dan syndrome hemolitik uremic (SHU) 15.
b. Infeksi virus : Rotavirus, Adenovirus.
Virus merupakan mikroorganisme yang secara langsung dapat menyebabkan vili usus
halus rusak sehingga luas permukaan usus halus rusak dan juga dapat mengakibatkan
reaksi enzimatik di usus menjadi terganggu yang mengakibatkan perkembangan vili
enterosit normal terhambat dan juga mengakibatkan perubahan fungsi dari epitel usus
halus. Perubahan ini dapat menyebabkan malabsorbsi dan motilitas usus abnormal
selama terjadi infeksi15.
c. Infeksi parasit : cacing perut, Ascaris, Trichiuris, Strongyloides, Blastsistis huminis,
protozoa, Entamoeba histolitica, Giardia labila, Belantudium coli dan Crypto.
d. Worm: A. Lumbricoides, cacing tambang, Trichuris trichiura, S. Stercoralis
e. Fungus: Kandida/moniliasis.
10
Alergi yang menyebabkan diare dapat terjadi karena tubuh tidak tahan terhadap zat
makanan tertentu seperti laktosa pada susu sapi yang biasa disebut lactose intolerance15.
2.2.3.4 Faktor keracunan
Faktor keracunan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu keracunan bahan kimia dan
keracunan bahan oleh racun yang dikandung dan diproduksi. Racun tersebut dapat dihasilkan
oleh jasad renik, algae, ikan, buah-buahan, dan sayur-sayuran15.
11
b. Diare terjadi akibat gangguan sekresi. Rangsangan enterotoksin yang dikeluarkan oleh
bakteri dan virus pada dinding usus, menyebabkan vili gagal mengabsorbsi natrium,
sedangkan sekresi klorida di sel epitel meningkat. Hal ini dapat menyebabkan
peningkatan air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena
terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Diare terjadi karena adanya gangguan motalitas usus. Pada mekanisme ini terjadi
gerakan hiperperistaltik yang akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Gerakan peristaltik usus yang
menurun juga dapat menimbulkan diare karena akan mengakibatkan bakteri timbul
secara berlebihan.
d. Diare juga dapat terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah
berhasil melewati asam lambung. Mikroorganisme tersebut berkembang biak kemudian
mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.
e. Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan oleh rotavirus. Virus ini
menyebabkan 40-60% dari kasus diare pada bayi dan anak-anak. Setelah terpapar
dengan agen tertentu, virus akan masuk ke dalam tubuh bersama dengan makanan dan
minuman. Kemudian virus itu akan sampai ke sel-sel epitel usus halus dan akan
menyebabkan infeksi dan merusak sel-sel epitel tersebut. Sel-sel epitel yang rusak akan
digantikan oleh sel enterosit baru yang berbentuk kuboid atau sel epitel gepeng yang
belum matang sehingga fungsi sel-sel ini masih belum bagus. Hal ini menyebabkan
vili-vili usus halus mengalami atrofi dan tidak dapat menyerap cairan dan makanan
dengan baik. Cairan dan makanan tadi akan terkumpul di usus halus dan akan
meningkatkan tekanan osmotik usus. Hal ini dapat menyebabkan banyaknya cairan
yang ditarik ke dalam lumen usus dan akan menyebabkan terjadinya hiperperistaltik
usus. Cairan dan makanan yang tidak diserap tadi akan didorong keluar melalui anus
dan terjadilah diare.
12
Hal ini sangat berbahaya dan mengancam nyawa. Muntah yang berat dapat menyebabkan
aspirasi dan robekan pada esofagus17.
Pada diare akut, dapat terjadi kehilangan cairan secara mendadak sehingga
menyebabkan syok hipovolemik yang cepat. Kehilangan cairan dan elektrolit melalui feses
akan mengarah ke hipokalemia dan asidosis metabolik. Pada kejadian diare yang terlambat
ditangani petugas medis, syok hipovolemik yang sudah tidak dapat diatasi lagi akan
menimbulkan Tubular Nekrosis Akut pada ginjal yang selanjutnya menyebabkan gagal multi
organ. Komplikasi ini dapat juga terjadi bila penanganan pemberian cairan tidak adekuat
sehingga tidak tercapai rehidrasi yang optimal. Selain itu, diare juga dapat menyebabkan
malnutrisi energi protein karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan.
Hal ini ditandai dengan penurunan jumlah otot dan lemak atau adanya bengkak di kaki dan
tangan, gyang merupakan pertanda adanya gangguan penyerapan karbohidrat, lemak, dan
protein18.
13
imunologis dan sifat antibakteri, serta faktor-faktor yang berfungsi sebagai sinyal biologis
untuk meningkatkan pertumbuhan dan diferensiasi sel. ASI merupakan sumber nutrisi yang
dapat memberikan perlindungan kepada bayi melalui berbagai komponen zat kekebalan yang
terkandung di dalamnya (vitamin, mineral, karbohidrat, protein, lemak)2,21. Menurut
Soetjiningsih, manfaat ASI adalah22:
1. ASI merupakan nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang terbaik.
ASI merupakan sumber gizi yang sangat deal, berkomposisi seimbang dan cara alami
disesuaikan dengan kebutuhan masa pertumbuhan bayi ASI adalah makanan yang
sangat sempurna baik kualitas maupun kuantitas. ASI sebagai makanan tunggal akan
mencukupi kebutuhan tubuh bayi hingga usia 6 bulan. Setelah usia 6 bulan bayi harus
mendapat makanan padat, tetapi pemberian ASI dapat diteruskan sampai bayi berumur
2 tahun22.
2. ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh
Bayi baru lahir secara alamiah mendapat imunologi (zat kekebalan tubuh atau daya
tahan tubuh) dari ibunya melalui ASI terutama yang terkandung dalam kolostrum yang
mengandung antibodi. Badan bayi baru lahir akan memproduksi sendiri
immunoglobulin secara cukup saat mencapai usia empat bulan22.
3. Manfaat ASI bagi bayi
Pemberian ASI dapat membantu bayi memulai kehidupannya dengan baik, kolostrum,
atau susu pertama mengandung anti bodi yang kuat untuk mencegah infeksi dan
membuat bayi menjadi kuat. Penting sekali bagi bayi untuk segera minum ASI dalam
jam pertama sesudah lahir, kemudian setidaknya setiap 2-3 jam. ASI mengandung
campuran berbagai bahan makanan yang tepat bagi bayi. ASI mudah dicerna oleh bayi.
ASI saja tanpa tambahan makanan lain merupakan cara terbaik untuk memberi makan
bayi dalam waktu 4-6 bulan pertama, sesudah 6 bulan, beberapa bahan makanan lain
harus ditambahkan pada bayi. Pemberian ASI pada umumnya harus disarankan selama
setidaknya 1 tahun pertama kehidupan anak22.
4. Bagi Ibu
Pemberian ASI membantu ibu untuk memulihkan diri dari proses persalinannya.
Pemberian ASI selama beberapa hari pertama membuat rahim berkontraksi dengan
cepat dan memperlambat perdarahan (hisapan pada putting susu merangsang
dikeluarkannya hormon oksitosin alami yang akan membantu kontraksi rahim). Wanita
yang menyusui bayinya akan lebih cepat pulih/turun berat badannya dari berat badan
yang bertambah selama kehamilan. Ibu yang menyusui, yang menstruasinya belum
14
muncul kembali akan kecil kemungkinannya untuk menjadi hamil (kadar prolaktin
yang tinggi akan menekan hormon Follicle stimulating hormone (FSH) dan ovulasi) 22.
2.3.2 ASI dan Kesehatan Saluran Cerna
Saluran cerna merupakan salah satu organ terpenting dalam pertumbuhan,
perkembangan dan kesehatan anak. Saluran cerna memiliki kemampuan sebagai pintu
pertahanan antara bagian dalam dan luar tubuh manusia, dan pada saat sistem pertahanan tubuh
tubuh rendah, kekebalan tubuh harus tetap ditingkatkan. ASI memiliki kelebihan yang dapat
meningkatkan peran pertahanan tersebut2,23.
Saluran cerna yang sehat dapat menjalankan fungsinya secara optimal. Fungsi saluran
cerna diawali dengan mengunyah makanan, mendorong makanan ke bagian saluran cerna yang
lain (lambung, usus halus dan usus besar) dan dikeluarkan melalui anus. Saat melewati saluran
cerna tersebut, makanan akan dicerna dan diserap oleh usus halus sehingga dapat digunakan
sebagai sumber nutrisi yang bermanfaat untuk pertumbuhan, perkembangan dan penunjang
kesehatan anak. Proses maturasi saluran cerna distimulasi oleh ASI yang dibantu oleh
kolostrum. Karena merupakan proses fisiologis, maka menyusui adalah cara yang optimal
untuk memberikan nutrisi kepada bayi2,23.
Lebih kurang 80% sel pada saluran cerna menghasilkan antibodi dan 40% jaringan
saluran cerna disusun oleh jaringan saluran cerna disusun oleh jaringan limfoid atau dikenal
dengan gut associated lymphoid tissue (GALT) yang merupakan jaringan limfoid terbesar di
dalam tubuh manusia. Sebagaimana fungsi kedua komponen tersebut sangat berpengaruh pada
sistem imun tubuh manusia23.
Penelitian telah membuktikan bahwa oligosakarida yang terkandung dalam ASI
merupakan komponen anti-infeksi dan anti-alergi. ASI dihubungkan dengan kejadian yang
rendah dari penyakit infeksi. Kadar IgA sekretori yang meningkat akibat masukan ASI yang
berpengaruh terhadap sistem pertahanan mukosa saluran cerna terhadap infeksi dengan cara
menghambat absorpsi antigen. Bayi yang mendapatkan ASI, jarang mengalami diare yang
berat dan gangguan motilitas saluran cerna (kembung, regurgitasi, muntah). Bayi juga
memperlihatkan pertumbuhan yang adekuat2,23.
15
justru akan menyebabkan pengurangan kapasitas lambung bayi dalam menampung asupan
cairan ASI sehingga pemenuhan ASI yang seharusnya dapat maksimal telah tergantikan oleh
makanan pendamping22,24.
Cara menyusui bayi yang baik adalah sesuai dengan kebutuhan bayi, karena secara
alamiah bayi akan mengatur kebutuhannya sendiri. Semakin sering bayi menyusui, payudara
akan memproduksi ASI lebih banyak. Demikian halnya bayi yang lapar atau bayi kembar,
dengan adanya hisapan maka payudara akan memproduksi ASI lebih banyak, karena semakin
kuat daya isapnya, semakin banyak ASI yang diproduksi22,24.
Produksi ASI selalu berkesinambungan, setelah payudara memproduksi ASI yang
banyak, maka akan terasa kosong dan payudara melunak. Pada keadaan ini ibu tetap tidak akan
kekurangan ASI karena ASI akan terus diproduksi asal bayi tetap menghisap. Dengan demikian
ibu dapat menyusui bayi secara ekslusif sampai 6 bulan, dan tetap memberikan ASI sampai
anak berusia 2 tahun bersama makanan lain22,24.
16
diserap dengan baik (>70%) dibandingkan dengan penyerapan 30 % dari susu sapi dan 10 %
dari susu formula22,24.
e. Laktoferin
Laktoferin banyak dalam ASI (1-6 mg/ml), tapi tidak terdapat dalam susu sapi.
Laktoferin bekerja sama dengan IgA untuk menyerap zat besi dari perencanaan sehingga
menyebabkan terhindarnya suplai zat besi yang dibutuhkan organisme patogenik. Oleh karena
itu, pemberian suplemen zat besi kepada bayi menyusui harus lebih dipertimbangkan22,24.
f. Faktor bifidus
Faktor bifidus dalam ASI meningkatkan pertumbuhan bakteri baik dalam usus bayi
(Lactobacillus Bifidus) yang melawan pertumbuhan bakteri patogen22,24.
g. Lisozim.
Lisozim termasuk whey protein yang bersifat bakteriosidal, antiinflamasi, dan
mempunyai kekuatan beberapa ribu kali lebih tinggi dari susu sapi22,24.
17
lainnya beresiko terkena diare 2-3 kali lebih banyak dibandingkan bayi yang diberi ASI
Eksklusif2,24.
18
BAB III
METODE PENELITIAN
Identitas Ibu
Di dalam kuesioner, kategori identitas ibu terdiri dari 4 pertanyaan, yang mencakup
usia responden, pendidikan terakhir, pekerjaan dan penghasilan per bulan.
Riwayat Pemberian ASI Eksklusif dan Diare
Di dalam kuesioner ditanyakan mengenai riwayat pemberian ASI eksklusif, alasan
tidak diberikan ASI eksklusif dan riwayat diare.
19
Pengetahuan Mengenai ASI Eksklusif
Di dalam kuesioner ditanyakan mengenai definisi ASI, definisi ASI eksklusif, jangka
waktu pemberian ASI eksklusif, perbandingan dengan susu formula, perlakuan
sebelum menyusui, frekuensi menyusui, perlakuan setelah menyusui dan manfaat
menyusui bagi ibu.
3.3.2 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak berusia 6-12 bulan
yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas Selat, diambil berdasarkan kriteria inklusi
dan eksklusi sebagai berikut.
Kriteria inklusi
1. Seorang wanita yang memiliki anak berusia 6-12 bulan.
2. Bertempat tinggal di Desa Selat, Puskesmas Selat.
3. Bersedia dengan sukarela menjadi subjek penelitian.
Kriteria eksklusi
1. Tidak bersedia dengan sukarela menjadi subjek penelitian.
20
Variabel perlakuan : wawancara terpimpin dengan pembagian dan pengisian kuesioner
secara terstruktur.
Variabel respon : Angka kejadian diare pada bayi berusia 6-12 bulan Desa Selat,
Puskesmas Selat tahun 2019
21
univariat dan bivariat, kemudian dilanjutkan dengan uji kekuatan hubungan menggunakan
Odds Ratio (OR).
22
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1 Data Pengetahuan Mengenai ASI Eksklusif dan Diare pada Ibu yang
Memiliki Bayi Berusia 6-12 Bulan di Puskesmas Selat Tahun 2019.
Rendah 3 6,9
Tinggi 40 93,1
Total 43 100
Dari tabel 4.2 di atas didapatkan angka pengetahuan mengenai ASI eksklusif dan diare
pada ibu yang memiliki bayi berusia 6-12 bulan di Puskesmas Selat Tahun 2019 yang tinggi
sebesar 93,1%.
Tabel 4.2 Data Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Berusia 6-12 Bulan di Puskesmas
Selat Tahun 2019
Tidak 22 51,2
Ya 21 48,8
Total 43 100
Dari tabel 4.2 di atas didapatkan angka pemberian ASI eksklusif pada bayi berusia 6-
12 bulan di Puskesmas Selat Tahun 2019 sebesar 48,8%.
23
Tabel 4.3 Distribusi Alasan Ibu Tidak Memberikan ASI Eksklusif pada Bayi Berusia 6-
12 Bulan di Puskesmas Selat Tahun 2019
Alasan Ibu n %
ASI kurang 8 36,4
Bayi tidak tampak kenyang dengan ASI 4 18,3
Ibu / anak sakit 2 9
Ibu bekerja 6 27,3
Lain-lain 2 9
Total 22 100
Dari tabel 4.3 di atas didapatkan alasan terbanyak ibu untuk tidak memberikan ASI
eksklusif adalah ASI kurang (36,4%) diikuti dengan ibu bekerja (27,3%), bayi tidak tampak
kenyang dengan ASI (18,3%), Ibu / anak sakit (9%) dan lain-lain (9%).
Tabel 4.4 Data Kejadian Diare dalam 1 Bulan Terakhir pada Bayi Berusia 6-12 Bulan
di Puskesmas Selat Tahun 2019
Ya 12 27,9
Tidak 31 72,1
Total 43 100
Dari tabel 4.4 di atas didapatkan angka kejadian diare pada anak berusia 6-12 bulan
dalam 1 bulan terakhir di Puskesmas selat adalah sebesar 27,9%.
24
Dari hasil analisis bivariat pada tabel 4.6 didapatkan bahwa terdapat hubungan antara
pemberian ASI ekslusif terhadap angka kejadian diare. Hasil uji statistik dengan uji chi-square
menunjukkan bahwa nilai p=0,009 (p<0,01) ada perbedaan yang bermakna antara Ibu yang
memberi ASI eksklusif dan Ibu yang tidak memberi ASI eksklusif terhadap angka kejadian
diare pada bayi berusia 6-12 bulan di Puskesmas Selat. Odds ratio hubungan pemberian ASI
ekslusif dengan angka kejadian diare adalah sebesar 7,917. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
responden yang tidak memberi ASI eksklusif memiliki risiko kemungkinan bayinya
mengalami diare sebesar 7,917 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang memberi
ASI eksklusif pada bayinya.
Tabel 4.6 Analisis Hubungan Pengetahuan Ibu Mengenai ASI Eksklusif dan Diare
dengan Angka Kejadian Diare Bayi Berusia 6-12 Bulan di Puskesmas Selat Tahun 2019
Pengetahuan Diare Tidak Diare Odds Ratio
Total P value
Ibu n % N % (OR)
Rendah 2 66,7 1 33,3 3
0,121 6
Tinggi 10 25 30 75 40
Total 12 31 43
Dari hasil analisis bivariat pada tabel 4.6 didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara pengetahuan ibu mengenai ASI ekslusif dan diare terhadap angka kejadian diare
(p=0,121).
4.2 Pembahasan
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi
berusia 6-12 bulan di Puskesmas Selat, pada tahun 2018 adalah sebesar 48,8%. Angka ini masih
di bawah target pemberian ASI eksklusif yaitu sebesar 70%6. Pemberian ASI eksklusif
direkomendasikan oleh WHO dan UNICEF selama enam bulan untuk mencapai pertumbuhan
dan perkembangan optimal3. ASI merupakan sumber nutrisi yang sangat baik untuk bayi
karena mengandung berbagai macam nutrisi yang dibutuhkan untuk bayi dalam jumlah yang
benar. Manfaat paling penting dari pemberian ASI eksklusif pada bayi adalah perlindungan
terhadap infeksi seperti diare2,8.
Alasan terbanyak Ibu dalam tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi adalah
kurangnya produksi ASI (37,4%). Faktor yang mempengaruhi produksi ASI yaitu: makanan,
25
apabila konsumsi makanan ibu secara teratur dan cukup mengandung gizi yang diperlukan
akan meningkatkan produksi ASI. Ketenangan jiwa dan pikiran, ibu yang selalu dalam keadaan
ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak akan terjadi produksi ASI.
Anatomis buah dada, bila jumlah lobus dan lobulus dalam buah dada berkurang, dengan
demikian produksi ASI berkurang. Fisiologi, terbentuknya ASI dipengaruhi hormon prolaktin
yang menentukan dalam hal pengadaan dan mempertahankan sekresi air susu. Isapan anak,
isapan bayi yang efektif akan mengoptimalkan rangsangan ke otak yang akan memerintahkan
untuk memproduksi hormon prolaktin dan oksitosin. Faktor obat, obat yang mengandung
hormon akan mempengaruhi hormon prolaktin dan oksitosin, akan mempengaruhi
pembentukan dan pengeluaran ASI. Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan
menggunakan kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat
mengurangi jumlah produksi ASI25,26.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pemberian ASI
eksklusif dengan angka kejadian diare pada bayi berusia 6-12 bulan di Kelurahan Cibinong,
Kabupaten Bogor tahun 2018 dengan p=0,009 (p<0,01). Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan di Puskesmas Kuranji Padang, Puskesmas Galesong Gorontalo, Puskesmas Kawali
Ciamis, Puskesmas Pacangsawit Surakarta, Puskesmas Seyegan Sleman, Puskesmas Naggalo
Padang dan Rumah Sakit Hidayatullah Jakarta bahwa terdapat hubungan antara pemberian ASI
eksklusif dengan angka kejadian diare akut pada bayi berusia 0-1 tahun27,28,29,30,31,32,33.
Kandungan pada ASI bersih dan bebas kontaminasi. ASI juga mengandung berbagai zat
antiinfeksi. Dengan kandungan tersebut, ASI merupakan makanan yang sangat baik untuk
pertahanan bayi terhadap infeksi baik akut maupun kronis. Zat antiinfeksi yang terdapat pada
ASI antara lain24:
a. Immunoglobulin, terutama secretory immunoglobulin A (sIgA) yang melapisi mukosa
saluran pencernaan dapat melumpuhkan dan mencegah bakteri dan virus untuk
memasuki sel saluran pencernaan.
b. Sel darah putih yang dapat membunuh mikroorganisme patogen. Sel darah putih pada
ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu:
Bronchus-Associated Lymphocyte Tissue (BALT) yang merupakan antibodi
pernafasan, Gut-Associated Lymphocyte Tissue (GALT) yang merupakan antibodi
saluran pernafasan, dan Mammary-Associated Lymphocyte Tissue (MALT) yang
merupakan antibodi jaringan payudara ibu.
c. Whey proteins (lisozim dan laktoferin) yang dapat membunuh bakteri, virus dan jamur.
Kadar lisozim pada ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi.
26
d. Oligosakarida yang dapat mencegah bakteri untuk melekat pada permukaan mukosa
saluran pencernaan24.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan
Ibu dengan angka kejadian diare pada bayi berusia 6-12 bulan di Puskesmas Selat Tahun 2019.
Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan di Kelurahan Kartasuro Sukoharjo,
Puskesmas Tlogosari Wetan Semarang dan Puskesmas Langsa Kota yaitu terdapat hubungan
antara pengetahuan ibu dengan angka kejadian diare35,36,37.
27
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada ibu yang memiliki bayi berusia 6-12
bulan di Puskesmas Selat Tahun 2019 maka dapat disimpulkan bahwa :
Terdapat hubungan pemberian ASI eksklusif terhadap angka kejadian diare pada bayi
berusia 6-12 bulan di Puskesmas Selat Tahun 2019
Tidak terdapat hubungan pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif terhadap angka
kejadian diare pada bayi berusia 6-12 bulan di Puskesmas Selat Tahun 2019
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, ada beberapa hal yang dapat disarankan demi
keperluan pengembangan dari hasil penelitian pengaruh pemberian ASI eksklusif, dan
pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif terhadap angka kejadian diare di Puskesmas Selat
Tahun 2019.
Kepada ibu yang memiliki dan akan memiliki bayi agar memberi ASI eksklusif
kepada bayinya agar menurunkan risiko menderita penyakit diare.
Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan
pemberian ASI eksklusif pada bayi terutama pada ibu yang bekerja.
28
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. Global Health Observatory Data; 2017. Diakses pada 2 November 2018 dari
http://www.who.int/gho/countries/en/
2. Bhutta ZA. Acute gastroenteritis in children in Nelson Textbook of Pediatrics. 19th ed.
Elsevier Saunders. Philadelphia; 2011.p.1323-39
3. WHO. Global Burden of Disease: 2004 update. Geneva: World Health Organisation; 2008.
4. Depkes RI. Survei Kesehatan Rumah Tangga 2004. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia; 2004.
5. Depkes RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI; 2007.
6. Dinas Kesehatan. Profil Kesehatan Puskesmas Selat, : Pemerintah Kabupaten Karangasem
2016
7. Kramer MS, Kakuma R. Optimal duration of exclusive breastfeeding. Cochrane Database
Syst Rev. 2012;8.
8. Shams A. Exclusive Breastfeeding Reduces Acute Respiratory Infection and Diarrhea
Deaths Among Infants in Dhaka Slums. Journal of The American Academy of Pediatrics.
2010;108(4).
9. Depkes RI. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Departemen
Kesehatan Republik Indonesia; 2007.
10. Soegijanto S. Ilmu Penyakit Anak. Jakarta: Medika; 2002.
11. Corwin, Elizabeth J. Handbook of Pathophysiology. 3rd Ed. USA: Lippincott Williams &
Wilkins; 2008.
12. WHO. World Health Statistic. World Health Organization; 2011.Diakses pada 8 Januari
2012 dari http://www.who.int
13. Latief, Abdul. Buku kuliah ilmu kesehatan anak. Jilid I. Jakarta: FKUI; 2002. H.283-94
14. Widoyono. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan Dan
Pemberantasannya. Surabaya: Erlangga; 2008.
15. Pickering LK, Snyder JD. Gastroenteritis dalam Nelson Ilmu Kesehatan Anak. ed
15.Jakarta: EGC;1999.h.889-90.
16. Kusmaul. Penyakit Diare Akut. Jakarta: Puspa Swara; 2002.
17. Kliegman RM, Marcdante KJ, and Behrman RE. Nelson Essentials of Pediatric. 5th ed.
Philadelphia: Elsevier Saunders; 2006.
29
18. Zein U, Sagala KH, Ginting J. Diare Akut Disebabkan Bakteri. Medan: Fakultas
Kedokteran Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Universitas
Sumatera Utara; 2004.
19. Roesli, Utami. Mengenal ASI eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya, Anggota IKAPI;
2005.
20. Depkes RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI; 2010.
21. Chantry CJ, Howard CR, Auinger P. Full breastfeeding duration and assiciated decrease
in respiratory tract infection in US children. Pediatrics. 2006; 117(2):425-32.
22. Soetjiningsih. ASI: Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC; 2001.
23. Matondang CS, Munatsir Z, Sumadiono. Aspek Imunologi Air Susu Ibu. In : Akib A.A.P.,
Munasir Z., Kurniati N. Buku Ajar Alergi-Imunologi Anak, Edisi II. Jakarta : Badan
Penerbit IDAI; 2008.
24. World Health Organization. Infant and young child feeding. Switzerland. World Health
Organization; 2009.
25. Kristiyanasari, Weni. ASI, Menyusui dan Sadari. Yogyakarta, Nuha Medika; 2009.
26. Tauriska TA, Umamah F. Hubungan antara isapan bayi dengan produksi ASI pada ibu
menyusui di Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya. Journal of Health Sciences.
2015;7(1).
27. Rahmadhani EP, Lubis G, Edison. Hubungan pemberian ASI eksklusif dengan angka
kejadian diare akut pada bayi usia 0-1 tahun di Puskesmas Paranji Kota Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas. 2013;2(2).
28. Mohamad I, Abdullah T, Prawirodiharjo. Hubungan pemberian ASI eksklusif dengan
kejadian diare pada bayi 0-11 bulan di Puskesmas Galesong Utara. Makassar: Universitas
Hasanuddin; 2014.
29. Endah SN, Lutvie T, Mulyani DS. Hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
diare pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kawali Kabupaten Ciamis:
Jurnal Kesehatan Kartika; 2009
30. Yandra RF. Hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare akut pada bayi usia
1-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pucangsawit Surakarta. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta; 2014.
31. Prabowo J. Hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada anak
usia 7-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Seyegan Sleman Yogyakarta. Yogyakarta:
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah; 2015.
30
32. Tamimi MA, Jurnalis YD, Sulastri D. Hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
diare pada bayi di wilayah Puskesmas Nanggalo Padang. Jurnal Kesehatan Andalas.
2016;5(1).
33. Habibah U. Hubungan ASI eksklusif dengan kejadian diare pada bayi usia 0-12 bulan di
Rumah Sakit Syarif Hidayatullah. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah;
2013.
34. Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012
Tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Jakarta: Sekretariat Negara; 2012.
35. Yuliana. Hubungan pengetahuan, sikap dan pekerjaan ibu yang tidak memberikan ASI
eksklusif dengan kejadian diare pada bayi di kelurahan Kartasuro Sukoharjo. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah; 2014.
36. Bertin FW. Hubungan pengetahuan, sikap dan praktik ASI eksklusif pada ibu bayi usia 0-
6 bulan dengan kejadian diare. Semarang: Universitas Diponegoro; 2014
37. Wahyuni S, Imelda. Hubungan pengetahuan, sikap ibu dan pemberian ASI eksklusif
dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Langsa Kota, Desa Paya Bujuk Blang
Pase tahun 2013. Aceh: Universitas Ubudiyah; 2013\
31
LAMPIRAN 1
KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN PENGETAHUAN IBU
TERHADAP ANGKA KEJADIAN DIARE
PADA BAYI 6-12 BULAN PUSKESMAS SELAT
Identitas Ibu
Nama ibu :
Usia ibu :
Pendidikan terakhir :
Pekerjaan :
Riwayat pemberian ASI eksklusif dan diare
1. Apa bayi ibu diberikan ASI eksklusif (ASI saja selama 6 bulan)?
a. Ya
b. Tidak
2. Jika tidak, mengapa?
a. ASI tidak keluar / kurang
b. Anak tidak tampak kenyang dengan ASI
c. Ibu/anak sakit
d. Ibu bekerja
e. Lain-lain
3. Apakah bayi ibu mengalami diare (mencret lebih dari 3x per hari) dalam 1 bulan
terakhir?
a. Ya
b. Tidak
32
Pengetahuan diare
1. Menurut ibu, apakah yang dimaksud dengan diare?
a. Mencret
b. Muntah
2. Menurut ibu, berapa kali buang air besar dalam sehari agar dapat disebut sebagai
diare?
a. 1 kali atau lebih
b. Lebih dari 3 kali
c. Lebih dari 10 kali
3. Menurut ibu, apa yang menyebabkan diare?
a. Udara kotor
b. Makanan atau air yang mengandung bakteri
4. Menurut ibu, apa bahaya dari diare?
a. Dehidrasi (kekurangan cairan tubuh)
b. Gastritis (maag)
5. Menurut ibu, apa yang pertama kali harus diberikan pada penderita diare?
a. Obat anti diare
b. Oralit
6. Menurut ibu, apa tujuan pemberian dari soal no.5 ?
a. Menghentikan diare
b. Mencegah dehidrasi
7. Menurut ibu, bagaimana mencegah diare?
a. Banyak diberi asupan makanan/minuman
b. Cuci tangan
8. Menurut ibu, apakah diare dapat menyebabkan bayi meninggal?
a. Ya
b. Tidak
9. Menurut ibu, jika bayi sedang diare, apakah boleh diberikan ASI?
a. Ya
b. Tidak
10. Menurut ibu, apakah semua bayi diare harus dirawat inap?
a. Ya
b. Tidak
34
35
LAMPIRAN 2
Tabel Chi-Square Hubungan Pemberian ASI dengan Angka Kejadian Diare pada Bayi
Berusia 6-12 Bulan di Puskesmas Selat Tahun 2019.
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 6.894a 1 .009
Continuity Correctionb 5.224 1 .022
Likelihood Ratio 7.393 1 .007
Fisher's Exact Test .016 .010
Linear-by-Linear Association 6.734 1 .009
N of Valid Cases 43
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.86.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Pemberian
7.917 1.473 42.538
ASI (Tidak / Ya)
For cohort Diare = Diare 4.773 1.182 19.267
For cohort Diare = Tidak
.603 .402 .905
Diare
N of Valid Cases 43
36
LAMPIRAN 3
Tabel Chi-Square Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Angka Kejadian Diare pada
Bayi Berusia 6-12 Bulan di Puskesmas Selat Tahun 2019.
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pengetahuan Ibu * Diare 43 100.0% 0 0.0% 43 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 2.408a 1 .121
Continuity Correctionb .782 1 .376
Likelihood Ratio 2.112 1 .146
Fisher's Exact Test .184 .184
Linear-by-Linear Association 2.352 1 .125
N of Valid Cases 43
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .84.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
Pengetahuan Ibu (Rendah / 6.000 .490 73.452
Tinggi)
For cohort Diare = Diare 2.667 1.017 6.989
For cohort Diare = Tidak
.444 .089 2.224
Diare
N of Valid Cases 43
37