Anda di halaman 1dari 7

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

JPII 5 (1) (2016) 38-44

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpii

SERI FISIKA KOMIK ILMU BERBASIS INQUIRY TERPADU


DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER

D.Yulianti*1, S. Khanafiyah2, S. Sulistyorini3

Universitas Negeri Semarang, Indonesia

DOI: 10.15294/jpii.v5i1.5787

Diterima: 8 Januari 2016. Disetujui: 25 Maret 2016. Diterbitkan: April 2016

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji tingkat keterbacaan dan kelayakan komik IPA, untuk mengetahui perkembangan
karakter melalui tes kecil di beberapa sekolah. Desain penelitian adalah Research & Development, uji coba
menggunakan desain eksperimen quasiexperimental pre-test-post-test. Instrumen untuk mengukur sikap adalah:
angket dan lembar observasi, tes yang digunakan untuk mengukur pemahaman materi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pembelajaran IPA dengan komik IPA berbasis inkuiri dapat meningkatkan karakter dan prestasi kognitif siswa
sekolah dasar. Hasil berupa komik IPA berbasis inkuiri dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran IPA sebagai
pendamping bahan ajar.

© 2016 Prodi Pendidikan IPA FMIPA UNNES Semarang

Kata kunci:karakter, pertanyaan, komik sains

PENGANTAR adalah gambar dan simbol lain yang bersebelahan atau


berdekatan dalam tuturan tertentu yang bertujuan untuk
Karakter bangsa merupakan dasar yang diperlukan menyampaikan informasi dan mencapai tanggapan estetis dari
untuk membangun peradaban yang tinggi. Orang yang jujur, pembaca. Komik adalah suatu bentuk seni yang tidak
mandiri, bekerja secara kelompok, mengikuti aturan, amanah, menggunakan gambar bergerak yang disusun sedemikian
kuat dan memiliki etos kerja yang tinggi, akan menghasilkan rupa sehingga membentuk dan membangun cerita. Sains
sistem kehidupan sosial yang tertata dengan baik. Oleh karena adalah bagian dari kehidupan kita dan interaksi lingkungan
itu Kemendiknas telah mencanangkan pendidikan berbasis adalah fitur sentral dalam proses pembelajaran (Sumaji, 2004).
karakter pada 2 Mei 2010. Fisika merupakan bagian IPA yang merupakan produk dan
Bahan ajar dapat digunakan untuk membantu proses, sehingga pembelajaran tidak lepas dari proses inkuiri.
baik guru maupun siswa dalam proses pembelajaran, Komik IPA dalam penelitian ini, merupakan rangkaian cerita
sehingga guru tidak perlu terlalu banyak menyajikan bergambar yang mengandung pengetahuan berupa mata
materi pembelajaran di kelas. Dalam pemilihan bahan pelajaran ilmu kebendaan (fisika) yang disusun dengan bahasa
ajar perlu memperhatikan efek ilustrasi yang dapat sehari-hari dan menarik.
digunakan untuk menyampaikan pesan kepada Komik disukai dari yang muda sampai yang tua.
pengguna. Salah satu bentuk ilustrasi yang sering Komik selain berfungsi sebagai media hiburan, juga dapat
digunakan dalam bahan ajar yaitu komik atau kartun. digunakan secara efektif dalam rangka menumbuhkan
Kata komik berasal dari bahasa Inggris yang minat baca, mengembangkan kosakata dan keterampilan
merupakan manifestasi utama dari fenomena sastra membaca serta dapat digunakan sebagai media yang
gambar. Kata komik yang diterima secara umum di efektif untuk keperluan pembelajaran (Hadi, 2008).
Indonesia untuk menyebut gambar sastra. Menurut Mc Pemanfaatan komik dalam pembelajaran di sekolah-
Cloud (2001), komik sekolah terpilih adalah untuk mendidik, menggairahkan
pembelajaran, lucu, dan dikenal oleh anak-anak serta
* Alamat korespondensi:
Email: y ulifis04@yahoo.com diadaptasi dari dunianya.
D. Yulianti, S. Khanafiyah, S. Sulistyorini / JPII 5 (1) (2016) 38-44 39

Salah satu media yang dapat digunakan Analisis data dilakukan dengan nilai tes N gain.
guru dalam proses pembelajaran IPA (fisika) Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
adalah media komik IPA. Komik juga dapat metode kuantitatif berupa pre-post test.
digunakan untuk meningkatkan minat. Hasil
penelitian Yulianti & Khanafiyah (2009a) tentang HASIL DAN DISKUSI
eksperimen komik ilmu usaha dan energi dapat
meningkatkan minat siswa Sekolah Dasar (SD) Ada lima jenis komik sains dengan materi
Susukan Semarang. Penelitian lain pada siswa SD pokok yaitu Substansi dan Perubahan Bentuk; Bumi
Negeri 2 Sukorejo Semarang (Yulianti dkk. ., dan Alam Semesta; Energi Panas dan Energi Suara;
2010) dengan menerapkan materi IPA ringan udara sederhana; dan Proses Daur Ulang Air. Komik
komik, hasilnya minat siswa IPA semakin IPA yang dikembangkan merupakan rangkaian
meningkat. Oleh karena itu, penelitian tentang cerita bergambar yang menjelaskan materi mata
integrasi karakter dalam pendidikan sains pelajaran IPA (fisika). Siswa diajak untuk mengenal
berbantuan komik perlu dilakukan. tokoh-tokoh dalam komik, memahami cerita
Tujuan dari penelitian ini adalah: untuk dengan bantuan gambar yang menarik dan
menguji tingkat keterbacaan dan kelayakan beberapa eksperimen sederhana. Komik ini
komik IPA melalui tes menengah, kecil dan dilengkapi dengan beberapa bagian seperti gambar
kelas di beberapa sekolah, untuk mengetahui dan ilustrasi yang mendukung penjelasan materi
perkembangan karakter dan hasil belajar yang disajikan.
kognitif setelah penerapan bahan ajar Menurut Waluyanto (2005), komik adalah alat yang
pendamping komik. Sains berfungsi untuk menyampaikan pesan. Komik sebagai
media, menyampaikan pesan secara jelas, runtut, dan
METODE menyenangkan. Komik sebagai media memiliki potensi
untuk menjadi bahan ajar. Tampilan gambar akan
Penelitian ini dilakukan selama dua tahun, membantu dalam memahami materi. Berdasarkan
menggunakan desain penelitian dan penelitian Yulianti dkk. (2010) pembelajaran IPA dengan
pengembangan (Gall et al., 2003). Komik IPA pendekatan bermain sambil belajar dapat meningkatkan
berbasis inkuiri yang telah divalidasi uji ahli dan hasil belajar siswa. “Bermain Sambil Belajar” merupakan
keterbacaan serta kelayakan kelompok kecil kegiatan uji coba sederhana yang berkaitan dengan materi
yang terdiri dari 10 siswa, kelompok terdiri dari yang dipelajari dan mengajak siswa untuk melakukan
20 siswa, dan tes kelas pada 8 SD. Penelitian ini percobaan dengan mengikuti petunjuk. Dalam komik IPA
menggunakan quasi-experimental, pretest- juga terdapat bacaan komik “Selanjutnya Dengan Sains”
posttest dengan desain eksperimen. agar siswa dapat belajar lebih banyak tentang sains.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Bagian ini mengajak siswa untuk membuka wawasan yang
sekolah dasar dari sekolah negeri dan sekolah lebih luas sehingga penyajiannya dalam bentuk
dasar swasta di Semarang yang terdiri dari 16 pengayaan materi. Bagian akhir dari komik ini adalah
kecamatan. Sebagai sampel berasal dari 6 (enam) “Evaluasi” yang berisi soal-soal untuk menguji pemahaman
kecamatan. Pengambilan sampel dilakukan secara siswa terhadap IPA yang disajikan dalam komik dalam
acak, diambil 3 SD dari masing-masing kabupaten bentuk permainan. Rice (2009) mengemukakan bahwa
yang terdiri dari SD Negeri dan 1 SD Swasta. salah satu proses pembelajaran yang dapat
Instrumen penelitian terdiri dari angket, lembar membangkitkan rasa senang dan minat adalah
observasi dan tes kemampuan kognitif. penambahan permainan. Ana-

Tabel 1.ItuHasil Analisis Kelayakan Tiap Komik


Bahasa Konten dan Karakter
Bahan: Menampilkan Rata-rata
dan Teks Evaluasi Terintegrasi

Substansi dan Perubahan 93 93 91 88 91,25 Sangat Wajar


Bumi dan Alam Semesta 96 94 89 86 91,25 Sangat Wajar
Energi Panas dan 98 91 88 85 90,5 Sangat Wajar
Suara
Udara Sederhana 99 90 87 87 90,75 Sangat Wajar
Daur Ulang Air 94 92 91 84 90,25 Sangat Wajar
Proses
Rata-rata 96 92 89,2 86 90,8 Sangat Tinggi
40 D. Yulianti, S. Khanafiyah, S. Sulistyorini / JPII 5 (1) (2016) 38-44

Hasil analisis rata-rata kelayakan komik yang dihasilkan disusun berdasarkan inkuiri terbimbing. Hal ini
adalah 90,80%. Hal ini menunjukkan bahwa sesuai dengan penelitian Taulina et al. (2009) bahwa
penggunaan Komik Sains sebagai bahan ajar memiliki penerapan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran
tingkat viabilitas yang sangat tinggi. Hasil analisis dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan
kelayakan disajikan pada Tabel 1. aktivitas siswa sekolah dasar. Penerapan
Perancangan Komik Sains disusun dengan pendekatan inkuiri terbimbing disesuaikan dengan
menggunakan gambar-gambar yang sesuai perkembangan intelektual siswa.
untuk anak sekolah dasar dengan komposisi Uji keterbacaan komik IPA dilakukan dengan
warna yang seimbang dan serasi serta instrumen teks campur aduk dan dilakukan pada siswa
penggambaran situasi dengan keterangan yang kelas IV. Nilai keterbacaan komik IPA sebesar 91,4%
membantu mereka memahami materi. Hal ini menurut kriteria Bormuth yang menyatakan bahwa
sesuai dengan tahapan perkembangan kognitif bahan ajar mudah dipahami (Widodo, 2001). Komik
menurut Piaget, anak usia sekolah dasar yang sains dapat dipahami karena dimodifikasi sesuai
berada pada rentang usia 7-11 tahun berada dengan tingkat perkembangan intelektual anak. Jenis
pada tahapan operasi konkrit. Tahap operasi huruf yang digunakan komunikatif dengan ukuran
konkret memiliki ciri kemampuan berpikir logis, yang bervariasi antara 15 sampai 12. Penggunaan
mulai melihat objek secara objektif dan ukuran huruf yang bervariasi bertujuan untuk menarik
konseptual, dan pemikirannya bukan lagi minat siswa untuk membacanya. Pada bagian awal
tentang dirinya sendiri tetapi juga ke luar dirinya ukuran teks ditetapkan 15 dan diakhiri dengan 12. Hal
(Trianto, 2007). Komik Sains merupakan ini benar seperti yang dikemukakan oleh Schounnell
penggabungan antara teks dan gambar, yang dikutip dalam Kustiono (2010) bahwa ketika siswa
sehingga membuat pesan terlihat lebih konkrit. membaca, mereka harus diberi ukuran yang lebih
Aspek kebahasaan dan teks dalam komik besar di awal, dan kemudian guru dapat
sains disusun menggunakan Bahasa Indonesia menguranginya. ukuran menjadi 12.Perkembangan
sesuai dengan ejaan formal, komunikatif, ukuran karakterdan kognitif siswa sebelum dan sesudah
teks disesuaikan, struktur kalimat cukup pendek pembelajaran disajikan pada Tabel 2.
dan mudah dipahami. Ditinjau dari aspek Pada setiap perlakuan, karakter siswa
kebahasaan, bahan ajar yang baik memiliki meningkat, meskipun tidak semua karakter menjadi
beberapa kriteria: sesuai dengan perkembangan adat. Hal ini sesuai dengan Lickona yang menyatakan
pikiran, pesan dan bahasa yang dapat dipahami, bahwa ada tiga tahap pengembangan karakter;
penggunaan istilah yang baku, dan keutuhan Pengetahuan Moral, Perasaan Moral, dan Tindakan
makna baik kalimat maupun paragraf Moral. Setyawati et.al (2013) berpendapat bahwa
(Kemendiknas, 2010). pemanfaatan modul IPA efektif dalam meningkatkan
Aspek materi komik IPA berisi ilustrasi karakter siswa. Pengembangan karakter disajikan
fakta atau konsep fisika yang valid dan up to melalui dialog, penggambaran tokoh dan indikator
date yang disesuaikan dengan kurikulum pada yang disesuaikan dengan karakter seperti yang
pelajaran IPA SD. Materi cukup untuk diusulkan Kemendikbud. Ulfah (2004) menemukan
mencapai kompetensi dasar, serta bahwa sikap atau karakter moral siswa sekolah dasar
keseimbangan antara isi dan latihan. Hal ini dapat dikembangkan dengan menggunakan komik
sesuai dengan Depdiknas (2010) yang transparansi sebagai media grafis.
menyatakan bahwa asas isi bahan ajar Pengembangan karakter disampaikan melalui
meliputi asas proporsionalitas relevansi, pengetahuan tentang indikator karakter komik yang
kecukupan dan ketepatan. Komik sains disukai pembaca. Menurut Damaiwati (2007), media
dibangun di atas alur cerita berbasis inkuiri. komik merupakan salah satu bentuk media
Komik sains juga pengajaran. Acomic adalah bacaan yang disukai

Meja 2.Analisis Pengembangan Karakter Siswa


Karakter Sebelum Kriteria Setelah Kriteria Memperoleh Kriteria
Keagamaan 69,56 Mulai berkembang 84,27 Menjadi kebiasaan 0,31 Rata-rata

Kreatif 62,84 Mulai berkembang 85,50 Menjadi kebiasaan 0,35 Rata-rata

rasa ingin tahu 67,15 Mulai berkembang 86,54 Menjadi kebiasaan 0,41 Rata-rata

Kesediaan membaca 66,43 Mulai berkembang 83,01 Menjadi kebiasaan 0,35 Rata-rata

Peduli alam 65,66 Mulai berkembang 84,27 Menjadi kebiasaan 0,32 Rata-rata

Disiplin 77,39 Mulai berkembang 82,16 Menjadi kebiasaan 0,21 Rendah


D. Yulianti, S. Khanafiyah, S. Sulistyorini / JPII 5 (1) (2016) 38-44 41

sumber daya untuk hampir semua kelompok umur; anak- menghasilkan cara atau hasil baru dari
anak, remaja dan dewasa. Sewell & College (2003) sesuatu yang dimilikinya (Depdiknas, 2010).
menyatakan bahwa penanaman karakter dapat Kepedulian terhadap alam muncul ketika tokoh-
diintegrasikan ke dalam kehidupan sekolah sehingga tokoh tersebut mengatakan bahwa kekeringan merupakan
menjadi budaya. Pengembangan karakter juga dapat akibat ulah manusia. Aspek afektif ditunjukkan ketika
terjadi karena inkuiri, karena komik sains dalam penelitian karakter peduli dengan kekeringan. Aspek konatif
ini dirancang bernuansa inkuiri dengan pendekatan meningkat dalam hal salah satu tokoh mengatakan bahwa
bermain. Inkuiri dapat memfasilitasi siswa untuk ia akan berpartisipasi untuk mengurangi kekeringan.
memecahkan masalah melalui penyelidikan ilmiah, Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang
sehingga siswa dapat menemukan jawabannya sendiri (Mc berupaya mencegah kerusakan lingkungan alam sekitar,
Dermott et al, 1996). Hal ini juga ditemukan oleh Suma dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
(2010) yang menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis kerusakan lingkungan yang telah terjadi (Depdiknas,
inkuiri efektif dalam meningkatkan penguasaan materi 2010).
dan penalaran ilmiah. Penelitian Wiyanto (2004) Siswa dapat mempelajari sikap yang baik melalui
menunjukkan bahwa penerapan pendekatan inkuiri penggambaran karakter. Hal ini sesuai dengan Suyadi (2013)
berhasil meningkatkan minat, mengembangkan yang menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalah usaha
kemampuan ilmiah misalnya menjelaskan, memprediksi, sadar dan terencana untuk menentukan kebenaran atau
merancang eksperimen, mengumpulkan, menganalisis, kebaikan, mencintai dan melakukannya dalam kehidupan
dan menarik kesimpulan, serta mengomunikasikan. sehari-hari.
Wenning (2005) menemukan bahwa pembelajaran Selain pengembangan karakter melalui komik,
berbasis inkuiri memberikan pengalaman siswa dalam guru memberikan contoh secara langsung kepada
bekerja secara ilmiah. siswa tentang karakter yang perlu dikembangkan,
Indikator religi ditampilkan dalam komik misalnya datang tepat waktu, menyapa orang lain,
melalui beberapa dialog dan penggambaran tokoh- berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, disiplin dalam
tokoh yang mengenal Tuhan dan mengapresiasi mengerjakan tugas, dan mengajak siswa untuk
segala fenomena alam sebagai ciptaan Tuhan. memilih. membuang sampah di sekitar mereka setelah
Aspek kognitif karakter religius yang muncul dalam kelas berakhir. Contoh langsung dimaksudkan agar
komik ditekankan melalui dialog yang menyatakan siswa dapat menirunya dengan baik. Hal ini didukung
bahwa bumi dan alam semesta terbentuk karena oleh Zarkasyi yang dikutip dalam Mulyatiningsih (2010)
Kehendak Tuhan. Aspek afektif dibawakan melalui bahwa memberikan keteladanan mampu mengubah
dialog berisi kekaguman terhadap ciptaan Tuhan karakter siswa.
sekaligus mengingatkan sesama untuk selalu Pengembangan karakter religius berada
mensyukuri segala karunia Tuhan. Aspek konatif dalam kriteria menjadi adat. Hal ini karena indikator
dimunculkan dalam dialog antar tokoh yang karakter seperti kekaguman pada ciptaan Tuhan,
mensyukuri segala sesuatu dan memanfaatkannya rasa syukur kepada Tuhan adalah karakter yang
dengan baik. Religius adalah sikap dan perilaku sudah ada pada anak-anak. Azwar (2012) meyakini
yang taat dalam menjalankan ajaran agamanya bahwa sikap atau karakter tidak hanya ditentukan
(Depdiknas, 2010). oleh keadaan objek yang dihadapi tetapi juga
Karakter disiplin diajarkan dalam bentuk dialog berkaitan dengan pengalaman sikap sebelumnya.
dan penggambaran tokoh-tokoh yang berperilaku Selain itu, karakter religius juga dikembangkan
tertib dan taat aturan. Aspek kognitif disiplin muncul melalui mata pelajaran lain seperti pendidikan
dalam komik melalui dialog dan penggambaran tokoh Islam dan pendidikan kewarganegaraan.
yang menyatakan bahwa tepat waktu adalah bagian
dari disiplin. Aspek afektif dilakukan melalui salah satu Karakter peduli lingkungan, kreatif dan disiplin
karakter yang mengingatkan orang lain untuk tidak mulai berkembang. Hal ini dikarenakan indikator
datang terlambat lagi. Aspek konatif muncul ketika karakter seperti disiplin dalam mengerjakan tugas,
salah satu tokoh berjanji tidak akan terlambat lagi. mengikuti tata tertib sekolah, membuat kalimat baru
Disiplin adalah suatu tindakan yang menunjukkan dalam suatu kata, atau menghijaukan halaman
perilaku tertib dan patuh terhadap berbagai peraturan sekolah, serta ikut membersihkan sekolah bukanlah
dan perundang-undangan (Depdiknas, 2010). karakter yang mudah dilakukan oleh anak SD. . Usia SD
merupakan usia yang lebih suka bermain-main dan
Karakter kreatif muncul ketika seorang tokoh lebih cenderung melanggar aturan, sedangkan tidak
menyatakan bahwa penggunaan teknologi sederhana semua anak SD memiliki kreativitas yang tinggi untuk
memudahkan pekerjaan manusia. Aspek afektif tersirat memecahkan masalah dan membuang sampah
ketika dialog mampu membangkitkan rasa ingin tahu sembarangan menjadi kendala untuk menumbuhkan
pembaca. Kreatif adalah berpikir dan melakukan sesuatu karakter yang baik. Ini didukung
42 D. Yulianti, S. Khanafiyah, S. Sulistyorini / JPII 5 (1) (2016) 38-44

Tabel 3.Sarana Hasil Belajar Kognitif Berbantuan Komik Sains

Penyataan Sebelum Setelah

Skor tertinggi 85 95
Skor Terendah 30 43
Cara 60 74
<g> 0,34
Pernyataan<g> Rata-rata

oleh Azwar (2012) bahwa budaya di mana kita hidup Bryan (2005) menyimpulkan bahwa karakter tidak hanya
dan dibesarkan memiliki pengaruh besar terhadap dimasukkan dalam kurikulum tetapi dapat diterapkan
manifestasi sikap kita. dalam kehidupan siswa kapan saja. Integrasi karakter
Peningkatan karakter religius, kreatif, gemar bertujuan untuk memajukan pendidikan karakter melalui
membaca dan peduli lingkungan berada pada kriteria kegiatan pembelajaran. Lagu dkk. (2008) berpendapat
sedang karena interaksinya terbatas pada lingkungan bahwa komik dapat digunakan sebagai media
kelas. Sedikitnya waktu yang digunakan dalam pembelajaran yang ampuh untuk memaknai pengetahuan
penelitian juga menyebabkan sedikit peningkatan, dan penerapan IPA, karena penggunaan komik dalam
namun pada akhir penelitian perkembangan karakter pembelajaran IPA akan lebih merangsang dan menarik
bergeser menjadi kriteria “mulai menjadi adat”. Hal ini daripada penjelasan fakta sains semata. Selain itu, hasil
terjadi karena perubahan karakter yang dipertaruhkan belajar kognitif setelah penggunaan komik IPA dalam
dalam waktu yang lama dan bertahap (Wibowo, 2012). pembelajaran meningkat secara signifikan. Wahyuningsih
Proses pembentukan karakter merupakan proses yang (2011) mengatakan komik sebagai media pembelajaran
panjang mulai dari awal hingga akhir satuan dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar, keaktifan,
pendidikan. Pembangunan pendidikan karakter minat dan respon positif dari siswa.
bersifat berkelanjutan, artinya dimulai dari awal
sampai akhir satuan pendidikan (Kemendiknas, 2010). Benninga, dkk (2003) mengemukakan bahwa
sekolah yang serius menangani program pendidikan
Peningkatan kedisiplinan masih rendah, namun karakter cenderung memiliki nilai prestasi akademik
pada akhirnya menunjukkan kriteria 'menjadi yang tinggi. Hal ini sejalan dengan pendapat Tatman et
kebiasaan'. Selain itu, karakter merupakan bahan al. (2009) yang menyatakan bahwa sekolah yang
pendidikan yang bersifat pengembangan. Materi mengintegrasikan pendidikan karakter dalam
pendidikan yang bersifat pengembangan berarti pembelajaran hingga menjadi kebiasaan, siswa akan
memerlukan proses yang cukup panjang dan memiliki hasil belajar kognitif yang tinggi. Hal ini sesuai
memperkuat kegiatan pembelajaran ke arah kegiatan dengan hasil penelitian Yulianti & Khanafiyah (2009).b)
pembelajaran lainnya, dan antara pembelajaran di pada uji coba komik IPA gaya dan energi untuk
kelas dengan kegiatan kurikuler di sekolah dan di luar meningkatkan minat siswa di SD Susukan Semarang.
sekolah (Depdiknas, 2010). Yulianti dkk. (2010) menyatakan bahwa penerapan
komik IPA dapat menumbuhkan minat IPA pada siswa
Hasil Belajar Kognitif SD N 2 Sukorejo Semarang. Membaca merupakan
Hasil belajar kognitif disajikan pada salah satu bentuk permainan pasif, dan melalui
Tabel 3. Skor diperoleh dari tes yang diberikan bermain anak mendapat kesempatan untuk
sebelum dan sesudah penerapan komik IPA. bereksplorasi, menemukan, mengungkapkan,
berkreasi, dan belajar secara menyenangkan.
Tabel 3 menunjukkan bahwa peningkatan
pembelajaran kognitif sebelum dan sesudah KESIMPULAN
memanfaatkan komik IPA berada pada kategori sedang.
Hal ini disebabkan penggunaan bahan ajar yang menarik Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan
dan terintegrasi karakter berupa komik, menyebabkan sebagai berikut: hasil uji kelayakan dan keterbacaan
siswa lebih tertarik untuk belajar. Lubana et al (2013) komik IPA dapat digunakan sebagai bahan ajar dan
mengemukakan bahwa perangkat pembelajaran yang meningkatkan pembelajaran karakter dan kognitif
berorientasi pada pendidikan karakter berpengaruh siswa sekolah dasar. Dengan demikian komik IPA
terhadap pembelajaran kognitif. Novianti & Syaichudin berbasis inkuiri yang telah dihasilkan dapat
(2010) menambahkan bahwa pembelajaran menggunakan digunakan secara luas dalam pembelajaran IPA
media komik dapat meningkatkan pemahaman siswa. sebagai pendamping bahan ajar, disamping
D. Yulianti, S. Khanafiyah, S. Sulistyorini / JPII 5 (1) (2016) 38-44 43

untuk menggunakan media pembelajaran yang telah Setyawati,R. Parmin. & A. Widyatmoko. (2013).
digunakan. Pengembangan Modul Ipa Berkarakter Peduli
Rekomendasi ditujukan kepada guru dan Lingkungan Tema Polusi sebagai Bahan Ajar
Siswa SMKN 11 Semarang.Jurnal Pendidikan
orang tua untuk memanfaatkan bahan ajar
Sains Unnesaku,2(2), 245-253.
pendamping berupa komik selain bahan ajar
Sewell & Perguruan Tinggi. (2003). Sikap Guru Terhadap
yang telah digunakan, untuk meningkatkan Pendidikan Karakter dan Inklusi dalam Kurikulum
karakter siswa. Penggunaan komik harus diulang Pendidikan Ilmu Keluarga dan Konsumen. Jurnal
di rumah agar pengembangan karakter bisa Pendidikan Ilmu Keluarga dan Konsumen, 21(1),
berlangsung dengan cepat. 11-17.
Lagu, Y. Heo, M. & Krumenaker, L. (2008). Kartun-
UCAPAN TERIMA KASIH Sebuah Penilaian Pembelajaran Alternatif.Jurnal
Pertanian ProQuest,31(5), 16-24.
Suma, K. (2010). Efektivitas Pembelajaran Berba-
Terima kasih kepada Ketua DIKTI melalui
sis Inkuiri dalam peningkatan Penguasaan
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas
Konten dan Penalaran Ilmiah.Jurnal Pendidikan
Negeri Semarang yang telah memberikan dan Pengajaran 43(6), 47-55.
kesempatan untuk memperoleh dana melalui Hibah sumaji. (2003).Pendidikan Sains Yang Humanistis. Yo-
Kompetitif Program Desentralisasi gyakarta: KANISIUS.
Suyadi. (2013).Strategi Pembelajaran Pendidikan Karak-
REFERENSI ter.Bandung: Rosda.
Tatman, R. Edmonson, S & Slate, J. (2009). karakter-
Azwar, S. (2013).Penyusunan Skala Psikologi.Yogyakar- ter Pendidikan-A Analisis kritis.Jurnal
ta: Pustaka Pelajar Internasional
Persiapan Kepemimpinan Pendidikan,
Benninga, J. S, Berkowich, MW, Kuehn, P & Smith, 4(4), 8-16.
K. (2003). Hubungan Implementasi Taulina, D. Zubaidah, S & Mahanal S. (2009). Penera-
Pendidikan Karakter dengan Prestasi pan Metode Inkuiri Dipadu Dengan Reciprocal
Akademik di Sekolah Dasar.Jurnal Penelitian Teaching Pada Mata Pelajaran Sains Untuk
Pendidikan Karakter, 1(1), 19-23. Bryan, L meningkatkan kemampuan berpikir dan
(2005). Pendekatan Grimm untuk Karakter Aktivitas Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah
Pendidikan.Jurnal Penelitian Ilmu Sosial, 29 Wahid Hasyim III Malang.Jurnal Cendekia.2(1),
(1), 3-6. 11-22
Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian . Trianto. (2007).Model Pembelajaran Terpadu dalam Teo-
Dan Pengembangan Pusat Kurikulum. 2010. ri dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter
Bangsa. Jakarta Ulfah, M. (2004). Efektivitas Pembelajaran Dengan
Kustiono. (2010).Media Pembelajaran-Konsep, Nilai Edu- Media Panggung Boneka dan Komik
katif, Praktek Pemanfaatan dan Pengembangan Transparansi Dalam Membentuk Sikap Moral
. Semarang: UNNES PERS. Siswa SD.Jurnal Pendidikan Dasar, 5(1), 11-21.
Lubana, L.APB Prasetyo., & E. Cahyono. (2013). Wahyuningsih, AN. (2011). Pengembangan Media
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Komik Bergambar Materi Sistem Saraf Untuk
Biologi Berbasis Kasus dan Berorientasi Pembelajaran Yang Menggunakan Strategi
Pendidikan Karakter.Jurnal Pendidikan Sains PQ4R.Jurnal Nasional,1(2), 109-117. Waluyanto.
Inovatif,2(1), 1-7. HD (2005). Komik Sebagai Media Ko-
Mc Cloud, S. (2001). Pengertian Komik. Jakarta: Ke- munikasi Visual Pembelajaran.Jurnal Nasional, 7
pustakaan Populer Gramedia. (1), 45-55.
Mc. Dermott, LC (1996). Sebuah Perspektif tentang Guru Wenning, CJ (2005). Menerapkan berbasis penyelidikan
Persiapan Fisika dan Ilmu Lainnya : Perlunya instruksi di kelas sains: Sebuah model baru
Mata Pelajaran Khusus Bagi Guru.Jurnal untuk memecahkan masalah peningkatan
Fisika Amerika.58(8), 734-742. praktik.Jurnal Pendidikan Guru Fisika, 2(4),
Mulyatiningsih, E. (2010). Analisis Model-model 7-14.
Pendidikan Karakter Untuk Usia Anak-anak, Wibowo, Agus. (2012).Pendidikan Karakter. Yogyakarta-
Remaja dan Dewasa.Jurnal penelitian ta: Pustaka Belajar.
Pendidikan, 10(1),74-85. Widodo, T. (2001).Modifikasi Tes Rumpang Untuk Ba-
Novianti, RD & M. Syaichudin. (2010). Pengemban- han Ajar MIPA. Semarang : Lembar Penelitian
gan Media Komik Pembelajaran Matematika UNNES.
untuk Peningkatan Pemahaman Bentuk Soal Wiyanto. (2004). Kegiatan Laboratorium IPA un-
Cerita Bab Pecahan pada siswa Kelas V SDN tuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir.
Ngembung.Jurnal Teknologi Pendidikan,10(1), Prosiding Makalah Konvensi Nasional
74-85. Pendidikan Indonesia(Konaspi) V di Surabaya, 9
Rice L. 2009. Pembelajaran Bermain.Jurnal Pendidikan di Oktober 2004. ISBN: 979-445-001-4
Lingkungan Buatan, 4(2), 94-108. Yulianti D & Khanafiyah S. (2009sebuah).Uji Coba Pembua-
44 D. Yulianti, S. Khanafiyah, S. Sulistyorini / JPII 5 (1) (2016) 38-44

tan Komik Sains Materi Usaha Energi Untuk sebuah. Semarang:LP2M Unnes.
Foto Foto Minat Siswa SD Susukan Semarang. Yulianti, D ; Wiyanto & Dewanti, SS (2010). Model
Laporan Penelitian. Semarang:LP2M Unnes. Pembelajaran Sains di Taman Kanak-Kanak
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - . (2009b). PenerapanKomik dengan Bermain Sambil Belajar.Jurnal Ilmu
Sains Materi Cahaya Untuk Foto Foto Minat Siswa Pendidikan.17(6), 434-438.
SD Negeri 2 Sukorejo Semarang.Laporan Peneliti-

Anda mungkin juga menyukai