TUGAS PAPER 2 IlMU WILAYAH
TUGAS PAPER 2 IlMU WILAYAH
Dosen Pengampu:
Dr.Nasruddin, S.Pd.,M.Sc
Disusum Oleh :
M.SYARIF (1810115210004)
BANJARMASIN
2019
1.LATAR BELAKANG
Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Poles Theory) disebut juga sebagai Teori Pusat
Pertumbuhan (Growth Centres Theory). Teori ini dikemukakan oleh Perroux pada tahun
1955. Dalam teori ini dinyatakan bahwa pembangunan kota atau wilayah di mana pun bukan
merupakan suatu proses yang terjadi secara serentak, tetapi mucul di tempat-tempat tertentu
dengan kecepatan dan intensitas yang berbeda-beda. Tempat-tempat atau kawasan yang
menjadi pusat pembangunan tersebut dinamakan pusat-pusat atau kutub-kutub pertumbuhan.
Dari kutub-kutub tersebut selanjutnya proses pembangunan akan menyebar ke wilayah-
wilayah lain di sekitarnya atau ke pusat-pusat yang lebih rendah.
Setelah Perang Dunia Kedua (PD II) banyak negara-negara yang terlibat perang
mengalami kemunduran ekonomi. Untuk membangun kembali negara dikembangkan konsep
pembangunan wilayah atau kota yang disebut spread & trickling down (penjalaran dan
penetesan) serta backwash and polarization. Konsep tersebut berasal dari pengembangan
industri untuk meningkatkan pendapatan nasional kasar (Gross National Product = GNP).
Konsep ini bertujuan untuk meningkatkan investasi pada satu kota tertentu yang selanjutnya
diharapkan dapat meningkatkan aktivitas kota. Dengan demikian akan semakin lebih banyak
lagi penduduk yang terlibat dan pada akhirnya semakin banyak barang dan jasa yang
dibutuhkan. Namun demikian, konsep ini kurang menunjukkan keberhasilan yang berarti.
Karena cukup banyak kasus justru hanya menguntungkan kota. Kota yang tadinya diharapkan
memberikan pengaruh kuat pada pedesaan untuk ikut berkembang bersama, kenyataannya
sering merugikan pedesaan. Pada kenyataannya, yang terjadi adalah peningkatan arus
urbanisasi dari dari desa ke kota dan memindahkan kemiskinan dari desa ke kota.
Teori ini dikemukakan oleh Perroux pada tahun 1955, atas dasar pengamatan terhadap proses
pembangunan. Perroux mengakui kenyataan bahwa pembangunan tidak terjadi dimana-mana
secara serentak, tetapi muncul ditempat-tempat tertentu dengan intensitas yang berbeda.
Tempat-tampat itulah yang dinamakan titik-titik dan kutub-kutub pertumbuhan. Dari titik-
titik dan kutub-kutub pertumbuhan itulah pembangunan akan menyebar melalui berbagai
saluran dan mempunyai akibat akhir yang berlainan pada perekonomian secara keseluruhan.
Mengingat pengamatan diatas teori ini menyarankan keperluan untuk memusatkan investasi
dalam sejumlah sektor kecil sebagia sektor kunci di beberapa tempat tertentu. Dalam
memusatkan usaha pada sejumlah sektor dan tempat yang kecil diharapkan pembangunan
akan menjalar pad sektor lain pada seluruh wilayah, dengan demikian sumber-sumber
material dan manusiawi yang digunakan dapat dimanfaatkan lebih baik dan lebih efisien. Jadi
pada dasarnya teori kutub pertumbuhan menerangkan akibat dari sekelompok kesatuan-
kesatuan yang memimpin atau karena polarisasi.
2. PEMBAHASAN
2.1 Kutub/Pusat Pertumbuhan
Menurut Tarigan,3 pusat pertumbuhan (growth pole) dapat diartikan dengan dua cara,
yaitu secara fungsional dan geografis. Secara fungsional, pusat pertumbuhan adalah suatu
lokasi konsentrasi kelompok usaha yang karena sifat hubungannya memiliki unsur-unsur
kedinamisan sehingga mampu menstimulasi kehidupan ekonomi, baik ke dalam maupun ke
luar. Apabila dilihat secara geografis, pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi yang memiliki
banyak fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik (pole of attraction) yang
menyebabkan berbagai usaha tertarik untuk berlokasi di situ dan masyarakat senang datang
memanfaatkan fasilitas yang ada di lokasi tersebut. Kriteria pusat pertumbuhan, yaitu sebagai
daerah cepat tumbuh, memiliki sektor unggulan, dan mempunyai interaksi ekonomi dengan
daerah belakangnya.(Farizal, Hidayanti and Kumcoro, 2011)
Teori Pertumbuhan Ekonomi Memiliki empat ciri (Tarigan, 2009), yaitu:
a. Adanya hubungan intern dari berbagai macam kegiatan. Keterkaitan antara satu sektor
dengan sektor lain akan saling mendorong pertumbuhan karena hubungan yang dimiliki.
b. Ada efek penggandaan (multiplier effect). Keberadaan sektor-sektor yang saling terkait
dan saling mendukung akan dapat menciptakan efek penggandaan. Permintaan akan
menciptakan produksi baik sektor tersebut maupun sektor yang terkait akhirnya akan menjadi
akumulasi modal. Unsur efek penggandaan sangat berperan dalam membuat kota mampu
memacu pertumbuhan belakangnya.
c. Adanya konsentrasi geografis. Konsentrasi geografis dari berbagai sektor atau fasilitas,
selain bisa menciptakan efisiensi di antara sektor-sektor yang saling membutuhkan, juga
meningkatkan daya tarik dari kota tersebut.
d. Bersifat mendorong dari belakang. Terdapat hubungan yang harmonis antara Kota dan
wilayah yang ada berada di belakangnya. Kota membutuhkan bahan baku dari wilayah
belakangnya dan menyediakan berbagai kebutuhan wilayah belakangnya untuk dapat
mengembangkan dirinya.(Raya et al., 2018)
Konsep pusat pertumbuhan dilandasi oleh konsep ruang ekonomi (economic space) yang
dikemukakan oleh Francoins Perroux. Perroux menyatakan bahwa, pertumbuhan tidak
muncul diberbagai daerah pada waktu yang bersamaan, pertumbuhan akan muncul pada
kutub-kutub pertumbuhan dengan intensitas yang berbeda dan dengan akibat yang berbeda
pula (Perroux dalam Tarigan, 2004). Teori Perroux yang dikenal dengan istilah pusat
pertumbuhan (growth of pole) merupakan teori yang menjadi dasar strategi kebijakan
pembangunan industri daerah yang banyak diterapkan diberbagai negara saat ini. Adanya
pengembangan wilayah pada pusatpusat pertumbuhan akan merangsang pertumbuhan
ekonomi yang juga akan diikuti oleh pembangunan wilayah disekitarnya, karena pusatpusat
pertumbuhan dapat menyebabkan terjadinya spread effect (efek sebar) dari daerah kegiatan
pusat pertumbuhan ke daerah sekitarnya, sehingga daerah sekitarnya juga akan dapat tumbuh
dan berkembang. Menurut Perroux dalam Tarigan (2004) pusat pertumbuhan (growth pole)
dapat diartikan dengan dua cara yaitu secara fungsional dan geografis. Secara fungsional,
pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi konsentrasi kelompok usaha yang karena sifat
hubungannya memiliki unsurunsur kedinamisan sehingga mampu menstimulasi kehidupan
ekonomi, baik ke dalam maupun ke luar.(Pusat et al., 2018)
A.Pusat Pertumbuhan di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat
(Yarman, no date) Berkaitan dengan tingkat pelayanan terhadap publik dari suatu pusat
pertumbuhan, maka sejalan dengan pendapat Perroux yang menyatakan bahwa pertumbuhan
tidak terjadi pada semua wilayah akan tetapi terbatas hanya pada beberapa tempat dengan
variabel yang berbeda-beda intensitasnya maka riset yang berlokasi di Kabupaten Bima
berusaha untuk mengakomodasi potensi dan permasalahan yang ada terutama masih
tingginya mobilitas penduduk yang berasal dari Kabupaten Bima menuju Kota Bima dalam
rangka memenuhi kebutuhan seharihari. Aktivitas ini secara tidak disadari akan
menyebabkan beban Kota Bima bertambah. Kabupaten Bima sebagian besar merupakan
daerah dataran tinggi dan berbukit dengan sedikit lembah. Kondisi topografi yang seperti ini
menyebabkan kegiatan yang ada di Kabupaten Bima cenderung bergerak ke arah Kota Bima
yang sebagian besar memiliki kontur datar. Beberapa penyebab terjadinya konsentrasi
kegiatan pada Kota Bima antara lain, pertama dari segi sejarah pusat kegiatan kerajaan berada
di Kota Bima. Dengan pola semacam ini kecenderungan pergerakan massa akan lebih besar.
Kedua, pemekaran wilayah antara Kabupaten Bima dan Kota Bima baru saja dilakukan
dengan mengacu pada UndangUndang No.13 tahun 2002 lalu. Kondisi yang baru ini masih
sangat melekat pada masyarakat bahwa kegiatan yang paling menguntungkan masih di pusat
kota. Diharapkan Kabupaten Bima yang sebagian besar daerahnya masih terdapat tanah
pertanian, maka titik berat pembangunan dan pengembangan wilayahnya ada baiknya
diarahkan untuk mendukung sepenuhnya bagi pertumbuhan pertanian.
Untuk menunjang pertumbuhan pertanian di wilayah Kabupaten Bima, Pemerintah
Daerah segera memikirkan model pertumbuhan yang sesuai dengan potensi yang ada.
Akumulasi akhir yang diharapkan dari adanya arahan mengenai pertumbuhan pertanian
adalah terciptanya suatu wilayah yang mandiri, semangat kerjasama yang tinggi antar
masyarakat yang pada akhirnya akan mampu mempengaruhi dan mampu merubah pola pikir
masyarakat di Kabupaten Bima bahwa daerahnya akan mampu melayani setiap kebutuhan
masyarakatnya sehingga kesejahteraan dapat tercipta. Pusat pertumbuhan yang terdapat di
Kabupaten Bima menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bima pasal 26 terletak di
kawasan perkotaan Tente, Naru, Rato, dan Tawali. Pusat-pusat pertumbuhan ini diharapkan
akan mampu merangsang dan mendorong pertumbuhan bagi daerah sekitarnya1. Hubungan
yang sinergis, harmonis, saling percaya dan kerja sama yang terjalin dengan baik antara
Pemerintah Kabupaten Bima, Pemerintah Kota Bima, dan seluruh lapisan masyarakat akan
mendukung terciptanya Bima yang maju dan kompetitif di masa yang akan datang dalam
menghadapi tantangan global. Menurut Tarigan,3 pusat pertumbuhan (growth pole) dapat
diartikan dengan dua cara, yaitu secara fungsional dan geografis. Secara fungsional, pusat
pertumbuhan adalah suatu lokasi konsentrasi kelompok usaha yang karena sifat hubungannya
memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga mampu menstimulasi kehidupa