Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM ALAT-ALAT UKUR

“JEMBATAN AC”

Nama : ERIKA

Nim : A1C317007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

LABORATORIUM PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2018
I. Judul : Jembatan Arus Bolak-Balik
II. Tujuan :

a. Dapat mengetahui dengan baik kegunaan dari masing-masing


jenis jembatan AC beserta dengan konfigurasi, teori, dan konsep-
konsepnya

b. Mampu melakukan pengukuran dengan berbagai jenis jembatan


AC

c. Dapat menganalisis pengaruh dari masing-masing komponen


dalam jembatan AC

III. Landasan Teori


Bentuk dasar jembatan AC terdiri dari empat lengan, sumber eksitasi dan
menyeimbangkan detektor. Setiap lengan terdiri dari impedansi. Sumber AC adalah
pasokan persediaan tegangan AC pada frekuensi yang diperlukan.
Jala-jala yang yang didapatkan dengan menggantikan tahanan-tahanan yang
terdapat pada empat cabang dari suatu jembatan arus searah dengan impedansi-
impedansi disebut jembatan bolak-balik. Karena hukum Ohm juga berlaku untuk arus
bolak-balik, maka kondisi untuk keseimbangan didapat sebagai berikut:
𝑍1 . 𝑍4 = 𝑍2 . 𝑍3 (1)
Persamaan ini adalah sama dengan dua persamaan di bawah ini:
|𝑍1 |𝑍4 | = |𝑍2 |𝑍3 | (2)
Bila kondisi keseimbangan tersebut ditulis dengan suatu persamaan yang
memperlihatkan hubungan-hubungan antara bagian-bagian nyata dan bagian-bagian
imajinernya, maka didapat hubungan keseimbangan sebagai berikut:
𝑅1 . 𝑅4 - 𝑋1 . 𝑋4 = 𝑅2 . 𝑅3 - 𝑋2 . 𝑋3 (3)
𝑅1 . 𝑅4 + 𝑋1 . 𝑋4 = 𝑅2 . 𝑅3 + 𝑋2 . 𝑋3 (4)
Dari persamaan di atas maka dapat dilihat bahwa kondisi keseimbangan
dinyatakan dalam dua persamaan. Hal ini adalah merupakan perbedaan pokok dengan
persamaan keseimbangan dalam jembatan arus searah. Jadi dengan demikian, maka
berbeda dengan jembatan arus searah, dimana keseimbangan bisa dicapai dengan
pengaturan satu cabang, maka untuk jembatan arus bolak-balik, keseimbangan hanya
didapat dengan pengaturan dua komponen dari jembatan.
Jembatan arus bolak-balik beraneka macam ragamnya. Kondisi-kondisi
keseimbangan pada arus bolak-balik pada umumnya tergantung dari frekuensi sumber
energinya, akan tetapi untuk pengukuran impedansi adalah sangat memudahkan bila
kondisi-kondisi keseimbangan dibuat tidak tergantung pada frekuensi. Jembatan arus
bolak-balik yang kondisi keseimbangannya tergantung dari frekuensi disebut
jembatan- jembatan frekuensi dan jembatan ini mendapatkan penggunaannya untuk
pengukuran frekuensi sederhana atau dalam osilator dan filter. (Soedjana, 1976 : 123
– 124).

Menurut Dinata (2015: 84-85), Daya pada arus bolak-balik atau alternating
current (ac) ada 3 macam yaitu daya aktif, dayareaktif dan daya nyata.
1. Daya Aktif
Daya aktif digunakan secara umum oleh konsumen. Daya aktif inilah
yang biasanya dapat dikonversikan dalam bentuk kerja. Satuan dayaaktif
dinyatakan dalam watt. Daya aktif (realpower), didapat dari persamaan:
P = V.I.cos𝜃[𝑘𝑊]
2. Daya Reaktif
Daya reaktif adalah jumlah daya yang diperlukan untuk pembentukan
medan magnet. Dari pembentukan medan magnet. Maka akan terbentuk fluks
magnet. Satuan daya reaktif dinyatakan dalam VAr. Daya reaktif
(reactivepower), didapat dari persamaan:
Q = V.I.sin𝜃[𝑘 𝑉 𝐴𝑟]
3. Daya Nyata
Daya nyata adalah penjumlahan geometris dari daya aktif dan daya reaktif.
Daya nyata merupakan daya yang diproduksi oleh perusahaan sumber listrik untuk
diditribusikan ke konsumen. Satuan daya nyata ini dinyatakan dalam VA. Daya nyata
(apparent power), didapat dari persamaan:
S = V.I [𝑘 𝑉𝐴]
Daya aktif dan reaktif didefinisikan secara matematika sebagai berikut:
P + JQ = Vsrms.Irms S
Jembatan arus bolak-balik merupakan perluasan wajar dari jembatan arus
searah dan dalam bentuk dasarnya terdiri dari empat lengan jembatan, sumber
eksitasi, dan sebuah detector nol. Sumber daya menyalurkan suatu tegangan bolak-
balik ke jembatan pada frekuensi yang diinginkan. Untuk pengukuran pada
frekuensi rendah, antaran sumber daya (power line) dapat berfungsi sebagai sumber
eksitasi, pada frekuensi yang lebih tinggi, sebuah osilator umumnya menyalurkan
tegangan eksitasi. Detektor nol harus memberi tanggapan terhadap
ketidakseimbangan arus-arus bolak-balik dan dalam bentuk yang paling sederhana
(tetapi sangat efektif) terdiri dari sepasang telepon kepala (head phones). Dalam
pemakaiaan lain, detektor nol dapat terdiri dari sebuah penguat arus bolak-balik
bersama sebuah alat pencatat keluaran atau sebuah indikator tabung sinar elektron
(tuning eye) (William,1999:24).

Cara mengukur induksi diri dengan menggunakan metoda jembatan Maxwell


ini diperlukan sumber arus bolak-balik (AC) dalam pengukurannya. Induktansi yang
akan diukur (𝐿𝑥 ) ini disambung pada rangkaian jembatan yang akan dipersamakan.

(Suryatmo,1997: 89-92), Rangkaian jembatan Maxwell Ketika sakelar S


ditutup dalam jembatan, maka akan dialiri oleh arus bolak- balik. Untuk memperoleh
keseimbangannya diaturlah induktansi standar 𝐿𝑛 dengan tahanan standar 𝑅𝑛 . Maka
setelah dicapai keseimbangan berlakulah:

(𝑅𝑥 + 𝑋𝐿𝑥 )𝑅𝑛 = (𝑅1 + 𝑋𝐿𝑥 ) 𝑅


(𝑅𝑥 + 2 π f 𝐿𝑥 )𝑅𝑛 = (𝑅1 + 2 π f 𝐿𝑛 ) 𝑅

𝑅 (𝑅 + 2 π f 𝐿 )
= (𝑅𝑥 + 2 π f 𝐿𝑥 )
𝑅𝑛 𝑥 𝑛

Pada kondisi seimbang, nilai-nilai tahanan nyata R dan tahanan imaginer


(𝑋𝐿 ) pada tiap-tiap induktansi harus sama, maka didapatlah sebagai berikut:

𝑅𝑥 𝑅
𝑅𝑥 𝑅𝑛 = 𝑅1 𝑅 atau =𝑅
𝑅1 𝑛

𝐿𝑥 𝑅
dan (2 π f 𝐿𝑥 )𝑅𝑛 = (2 π f 𝐿𝑛 ) 𝑅 atau =𝑅
𝐿𝑛 𝑛

Sehingga dapat ditulis:

𝐿𝑥 𝑅 𝑅
= 𝑅𝑥 = 𝑅
𝐿𝑛 1 𝑛

Jadi, kondisi keseimbangan dari jembatan ini tidak bergantung pada


frekuensinya. Karena R, 𝑅𝑛 , 𝐿𝑛 ,dan 𝑅1 telah diketahui, dan 𝑅𝑥 dapat dicari seperti
berikut ini:

𝑅 𝑅
𝐿𝑥 = 𝑅 𝐿𝑛 dan 𝑅𝑥 = 𝑅 𝑅1
𝑛 𝑛

Dimana

𝐿𝑥 = Induktansi yang diukur

𝑅𝑥 = Tahanan nyata dari 𝐿𝑥

𝐿𝑛 = Induktansi standar

𝑅1 = Tahanan nyata dari 𝐿𝑛

𝑅𝑛 = Tahanan standar

S= Sakelar

T= Alat pendengar (head set )

𝐸2 = Sumber tegangan AC
Rangkaian jembatan AC pada umumnyabanyak digunakan dalam aplikasi
pengukuran nilai suatu komponen., rangkaian jembatan dikatakan seimbang apabila
arus yang mengalir pada cabang yang menghubungkan dua lengan dari jembatan
tersebut sama dengan nol ampere. Dalam penerapannya, Digunakan resistor variabel
yang nilainya sangat presisi yang diatur sehingga arus yang lewat pada bagian tengah
(biasanya memakai galvanometer) sama dengan nol ampere. Untuk rangkaian
AC, kondisi seimbang pada rangkaian jembatan terjadi saat nilai impedansi dari
masing-masing lengan/cabang dalam jembatan (Marthein, 2006: 45).

IV. ALAT DAN BAHAN

1. Resistor box

2. Kapasitor

3. Inductor

4. Capit buaya

5. Oscillator

6. Galvanometer (menggunakan multimeter analog)

7. Multimeter digital
V. Percobaan

GAMBAR RANGKAIAN PRAKTIKUM

Gambar 3.1 Gambar 3.2

Jembatan Maxwell Jembatan Hay

Gambar 3.3 Gambar 3.4

Jembatan Wien Jembatan Schering

VI. Prosedur percobaan

1) Jembatan Maxwell
 Susunlah rangkain Jembatan Maxwell seperti gambar di atas.
 Nilai tegangan, frekuensi, Rx, Lx, Rs, Ra, Rm ditentukan oleh asisten.
 Atur nilai kapasitansi Cs agar jembatan menjadi setimbang.
 Catat data pengamatan kedalam tabel berikut:

V F (Hz) Rx Rm Ra Rs Cs Lx Ket
 Buktikan dengan hasil perhitungan apakah nilai yang di dapat sesuai
dengan teori yang berlaku.

2) Jembatan Hay
 Susunlah rangkain Jembatan Hay seperti gambar di atas.
 Nilai tegangan, frekuensi, Rx, Lx, Rs, Ra, Rm ditentukan oleh asisten.
 Atur nilai tahanan Cs agar jembatan menjadi setimbang.
 Catat data pengamatan kedalam tabel berikut:
V F (Hz) Rx Rm Ra Rs Cs Lx Ket

 Buktikan dengan hasil perhitungan apakah nilai yang di dapat sesuai


dengan teori yang berlaku.

3) Jembatan Wien
 Susunlah rangkain Jembatan Wien seperti gambar di atas.
 Nilai tegangan, R1, C1, R2, R3, C3, R4 ditentukan oleh asisten.
 Atur frekuensi sumber tegangan agar jembatan menjadi setimbang.
 Catat data pengamatan kedalam tabel berikut:
V F (Hz) Rx Rm Ra Rs Cs Lx Ket

 Buktikan dengan hasil perhitungan apakah nilai yang di dapat sesuai


dengan teori yang berlaku.
4) Jembatan Schering
 Susunlah rangkain Jembatan Schering seperti gambar di atas.
 Nilai tegangan, frekuensi, R1, C1, R2, C3, Cx, ditentukan oleh asisten.
 Atur nilai tahanan Rx agar jembatan menjadi setimbang.
 Catat data pengamatan kedalam tabel berikut:

V F (Hz) Rx Rm Ra Rs Cs Lx Ket

 Buktikan dengan hasil perhitungan apakah nilai yang di dapat sesuai


dengan teori yang berlaku.

VII. Analisis Data


a. jembatan Maxwell
 Menentukan Hambatan
𝑅3 𝑅2
 𝑅𝑥 = 𝑅1

 Menentukan Lx
 Lx = R 3 R 2 C
b. Jembatan Wien
 Menentukan Hambatan

𝑅2
 = 𝑅1 𝐶1 𝑅3 𝐶3
𝑅4

 Menentukan Frekuensi

1
 𝐹= 𝑅
2𝜋√ 2
𝑅4

c. Jembatan Schering

 Menentukan Tan θx . Tan θs


 Tan θx . Tan θs = w (C2 s - C1 Q)
d. Jembatan carey-foster
 Menentukan nilai M
 𝑀 = 𝐶 𝑥 𝑄 𝑥𝑅
 Menentukan L
𝑆
 𝐿 = 𝑀 [1 + 𝑄]

VIII. Data percobaan


a. Jembatan Maxwell
NO. R1 (Ω) R2 (Ω) R3 (Ω) C

1. 0,25 0,26 13,45 12

2. 250 82,6 134,5 1200

b. Jembatan wien
NO R1 (Ω) R2 (Ω) R3 (Ω) R4 (Ω) C1 C2 F

1. 0,25 74,4861 13,45 0,71 12 2,6 0,016

2. 250 7,45 x 1012 134,5 710 1200 260 0,16 x 10-5

c. Jembatan schering
NO. CS S Q w C1 C2

1. 22 44,61 70,897 0,84 12 7,4

2. 2200 446,1 708,97 84,1 1200 740


d. Jembatan carey-foster
NO. C Q R S

1. 12 70,897 0,25 44,61

2. 1200 708,97 82,6 446,1

IX. Pembahasan

Bentuk umum rangkaian jembatan AC


Rangkaian jembatan seperti yang ditunjukkan pada gambar, banyak di
gunakan dalam aplikasi pengukuran nilai suatu komponen. Pada jembatan
Wheatstone rangkaian jembatan dikatakan seimbang jika arus yang mengalir pada
cabang yang menghubungkan dua lengan dari jembatan tersebut sama dengan nol
ampere. Dalam penerapannya digunakan resistor variable yang nilainya sangat presisi
yang diatur sehingga arus yang lewat padabagian tengah ( biasanya galvanometer )
a) Jika diketahui : R1 = 0,25Ω , R2 =8,26 Ω ,R3 = 13,45 Ω , C=12
Tentukan Rx = …..? dan Lx =…...?

Penyelesaian:
𝑅𝑥 ∙ 𝑅1 = 𝑅3 𝑅2
𝑅3 𝑅2
𝑅𝑥 =
𝑅1
13,45 . 8,26
𝑅𝑥 =
0,25
𝑅𝑥 = 444,388 Ω
dan
𝐿𝑥 = 𝑅3 𝑅2 𝐶
𝐿𝑥 = 8,26 . 13,45 . 12
𝐿𝑥 = 1333,164 𝑚𝑚

Jembatan Maxwell

Jembatan Maxwell mengukur sebuah induktansi yang tidak diketahui dinyatakan


dalam kapasitansi yang diketahui.

1. Diketahui:

R1 = 0,25Ω

R2 =8,26 Ω

R3 = 13,45 Ω

C=12

Ditanya :

Rx = …..?

Lx =…...?
Penyelesaian:

𝑅𝑥 = 3 𝑅2 𝑅1

𝑅𝑥 = 13,45 .8,26 0,25

𝑅𝑥 = 444,388 Ω

𝐿𝑥 = 𝑅3 𝑅2 𝐶 𝐿𝑥 = 8,26 .13,45 .12 𝐿𝑥 = 1333,164 𝑚𝑚

2. Diketahui :

R1 = 250 Ω

R2 =82,6 Ω

R3 = 134,5 Ω

C=1200

Dit Rx = …..?

Lx =…...?

Penyelesaian:

𝑅𝑥 = 3 𝑅2 𝑅1

𝑅𝑥 = 134,5 .82,6 250

𝑅𝑥 = 44,4388 Ω

𝐿𝑥 = 𝑅3 𝑅2 𝐶

𝐿𝑥 = 82,6 .134,5 .1200

𝐿𝑥 = 13.331.640 𝑚𝑚
Jembatan Hay

Jembatan Hay berbeda dari jembatan Maxwell yaitu mempunyai tahanan R1 yang
seri dengan kapasitor C1 sebagai pengganti tahanan parallel. Dengan segera
keliahatan bahwa pada sudut-sudut fasa yang sama besar, R1 akan mempunyai nilai
yang sangat rendah. Dengan demikian Hay lebih menyenyangkan untuk pengukuran
Q tinggi.

𝒛𝟏 = 𝑹𝟏 − 𝒋 𝝎𝑪𝟏 ; 𝒛𝟐 = 𝑹𝟐; 𝒛𝟑 = 𝑹𝟑; 𝒛𝒙 = 𝑹𝒙 + 𝒋𝝎𝑳𝒙

Jembatan wien

Jembatan Wien dikemukakan di sini bukan hanya untuk pemakaiannya sebagai


jembatan arus bolak-balik guna mengatur frekuensi, tetapi juga untuk berbagai
rangkaian bermanfaat lainnya.

Diketahui

R1 = 0,25Ω R3 = 13,45 Ω R4 = 0,71 Ω C1 =12 C3 =2,6

Dit:

R2 = ….?

Penyelesaian

𝑅2 𝑅4 = 𝑅1 𝐶1 𝑅3 𝐶3

𝑅2 0,71 = 𝑂,25.12.13,45.2,6

𝑅2 = 74,8461 Ω
Jembatan schering

Jemabatan schering, salah satu jembatan arus bolak-balik yang paling penting,
dipakai secara luas untuk pengukuran kapasitor

Diketahui

CS = 22

S = 44,61

Q = 70,897

W = 0,84

C1 = 12

C2 = 7,4

Dit:

Tan θx .Tan θs = …..?

Cx = .....?

Penyelesaian:

Cx = Cs X 𝑠 𝑄𝐶𝑥

Cx = 22 X 44,61 70,897

Cx = 22 X 0,629 Cx = 13,84

Tan θx . Tan θs = w (C2 s - C1 Q)

0,84 (7,4(44,61) – 12 (70,897)) = 0,84 (330,114 – 850,764)

= - 437,346
Jembatan carey-foster

Diketahui

C = 12

Q = 70,897

R = 0,25

S = 44,61

Dit : M = …?

L = …?

Penyelesaian

𝑀 = 𝐶 𝑥 𝑄 𝑥𝑅

𝑀 = 12 𝑥 70,897 𝑥0,25

𝑀 = 212,691

𝐿 = (1 +44,61 70,897)

𝐿 = 212,691 (1,629)

𝐿 = 346,521 𝑚𝑚

Diketahui:

C = 1200

Q = 708,97

R = 82,6

S = 446,1

Dit :
M = …?

L = …?

Penyelesaian

𝑀 = 𝐶 𝑥 𝑄 𝑥𝑅

𝑀 = 1200 𝑥 708,97 𝑥 52,6

𝑀 = 70273106,4

𝐿 = (1 +446,1 708,97 )

𝐿 = 70273106,(1,6629)

𝐿 = 114474890,3 𝑚𝑚
X. KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan,dapat disimpulkan bahwa:

1. Jenis-jenis jembatan AC adalah Jembatan Maxwell, Jembatan Schering,


Jembatan Hay, Jemabatan Win, dan Jembatan carey-foster. Untuk konsep
masing-masing jembatan hanya berbeda sedikit akan tetapi akan tetap
berpedoman pada persamaan Jembatan AC umum yakni

𝑧1𝑧4 = 𝑧2𝑧3

2. Untuk melakukan pengukuran masing-masing jembatan diperlukan beberapa


komponen dan harus memahami konsep dari masing-masing jemabatan.
3. Untuk menganalisis pengaruh komponen perlu dilakukan uji coba dengan
menggunakan rumus dari masing-masing jembatan dan dilakukan beberapa
kali untuk mendapatkan analisis yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Cooper, William D. 1999. Instrumentasi Elektronika Dan Teknik Pengukuran.
Jakarta: Erlangga (Diterjemahkan oleh: Ir. Sahat Pakpahan)

Dinata, Irwan dan Wahri Sunanda. 2015. Implementasi Wireless Monitoring Energi
Listrik Berbasis Database. Bangka Belitung: Jurnal Nasional Teknik Elektro.
ISSN: 2302-2909. Vol.4, No.1

Kanginan, Marthein. 2006. Fisika. Erlangga. Jakarta

Soedjana, Sapiie.1976. Pengukuran dan Alat – Alat Ukur Listrik. Jakarta:PT.Pradya


Paramita.

Suryatmo. 1997. Fakultas Teknik: Pengukuran Listrik dan Elektronika. Jakarta: Bumi
Aksara
XI. Lampiran
9.1 Lampiran Hitung
1. Jembatan Maxwell
a. Dik:
R1 = 0,25Ω
R2 =8,26 Ω
R3 = 13,45 Ω
C=12
Dit Rx = …..?
Lx =…...?
Penyelesaian:
𝑅3 𝑅2
𝑅𝑥 =
𝑅1
13,45 . 8,26
𝑅𝑥 =
0,25
𝑅𝑥 = 444,388 Ω

𝐿𝑥 = 𝑅3 𝑅2 𝐶
𝐿𝑥 = 8,26 . 13,45 . 12
𝐿𝑥 = 1333,164 𝑚𝑚
b. Dik :
R1 = 250 Ω
R2 =82,6 Ω
R3 = 134,5 Ω
C=1200
Dit Rx = …..?
Lx =…...?
Penyelesaian:
𝑅3 𝑅2
𝑅𝑥 =
𝑅1
134,5 . 82,6
𝑅𝑥 =
250
𝑅𝑥 = 44,4388 Ω

𝐿𝑥 = 𝑅3 𝑅2 𝐶
𝐿𝑥 = 82,6 . 134,5 . 1200
𝐿𝑥 = 13.331.640 𝑚𝑚

2. Jembatan wien
a. Dik:
R1 = 0,25Ω
R3 = 13,45 Ω
R4 = 0,71 Ω
C1 =12
C3 =2,6
Dit: R2 = ….?
F = …?
Penyelesaian

𝑅2
= 𝑅1 𝐶1 𝑅3 𝐶3
𝑅4

𝑅2
= 𝑂, 25. 12. 13,45. 2,6
0,71

𝑅2 = 74,8461 Ω

1
𝐹=
𝑅
2𝜋√𝑅2
4
1
𝐹=
74,4861
2𝜋√ 0,71

1
𝐹=
2𝜋. 10,24

1
𝐹=
64,32

𝐹 = 0,016 𝐻𝑧

b. Dik:
R1 = 250 Ω
R3 = 134,5 Ω
R4 = 710 Ω
C1 =1200
C3 =260
Dit: R2 = ….?
F = …?
Penyelesaian

𝑅2
= 𝑅1 𝐶1 𝑅3 𝐶3
𝑅4

𝑅2
= 250. 1200. 134,5. 260
710

𝑅2 = 7,4486 𝑥 1012 Ω

1
𝐹=
𝑅
2𝜋√𝑅2
4

1
𝐹=
7,4486 𝑥 1012
2𝜋√ 710
1
𝐹=
2𝜋. 0,01 𝑥 106

1
𝐹=
0,0628 𝑥 106

𝐹 = 1,6 𝑥 10−5

3. Jembatan schering
a. Dik :
CS = 22
S = 44,61
Q = 70,897
W = 0,84
C1 = 12
C2 = 7,4
Dit:Tan θx . Tan θs = … . . ?
Cx = .....?
Penyelesaian

𝑠
Cx = Cs X Cx
𝑄

44,61
Cx = 22 X
70,897
Cx = 22 X 0,629
Cx = 13,84

Tan θx . Tan θs = w (C2 s - C1 Q)


=0,84 (7,4(44,61) – 12 (70,897))
= 0,84 (330,114 – 850,764)
= - 437,346
b. Dik :
CS = 2200
S = 446,1
Q = 708,97
W = 84,1
C1 = 1200
C2 = 740
Dit:Tan θx . Tan θs = … . . ?
Cx = .....?
Penyelesaian

𝑠
Cx = Cs X Cx
𝑄

446,1
Cx = 2200 X
708,97
Cx = 2200 X 0,629
Cx = 1384,2

Tan θx . Tan θs = w (C2 S - C1 Q)


=84,1 (740 (446,1) – 1200 (708,97))
= 0,84 (330114 – 850764)
= - 43786

4. Jembatan carey-foster
a. Dik :
C = 12
Q = 70,897
R = 0,25
S = 44,61
Dit : M = …?
L = …?
Penyelesaian
𝑀 = 𝐶 𝑥 𝑄 𝑥𝑅
𝑀 = 12 𝑥 70,897 𝑥0,25
𝑀 = 212,691

44,61
𝐿 = 𝑀(1 + )
70,897
𝐿 = 212,691 (1,629)
𝐿 = 346,521 mm

b. Dik :
C = 1200
Q = 708,97
R = 82,6
S = 446,1
Dit : M = …?
L = …?

Penyelesaian
𝑀 = 𝐶 𝑥 𝑄 𝑥𝑅
𝑀 = 1200 𝑥 708,97 𝑥 52,6
𝑀 = 70273106,4

446,1
𝐿 = 𝑀(1 + )
708,97
𝐿 = 70273106, (1,629)
𝐿 = 114474890,3 mm

Anda mungkin juga menyukai