Anda di halaman 1dari 2

1.

Perbedaan yang signifikan dari ensefalitis dan meningitis ialah :

Ensefalitis memiliki manifestasi klinis : kelumpuhan pada area wajah (hemiplagie),


kelemahan bicara, kesulitan mengunyah, nyeri pada otot ataupun persendian sedangkan
pada bayi : terdapat bintik lunak di fontanel. Gejala ensefalitis memiliki masa prodomal 1-
4 hari (proses masuknya patogen ke dalam tubuh), dan masa inkubasi 4-15 hari. Berat
ringannya gejala yang dialami pada klien ensefalitis tergantung penyebaran luas lesi pada
neuron (Rudi Haryono, 2019).

Manifestasi klinis meningitis pada anak ≥ 2 tahun dan dewasa : demam tinggi secara
mendadak, kantuk yang berlebihan disebabkan karena klien mengalami fotopobia
(sensitif terhadap cahaya), mual dan muntah, kekakuan leher (kaku kuduk), kekakuan
lutut , Brudinzki’s sign (+) dan Kenig’s sign (+) sedangkan pada bayi : terdapat tonjolan
titik lunak di atas kepala bayi (fontanel), kekakuan pada leher dan tubuh bayi. Gejala awal
serangan : dapat terjadi penurunan kesadaran hingga koma (Rudi Haryono, 2019).

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat manifestasi klinis yang
berbeda antara ensefalitis dan meningitis namun kedua penyakit tersebut dapat terjadi
secara bersamaan. Hal ini dapat dilihat dari :

1) Dari segi serangan patogen pada ensefalitis dapat terjadi di seluruh belahan otak,
batang otak, serebelum dan sumsum tulang belakang. Pada meningitis, serangan
patogen yang menyebabkan peradangan terjadi pada area selaput meningen
(piameter), arachnoid, cairan otak dan ventrikel.
2) Masing-masing memiliki tanda khas, yaitu :
Kesulitan mengunyah pada klien ensefalitis merupakan dampak dari penyebaran virus
melalui persarafan (menyerang saraf ke V dan ke IX). Sedangkan, kaku kuduk,
Brudzkinki’s sign, Kernig’s sign yang terlihat pada meningitis dan tidak terjadi pada
ensefalitis dikarenakan tanda dari iritasi meningen.
3) Dua penyakit yang dapat terjadi secara bersamaan, maksudnya ialah :
Apabila, reaksi peradangan ensefalitis mencapai cairan sebrospinal (CSS) dapat
menimbulkan gejala iritasi meningeal yang memicu terjadinya meningitis (Illahi,
2014). Itulah mengapa, meningitis dan ensefalitis dapat terjadi bersamaan.

2. Masalah keperawatan yang timbul pada klien dengan meningitis ialah


Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan proses infeksi dan
edema cerebral ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, terdapat tanda karakteristik
seperti kaku kuduk, Brudzinki’s sign, Kernig’s sign, perubahan status mental, fotopobia,
CT-Scan atau MRI abnormal (Fransisca B, 2008)

Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral yang disebabkan oleh proses infeksi dan
edema cerebral, hal ini akibat dari organisme patogen masuk ke aliran darah ->
menimbulkan reaksi peradangan pada meningen menyebabkan timbulnya eksudat ->
penumpukan eksudat kemudian menjadi trombus mengkibatkan penurunan aliran darah
pada cerebal sehingga jaringan cerebral mengalami gangguan metabolisme, vesikulitis
dan hipoperfusi.
Eksudat dari peradangan meningitis dapat menyebar ke aliran darah dasar otak dan
medulla spinalis sehingga terjadi kerusakan neurologis ditandai dengan adanya gejala
kaku kuduk, Brudzinki’s sign, Kernig’s sign (Rudi Haryono, 2019).

Source :
Fransisca B, B. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Illahi, D. (2014). Laporan Pendahuluan Meningoensefalitis.
Rudi Haryono, M. P. (2019). Keperawatan Medikal Bedah 2. Yogyakarta: PT. Pustaka
Baru.

Anda mungkin juga menyukai