Problem Based Learning
Problem Based Learning
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau Problem Based Learning (PBL) didasarkan
pada hasil penelitian Barrow and Tamblyn (1980, Barret, 2005) dan pertama kali
diimplementasikan pada sekolah kedokteran di McMaster University Kanada pada tahun 60-
an. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) sebagai sebuah pendekatan pembelajaran diterapkan
dengan alasan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) sangat efektif untuk sekolah
kedokteran dimana mahasiswa dihadapkan pada permasalahan kemudian dituntut untuk
memecahkannya. PBM lebih tepat dilaksanakan dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran
tradisional. Hal ini dapat dimengerti bahwa para dokter yang nanti bertugas pada kenyataannya
selalu dihadapkan pada masalah pasiennya sehingga harus mampu menyelesaikannya. Walaupun
pertama dikembangkan dalam pembelajaran di sekolah kedokteran tetapi pada perkembangan
selanjutnya diterapkan dalan pembelajaran secara umum.
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, sebagaimana model Problem
Based Learning (PBL) juga memiliki kelebihan dan kelemahan yang perlu di cermati untuk
keberhasilan penggunaanya.
a. Kelebihan :
b. Kelemahan
Disamping kelebihan diatas, PBL juga memiliki kelemahan, diantaranya :
1. Manakala siswa tidak memiliki niat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah
yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk
mencobanya.
2. Untuk sebagian siswa beranggapan bahwa tanpa pemahaman mengenai materi yang
diperlukan untuk menyelesaikan masalah mengapa mereka harus berusaha untuk
memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka akan belajar apa yang mereka
ingin pelajari (Sanjaya, 2007).
Sistem Penilaian PBL Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek yaitu aspek
pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan
pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan Ujian Akhir
Semester (UAS), Ujian Tengah Semester (UTS), pre test, PR, dokumen dan laporan.
Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik
software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian
terhadap sikap di titik beratkan pada penguasaan softskill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam
diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran.
Bobot penilaian 34 untuk tiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang
bersangkutan (Kemendikbud, 2014: 26)