Anda di halaman 1dari 39

Bank Sentral

Makalah

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Moneter

Dosen Pengampu :

Nur Laili Fikriah, SE,M.Sc.

Disusun Oleh :
Kelompok 9

1. Ana Khumairoh (12402173161)


2. Binti Quratul Faridah (12402173456)
3. Muhammad Kukuh Dwi S (17402163557)

EKONOMI SYARIAH 5-D


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
OKTOBER 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami haturkan kepada Allah swt atas berkat,
rahmat, taufiq serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya, meskipun masih banyak kekurangan di dalamnya. Makalah
ini membahas mengenai “Bank Sentral”.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah “Ekonomi Moneter”. Kami juga berharap semoga pembuatan makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
Dalam pembuatan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada Nur Laili Fikriah, SE,M.Sc
selaku dosen pengampu, serta pihak-pihak lain yang membantu memberikan
referensi buku.
Kami memohon maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangan dan
kesalahan, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Semoga dengan
adanya tugas makalah ini, dapat menambah wawasan bagi kami dan bermanfaat
bagi yang membaca. Saran dan kritik sangat kami harapkan agar kami dapat
memperbaiki makalah-makalah selanjutnya.

Tulungagung, Oktober 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Cover

Kata Pengantar ..................................................................................... ii

Daftar Isi ............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Perkembangan Status dan Kedudukan BI ........................ 3


B. Fungsi BI .......................................................................... 7
C. Tujuan dan Tugas Pokok BI ............................................. 9
D. Hubungan BI Dengan Pemerintah dan Dunia
Internasional .................................................................... 18
E. Dewan Gubernur............................................................... 19
F. Independensi, Akuntabilitas, dan Transparansi BI ........... 20
G. Neraca BI....... ................................................................... 25
H. Instrumen Kebijakan Moneter .......................................... 30
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................... 32
B. Saran ................................................................................. 35

Daftar Pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam perekonomian modern setiap negara memiliki Bank Sentral atau
setidak – tidaknya ada salah satu bank atau lembaga yang bertindak dan
menjalankan fungsi bank sentral. Bank Sentral memiliki fungsi yang sangat
penting dalam pengaturan ekonomi dan moneter yang dalam kegiatannya dapat
bertindak sebagai agen pemerintah.
Bank Sentral merupakan lembaga yang memiliki peran penting dalam
perekonomian suatu bangsa, terutama di bidang moneter, keuangan, dan
perbankan. Oleh karena itu, Bank Sentral menjalankan tugasnya berdasarkan garis
– garis pokok kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Bank Sentral bertugas untuk melaksanakan fungsi – fungsi pemerintah
dalam bidang Ekonomi dan Moneter, karena Bank Sentral juga bagian dari
Pemerintah dan Lembaga Keuangan Negara yang memiliki wewenang untuk
Mengeluarkan alat pembayaran yang sah, Merumuskan dan melaksanakan
kebijakan moneter, Mengontrol kelancaran sistem pembayaran, dan Pengawasan
Perbankan, serta Menjalankan fungsi sebagai “Lender of the Resort”.
Bank Sentral di Indonesia yaitu Bank Indonesia (BI). Dimana Bank
Sentral tidak sama dengan Bank Umum yang bertujuan menginvestasikan asetnya
untuk memaksimalkan profit. Tetapi Bank Sentral tidak mencari keuntungan dan
kegiatan bank dikelola oleh Pemerintah. Selain bertugas untuk melaksanakan
fungsi – fungsi Pemerintah dalam bidang Ekonomi dan Moneter. Banyak lagi hal
yang perlu diketahui tentang Bank Sentral yang terdapat dalam pembahasan di
makalah ini yaitu tentang Perkembangan Status dan Kedudukan BI, Fungsi BI,
Tujuan dan Tugas Pokok BI, Hubungan BI Dengan Pemerintah dan Dunia
Internasional, Dewan Gubernur, Independensi, Akuntabilitas, dan Transparansi
BI, Neraca BI, dan Instrumen Kebijakan Moneter.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perkembangan Status dan Kedudukan BI ?
2. Apa saja Fungsi dari BI ?
3. Apa Tujuan dan Tugas Pokok dari BI ?
4. Bagaimana Hubungan BI dengan Pemerintah dan Dunia Internasional ?
5. Apa yang dimaksud Dewan Gubernur di dalam BI ?
6. Bagaimana Independensi, Akuntabilitas, dan Transparansi dari BI ?
7. Apa yang dimaksud dengan Neraca BI ?
8. Bagaimana Instrumen Kebijakan Moneter pada BI ?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui Perkembangan Status dan Kedudukan BI.
2. Mengetahui Fungsi BI.
3. Mengetahui Tujuan dan Tugas Pokok BI.
4. Mengetahui Hubungan BI dengan Pemerintah dan Dunia Internasional.
5. Mengetahui Dewan Gubernur dalam BI.
6. Mengetahui Independensi, Akuntabilitas, dan Transparansi BI.
7. Mengetahui Neraca BI.
8. Mengetahui Instrumen Kebijakan Moneter BI.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Status dan Kedudukan BI


Peran dan tugas Bank Indonesia selaku Bank Sentral Indonesia
telah mengalami evolusi dari semula sebagai bank sirkulasi, kemudian
pernah diminta pemerintah sebagai agen pembangunan, dan terakhir sejak
tahun 1999 telah menjadi lembaga yang independen dengan tugas tugas
merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga
kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank untuk
mencapai tujuan kestabilan nilai rupiah.
Sebelum Indonesia merdeka, Indonesia belum memiliki Bank
Sentral seperti yang ada pada saat ini, pada periode tersebut fungsi Bank
Sentral hanya terbatas sebagai Bank Sirkulasi. Tugas sebagai Bank
Sirkulasi dilaksanakan oleh De Javasche Bank NV yang diberi hak oktroi
tahun 1827, yaitu hak mencetak dan mengedarkan uang Gulden Belanda
oleh Pemerintah Belanda.
Pada masa setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, dalam
penjelasan Bab VII Pasal 23 UUD 1945 disebutkan bahwa dibentuk
sebuah Bank Sentral yang disebut Bank Indonesia dengan tugas
mengeluarkan dan mengatur peredaran uang kertas. Selanjutnya pada
tanggal 19 September 1945 dalam sidang Dewan Menteri, pemerintah
Indonesia mengambil keputusan untuk mendirikan satu Bank Sirkulasi
berbentuk bank milik negara. Berkaitan dengan hal tersebut, langkah
pertama adalah membentuk yayasan dengan nama “Pusat Bank
Indonesia”. Yayasan tersebut merupakan cikal bakal berdirinya Bank
Negara Indonesia (BNI).
Pada tahun 1949 berlangsung Konferensi Meja Bundar (KMB) di
Den Haag, salah satu keputusan pentingnya adalah penyerahan kedaulatan
Indonesia kepada Pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS). Berkaitan
dengan masalah perbankan, pada saat tersebut utusan pemerintah

3
mengalami kesulitan untuk mengusahakan agar Bank Negara Indonesia
(BNI) yang didirikan sejak tahun 1946 ditetapkan sebagai Bank Sentral
RIS sehingga pemerintah Indonesia terpaksa menerima De Javasche Bank
sebagai Bank Sentral. Dalam perkembangannya pada tanggal 6 Desember
1951 dikeluarkan Undang – Undang Nasionalisasi De Javasche Bank.
Pada 1 Juli 1953 dikeluarkan UU No 11 Tahun 1953 tentang
Pokok Bank Indonesia sebagai pengganti Javasche Bank Wet Tahun 1922.
Mulai saat itu lahirlah satu Bank Sentral di Indonesia yang diberi nama
Bank Indonesia. Sejak keberadaan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral
hingga Tahun 1968, tugas pokok Bank Indonesia selain menaga stabilitas
Ekonomi Moneter, mengedarkan uang, dan mengembangkan sistem
perbankan, juga masih tetap melaksanakan beberapa fungsi sebagaimana
dilakukan oleh Bank Komersial. Namun demikian, tanggung jawab
Kebijakan Moneter berada di tangan pemerintah melalui pembentukan
Dewan Moneter yang tugasnya menentukan Kebijakan Moneter yang
harus dilaksanakan oleh Bank Indonesia. Selain itu, Dewan Moneter juga
bertugas memberikan petunjuk kepada Direksi Bank Indonesia dalam
menjaga kestabilan nilai mata uang dan memajukan perkembangan
pengkreditan dan perbankan. Kesemuanya ini mencerminkan bahwa
kedudukan Bank Indonesia pada periode tersebut masih merupakan bagian
dari pemerintah.
Pada Tahun 1968 dengan dikeluarkannya UU No.13 Tahun 1968,
Bank Indonesia tidak lagi berfungsi ganda karena beberapa fungsi
sebagaimana dilakukan oleh Bank Komersial dihapuskan. Namun
demikian, misi Bank Indonesia sebagai agen pembangunan masih melekat,
demikian juga tugas – tugas sebagai kasi Pemerintah dan Banker’s Bank.
Selain itu, Dewan Moneter sebagai lembaga pembuat kebijakan yang
berperan sebagai perumus kebijakan moneter masih tetap dipertahankan.
Tugas Bank Indonesia sebagai agen pembangunan tercermin pada tugas
pokoknya, yaitu : pertama mengatur, menjaga dan memelihara stabilitas
nilai rupiah, dan kedua mendorong kelancaran produksi dan

4
pembangunan, serta memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan
taraf hidup rakyat.
Tugas – tugas pokok yang diemban Bank Indonesia sebagai
Otoritas Moneter pada periode tersebut, khususnya untuk memelihara
kestabilan nilai rupiah, tidak selalu dapat sejalan dengan tugas lain Bank
Indonesia, yaitu tugas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan
memperluas kesempatan kerja. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi,
misalnya sering pula diikuti oleh peningkatan harga – harga (inflasi) yang
tinggi. Hal ini disebabkan oleh menguatnya permintaan di dalam negeri
sehubungan dengan meningkatnya pendapatan masyarakat sebagai
dampak pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Inflasi yang tinggi
berkelanjutan dan tidak terkendali pada gilirannya akan mengganggu
kesinambungan pertumbuhan ekonomi itu sendiri.
Selanjutnya, dengan diberlakukannya UU No.23 Tahun 1999,
kedudukan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral Republik Indonesia telah
dipertegas kembali. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia telah mempunyai
kedudukan yang independen di luar pemerintah sebagaimana Bank – Bank
Sentral di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Chili, Filipina,
Inggris, Jepang, Jerman, Korea Selatan, dan Swis. Sebagai suatu lembaga
yang independen, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk
merumuskan dan melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan dalam
pelaksanaan tugasnya sesuai Undang – Undang tanpa campur tangan dari
pihak di luar Bank Indonesia. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia wajib
menolak dan mengabaikan setiap bentuk campur tangan atau intervensi
dari pihak luar Bank Indonesia. Dengan Independensi tersebut, Bank
Indonesia selaku otoriter moneter diharapkan dapat melaksanakan tugas
dan wewenangnya secara efektif.
Berdasarkan UU No.23 tahun 1999, Bank Indonesia dinyatakan
sebagai badan hukum. Dengan status tersebut, Bank Indonesia mempunyai
kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum termasuk mengelola
kekayannya sendiri terlepas dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

5
Negara (APBN). Selain itu Bank Indonesia juga berwenang membuat
peraturan yang mengikat masyarakat luas sesuai dengan tugas dan
kewenangannya dan dapat bertindak atas nama sendiri di dalam dan di luar
pengadilan.
Dilihat dari sistem ketatanegaraan Republik Indonesia, kedudukan
Bank Indonesia selaku lembaga negara yang independen tidak seajar
dengan lembaga tinggi negara seperti Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dan Mahkamah Agung (MA).
Kedudukan Bank Indonesia juga tidak sama dengan departemen karena
kedudukan Bank Indonesia berada di luar pemerintah. Status dan
kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar Bank Indonesia dapat
melaksanakan peran dan fungsinya sebagai otoritas moneter secara lebih
efektif dan efisien.
Selanjutnya, sesuai dengan amandemen UU No.3 Tahun 2004
ditegaskan bahwa meskipun Bank Indonesia berkedudukan sebagai
lembaga negara yang independen, dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya Bank Indeonesia dinilai kinerjanya oleh DPR dan
melakukan koordinasi dengan pemerintah dalam perumusan kebijakan
moneternya. Untuk itu, Bank Indonesia diwajibkan menyampaikan
laporan tahunan dan laporan triwulan mengenai pelaksanaan tugas dan
wewenangnya kepada DPR dalam rangka akuntabilitas dan kepada
pemerintah sebagai informasi.
Dalam hubungannya dengan BPK, Bank Indonesia wajib
menyampaikan laporan keuangan tahunan kepada BPK untuk dilakukan
pemeriksaan dimaksud disampaikan kepada DPR. Dalam rangka
memenuhi azas transparansi, Bank Indonesia diwajibkan menyampaikan
laporan tahunan dan laporan triwulan tersebut kepada masyarakat luas

6
melalui media massa dengan menyampaikan ringkasannya dalam Berita
Negara.1
B. Fungsi BI
Bank Sentral pada dasarnya mempunyai tugas untuk memelihara
supaya sistem moneter itu bekerja secara efisien sehingga dapat menjamin
tercapainya tingkat pertumbuhan kredit/uang beredar sesuai dengan yang
diperlukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tanpa mengakibatkan
inflasi. Guna mencapai sasaran ini Bank Sentral bertanggungjawab atas
dua hal, yang pertama yaitu perumusan serta pelaksanaan kebijakan
moneter. Yang kedua yaitu mengatur, mengawasi, serta mengendalikan
sistem moneter. Dalam kaitannya dengan tanggung jawab yang kedua ini,
Bank Sentral mempunyai tugas :
1. Memperlancar lalu – lintas pembayaran sehingga dapat cepat dan
efisien. Untuk memenuhi tujuan ini, Bank Sentral melakukan dua hal
yakni, pertama dengan menciptakan uang kertas. Dengan demikian
apabila kebutuhan masyarakat akan uang kas meningkat Bank Sentral
dapat memenuhinya. Seperti misalnya pada bulan – bulan menjelang
Hari Raya Natal atau Idul Fitri biasanya keinginan masyarakat akan
uang kas meningkat. Efek ini pertama dirasakan oleh Bank Umum.
Mereka kekurangan alat likuid (kas). Untuk memenuhi kekurangan ini
Bank Umum mengambil cadangannya pada Bank Sentral. Dengan
demikian kekurangan likuiditas ini dapat dipenuhi oleh Bank Sentral
sehingga lalu – lintas pembayaran dalam masyarakat tidak terganggu.
Di samping menyediakan alat likuiditas ini Bank Sentral juga
melakukan Clearing antar bank umum, yakni penyelesaian
pembayaran antarbank – umum. Secara sederhana proses Clearing ini
dapat dijelaskan sebagai berikut : Bank Sentral misalnya,

1
Dr.Yoyo Sudaryo,S.E.,Ak.,M.M.,CA dan Aditya Yudanegara,S.I.Kom.,M.M, Investasi Bank dan
Lembaga Keuangan,(Yogyakarta:CV.ANDI OFFSET,2017),Hal 97-100

7
mengumpulkan cek yang harus dibayar dan atau yang harus diterima
oleh 3 bank umum. Posisi serta besarnya cek ini kemudian dapat
disusun ke dalam suatu matrik sebagai berikut :

Cek yang Cek yang harus di bayar oleh :


harus diterima Bank A Bank B Bank C Total
oleh Rp Rp Rp Rp
Bank A 300.000,00 1.200.000,00 300.000,00 1.500.000,00
Bank B 1.000.000,00 - 100.000,00 400.000,00
Bank C 1.300.000,00 200.000,00 - 1.200.000,00
Total - 1.400.000,00 400.000,00 -

Misalnya Bank A memegang cek yang harus dibayar oleh Bank B


seharga Rp.1.200.000,00 dan Bank C seharga Rp.300.000,00.
Sebaliknya, Bank A harus membayar cek yang ditarik atas dirinya,
masing – masing yang dipegang oleh Bank B seharga Rp.300.000,00
dan Bank C seharga Rp.1.000.000,00. Sehingga posisi setelah
Clearing Bank A mendapat pembayaran sebesar Rp.1.500.000,00 –
Rp.1.300.000,00 = Rp.200.000,00. Proses yang sama juga berlaku
untuk Bank B dan juga Bank C. Dengan proses ini maka lalu—lintas
pembayaran antarbank lebih cepat.
2. Sebagai pemegang kas pemerintah. Bank Sentral memegang peranan
yang penting dalam membantu memperlancar kegiatan keuangan
(penerimaan dan pembayaran) pemerintah dengan cara :
a. Menerima pembayaran pajak
b. Membantu melakukan pembayaran pemerintah (dari pusat kepada
pemerintah daerah)
c. Membantu penempatan serta pengedaran surat – surat berharga
pemerintah.

8
3. Mengatur dan mengawasi kegiatan bank – bank umum. Hal ini dapat
dilakukan, misalnya dengan memeriksa keuangan, membuat peraturan
tentang pendirian serta penggabungan dan sebagainya.
4. Melakukan pengumpulan serta analisa data ekonomi nasional dan
internasional.2
C. Tujuan dan Tugas Pokok BI
Tujuan dan tugas pokok Bank Indonesia sebagai Bank Sentral
Republik Indonesia diatur secara jelas dalam UU No.23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No.3 Tahun
2004.
1. Tujuan
Tujuan Bank Indonesia ditetapkan untuk mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah yang
dimaksudkan dalam Undang – Undang tersebut adalah kestabilan
nilai rupiah terhadap barang dan jasa serta terhadap mata uang
negara lain. Kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa diukur
dengan atau tercermin pada perkembangan laju inflasi. Kestabilan
nilai rupiah terhadap mata uang negara lain diukur berdasarkan
atau tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah (kurs)
terhadap mata uang negara lain.
Kestabilan nilai rupiah sangat penting untuk mendukung
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Kenaikan harga – harga (inflasi) yang
tinggi dan terus menerus akan menurunkan daya beli masyarakat,
khususnya yang mempunyai pendapatan yang tetap, sehingga
tingkat kesejahteraannya menurun. Demikian pula, nilai tukar
rupiah yang terus melemah, meskipun mungkin dapat
meningkatkan pendapatan neto dari perdagangan luar negeri, akan

2
Nopirin,Ekonomi Moneter Buku 1,(Yogyakarta:BPFE-Yogyakarta,1992),Hal 37-39

9
meningkat harga harga di dalam negeri, khususnya barang dan
jasa yang harus diimpor dari luar negeri. Lebih dari, kestabilan
inflasi dan nilai tukar rupiah menyebabkan dunia usaha dan para
pelaku ekonomi akan mengalami kesulitan dalam menyusun
perencanaan usahanya. Pada akhirnya hal ini akan mengakibatkan
fluktuasi perkembangan ekonomi secara keseluruhan yang
berakibat buruk pada kesejahteraan masyarakat.
Penetapan tujuan tunggal pemeliharaan stabilitas nilai
rupiah dalam Undang – Undang seperti diatas menjadikan sasaran
yang harus dicapai dan batas tanggung jawab Bank Indonesia akan
semakin jelas dan terfokus. Meskipun tujuan diutamakan pada
stabilitas nilai tukar rupiah, hal ini tidak berarti bahwa Bank
Indonesia tidak mempertimbangkan perkembangan ekonomi dan
keuangan secara keseluruhan. Dalam mencapai tujuan tersebut,
Bank Indonesia perlu mengarahkan kebijakannya untuk
menyeimbangkan kondisi ekonomi internal, khususnya
keseimbangan antara permintaan dan penawaran agregat, dengan
kondisi ekonomi eksternal yang tercermin pada kinerja neraca
pembayaran. Perwujudan keseimbangan internal adalah terjaganya
inflasi pada tingkat yang rendah, sementara dari sisi eksternal
adalah terjaganya nilai tukar rupiah pada tingkat perkembangan
yang cukup kuat dan stabil. Untuk itu, Bank Indonesia harus
mempertimbangkan dan melakukan koordinasi dengan pemerintah
agar kebijakan yang ditempuhnya sejalan dan saling mendukung
dengan kebijakan fiskal dan ekonomi lainnya.
2. Tugas
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan
Undang – Undang. Bank Indonesia memiliki 3 tugas yaitu :
a. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.
Pada dasarnya, kebijakan moneter ditempuh oleh
otoritas moneter yang merupakan salah satu bagian integral

10
dari kebijakan ekonomi makro dan berpengaruh besar
terhadap berbagai aktivitas ekonomi dan keuangan yang
dilakukan masyarakat. Sejalan dengan itu, Amandemen UU
No.3 tahun 2004 menekankan agar kebijakan moneter Bank
Indonesia dilaksanakan secara berkelanjutan, konsisten,
transparan, dan harus mempertimbangkan kebijakan umum
pemerintah di bidang perekonomian. Ketentuan ini
dimaksudkan agar kebijakan moneter yang diambil Bank
Indonesia dapat dijadikan acuan yang pasti dan jelas bagi
dunia usaha dan masyarakat lainnya. Disamping itu, hal
tersebut juga dimaksudkan agar kebijakan moneter Bank
Indonesia sudah mempertimbangkan dan dapat
dikoordinasikan secara baik dengan kebijakan fiskal dan
kebijakan ekonomi lainnya yang ditempuh pemerintah
sehingga mampu menciptakan kondisi ekonomi makro
yang baik seperti; stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi,
dan perluasan kesempatan kerja.
Dalam rangka melaksanakan tugas menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter tersebut, Bank Indonesia
diberi wewenang penuh untuk menetapkan sasaran –
sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi
dan untuk melakukan pengendalian moneter dengan
menggunakan berbagai instrumen kebijakan moneter.
Dalam kaitan ini, sesuai dengan UU No.23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan
UU No.3 Tahun 2004, sasaran laju inlasi sebagai sasaran
akhir kebijakan moneter yang semula ditetapkan oleh Bank
Indonesia telah diubah menjadi ditetapkan oleh Pemerintah
setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia. Perubahan
ini dimaksudkan untuk semakin meningkatkan koordinasi
antara kebijakan moneter Bank Indonesia dengan kebijakan

11
fiskal dan ekonomi lainnya yang ditempuh pemerintah
dalam mencapai sasaran ekonomi makro. Di samping itu
perubahan tersebut dimaksudkan pula untuk memperkuat
komitmen dan dukungan Pemerintah dalam mencapai
sasaran ekonomi makro. Perubahan tersebut juga
dimaksudkan pula untuk memperkuat komitmen dan
dukungan pemerintah dalam pencapaian sasaran inflasi oleh
Bank Indonesia.
Untuk mencapai sasaran inflasi yang telah
ditetapkan, Bank Indonesia menentukan sasaran – sasaran
moneter yang dapat berupa besaran moneter dan atau suku
bunga sesuai dengan perkembangan dan arah pergerakan
ekonomi dan keuangan ke depan. Sasaran – sasaran
moneter tersebut dicapai melalui pengendalian moneter
yang dilakukan Bank Indonesia dengan menggunakan
berbagai instrumen moneter yang umum dipakai oleh Bank
Sentral. Instrumen moneter yang saat ini digunakan oleh
Bank Indonesia adalah instrumen tidak langsung yang
meliputi operasi pasar terbuka, fasilitas diskonto, penetapan
giro wajib minimum, dan imabauan yang dalam
pelaksanannya dapat dilakukan secara bersama – sama atau
sendiri – sendiri. Sementara itu, instrumen langsung yang
pernah digunakan seperti penetapan suku bunga tidak
dilakukan lagi mengingat instrumen tersebut kurang efektif
dan tidak berorientasi pasar.
Agar pelaksanaan kebijakan moneter dapat secara
efektif mencapai sasaran inflasi yang telah ditetapkan,
maka harus dihindari penciptaan uang beredar yang
dipengaruhi oleh faktor – faktor diluar pertimbangan
moneter. Pengalaman di masa Orde Lama maupun selama
masa krisis menunjukkan bahwa penggunaan kebijakan

12
moneter untuk membiayai pengeluaran Pemerintah telah
berdampak buruk pada peningkatan laju inflasi dan
kegiatan perekonomian secara keseluruhan. Sejalan dengan
itu, berdasarkan UU No.23 Tahun 1999 ditetapkan bahwa
Bank Indonesia dilarang memberikan pinjaman kepada
pemerintah untuk membiayai pengeluaran APBN baik
secara langsung maupun melalui pembelian surat utang
negara. Sesuai dengan Amandemen UU No.3 Tahun 2004,
pengecualian diperkenankan kepada Bank Indonesia untuk
membeli surat utang negara guna pendanaan fasilatas
pembiayaan darurat yang dilakukan Pemerintah dalam
rangka mengatasi kesulitan perbankan yang berdampak
sistematik pada seluruh sistem keuangan dan
perekonomian.
Selanjutnya, pelaksanaan kebijakan moneter tidak
dapat dilepaskan dari sitem nilai tukar dan sistem devisa
yang ditetapkan. Dalam hal sistem nilai tukar, sejak 14
Agustus 1997 Pemerintah menetapkan sistem nilai tukar
yang dianut adalah sistem nilai tukar mengambang dan
Bank Indonesia melaksanakan kebijakan berdasarkan
sistem nilai tukar yang telah ditetapkan. Pada sistem
mengambang, pergerakan nilai tukar rupiah ditentukan oleh
besarnya permintaan dan penawaran valuta asing di pasar.
Dalam hubungan ini, kebijakan nilai tukar yang ditempuh
oleh Bank Indonesia berupa intervensi di pasar valuta asing
yang dimaksudkan agar pergerakan nilai tukar di pasar
dapat berlangsung stabil. Intervensi valuta asing dimaksud
tidak diarahkan untuk mencapai suatu tingkat atau kisaran
nilai tukar rupiah tertentu. Di samping itu, stabilisasi nilai
tukar rupiah sangat penting agar pengaruh nilai tukar
terhadap kenaikan harga – harga, khususnya harga barang

13
dan jasa yang diimpor dari luar negeri dapat terkendali
sehingga mendukung upaya pencapaian sasaran inflasi.
Pelaksanaan kebijakan moneter juga tidak dapat
dilepaskan dari sistem devisa yang dianut. Dalam hal ini,
pemilihan sistem devisa oleh suatu negara akan tergantung
pada kondisi negara yang bersangkutan, khususnya
keterbukaan ekonominya dalam arti seberapa jauh negara
yang bersangkutan ingin mengintegrasikan ekonominya
dengan ekonomi global. Untuk Indonesia, sesuai dengan
UU No.24 Tahun 1999 tentang lalu lintas devisa dan nilai
tukar dianut sistem devisa bebas, yang berarti masyarakat
dapat secara bebas memperoleh dan menggunakan devisa.
Akan tetapi agar lalu lintas devisa tersebut dapat
mendukung pembangunan ekonomi dan tidak menyyulitkan
pelasanaan kebijakan moneter, maka sesuai UU yang
dimaksud Bank Indonesia diberi kewenangan untuk
melakukan monitoring dan mengeluarkan ketentuan kehati
– hatian terhadap lalu lintas devisa yang masuk dan keluar
Indonesia. Sehubungan dengan itu, sejak Tahun 2000 Bank
Indonesia telah mengeluarkan ketentuan monitoring lalu
lintas devisa tersebut dan memantau perkembangan yang
terjadi.
b. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.
Sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman dan
handal diperlukan untuk mendukung pelaksanaan kebijakan
moneter yang efektif dan efisien. Sehubungan dengan hal
tersebut, Bank Indonesia diberi kewenangan untuk
mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran yaitu
dengan :
1. Kewenangan menetapkan penggunaan alat pembayaran

14
Secara umum, terdapat dua jenis alat pembayaran, yaitu
alat pembayaran tunai (uang kertas dan logam) dan non
tunai (berbasis warkat, seperti; cek, bilyet, giro dan
wessel maupun berbasis elektronik, seperti; kartu kredit
dan ATM). Untuk kelancaran sistem pembayaran,
diperlukan pengaturan mengenai penggunaan kedua alat
tersebut. Kewenangan Bank Indonesia dalam menetapkan
penggunaan alat pembayaran tunai meliputi
mengeluarkan, mengedarkan, menarik dan memusnahkan
uang rupiah, termasuk menetapkan macam, harga, ciri
uang, bahan yang digunakan serta tanggal mulai
berlakunya. Untuk itu, Bank Indonesia senantiasa
berupaya menjamin ketersediaan uang di masyarakat
dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang mewadai.
Sementara itu untuk alat pembayaran non tunai Bank
Indonesia berwenang menetapkan bentuk, keabsahan
maupun keamanan penggunaannya dalam berbagai
transaksi ekonomi dan keuangan. Hal ini ditujukan untuk
meyakinkan bahwa seluruh alat pembayaran yang
dipergunakan termasuk pengoperasiannya dilakukan
secara aman serta dikelola dan dimonitor secara baik.
2. Kewenangan mengatur dan menyelenggarakan sistem
pembayaran pengaturan diperlukan untuk menjamin
kelancaran dan keamanan sistem pembayaran. Terkait
dengan itu, Bank Indonesia berwenang
menyelenggarakan sendiri sistem pembayaran atau
memebri izin kepada pihak lain untuk menyelenggarakan
sendiri jasa sistem pembayaran dan kewajiban
menyampaikan laporan kegiatannya kepada Bank
Indonesia. Disamping itu, Bank Indonesia berwenang
mengatur sistem kliring dan menyelenggarakan kliring

15
antarbank, serta menyelenggarakan penyelesaian akhir
transaksi pembayaran antar bank baik dalam mata uang
rupiah maupun valuta asing.
c. Mengatur dan mengawasi bank.
Tugas mengatur dan mengawasi bank sangat
penting tidak saja untuk mendukung kelancaran sistem
pembayaran, tetapi juga untuk meningkatkan efektivitas
kebijakan moneter dalam mempengaruhi perkembangan
ekonomi dan inflasi. Hal itu mengingat lembaga perbankan
berfungsi sebagai lembaga kepercayaan masyarakat dalam
mobilisasi dan dan penyaluran kredit perbankan (fungsi
intermediasi) maupun dalam peredaran uang dalam
perekonomian.
Berdasarkan Undang – Undang, kewenangan Bank
Indonesia dalam mengatur dan mengawasi bank meliputi;
1. Memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan
dan kegiatan usaha tertentu dari bank.
2. Menetapkan peraturan di bidang perbankan.
3. Melakukan pengawasan bank baik secara langsung
maupun tidak langsung.
4. Mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan
ketentuan perundangan.
Kewenangan tersebut merupakan satu kesatuan
dalam mendukung terciptanya sistem perbankan yang
sehat, kuat dan efisien. Ketentuan perizinan ditujukan untuk
meeyakinkan bahwa bank yang diperbolehkan beroperasi
mempunyai modal yang cukup dan dikelola oleh pengurus
bank yang kompeten dan mempunyai integritas yang tinggi.
Ketentuan kehati – hatian bank ditujukan untuk
memberikan rambu – rambu yang harus dipatuhi oleh para
pengurus bank sesuai standar yang berlaku secara

16
internasional. Sementara itu pengawasan bank diarahkan
untuk meyakinkan bahwa rambu – rambu kehati – hatian
tersebut dipatuhi oleh pengurus bank. Apabila suatu bank
melakukan pelanggaran atau bahkan diyakini tidak layak
beroperasi, maka Bank Indonesia bewenang untuk
memberikan sanksi baik secara administratif ataupun
bahkan mencabut izin usaha bank yang bersangkutan.

Pelaksanaan ketiga tugas diatas mempunyai keterkaitan dan


karenanya harus dilakukan dengan saling mendukung guna
tercapainya tujuan Bank Indonesia secara efektif dan efisien. Tugas
menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter dilakukan Bank
Indonesia antara lain melalui pengendalian jumlah mata uang yang
beredar dan suku bunga dalam perekonomian. Efektifitas
pelaksanaan tugas ini memerlukan dukungan sistem pembayaran
yang efisien, cepat, aman dan andal yang merupakan sasaran dari
pelaksanaan tugas mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran. Sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman dan
andal tersebut memerlukan sistem perbankan yang sehat yang
merupakan sasaran tugas mengatur dan mengawasi bank.
Selanjutnya sistem perbankan yang sehat, selain mendukung
kinerja sistem pembayaran, akan mendukung pengendalian
moneter mengingat pelaksanaan kebijakan moneter dan
efektifitasnya dalam mempengaruhi kegiatan ekonomi riil dan
mencapai stabilitas nilai rupiah terutama berlangsung melalui
sistem perbankan. Dengan keterkaitan pelaksanaan ketiga tugas
dengan saling mendukung tersebut, maka pencapaian tujuan Bank
Indonesia akan berhasil dengan baik. 3

3
Dr.Yoyo Sudaryo,S.E.,Ak.,M.M.,CA dan Aditya Yudanegara,S.I.Kom.,M.M,Investasi Bank dan
Lembaga Keuangan....,Hal 100-109

17
D. Hubungan BI Dengan Pemerintah dan Dunia Internasional
Hubungan Bank Indonesia dengan pemerintah seperti yang
dituangkan dalam UU No.23 Tahun 1999 yaitu :
1. Bertindak sebagai pemegang kas pemerintah.
2. Untuk dan atas nama pemerintah Bank Indonesia dapat menerima
pinjaman luar negeri, menyelesaikan tagihan, dan kewajiban keuangan
pemerintah terhadap pihak luar negeri.
3. Pemerintah wajib meminta pendapat Bank Indonesia atau mengundang
Bank Indonesia dalam bidang kabinet yang membahas masalah ekonomi,
perbankan dan keuangan yang berkaitan dengan tugas Bank Indonesia atau
kewenangan Bank Indonesia.
4. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah mengenai
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta kebijakan lain
yang berkaitan dengan tugas dan wewenang Bank Indonesia.
5. Dalam hal pemerintah menerbitkan surat – surat utang negara, pemerintah
wajib terlebih dahulu berkonsultasi dengan Bank Indonesia dan
pemerintah juga wajib terlebih dahulu berkonsultasi dengan Dewan
Perwakilan Rakyat.
6. Bank Indonesia dapat membantu penerbitan surat – surat utang negara
yang diterbitkan pemerintah.
Dalam hal hubungan Bank Indonesia dengan Dunia Internasional,
maka Bank Indonesia :
1. Dapat melakukan kerjasama dengan :
a. Bank Sentral negara lain.
b. Organisasi dan Lembaga Internasional.

18
2. Dalam hal dipersyaratkan bahwa anggota internasional dan/atau lemabaga
Multilateral adalah negara, maka Bank Indonesia dapat bertindak untuk
dan atas nama Negara Republik Indonesia sebagai anggota.4
E. Dewan Gubernur
Secara umum, pimpinan suatu lembaga merupakan elemen penting
dalam suatu kelembagaan. Untuk lembaga Bank Sentral, kendali pimpinan
berada pada suatu dewan yang disebut Dewan Gubernur atau policy board.
Dewan tersebut umumnya dipimpin oleh seorang Gubernur, Presiden
Chairmen,atau sebutan lainnya. Dengan mengetahui tugas, wewenang, hak
dan tanggung jawab pimpinan suatu Bank Sentral, dapat diketahui
beberapa hal, antara lain seberapa besar wewenang dan bagaimana proses
perumusan kebijakan yang dilakukan Dewan Gubernur dalam
melaksanakan tugasnya secara Independen dalam rangka pencapaian
tujuan Bank Sentral yang telah ditetapkan.
Jumlah anggota Dewan Gubernur pada umunya bervariasi dari satu
Bank Sentral ke Bank Sentral lain. Sebagai contoh, Bank Of Japan (BoJ)
memiliki seorang Gubernur, dua Deputi Gubernur dan enam anggota
policy board. The Federal Reserve System (FedRes) memiliki seorang
chairman, seorang wakil dan lima anggota Dewan Gubernur. Sementara
itu, European Central Bank (ECB) memiliki seorang presdien, seorang
wakil, dan empat anggota Executive Board.
Sesuai UU No.23 Tahun 1999, Bank Indonesia sebagai Bank
Sentral Republik Indonesia dipimpin oleh Dewan Gubernur. Dalam
melaksanakan tugasnya, Dewan Gubernur dipimpin oleh seorang
Gubernur, dengan Deputi Gubernur Senior sebagai wakil dan minimal
empat orang atau maksimal tujuh orang Deputi Gubernur sebagai
anggotanya. Saat ini Bank Indonesia memiliki seorang Gubernur, Seorang
Deputi Gubernur Senior, dan enam anggota Deputi Gubernur. Dewan
Gubernur mempunyai masa jabatan maksimum lima tahun dan hanya

4
Prof.Dr.Bustari Muchtar dan Rose Rahmidani,S.Pd.,M.M,Bank dan Lembaga Keuangan Lain,
(Jakarta:Kencana,2016),Hal 64

19
diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya. Untuk menjaga
kesinambungan kebijakan Bank Sentral penggantian Dewan Gubernur
diatur secara berkala, yaitu setiap tahun paling banyak dua orang yang
diganti.
Dewan Gubernur diusulkan dan diangkat oleh Presiden dengan
terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari DPR. Khusus Deputi
Gubernur, usul Presiden dilakukan dengan rekomendasi dengan Gubernur
dengan calon dari internal maupun eksternal Bank Indonesia. Untuk
menjadi Dewan Gubernur, calon yang bersangkutan harus memenuhi
persyaratan antara lain; 1) warga negara Indonesia, 2) memiliki akhlak dan
moral yang tinggi, 3) memiliki keahlian dan pengalaman di bidang
ekonomi, keuangan, perbankan, atau hukum, khusunya yang berkaitan
dengan tugas Bank Sentral.
Dewan Gubernur sebagai pimpinan Bank Indonesia berwenang
untuk menetapkan kebijakan dalam melaksanakan tugas – tugasnya di
bidang moneter, sistem pembayaran, dan perbankan, disamping kebijakan
di bidang manajemen internal. Dalam menjalankan tugasnya Dewan
Gubernur menyelenggarakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) sebagai suatu
forum pengambilan keputusan tertinggi di Bank Indonesia. RDG
diselenggarakan sekurang – kurangnya sekali dalam seminggu melakukan
evaluasi atas pelaksanaan kebijakan moneter atau menetapkan kebijakan
lain yang bersifat prinsipil dan strategis. Pengambilan keputusan dalam
RDG dilakukan atas dasar prinsip musyawarah untuk mencapai mufakat.
Apabila mufakat tidak tercapai Gubernur menetapkan keputusan akhir. 5
F. Independensi, Akuntabilitas, dan Transparansi BI
1. Independensi Bank Indonesia
Dalam UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 dan UU No.

5
Dr.Yoyo Sudaryo,S.E.,Ak.,M.M.,CA dan Aditya Yudanegara,S.I.Kom.,M.M,Investasi Bank dan
Lembaga Keuangan....,Hal 109-111

20
6 Tahun 2009, telah di atur mengenai independensi Bank Indonesia
dalam 5 (lima) aspek independensi Bank Indonesia, sebagai berikut :
a. Independensi Kelembagaan
Kedudukan Bank Indonesia sebagai lembaga negara yang
independen yang berada di luar pemerintahan berarti memberikan
kebebasan dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, bebas dari
campur tangan Pemerintah dan atau pihak lain. Segala bentuk
campur tangan adalah segala perbuatan pihak lain yang secara
langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi kebijakan dan
pelaksanaan tugas Bank Indonesia yang difokuskan pada kestabilan
nilai rupiah dengan dengan tugas-tugas kebijakan moneter, sistem
pembayaran, dan perbankan. Selain itu, Independensi kelembagaan
yang dipunyai Bank Indonesia bukan berarti bahwa Bank Indonesia
bebas melakukan segala kegiatantanpa campurtangan pihak lain
namun hanya terbatas pada tugas dan wewenang yang ditetapkan
dalam undang-undang. Bank Indonesia tetap tunduk pada segala
ketentuan hukum di Indonesia atas hal-hal yang bukan merupakan
tugas dan wewenang yang diatur dalam undang-undang Bank
Indonesia.
b. Independensi sasaran moneter
Bank Indonesia mempunyai tugas menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter. Untuk itu Bank Indonesia berwenang
menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan
sasaran laju inflasi yang menjadi sasaran akhir kebjakan moneter
Bank Indonesia yang ditetapkan oleh Pemerintah setelah
berkoordinasi dengan Bank Indonesia. Kewenangan penetapan
sasaran inflasi berada pada Pemerintah, sementara Bank Indonesia
memberikan rekomendasi mengenai sasaran inflasi yang menurut
pertimbangannya cukup realistis sesuai dengan perkembangan
ekonomi dan keuangan Indonesia dan dapat dicapai melalui
kebijakan moneter yang ditempuhnya.

21
c. Independensi instrument
Dalam rangka mencapai sasaran moneter dan melaksanakan
pengendalian moneter Bank Indonesia dapat menggunakan
berbagai instrumen moneter antara lain operasi pasar terbuka di
pasar uang baik rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat
diskonto, penetapan cadangan wajib minimum bank, dan
pengaturan kredit atau pembiayaan oleh bank-bank. Cara
pengendalian moneter tersebut dapat dilakukan juga berdasarkan
prinsip syariah, yang pelaksanaannya ditetapkan berdasarkan
Peraturan Bank Indonesia.
d. Independensi personal
Untuk menunjang pelaksanaan tugas dan mencapai tujuan Bank
Indonesia diperlukan dukungan pegawai yang kompeten dan
mempunyai integritas yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya.
Untuk memenuhi hal tersebut maka Dewan Gubernur, dapat
mengangkat dan memberhentikan pegawai Bank Indonesia,
menetapkan peraturan kepegawaian, sistem penggajian,
penghargaan, pensiun dan tunjangan hari tua, serta penghasilan
lainnya bagi pegawai Bank Indonesia.
Dewan Gubernur juga berkewajiban untuk menolak atau
mengabaikan intervensi dalam bentuk apa pun dari pihak lain
dalam menjalankan tugasnya maupun dalam menetapkan kebijakan
di bidang kepegawaian, namun harus tetap memperhatikan
peraturan perundang-undangan yang terkait sepanjang tidak
mengurangi independensi Bank Indonesia. Sebagai bentuk dari
akuntabilitas di bidang kepegawaian, maka Bank Indonesia
berkewajiban untuk melaporkan kepada DPR secara periodik hal-
hal yang berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan kepegawaian
Bank Indonesia.

22
e. Independensi keuangan
Dewan Gubernur berwenang menetapkan anggaran tahunan Bank
Indonesia yang meliputi anggaran untuk kegiatan operasional dan
anggaran untuk kebijakan moneter, sistem pembayaran, serta
pengaturan dan pengawasan perbankan. Anggaran kegiatan
operasional dan evaluasi pelaksanaan anggaran tahun berjalan
disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk
mendapatkan persetujuan. Sedangkan untuk anggaran kebijakan
moneter, sistem pembayaran, serta pengaturan dan pengawasan
perbankan wajib dilaporkan secara khusus (tertutup) kepada Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR). 6
2. Akuntabilitas Bank Indonesia
Dalam melaksanakan evaluasi pelaksanaan kebijakan moneter,
rencana kebijakan moneter, penetapan sasaran-sasaran moneter untuk
tahun yang akan datang, pertimbangan sasaran laju inflasi dan
perkembangan kondisi ekonomi serta keuangan, Bank Indonesia wajib
menyampaikan informasi kepada masyarakat secara terbuka melalui
media massa pada setiap awal tahun anggaran, juga kepada Presiden
dan DPR1S (Pasal 58 UU BI 1999).
Penyampaian informasi kepada masyarakat perlu dilakukan oleh
Bank Indonesia, dalam rangka menjadikan Bank Indonesia sebagai
lembaga yang dapat dipercaya dan berwibawa. Kepercayaan
masyarakat tumbuh seiring dengan keterlibatan masyarakat dalam
keikutsertaannya memantau/mengawasi Bank Indonesia dalam
menetapkan dan melaksanakan kebijakannya. Selain informasi kepada
masyarakat tersebut, Presiden juga berhak mengetahui informasi
mengenai Bank Indonesia yang sifatnya informatif, sedangkan DPR
membutuhkan informasi dari Bank Indonesia, dalam kapasitasnya

6
T.Gilarso,Pengantar Ilmu Ekonomi Makro,(Yogyakarta:Kanisius,2004),Hal 9.24 - 9.25

23
untuk mengawasi kinerja Bank Indonesia dalam menetapkan dan
melaksanakan kebijakan-kebijakan.7
3. Transparansi Bank Indonesia
Sebagian besar aktiva bank berbentuk uang (kredit), sedangkan
pasivadidominasi oleh utang (simpanan) dan hanya sebagian kecil
modalutang terbesar bank berasal dari nasabah atau masyarakat yang
umum disebut dengan dana pihak ketiga, hal ini menyebabkan bank
merupakan sebuah lembaga yang dapat berdiri karena adanya
kepercayaandari nasabah kepada bank untuk mengelola dana mereka,
sehinggabank juga sering kali disebut sebagai lembaga kepercayaan.
Sebagaisebuah lembaga kepercayaan, bank perlu untuk menerapkan
Good Corporate Govemance (GCG) yang baik, salah satu langkah
penerapannyaadalah dengan menerapkan transparansi informasi
mengenai produk bank. Ketentuan mengenai hal ini telah diatur oleh
Bank Indonesia dalam PBI No. 7/6/PB/2005 dan SE BI No.
7/25/DPNP tentang Transparansi Informasi produk bank dan
Penggunaan Data Pribadi nasabah.Selain PBI dan SE BI tersebut,
transparansi informasi produk bank jugadiatur dalam PBI No.
11/25/PBI/2009 tentang Perubahan atas PeraturanBank Indonesia No.
5/8/PB/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum.
Dalam PBl tersebut diatur bahwa aspek-aspek yang perlu
diperhatikan bank paling tidak mencakup:
a. Informasi yang disampaikan lengkap,benar, dan tidak
menyesatkannasabah;
b. Informasi yang berimbang antara potensi manfaat yang mungkin
diperoleh dengan risiko yang mungkin timbul bagi nasabah; dan

c. Informasi yang disampaikan tidak menyamarkan, mengurangi,


ataumenutupi hal-hal yang penting terkait dengan risiko yang
mungkintimbul.

7
Rimsky K. Judiseno, “Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia”, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2002), Hal 124

24
PBI ini mewajibkan bank untuk menyediakan seluruh informasi
terkait karakteristik produk-produknya kepada nasabah dan calon
nasabah, baik itu untuk produk simpanan maupun produk kredit
Informasiyang disampaikan harus berbentuk lisan dan/atau tulisan,
bank dilarang untuk memberi informasi yang menyesatkan (mislead),
tidak etis(misconduct), dan bank tidak boleh menyembunyikan segala
macam informasi yang terkandung dalam produk tersebut.8
G. Neraca BI
Dalam kaitannya dengan perumusan serta pelaksanaan
kebijaksanaan moneter perlu dijelaskan terlebih dahulu bentuk umum dari
neraca bank sentral yang merupakan pencerminan dari kegitannya secara
singkat pos-pos rekening utama sebagai berikut :
1. Kekayaan pada prinsipnya kekayaan bank sentral dapat diperoleh
dengan cara menciptakan ulang terhadap dirinya sendiri yang termasuk
dalam kekayaan ini adalah Cadangan yang meliputi :
a. Sertifikat emas ,krwajiban pemerintah yang dijamindengan emas
proses bagaimana sertifikat emas ini menjadi kekayaan bank
sentral dapatkah dijelaskan sebagai berikut, misalnya seorang
penduduk amerika serikat menjual emas seharga US$10 juta yang
dibeli oleh bank sentral atasnama pemerintah amerika serikat emas
tersebut menjadi kekayaan dari pemerintah, pemerintah
mengeluarkan sertifikat emas seharga US$10 juta kepada bank
sentral, yang kemudian ditambahkan kedalam deposito pemerintah
pads bank sentral, penduduk yang menerima pembayaran cek
kemudian mendepositkan kepada bank umum , bank umum
mengirimkan cek tersebut kepada bank sentral, bank sentral
mengurangi deposit pemerintah dan menambah deposito bank
umum transaksi ini akan muncul dalam neraca berikut :

8
Ikatan Bankir Indonesia (IBI), Memahami Audit Intern Bank, (Jakarta: PT Gramedia, 2014), Hal
257 - 258

25
Pemerintah

Kekayaan Utang

Emas +US$10 juta Sertifikat Emas +US$10 juta

Bank Sentral

Kekayaan Utang

Deposito Pemerintah +US$10juta


Sertifikat Emas +US$10 juta
Deposito Pemerintah –US$10juta

Bank Umum

Kekayaan Utang

Cadangan pada +US$10juta


Deposito +US$10Juta
Bank Sentral

b. Special Drawing Right (SDR) ini hampir sama dengan sertifikat


emas di atas, hanya saja dikeluarkan oleh Dana Moneter
Internasional atas persetujuan negara anggota guna mengatasi
kekurangan alat pembayaran internasional. SDR dapat dipakai,
seperti halnya emas dan valuta asing, untuk menutup defisit dalam
neraca pembayaran internasional.

26
c. Valuta Asing : merupakan bentuk cadangan bank sentral yang
diperlukan untuk mengatur system pembayaran internasional serta
kurs valuta asing.
2. Pinjaman yang diberikan (loans) terutama kepada bank umum , bank
umum dapat memperoleh pinjaman ini melalui
a. Penjualan surat berharga masyarakat yang dimiliki bank umum
tersebut kepada bank sentral, bank sentral kemudian menambah
rekening deposit bank umum pada neraca sebesar nilai surat
berharga setelah dikurangi dengan bunga
b. Pinjaman langsung dengan jaminan surat janji membayar
(advance) oleh bank umum transaksi pinjaman tersebut akan
muncul dalam neraca bank sentral dan bank umum sebagai berikut
Bank Sentral

Kekayaan Utang

Pinjaman kepada +X
Deposito Bank Umum +X
Bank umum

Bank Umum

Kekayaan Utang

Cadangan +X Pinjaman bank sentral +X

3. Surat berharga , sebagian terbesar kekayaan ini dalam bentuk surat


berharga pemerintah yang dibeli oleh bank sentral baik dari bank
umum maupun langsung dari masyarakat sebagaai contoh :
a. Pembelian dari bank umum suatu surat berharga Z. efek transaksi
tercemin dalam neraca sebagai berikut :

27
Bank Sentral

Kekayaan Utang

Surat berharga +Z Deposito bank umum +Z

Bank Umum

Kekayaan Utang

Cadangan pada bank sentral +Z


Surat berharga -Z
b. pembelian langsung dari masyarakat misalnya bank sentral
membeli surat berharga Y. cek yang diterima oleh perusahaan ini
kemudian dimasukkan sebagai deposito pada bank umum
perubahan dalam neraca akan Nampak sebagai berikut :
Bank Sentral

Kekayaan Utang

Surat berharga +Y Deposito bank umum +Y

Bank umum

Kekayaan Utang

Cadangan pada bank sentral +Y Deposito +Y

Perusahaan

Kekayaan Utang

Deposito pada bank umum +Y


Surat berharga -Y

28
Transaksi yang kedua ini mempunyai pengaruh langsung
terhadap uang beredar namun pengaruhnya terhadap uang beredar
secara keseluruhan mungkin sama dengan transaksi pertama
(membeli langsung dari bank umum) apabila efek langsung serta
efek proses penciptaan kredit karena adanya tambahan deposito
pada bank umum diperhitungkan
4. Kekayaan lain lain, dapat berupa tanah,gedung atau peralatan-peralatan
a. utang yang terdiri dari :
1. Uang kertas bank adalah uang kertas yang dikeluarkan oleh bank
sentral sebagai alat pembayaran yang sah , uang kertas ini
merupakan utang bagi bank sentral dan merupakan komponen
utama dalam jumlah uang beredar, pengeluarannya dijamin
dengan seluruh kekayaan bank sentral serta tidak secara khusus
dikaitkan dengan nilai emas tertentu
2. Deposito. Bagian terbesar rekening ini terdiri dari deposito bank
umum. Bank umum mempunyai atau membuka rekening deposito
ini untuk memenuhi ketentuhan cadangan minimum serta sebagai
sarana proses clearing. Disamping ini rekening deposito juga
berasal dari pemerintah guna melaksanakan pembayaran yang
dilakukan oleh pemerintah sebagai transfer
3. Surplus. Surplus berasal dari bunga surat berharga yang ditahan,
bunga pinjaman yang diberikan dan dari kegiatan lain. Sebagian
besar dari pendapatan ini diserahkan kepada pemerintah sebagai
transfer.
4. Lain-lain. lain-lain ini terdiri dari, misalnya pengeluaran yang
belum dibayar.
Dari uraian diatas jelas Nampak bahwa pada dasarnya kekayaan
bank sentral dapat menciptakan utang terhadap sendiri, seperti pada
contoh pembelian surat berharga, kekayaan yang berupa surat berharga
ini dapat diperoleh dengan menciptakan utang yang berupa deposito
bank umum.

29
H. Instrumen Kebijakan Moneter
Kebijaksanaan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh
penguasa moneter (biasanya bank sentral) untuk mempengaruhi jumlah
uang yang beredar dan kredit yang pada gilirannya akan mempengaruhi
kegiatan ekonomi masyarakat tujuan kebijaksanaan moneter, terutama
untuk stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja,
kesetabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang
kalua kestabilan kegiatan ekonomi terganggu maka kebijaksanaan moneter
dapat dipakai untuk memulihkan.
Tindakan stabilisasi pada dasarnya instrument atau alat
kebijaksanaan yang dipakai adalah pertama, instrument yang umum
meliputi politk pasar terbuka, politik cdangan minimum dan politik
diskonto. Kedua, instrument yang selektif meliputi margin requirements
pembatasan tingkat bunga yang kesemuanya ini untuk mempengaruhi
alokasi kredit untuk sektor-sektor ekonomi tertentu dan ketiga adalah
instrument yang sering disebut dengan “moral suasion” atau “opent mouth
policy” disamping itu penentuan tingkat bunga pengaturan system
perbankkan serta devaluasi termasuk juga dalam instrument kebijakan
moneter.
1. Politik pasar terbuka
Meliputi tindakan menjual dan membeli surat-surat berharga oleh
bank sentral tindakan ini akan berpengaruh; pertama menaikkan cadangan
bank-bank umum yang tersankut dalam transaksi sebab dalam pembelian
surat berharga misalnya , bank sentral akan menambah cadangan bank
umum yang menjual surat berharga tersebut yang ada pada bank sentral.
Akibat tambahnya cadangan maka bank umum dapat menambah jumlah
uang yang beredar (melalui proses penciptaan kredit). Kedua,tindakan
pembelian atau penjualan surat berharga akan mempengaruhi harga (dan
dengan demikian juga tingkat suku bunga) surat berharga akibatnya
tingkat bunga umum juga akan terpengaruh

30
2. Politik diskonto
Tindakan untuk mengubah-ubah tingkat suku bunga yang harus
dibayar oleh bank umum dalam hal meminjam dana dari bank srentral,
dengan menaikkan diskonto, maka ongkos meminjam dana dari bank
sentral akan naik sehingga akan mengurangi keinginan bank untuk
meminjam, akibatnya, jumlah uang yang beredar dapat ditekan atau
dikurangi. dinegara yang sudah maju, politik diskonto ini mempunyain
efek pengumuman, yakni efek yang ditimbulkan dari adanya pengumuman
(melalui mass media) tentang tingkat diskonto. Pengumuman ini akan
dipakai oleh masyarakat sebagai indikasi ketat tidaknya kebijaksanaan
moneter pemerintah
3. Politik perubahan cadangan minimum
Seperti telah dijelaskan di depan bahwa perubahan cadangan
minimum dapat mempengaruhi jumlah uang beredar. Apabila ketentuan
cadangan minimum diturunkan, jumlah uang beredar cenderung naik dan
sebaliknya kalau dinaikkan jumlah uang cenderung turun
4. Margin requirement
Digunakan untuk membatasi penggunaan kredit untuk tujuan-
tujuan pembelian surat berharga, caranya dengan menetapkan jumlah
minimum kas down payment untuk transaksi surat berharga misalnya
ditentukan margin requirement 80% artinya apabila seseorang ingin
membeli surat berharga, maka 80% harus dibayar dengan kas dan baru
sisanya 20% boleh dipinjam dari bank
5. Moral Suasion
Dimaksudkan untuk mempengaruhi sikap lembaga moneter dan
individu yang bergerak dibidang moneter dengan pidato-pidato gubernur
bank sentral, atau publikasi-publikasi agar supaya bersikap seperti yang
dikehendaki oleh penguasa moneter.9

9
Nopirin,Ekonomi Moneter Buku 1......,Hal 39 - 47

31
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Peran dan tugas Bank Indonesia selaku Bank Sentral Indonesia
telah mengalami evolusi dari semula sebagai bank sirkulasi, kemudian
pernah diminta pemerintah sebagai agen pembangunan, dan terakhir sejak
tahun 1999 telah menjadi lembaga yang independen dengan tugas tugas
merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga
kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank untuk
mencapai tujuan kestabilan nilai rupiah.
Bank Sentral pada dasarnya mempunyai tugas untuk memelihara
supaya sistem moneter itu bekerja secara efisien sehingga dapat menjamin
tercapainya tingkat pertumbuhan kredit/uang beredar sesuai dengan yang
diperlukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tanpa mengakibatkan
inflasi. Guna mencapai sasaran ini Bank Sentral bertanggungjawab atas
dua hal, yang pertama yaitu perumusan serta pelaksanaan kebijakan
moneter. Yang kedua yaitu mengatur, mengawasi, serta mengendalikan
sistem moneter.
Tujuan dan tugas pokok Bank Indonesia sebagai Bank Sentral
Republik Indonesia diatur secara jelas dalam UU No.23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No.3 Tahun
2004. Efektifitas pelaksanaan tugas ini memerlukan dukungan sistem
pembayaran yang efisien, cepat, aman dan andal yang merupakan sasaran
dari pelaksanaan tugas mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran. Sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman dan andal
tersebut memerlukan sistem perbankan yang sehat yang merupakan
sasaran tugas mengatur dan mengawasi bank. Dengan keterkaitan
pelaksanaan tugas yang saling mendukung tersebut, maka pencapaian
tujuan Bank Indonesia akan berhasil dengan baik.

32
Hubungan Bank Indonesia dengan pemerintah seperti yang
dituangkan dalam UU No.23 Tahun 1999 yaitu Bertindak sebagai
pemegang kas pemerintah, Untuk menyelesaikan tagihan, dan kewajiban
keuangan pemerintah terhadap pihak luar negeri, untuk permintaan
pendapat, Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah
mengenai Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta
kebijakan lain, membantu penerbitan surat – surat utang negara yang
diterbitkan pemerintah.Dalam hal hubungan Bank Indonesia dengan Dunia
Internasional, maka Bank Indonesia Dapat melakukan kerjasama dengan
Bank Sentral negara lain dan Organisasi dan Lembaga Internasional.
Secara umum, pimpinan suatu lembaga merupakan elemen penting
dalam suatu kelembagaan. Untuk lembaga Bank Sentral, kendali pimpinan
berada pada suatu dewan yang disebut Dewan Gubernur atau policy board.
Dewan tersebut umumnya dipimpin oleh seorang Gubernur, Presiden
Chairmen,atau sebutan lainnya. Dengan mengetahui tugas, wewenang, hak
dan tanggung jawab pimpinan suatu Bank Sentral, dapat diketahui
beberapa hal, antara lain seberapa besar wewenang dan bagaimana proses
perumusan kebijakan yang dilakukan Dewan Gubernur dalam
melaksanakan tugasnya secara Independen dalam rangka pencapaian
tujuan Bank Sentral yang telah ditetapkan.
Dalam UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 dan UU No. 6
Tahun 2009, telah di atur mengenai independensi Bank Indonesia dalam
5 (lima) aspek independensi Bank Indonesia. Dalam melaksanakan
evaluasi pelaksanaan kebijakan moneter, rencana kebijakan moneter,
penetapan sasaran-sasaran moneter untuk tahun yang akan datang,
pertimbangan sasaran laju inflasi dan perkembangan kondisi ekonomi
serta keuangan, Bank Indonesia wajib menyampaikan informasi kepada
masyarakat secara terbuka melalui media massa pada setiap awal tahun
anggaran, juga kepada Presiden dan DPR1S (Pasal 58 UU BI 1999). PBI
ini mewajibkan bank untuk menyediakan seluruh informasi terkait

33
karakteristik produk-produknya kepada nasabah dan calon nasabah, baik
itu untuk produk simpanan maupun produk kredit Informasiyang
disampaikan harus berbentuk lisan dan/atau tulisan, bank dilarang untuk
memberi informasi yang menyesatkan (mislead), tidak etis(misconduct),
dan bank tidak boleh menyembunyikan segala macam informasi yang
terkandung dalam produk tersebut.
Dalam kaitannya dengan perumusan serta pelaksanaan kebijak
sanaan moneter perlu dijelaskan terlebih dahulu bentuk umum dari neraca
bank sentral yang merupakan pencerminan dari kegitannya secara singkat
pos-pos rekening utama. pada dasarnya kekayaan bank sentral dapat
menciptakan utang terhadap sendiri, seperti pada contoh pembelian surat
berharga, kekayaan yang berupa surat berharga ini dapat diperoleh dengan
menciptakan utang yang berupa deposito bank umum.
Kebijaksanaan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh
penguasa moneter (biasanya bank sentral) untuk mempengaruhi jumlah
uang yang beredar dan kredit yang pada gilirannya akan mempengaruhi
kegiatan ekonomi masyarakat tujuan kebijaksanaan moneter, terutama
untuk stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja,
kesetabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang
kalua kestabilan kegiatan ekonomi terganggu maka kebijaksanaan moneter
dapat dipakai untuk memulihkan.

34
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, kedepan penulis akan lebih detail
menjelaskan dengan sumber yang lebih banyak dan dapat dipertanggung
jawabkan. Oleh karena itu penulis meminta kritik dan saran yang
membangun dari pembaca. Untuk pengembangan lebih lanjut, penulis
menyarankan pembaca mempelajari Ekonomi Moneter secara bertahap
agar tidak terjadi salah pengertian dalam proses pembelajaran.Selain itu
kami juga menyarankan agar pembaca menambah referensi untuk
mempermudah pembaca dalam memahami Bank Sentral. Semoga makalah
yang penulis buat dapat bermanfaat dan menambah pemahaman pembaca.

35
DAFTAR PUSTAKA

Nopirin.1992.Ekonomi Moneter Buku 1.Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta

Sudaryo Yoyo dan Yudanegara Aditya. 2017. Investasi Bank dan Lembaga
Keuangan. Yogyakarta : CV.ANDI OFFSET

Gilarso T.2004.Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Yogyakarta : Kanisius

Muchtar Bustari dan Rahmidani Rose. 2016. Bank dan Lembaga Keuangan Lain.
Jakarta :Kencana

Judiseno Rimsky K. 2002. Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama

Ikatan Bankir Indonesia (IBI).2014. Memahami Audit Intern Bank. Jakarta: PT


Gramedia

Anda mungkin juga menyukai