Anda di halaman 1dari 9

PENGGUNAAN MEDIA WAYANG PADA PEMBELAJARAN IPS MATERI TOKOH

TOKOH KEMERDEKAAN INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN HASIL


BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Evi Rizqi Salamah


STKIP Bina Insan Mandiri
evirizqis@stkipbim.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini bermula dari pembelajaran IPS yang hanya berpusat pada guru yang kurang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, berpendapat serta tidak adanya media dalam
pembelajaran. Akibatnya aktivitas siswa dalam pembelajaran di kelas menjadi rendah. Dengan
adanya permasalahan ini maka perlu adanya solusi perbaikan dalam pembelajaran. Solusi tersebut
adalah dengan menggunakan media wayang pada mata pelajaran IPS. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mendiskripsikan bagaimana aktivitas guru dan siswa, peningkatan hasil belajar dan
respon siswa terhadap penggunaan media wayang dalam pembelajaran IPS. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian Tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam tiga siklus dengan
prosedur penelitian yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindikan, pengamatan, dan refleksi.
Teknik pengumpulan data ini dengan menggunakan metode observasi, tes dan angket. Instrumen.
Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa media wayang materi tokoh-tokoh
kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V Sekolah Dasar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Hasil Penelitian menunjukan bahwa aktivitas pembelajaran dengan menggunakan media wayang
mengalami peningkatan selama tiga siklus , pada siklus I 71,66%, siklus II 77,21% dan siklus III
83,56%. Respon siswa juga sangat baik pada penggunaan media wayang ini dapat dilihat pada
peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V Sekolah Dasar.

Kata kunci: Penggunaan Media Wayang Untuk Meningkatkan Hasil Belajar.

A. Pendahuluan kurangnya media pembelajaran ini


Nation and character building atau sebenarnya ada dihadapan kita, yaitu
yang lebih dikenal dengan pendidikan wayang.
karakter merupakan istilah yang Wayang merupakan warisan
sebenarnya sudah klasik dalam budaya nenek moyang yang
perjuangan bangsa Indonesia. Istilah mengandung pesan-pesan moral yang
yang muncul ketika peristiwa Sumpah sangat baik bagi kehidupan. Wayang
Pemuda ini mendadak populer kembali sebagai media pembelajaran karakter
tahun 2010 sebagai tahun kebangkitan dapat terbuat dari berbagai bahan
pendidikan karakter. Pendidikan ini misalkan kulit hewan, kertas dan lain-
bertujuan untuk membentuk karakter lain. Dalam cerita pewayangan terselip
anak didik yang bermoral, beretika, nilai-nilai moral serta nilai kepahlawanan
serta berbudi luhur sekaligus mampu yang tepat untuk dijadikan teladan
untuk bersaing dikancah internasional. dalam membelajarkan karakter pada
Sekarang, pendidikan karakter mulai siswa. Penggunaan wayang sebagai
digalakkan di sekolah-sekolah. Namun media pembelajaran dilakukan melalui
terdapat kendala yaitu kurangnya media kegiatan bercerita. Misalkan guru dapat
pembelajaran karakter. Media adalah menceritakan kisah tokoh-tokoh
alat yang digunakan oleh guru untuk kerajaan dan kepahlawanan di
membelajarkan karakter pada siswa. Indonesia yang dimodelkan dengan
Media ini sangat dibutuhkan untuk sebuah wayang yang mengandung nilai
membantu siswa memahami serta kebaikan serta mengajarkan karakter
melaksanakan karakter yang telah tokoh wayang tersebut untuk diteladani
disampaikan oleh guru. Solusi dari oleh siswa. Pembelajaran melalui media

57
wayang tidak terbatas hanya pada dengan menceritakan tokoh-tokoh
sekolah-sekolah namun dapat diajarkan kepahlawanan di Indonesia. Hal
diberbagai lembaga berbagai usia tersebut dapat dilihat dari rata-rata
dalam masyarakat. perolehan hasil belajar siswa untuk
Media pembelajaran berfungsi beberapa bulan terakhir ini dengan
sebagai alat bantu pembelajaran yang pembelajaran yang tidak menggunakan
merupakan salah satu komponen dalam media ternyata 60% nilai siswa ≤ 70
proses pembelajaran yang harus yang masih di bawah KKM, padahal
disertakan, direncanakan dan diatur KKM yang ditentukan adalah 70.
oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga sebagian siswa tidak dapat
Peran media dalam proses memenuhi kriteria kelulusan. Guna
pembelajaran adalah sebagai upaya mengatasi masalah tersebut di atas,
untuk meningkatkan kualitas hasil maka diperlukan upaya perbaikan
belajar. Di samping dapat menggunakan melalui media yang tepat yaitu media
alat bantu pembelajaran yang tersedia wayang. Media wayang sangat tepat
di sekolah, seorang guru juga dituntut dan banyak sekali manfaatnya
untuk dapat mengembangkan diantaranya adalah: karena tidak
keterampilan dalam membuat media membutuhkan bayak biaya, dapat
pembelajaran sederhana serta mudah menarik perhatian siswa, mengandung
didapat, apabila media tersebut belum pesan-pesan moral serta dapat
tersedia di sekolahnya. Berdasarkan mengenalkan peninggalan budaya
hasil observasi awal di kelas V pada indonesia dan lain-lain. Sehingga siswa
tanggal 10-11 Februari 2012 dapat dapat melihat, merasakan, dan
diketahui dalam prakteknya proses memperagakan secara nyata bukan
pembelajaran di kelas V banyak dalam imajinasi atau angan-angan
terdapat kendala-kendala yang belaka.
ditemukan antara lain: (1) guru masih
belum menggunakan media B. KAJIAN PUSTAKA
pembelajaran yang menarik dan 1. Pembelajaran IPS di SD
menyenangkan, (2) guru kurang a. Pengertian IPS
memberikan contoh secara kongkret
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
dalam menyampaikan materi pada saat
merupakan salah satu mata pelajaran
pembelajaran, (3) kegiatan
yang diberikan mulai dari Sekolah Dasar
pembelajaran yang diadakan guru
(SD) sampai Sekolah Menengah
masih menggunakan pembelajaran
Pertama (SMP) berusaha memberikan
konfensional dan didominasi dengan
wawasan secara komprehensif tentang
ceramah, (4) guru hanya mengandalkan
peristiwa, fakta, konsep, dan
buku paket dan LKS sebagai sumber
generalisasi yang berkaitan dengan isu-
belajar, (5) guru mengalami kesulitan
isu sosial. Berbagai tradisi dalam ilmu
dalam menyampaikan materi tentang
sosial termasuk konsep, teori, fakta,
menceritakan tokoh-tokoh kerajaan dan
struktur, metode dan penanaman nilai-
kepahlawanan di Indonesia, (6) guru
nilai dalam ilmu sosial perlu dikemas
tidak ada waktu untuk membuat media
secara pedagogis, ntegratif dan
mengikuti kegiatan pembelajaran, (7)
komunikatif serta relevan dengan situasi
siswa tidak berusaha untuk mencari
dan kondisi yang berkembang dalam
referensi lain dan mereka juga hanya
masyarakat.
belajar ketika guru memberikan tugas
saja, (8) siswa hanya mendengarkan
b. Media Pembelajaran
materi yang disampaikan oleh guru, (9)
Media pembelajaran adalah
siswa terlihat pasif dan tidak
sebuah alat yang mempunyai fungsi dan
bersemangat.
digunakan untuk menyampaikan pesan
Oleh karena itu, fokus
pembelajaran. Menurut Buvee dalam
penyampaian materi yang berkaitan

58
hujair (2011.23) media adalah sebuah 1. Wayang yang telah disiapkan
alat yang mempunyai fungsi dimainkan oleh guru.
menyampaikan pesan. Sedangkan 2. Guru dalam proses penggunaan
menurut Gagne dalam karti soeharto media ini guru bertugas sebagai
(2003:98) mengatakan bahwa media dalang yang menceritakan peran
adalah berbagai jenis atau komponen tokoh dalam mempertahankan
atau sumber belajar dalam lingkungan kemerdekaan Indonesia.
pembelajaran yang dapat merangsang 3. Siswa sebagai penonton
pembelajaran untuk belajar. Dari pertunjukan wayang yang
beberapa pengertian di atas dapat dimainkan oleh guru.
disimpulkan bahwa media pembelajaran 4. Penggunaan wayang sebagai
adalah sarana pendidikan yang dapat media pembelajaran dilakukan
digunakan sebagai perantara dalam melalui kegiatan bercerita.
proses pembelajaran
b. Manfaat penggunaan media
wayang dalam pembelajaran
2. Wayang
Menurut Walujo (2000), wayang Wayang sebagai media pendidikan
adalah warisan budaya nenek moyang watak. Artinya dalam setiap tokoh
yang mengandung pesan-pesan moral wayang selalu terdapat bagaimana tata
yang sangat bagus bagi kehidupan. cara menghormati guru, menghormati
Dalam cerita pewayangan terselip nilai- orang yang lebih muda. Seorang guru,
nilai kebaikan serta nilai kepahlawanan misalnya memberikan nasihat baik
yang sangat baik untuk dijadikan kepada murid -muridnya, tidak
teladan dalam membelajarkan karakter sombong, tidak sewenang-wenang.
pada siswa. Wayang digunakan sebagai alat
Sedangkan menurut Aniq (2000), propaganda yang baik atau buruk.
wayang adalah bagian dari seni propaganda yang baik misalnya tentang
tradisional Jawa yang memperlihatkan manfaat penggunaan helm bagi
dan mengajarkan tentang petuah- pengendara motor,wajib belajar bagi
petuah alamiah dan amaliyah. Disebut anak-anak usia SD. Sedangkan
alamiah karena cerita yang terkandung propaganda yang buruk, misalnya
di dalamnya memuat berbagai macam memecah belah persatuan dengan cara
fenomena alam yang cerdik dikemas membakar sentimen, kesukaan, dan
oleh dalangnya. Sebuah tradisi sebagainya.
masyarakat jawa bersifat kulturalisme Menurut Poedjawawijatna dalam
realistis karena apa yang terjadi di walujo (200:12), berpendapat bahwa
masyarakat Jawa diceritakan melalui dalam pewayangan banyak sekali yang
tokoh pewayangan. Melihat perjuangan dapat digunakan untuk tujuan
dari kemunculan wayang dan pendidikan, yaitu untuk memberi
perkembangannya dapat ditebak bahwa pengaruh kepada orang yang melihat
wayang memiliki fungsi religius dan wayang itu.
mengandung pesan-pesan moral.
Namun seiring dengan perkembangan 3. Hasil Belajar
zaman fungsi wayang semakin luas a. Pengertian Hasil Belajar
jangkauannya, selain memiliki fungsi Menurut Abdurrahman (dalam
religius, wayang juga memiliki fungsi Jihad dan Haris, 2010:14), hasil belajar
dakwah islamiah, pendidikan, adalah kemampuan yang diperoleh
penerangan dan kritik sosial, dan anak setelah melalui kegiatan belajar.
hiburan. Belajar itu sendiri adalah suatu proses
perubahan tingkah laku individu melalui
a. Tujuan Penggunaan media interaksi dengan lingkungan. Dalam
wayang kegiatan belajar mengajar, guru
menetapkan beberapa tujuan

59
pembelajaran. Siswa yang berhasil indonesia di Indonesia pada mata
dalam belajar adalah yang berhasil pelajaran IPS.
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran 1. Keterbukaan sekolah dalam
atau tujuan instruksional. menerima tambahan saran.
2. Pembelajaran yang diberikan masih
4. Evaluasi Hasil Belajar bersifat konvensional dan teacher
centered.
a. Pengertian Evaluasi Hasil
3. Siswa kelas V perlu dilatih untuk lebih
Belajar
aktif dan kritis dalam proses
Evaluasi adalah suatu kegiatan pembelajaran IPS untuk mendukung
yang dilakukan untuk mendapatkan data implementasi pendidikan karakter di
sejauh mana keberhasilan anak didik sekolah.
dalam belajar dan keberhasilan guru
dalam mengajar (Djamarah, 2005:20). B. Prosedur Penelitian
Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh
Menurut Arikunto, dkk (2009:74)
guru dengan memakai seperangkat
langkah pelaksaaan PTK yaitu:
instrument penggali data seperti tes
perbuatan, tes tertulis, dan tes lisan. 1) Perencanaan
2) Pelaksanaan
A. Metode Penelitian 3) Observasi
1. Desain Penelitian 4) Refleksi di setiap akhir siklus.
Metode penelitian ini adalah Jumlah siklus pembelajaran
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dibentuk berdasarkan ketercapaian
dengan menggunakan metode indikator keberhasilan dalam penelitian.
penelitian deskriptif kualitatif dan Siklus pelaksanaannya seperti
deskriptif kuantitatif. Penelitian Tindakan ditunjukkan pada bagan di bawah ini:
Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan
Gambar 1. Alur Pelaksanaan PTK
yang dilakukan dengan tujuan
(Arikunto, 2009: 74)
memperbaiki mutu praktik pembelajaran
di kelasnya. PTK merupakan penelitian
reflektif yang dilaksanakan secara siklis Perencanaan Pelaksanaa
oleh guru atau calon guru di dalam Permasalaha tindakan I n tindakan
kelas. Dikatakan demikian karena n I

proses PTK dimulai dari tahapan Refleksi I Pengamatan


perencanaan, tindakan, pengamatan, /
pengumpulan
dan refleksi untuk memecahkan data I
masalah dan mencobakan hal-hal baru Permasalahan Perencanaan
baru hasil Pelaksanaa
demi peningkatan kualitas Tindakan II n Tindakan
refleksi
pembelajaran. II

2. Subjek Penelitian Refleksi II Pengamata


Dalam penelitian ini yang menjadi n/
pengumpul
subyek penelitian adalah siswa kelas V an data II
Apabila Dilanjutkan ke
Sekolah Dasar di Surabaya yang permasalahan siklus berikutnya
berjumlah 41 siswa. Alasan belum
pengambilan subjek penelitian ini terselesaikan
didasarkan pada hasil observasi awal terselesaikan
dalam pembelajaran IPS di kelas ini Berbagai persiapan tindakan
siswa masih mengalami kesulitan dalam penelitian yang perlu ditempuh peneliti
menghafal nama dan menceritakan adalah:
secara singkat tokoh peran tokoh dalam Sesuai dengan rancangan PTK
mempertahankan kemerdekaan di tersebut di atas, maka pelaksanaan PTK
di Sekolah Swasta Surabaya, melalui 3

60
siklus yang terdiri dari empat tahap b. Aktivitas belajar siswa saat proses
yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pembelajaran dengan menggunakan
observasi dan refleksi. Adapun media wayang pada pembelajaran
penjelasannya sebagai berikut: IPS pada siswa kelas V.
5. 4. Refleksi
1. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti melakukan
Berdasarkan rumusan masalah
kegiatan evaluasi terhadap
hasil dari observasi di lapangan, peneliti
pembelajaran dengan menggunakan
merencanakan tindakan siklus I dengan
media wayang pada pembelajaran IPS
langkah-langkah sebagai berikut: (a)
pada siswa kelas V, meliputi analisis
menelaah kurikulum untuk menentukan
hasil observasi peneliti pada aspek-
Kompetensi dan Kompetensi Dasar
aspek yang telah diamati apakah sudah
yang akan diterapkan dalam PTK di
sesuai dengan indikator ketercapaian
kelas V (b) membuat silabus
atau belum, menganalisis hasil tes
berdasarkan Standar Kompetensi dan
siswa pada Siklus I, dan melakukan
Kompetensi Dasar yang telah
evaluasi tindakan.
ditentukan, (c) menyusun RPP, (d)
menyusun LKS, (e) mempersiapkan Demikian peneliti dapat
media wayang, (f) mengembangkan menganalisis kekuatan dan kelemahan
lembar evaluasi, (g) mengembangkan pada Siklus I. Hasil-hasil yang diperoleh
lembar aktivitas guru dan siswa yang dan permasalahan yang muncul pada
dipergunakan selama kegiatan pelaksanaan tindakan dipakai sebagai
pembelajaran berlangsung. dasar untuk melakukan perencanaan
ulang pada siklus berikutnya. Jika
2. Pelaksanaan
indikator keberhasilan penelitian pada
Pada tahap ini peneliti akan Siklus I belum tercapai, maka peneliti
melaksanakan kegiatan pembelajaran akan melanjutkan ke Siklus II yang
berdasarkan Rencana Pelaksanaan meliputi kegiatan perencanaan ulang,
Pembelajaran (RPP) yang telah disusun tindakan ulang, dan pengamatan ulang
pada pembelajaran IPS untuk sehingga permasalahan dapat teratasi.
meningkatkan hasil belajar siswa kelas
C. Data dan Teknik Pengumpulan
V adapun yang harus dilakukan pada
Data
siklus I adalah : (a) mengkondisikan
a. Data Penelitian
kelas, (b) melakukan absensi, (c)
memotivasi siswa dan memberikan Data-data dalam penelitian ini
apresepsi berupa tanya jawab, (d) disesuaikan dengan kebutuhan dalam
menyampaikan tujuan pembelajran menjawab rumusan masalah, yaitu:
sesuai dengan RPP,(e) menyampaikan
1. Data aktivitas guru dan siswa pada
materi dengan menggunakan media
saat menggunakan media wayang.
wayang, (f) memberikan tugas dan
Cara untuk mendapatkan data
membimbing siswa, (g) menyimpulkan
aktivitas guru dan siswa ini adalah
materi dan melaksanakan evaluasi
dengan mengobservasi aktivitas guru
dalam bentuk tes, serta memberikan
dan siswa dengan menggunakan
penghargaan pada siswa yang terbaik.
lembar observasi.
3. Observasi. 2. Peningkatkan hasil belajar siswa.
Pada tahap ini hal-hal yang diobservasi Data tentang peningkatan hasil
adalah sebagai berikut: belajar siswa pada pembelajaran IPS
a. Aktivitas guru pada saat diperoleh dari skor hasil tes pada
menggunakan media wayang pada materi menceritakan tokoh-tokoh
pembelajaran IPS pada siswa kelas perjuangan pada masa hindu di
V. Indonesia.
3. Respon siswa

61
Data tentang respon siswa dalam 1. Untuk menganalisis data hasil observasi
pembelajaran IPS dengan aktivitas siswa dan guru dalam
menggunakan media wayang pembelajaran dengan media wayang,
diperoleh dari lembar angket yang peneliti menggunakan rumus:
diberikan kepada siswa diakhir P = F X100%
penelitian. N
Keterangan:
b. Teknik Pengumpulan Data
P = Persentase aktivitas siswa
Pengumpulan data adalah atau guru
prosedur yang sistematis dan standar F = Banyaknya aktivitas guru
untuk memperoleh data yang diperlukan atau siswa
dalam penelitian (Nazir, 2003: 174). N = Jumlah aktivitas keseluruhan
Berdasarkan tujuan dan jenis penelitian
Setelah itu akan dinyatakan dengan
yang dirumuskan, maka teknik
kriteria yang bersifat kualitatif yaitu:
pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Tes, 80% - 100%= Sangat Baik (A)
Observasi dan Angket. 66% - 79% = Baik (B)
c. Instrumen Penelitian
56% - 65% = Cukup (C)
1. Lembar observasi aktivitas guru
dan siswa digunakan untuk 40% - 55% = Kurang (D)
mengetahui aktivitas guru dan 0% - 39% = Sangat kurang (E)
siswa saat mengikuti kegiatan
pembelajaran IPS kelas V dengan Indarti (2008: 76)
menggunakan media wayang. 2. Untuk menganalisis data hasil tes
2. Lembar tes dengan menggunakan belajar, peneliti menganalisis data
soal-soal yang diberikan guru secara kuantitatif dengan
pada siswa diakhir siklus menggunakan rumus:
pembelajaran yang digunakan
untuk mengetahui hasil belajar Rata-rata kelas
siswa terhadap materi yang telah
disampaikan pada pembelajaran
IPS. M=
3. Lembar respon siswa terhadap
pembelajaran IPS yang diterapkan Keterangan :
pada siswa kelas V berupa angket M = Rata-rata kelas
dan diisi oleh siswa setelah
seluruh kegiatan pembelajaran ∑x = Jumlah nilai total yang
dengan menggunakan media diperoleh dari hasil penjumlahan nilai
wayang berakhir. tiap siswa
4. Lembar wawancara digunakan N = Jumlah seluruh siswa
untuk mengetahui kendala-
kendala yang ada serta Menurut Djamarah (2005:302)
memberikan solusi-solusi guna 3. Data angket respon siswa
untuk melakukan perbaikan.
Data angket respon siswa terhadap
d. Teknik Analisis Data Penggunaan media wayang pada
pembelajarn IPS dianalisis dengan
Analisis data merupakan suatu proses menggunakan rumus:
yang diarahkan untuk menjawab rumusan
masalah penelitian. Data yang diperoleh P= x 100%
dalam penelitian ini akan diolah dan dianalisis
berdasarkan jenisnya sebagai berikut: Dimana :

62
P = Persentase respon siswa langsung dengan kenyataan, mengatasi
modalitas belajar siswa yang beragam,
= Jumlah pemilih jawaban yang
mengefektifkan proses komunikasi
sama dalam pembelajaran, meningkatkan
B = Banyaknya siswa (responden) kualitas pembelajaran.
Mernurut Trianto (2009: 243)
Setelah itu akan dinyatakan dengan
kriteria yang bersifat kualitatif yaitu 1. Respon Siswa Dalam
kriteria : Penggunaan Media Wayang
80% - 100%= Sangat Baik (A) Data respon siswa terhadap
66% - 79% = Baik (B) penggunaan media wayang pada siklus
56% - 65% = Cukup (C) I-III
40% - 55% = Kurang (D) Tabel 1. Data respon siswa pada
0% - 39% = Sangat kurang (E) penggunaan media wayang
Menurut Arikunto (2009:245)

C. Hasil dan Pembahasan


Pada bab IV ini akan dipaparkan
hasil penelitian beserta analisis pada
masing-masing data hasil penelitian.
Data yang dikumpulkan dan dianalisis
dalam penelitian ini ada tiga jenis yaitu
data hasil observasi aktivitas siswa dan
guru selama proses pembelajaran, data
tes hasil akhir belajar yang diberikan
tiap akhir siklus dan respon siswa
setelah mengikuti dengan penggunaan
“media wayang” pada akhir penelitian.
Analisis data hasil penelitian dilakukan
secara deskriptif kuantatif untuk
mendapatkan hasil secara kualitatif.
Hasil belajar siswa kelas V SDN
Jeruk II Surabaya menunjukkan
presentase pada temuan awal
ketuntasan sebesar 59,56%. Setelah
siswa mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan media wayang
pada siklus I meningkat menjadi
71,66%, hasil belajar pada siklus II
meningkat kembali menjadi 77,21% ,
dan pada siklus III naik menjadi 83,56%,
ini menunjukkan bahwa hasil belajar
pada siklus III sudah mencapai kriteria
ketuntasan yang telah ditetapkan yakni
80%.
Hal ini sesuai dengan pendapat
Musfiqon (2012:35) fungsi media
pembelajaran adalah: meningkatkan
evektivitas dan efisiensi pembelajaran,
meningkatkan minat dan motivasi
belajar, menjadikan siswa berinteraksi

63
Berdasarkan data respon siswa
pada media wayang pada tabel 4.5, Persentase
maka dapat dideskrepsikan bahwa (dalam 0%)
N Aspek yang
penggunaan media wayang di kelas V Sikl
o diamati Sikl Siklu
meningkat. Respon siswa meningkat us
us I s III
ketika ada media pembelajaran ini di II
tunjang dengan pendapat Derek 1. Ukuran media
Rowntree (dalam Musfiqon 2012:34), a. Besar 28, 85,
100
menyatakan bahwa media pembelajaran 57 71
berfungsi sebagai membangkitkan b. Cukup 57, 8,5
-
motivasi belajar, mengulang apa yang 14 7
telah dipelajari, menyediakan stimulus c. Kurang 14, 5,7
-
belajar, mengaktifkan respon peserta 29 1
didik, memberikan balikan dengan 2. Tampilan
segera, menggalakkan latihan yang media
serasi. a. Jelas 62, 85, 91,4
86 71 2
D. PENUTUP
b. Cukup jelas 5,7 8,5
1. Simpulan 8,57
1 7
Berdasarkan hasil pembahasan
c. Kurang jelas 31, 5,7
yang telah dikemukakan, maka dapat -
disimpulkan bahwa: 43 1
1. Aktivitas guru selama proses 3. Daya tarik
pembelajaran dengan media
menggunakan media wayang a. Menarik 80 100 100
meningkat dapat meningkatkan b. Cukup 11,
- -
hasil belajar. menarik 43
2. Aktivitas siswa selama proses c. kurang 8,5
- -
pembelajaran dengan menarik 7
menggunakan media wayang 4. Keterbacaan
meningkat, ini dapat dilihat pada media
banyaknya siswa yang a. Terbaca 14, 77, 85,7
memperhatikan penjelasan guru, 29 14 1
serta menjawab pertanyaan- b. Cukup 71, 22, 14,2
pertanyaan yang diajukan oleh terbaca 43 86 9
guru yang dijawab dengan c. Kurang 14, - -
antusias. t3rbaca 29
3. Hasil belajar setelah pembelajaran 5. Kejelasan isi
dengan menggunakan media pesan
wayang meningkat, hal ini ditandai a. Jelas 14, 71,
80
dengan meningkatnya jumlah 29 43
siswa yang mencapai kriteria b. Cukup jelas 28, 14,
20
ketuntasan minimal yang telah 57 29
ditetapkan. c. Kurang jelas 57, 14,
-
4. Respon siswa terhadap 14 29
penggunaan media wayang Berdasarkan hasil kesimpulan
sanagat bagus ini dapat dilihat dari yang telah dipaparkan, maka peneliti
jawaban-jawaban siswa melalui memberikan saran atau pendapat
pertanyaan-pertanyaan seputar kepada sekolah, khususnya guru kelas
media wayang. sebagai berikut:

2. Saran 1. Hendaknya guru kelas kreatif dan


menggunakan media yang
bervariasi pada saat pembelajaran

64
dilaksanakan dengan tujuan untuk Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat
meningkatkan hasil belajar siswa, Satuan Pendidikan Mata Pelajaran
membuat siswa tertarik dan tidak IPS. Jakarta: Depdikbud.
cepat bosan ketika proses Djahiri, A. Kosasih. 1996. Buku
pembelajaran. Pedoman Pengajaran IPS.
Bandung: Dikbud.
2. Hendaknya guru kelas
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru
menggunakan media wayang
dan Anak Didik dalam Interaksi
sebagai media pembelajaran
Edukatif: Suatu Pendekatan Teoritis
dalam mata pelajaran IPS pada
Psikologis. Jakarta: Rineka Cipta.
materi yang berkaitan dengan
Sanaky,Hujair AH. 2011. Media
tokoh-tokoh sejarah kerajaan,
Pembelajaran. Yogyakarta: Kaukaba
tokoh kepahlawanan.
Dipantara.
3. Jika respon yang ditunjukan siswa Hamalik, Oemar,. 1982. Media
bagus terhadap penggunaan Pendidikan. Bandung: Alumni
media, maka guru hendaknya /1982/Bandung.
selalu menggunakan media setiap Jihad, Asep dan Haris, Abdul. 2010.
manyampaikan materi. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta:
4. Sekolah-sekolah hendaknya Multi Pressindo.
Nanna. 2008. Dasar- Dasar Proses
memfasilitasi kebutuhan siswa,
Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
dalam hal ini yang berkaitan
tentang media atau hal-hal yang Baru Algensindo.
mendukung kegiatan pembeljaran, Suhanadji dan Waspodo Tjipto. 2003.
Pendidikan IPS. Surabaya: Insan
ini bertujuan demi tercapainya
mutu pendidikan di Indonesia. Cendekia.
Suryabrata, Sumadi. 2010. Metodologi
Penelitian. Jakarta: Rajawali Pres.
H. DAFTAR PUSTAKA Susilo Herawati Dkk. 2009. Penelitian
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2009. Dasar- Tindakan Kelas. Malang: Bayu
Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Media Pusbishing.
Revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Musfiqon, 2012. Pengembangan Media
Arief, Sadiman. 2009. Media & Sumber Pembelajaran. Jakarta:
Pendidikan: Pengertian, Prestasi Pustaka.
Pengembangan dan Walujo Kanti. 2000. Dunia Wayang.
Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Yogyakarta: Pustaka Belajar
Pres (Anggota IKAPI).
Arsyad, Azhar. 2011. Media Zairul Haq, Muhammad. 2011. Mutiara
Pembelajaran. Jakarta: PT Grafindo Hidup Manusia Jawa. Yogyakarta:
Persada. Aditya Media Publising.
Asmito. 1998. Perjuangan Kebudayaan
Indonesia. Jakarta: Departemen
Pendidikan Kebudayaan.

65

Anda mungkin juga menyukai