Anda di halaman 1dari 14

PEMANFAATAN MEDIA FILM PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA


KELAS XI IIS 4 SMA NEGERI 1 BANYUDONO
TAHUN PELAJARAN 2016/2017

THE USAGE OF FILMSAS MEDIA INSTRUMENT IN SOCIOLOGY


SUBJECT LEARNING TO IMPROVE STUDENT ACHIEVEMENT
OF CLASS XI IIS 4 SMA NEGERI 1 BANYUDONO
ACADEMIC YEAR OF 2016/2017

Inayatus Zulfa, Siti Rochani, Siany Indria Liestyasari


Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret Surakarta
April 2017

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan hasil belajar siswa


kelas XI IIS 4 SMA Negeri 1 Banyudono tahun pelajaran 2016/2017 pada mata
pelajaran sosiologi melalui pemanfaatan media film.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Subyek penelitiannya adalah siswa
kelas XI IIS 4 SMA Negeri 1 Banyudono sebanyak 32 siswa. Sumber data berasal
dari guru dan siswa. Teknik utama dalam pengumpulan data menggunakan
observasi dan tes, sedangkan teknik pendukungnya dengan menggunakan
wawancara dan dokumentasi. Ada dua teknik analisis data yang digunakan dalam
menganalisis hasil penelitian ini yakni, kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan media film dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi. Hasil belajar
siswa mengalami peningkatan mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus II.
Persentasi ketuntasan 9,375% pada pra siklus, meningkat menjadi 46,875 pada
siklus I dan kembali meningkat menjadi 75% pada siklus II. Nilai rata-rata kelas
siswa juga menunjukkan peningkatan dari 61,94 pada pra siklus, meningkat
menjadi 73,3125 pada siklus I dan kembali meningkat menjadi 77,46875 pada
siklus II.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan
pemanfaatan media film pada mata pelajaran sosiologi, dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas XI IIS 4 SMA Negeri 1 Banyudono tahun pelajaran
2016/2017.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Media Film, Penelitian Tindakan Kelas.


ABSTRACT

Research was conducted to set the goal is improving student achievement


of class XI IIS 4 SMA Negeri 1 Banyudono academic year of 2016/2017 on
sociology subject through the use of film as media instrument.
The kind of research is a Classroom Action Research (CAR) that
conducted with two cycles. Each of cycle consists of planning, action, observation
and reflection step. The subject is students of class XI SMA Negeri 1 IIS 4
Banyudono with amount of 32 students. Date sources comes from both teachers
and students itselves. The main technique for collecting the datas usedboth
observation and tests, however the support technique usedboth interviews and
documentation. Research also used qualitative and quantitative as data analysis
techniques for analyzing the results.
Results showed that the use of film as media instrument in learning life
could improve students achievement in sociology subject. The outcomes have
increased from pre-cycle, first cycle, and second cycle. Percentage of
completeness about 9.375% in pre-cycle, increased to 46.875% in first cycle, and
increased again up to 75% in second cycle. Average value of students also showed
a raising of 61.94% in pre-cycle, to 73.3125% in first cycle and ended to 77.46875
in second cycle.
Based on the results, it can draw a line that the use of film as media
instrument on sociology subject learning can improve student learning
achievement of class XI IIS 4 SMA Negeri 1 Banyudono academic year of
2016/2017.

Keywords: Students Achievement, Film as Media Instrument, Classroom Action


Research

PENDAHULUAN masyarakat. Perkembangan ilmu


pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
Pendidikan merupakan salah
memberikan pengaruh yang positif
satu faktor penting dalam
terhadap kemajuan pendidikan.
pembangunan setiap negara.
Dengan adanya perkembangan ilmu
Pendidikan itu sendiri bertujuan
pengetahuan dan teknologi guru
untuk mengembangkan potensi anak,
dapat memberikan variasi media
kepribadian, kecerdasan, berakhlak
pembelajaran dalam proses
mulia, memiliki keterampilan yang
pembelajaran. Perkembangan IPTEK
diperlukan dalam kehidupan
memberikan kemudahan bagi guru
bermasyarakat dan menjadi anggota
dalam mencari media-media
pembelajaran yang sesuai untuk dituntut untuk dapat memahami
kegiatan pembelajaran. Dengan pelajaran tidak hanya menghafal
memanfaatkan media pembelajaran saja. Hal ini dikarenakan dalam mata
yang tepat, tidak hanya akan pelajaran sosiologi siswa akan sering
membuat siswa semangat mengikuti bertemu dengan soal-soal yang
proses pembelajaran, tapi juga dapat bentuknya cerita, jika siswa hanya
membatu siswa untuk lebih menghafal materi tanpa
memahami materi yang disampaikan memahaminya siswa akan kesulitan
dalam proses pembelajaran, seperti untuk mengerjakan soal dalam
yang dikemukakan oleh (Sunarno, bentuk cerita.
2010: 147) “sesuai dengan makna Namun pada kenyataannya
yang terkandung dalam pengertian masih ada siswa yang kesulitan
media, eksistensinya akan membantu mengerjakan atau menjawab soal
siswa dalam memahami sesuatu yang dalam bentuk cerita. Hal tersebut
sedang dipelajari dan dikaji dengan terlihat ketika guru memberikan
berbagai kemudahan”. Karena pertanyaan dalam bentuk soal cerita
belajar tidak hanya menghafal, tetapi kepada siswa, jawaban siswa masih
anak juga harus memahami apa yang kurang tepat bahkan terkesan asal-
diajarkan selama berlangsungnya asalan. Hal tersebut mungkin karena
proses pembelajaran. Belajar dengan siswa belum paham dengan materi
cara menghapal tidak akan bertahan yang disampaiakan dan ketika belajar
lama, sebaliknya anak akan lebih mereka lebih suka untuk
mudah mengingat materi yang telah menghafalkannya bukan
dipelajari ketika dia memahaminya, memahaminya. Karena siswa masih
Kemudian, ketika anak belum bisa mengerjakan soal dalam
masuk kedalam lembaga pendidikan bentuk cerita , sehingga berdampak
formal, dia dituntut untuk dapat pada hasil ulangan tengah semester
megikuti proses pembelajaran. Di mereka. Dalam satu kelas ada banyak
dalam proses pembelajaran, siswa yang memiliki nilai rendah.
khususnya dalam mata Dalam kaitannya dengan
pelajaran sosiologi para siswa masalah tersebut, penulis selaku
mahasiswa telah melakukan Haikal dan Agnes untuk
observasi di SMA Negeri 1 menjawab pertanyaan tersebut
Banyudono. Di kelas XI IIS 4 SMA dan Haikal menjawabnya
Negeri 1 Banyudono yang memiliki berdasarkan kriteria kedudukan,
jumlah siswa 32 anak dengan dan Agnes menjawab
komposisi 14 siswa laki-laki dan 18 berdasarkan jabatan. Setelah
siswa perempuan. Dalam kegiatan Haikal dan Agnes menjawab
observasi pra tindakan yang pertanyaan yang diajukan oleh
dilakukan oleh penulis di SMA guru, guru mengatakan kalau
tersebut, penulis menemukan jawaban Haikal dan Agnes
permasalahan seperti yang dijelaskan masih kurang tepat. Kemudian
di atas tadi, bahwa: ketika guru membahas tentang
1) Ketika guru memberikan primordialisme, guru kembali
pertanyaan dalam bentuk cerita memberikan pertanyaan kepada
kepada siswa, siswa menjawab siswa “ kenapa dulu di Amerika
asal-asalan atau masih kurang masyarakat berkulit hitam
tepat. Pada saat guru mendapat perlakuan yang
menjelaskan materi tentang berbeda dengan masyarakat kulit
materi diferensiasi dan putih?”. Tanpa ditunjuk untuk
stratifikasi sosial, guru memjawab pertanyan tersebut,
memberikan pertanyaan kepada Rianto langsung memberikan
siswa yakni, “fahrul seorang jawabannya, karena masyarakat
pegawai negeri golongan IV kulit putih sering mandi.
mampu membeli mobil, akibat 2) Banyak siswa yang kesulitan
keterbatasan gaji yang diperoleh, mengerjakan soal dalam bentuk
Haikal sebagai pegawai negeri soal cerita. Peneliti wawancarai
golongan II dia hanya sanggup 6 siswa yakni, Agelia, Agnes,
membeli sepeda motor saja. Dari Haikal, Gilang, Alya dan Fahrul.
contoh diatas menunjukkan Saat peneliti bertanya apa
stratifikasi pada kriteria apa?”. kesulitan kalian dalam
Selanjutnya guru menunjuk mengerjakan soal sosiologi,
Agel dan Fahrul memiliki mengerjakan soal langsung,
jawaban yang hampir sama, karena jawabannya sudah ada di
kalau dia kesulitan memahami buku, bisa dihafalkan dan tidak
soal-soal yang berbentuknya berbelit-belit. Ketika peneliti
soal cerita karena kembali bertanya, “kan sama
membingungkan. Sedikit saja, soal cerita dibuku juga ada
berbeda dengan Agel, Agnes jawabannya”. Agel mengakatan
mengatakan kalau dia kesulatan kalau soal cerita itu bikin
ketika diberikan soal yang bingung, kemudian Alya
pertanyaannya sebut, jelaskan menambahkan kalau soal
dan berikan contoh. Sedangkan langsung tidak usah mikir
Haikal dan Gilang ketika berulang-ulang dan mudah
ditanya kesulitan mereka, inti dipahami.
jawaban mereka hampir sama 3) Rendahnya hasil Ulangan tengah
kalau mereka sebenarnya malas semester siswa, terlihat dari satu
membaca soal yang panjang- kelas hanya ada 3 atau 9,375%
panjang. Haikal mengatakan siswa yang tuntas dan 29 atau
kalau dia tidak suka soal cerita 90,625% siswa dinyatakan
karena males bacanya, dia lebih belum tuntas karena nilai mereka
memilih mengerjakan soal yang kurang dari bartas minimal
bentuknya langsung. Ketika KKM yakni 75.
peneliti kembali bertaya kepada Selanjutnya berdasarkan
Haikal, soal langsung itu yang observasi, peneliti menyampaikan
seperti apa. Haikal memberikan kepada guru permasalahan apa saja
contoh “apa pengertian dari yang peneliti temukan selama
ascribed status”, kemudian dia kegiatan observasi, yakni
mengatakan kalau soalnya di permasalahan yang telah dijelaskan
buat dalam bentuk cerita dia diatas. Guru membenarkan yang
malas untuk membacanya. Sama peneliti katakan, beliau
dengan Haikal, Agel menambahkan kalau kelas XI IIS 4
mengatakan lebih enek itu kelas yang memiliki nilai UTS
yang paling jelek, kalau diberi yang membuat siswa belum paham
pertanyaan jawabannya asal-asalan, dengan contoh soal dalam bentuk
dan suka protes kalau diberikan soal cerita. Kemudian peneliti bertaya
dalam bentuk cerita, tapi kelas XII kepada guru cara yang tepat untuk
IIS 4 anak-anaknya cukup bisa untuk mengatasi permasalahan tersebut.
menjawab atau mengerjakan soal Guru menyarankan untuk mencoba
yang bentuknya konseptual. Setelah menggunakan media film. Ketika
menemukan permasalahan- peneliti menanyakan kenapa
permaslahan dari hasil observasi dan menggunakan film, beliau
dari apa yang disampaikan oleh guru, mengatakan kalau ingin mencoba
kemudian peneliti bertanya apa yang memberikan variasi media
menjadi masalah utamanya. Guru pembelajaran, karena beliau lebih
mengatakan kalu yang menjadi sering meminta siswa untuk
masalah utamanya adalah siswa yang membaca buku teks atau buku paket.
menjawab pertanyaan asal-asalan, Beliau juga menambahkan kalau
belum bisa mengerjakan soal dalam tingkat kecerdasan atau pemahaman
bentuk soal cerita dan nilai siswa anak berbeda. Ada anak yang
rendah. diberikan contoh secara lisan dia
Selanjutnya, peneliti bertanya langsung paham tetapi ada anak yang
kepada guru, apakah guru tidak paham jika hanya diberikan
memberikan variasi media contoh sacara lisan. Kemudian beliau
pembelajaran selama proses mengatakan kalau dengan
pembelajaran. Guru mengatakan menggunakan media film
kalau beliau lebih sering meminta kemungkinan cocok untuk para
para siswanya untuk membaca buku siswanya, karena menurut beliau
teks atau buku paket, mencari materi siswa-siswa kelas XI IIS 4, jika
tambahan di internet dan beberapa diberikan contoh secara lisan mereka
kali menggunakan power point. Dari masih belum paham dan ketika diberi
jawaban guru tersebut peneliti contoh soal cerita jawabannya asal-
mengatakan, apa mungkin karena asalan.
kurang variasi media pembelajaran
Setelah mendapat saran dari kartun, film dokumenter dan
guru untuk menggunakan media sebagainya.
film, peneliti kembali bertanya Dengan memanfaatkan media
kepada beberapa siswa yakni, Agelia, film, diharapkan dapat membantu
Fahrul, dan Gilang. Peneliti siswa untuk memahami materi yang
mengajukan pertanyan kepada disampaikan bukan hanya paham
mereka, “kamu lebih paham ketika secara konseptual tapi juga secara
diberikan contoh secara lisan atau konstekstual. Pada akhirnya
dalam bentuk film?”. Agelia diharapkan hasil belajar siswa dapat
mengatakan, “lebih paham ketika meningkat. Karena film dapat
contohnya dalam bentuk film, karena memberikan gambaran suatu
tau langsung kejadian dan peristiwa secara langsung, sehingga
bagaimana alurnya”. Sedangkan diharapkan dengan menggunakan
Gilang mengatakan, “lebih paham media film siswa lebih mudah untuk
menggunkan film karena kita bisa memahami materi yang diajarkan
mengamati secara langsung”. dan dapat mengembangkan
Kemudian Fahrul menambahkan “ kemampuan berpikir siswa.
kalau film, saya bisa melihat secara Oleh karena itu penulis
langsung, tidak harus sangat tertarik untuk melakukan
membayangkan”. Dari jawaban Penelitian Tindakan Kelas atau PTK
ketiga siswa tersebut, telah dengan dibantu oleh guru mata
mendukung penjelasan dari guru, pelajaran sosiologi kelas XI IIS 4
bahwa tidak semua siswa paham SMA Negeri 1 Banyudono, dengan
ketika diberikan contoh secara lisan. judul PEMANFAATAN MEDIA
Berdasarkan saran dari guru dan FILM PADA MATA PELAJARAN
jawaban dari siswa tersebut, peneliti SOSIOLOGI UNTUK
semakin mantap untuk menggunakan MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
media film. Media film yang SISWA KELAS XI IIS 4 SMA
gunakan dapat berupa film drama, NEGERI 1 BANYUDONO.
film pendek, film animasi atau
REVIEW LITERATUR dalam tiga dominan (Ratnawulan,
Media pada dasarnya adalah 2015: 55), yaitu:
alat yang dapat digunakan untuk a) Kognitif
menyampaikan informasi. Briggs b) Afektif
dalam (Trini Prasasti, 2005: 4, c) Psikomotorik
Sutirman, 2013: 15) mengatakan Dalam penelitian ini hasil
“media sebagai sarana fisik untuk belajar yang digunakan adalah dari
menyampaikan isi atau materi hasil nilai tes siswa pada tiap-tiap
pembelajaran. Sarana fisik tersebut siklusnya. Tes evaluasinya berupa tes
dapat berupa buku, tape rekorder, tertulis dengan 10 soal pilihan ganda
kaset, kamera, vidio, film, slide, foto, dan 4 soal uraian. Hasil belajar inilah
gambar, grafik, televisi, dan yang menjadi tolak ukur keberhasilan
komputer” dari penjelasan tersebut penelitian ini. Jika Hasil belajarnya
menunjukkan bahwa media sangat meningkat dan mencapai taarget
bervariasi. yang ditentukan, maka penelitian ini
Pada penelitian ini peneliti dapat dikatan berhasil.
memanfaatkan media film. Ada beberapa teroi belajar
Pengertian film, Menurut UU No. 33 menurut beberapa ahli, salah satunya
Tahun 2009 Pasal 1 tentang yakni teori Kognitif menurut Piaget
perfilman, “Film adalah karya seni (Endang Komara, 2014: 8-9)
budaya yang merupakan pranata Aplikasi teori ini dalam
pembelajaran, bahwa
sosial dan media komunikasi massa
kegiatan belajar ditekankan
yang dibuat berdasarkan kaidah sebagai aktivitas “mimetic”
yang menuntut siswa untuk
sinematografi dengan atau tanpa
mengungkapkan kembali
suara dan dapat dipertunjukkan”. pengetahuan yang sudah
dipelajari. pembelajaran dan
Dengan memanfaatkan media
evaluasi menekankan pada
film diharapkan dapat membantu hasil. Jawaban yang benar
menunjukkan bahwa siswa
siswa untuk mengingkatkan hasil
telah menyelesaikan tugas
belajarnya. Menurut Bloom (1956), belajarnya.
hasil belajar dapat dikelompokkan
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertempat di menjadi 50% .Jadi yang diukur
SMA Negeri 1 Banyudono tahun adalah aspek kognitif dengan cara
pelajaran 2016/2017 yang menghitung nilai rata-rata kelas dari
dilaksanakan pada bulan januari hasil tes tertulis siswa dan melihat
tahun 2017. Yang menjadi subjek berapa persentase siswa yang
dalam penelitian tindakan kelas ini nilainya mencapai atau melebihi nilai
adalah siswa kelas XI IIS 4 SMA KKM.
Negeri 1 Banyudon tahun pelajaran
2016/2017. Kelas tersebut terdiri dari HASIL TINDAKAN DAN
32 siswa, 14 siswa laki-laki dan 18 PEMBAHASAN
siswa perempuan. Siklus I
Teknik pengumpulan data Pelaksanaan siklus I
pada penelitian ini meliputi, dilaksanakan selama 2 kali
observasi, wawancara, dokumentasi pertemuan, dengan materi tentang
dan tes. Sedangkan analisis data yang konflik. Beerdasarkan hasil tes siswa
digunakan dalam penelitian ini kelas XI IIS 4 yang telah
adalah teknik analisis data secara dilaksanakan menunjukkan adanya
kualitatif dan kuantitatif. Indikator peningkatan. Hasil belajar siswa
Kinerja dalam penelitian ini adalah pada siklus I yaitu, 46,875% siswa
pembelajaran dengan menggunakan dinyatakan mencapai atau melebihi
media film akan dikatakan berhasil batas KKM, dan 53,125% siswa
dan mampu meningkatkan hasil dinyatakan belum mencapai batas
belajar siswa, jika hasil belajar siswa KKM. Kemudian untuk nilai rata-
yang dilihat dari nilai rata-rata ratanya adalah 73, 3125. Meskipun
mengalami peningkatan dari 61,94 pada pelaksanaan siklus I belum
menjadi 75. Kemudian, juga dapat mencapai target yang ditetap oleh
dilihat dari berapa persentase siswa peneliti, namun hasil dari siklus I ini
yang nilainya mencapai nilai KKM mengalami peningkan dibandingkan
(Kriteria Ketuntasan Minimal) yang nilai pada pra siklus.
ditetapkan oleh pihak sekolah yaitu,
75. Dari 9, 375% dapat meningkat Siklus II
Pelaksanaan siklus II untuk materi konflik dan kekerasan. Dalam
perbaikan masalah yang terjadi pada pelaksanaan siklus I, hasil tes
siklus I, dan untuk meningkatkan kognitif yang diperoleh belum
hasil belajar siswa. Siklus II mencapai target yang ditetapkan oleh
dilaksanakan selama 3 kali peneliti, namuan jika dibandingkan
pertemuan, materi yang akan dengan data nilai pra tindakan
dipelajari pada siklus II adalah menunjukkan adanya peningkatan.
materi tentang kekerasan. Persentase hasil belajar siswa pada
Berdasarkan tes yang siklus I yaitu, 46,875% siswa
dilaksanakan pada siklus II, terlihat dinyatakan mencapai atau melebihi
ada peningkatan persentase batas KKM, dan 53,125% siswa
ketuntusan dari siklus I ke siklus II. dinyatakan belum mencapai batas
Persentase ketuntasan siswa KKM. Kemudian untuk nilai rata-
mengalami peningkatan yang cukup ratanya adalah 73,3125. Untuk hasil
banyak yakni sekitar 28,125%, nilai rata-rata dan persentase
dengan rincian nilai, pada siklus I ketuntasan siswa pada siklus I telah
persentase ketuntasan sebesar mengalami peningkatan dari hasil
46,875%, kemudian pada siklus II nilai rata-rata dan persentase
menjadi 75%. Selain persentase ketuntasan siswa pada pra siklus,
ketuntasan, nilai rata-rata siswa juga data pra siklus menunjukkan bahwa
mengalami peningkatan jika hanya 9,375% siswa yang dinyatakan
dibandingkan dengan sikus I. tuntas dan nilai rata-ratanya 61,94.
Sebelumnya pada siklus I nilai rata- Bedasarkan hasil tes siswa,
rata kelasnya yakni, 73,3125 dan juga terlihat terjadi peningkatan dari
pada siklus II menjadi 77,46875. siklus I ke siklus II. Sebelumnya
pada siklus I nilai rata-rata kelasnya
PEMBAHASAN yakni, 73,3125 dan pada siklus II
Penelitian ini merupakan menjadi 77,46875. Sedangkan untuk
penelitian tindakan kelas dengan persentase ketuntusan juga
memanfaatkan media film dalam mengalami peningkatan yang cukup
proses belajaran sosiologi pada banyak yakni sekitar 28,125%,
dengan rincian nilai, pada siklus I pelajaran sosiologi di kelas XI IIS 4
persentase ketuntasan sebesar SMA Negeri 1 Banyudono dapat
46,875%, kemudian pada siklus II membatu untuk meningkatkan hasil
menjadi 75%. Dari hasil tes siklus II belajar siswa.
sangat baik dan sudah melebihi Berdasarkan teori belajar
target yang tetapkan oleh peneliti, kognitif menurut Piaget, “ bahwa
peneliti menargetkan 50% siswa kegiatan belajar ditekankan sebagai
dinyatakan tuntas dan nilai rata- aktivitas “mimetic” yang menuntut
ratanya 75. Menurut peneliti target siswa untuk mengungkapkan
yang ditetapkan oleh peneliti sudah kembali pengetahuan yang sudah
termasuk tinggi karena pada data pra dipelajari” (Endang Komara, 2014:
tindakan siswa yang dinyatakan 9). Dapat dipahami bahwa aplikasi
tuntas hanya 9,375% siswa dan teori ini dalam pembelajaran, yakni
90,625% siswa dinyatakan belum menuntut siswa untuk dapat
tuntas karena nilai mereka kurang menyampaikan kembali apa yang
dari bartas minimal KKM yakni 75, telah dia peroleh selama
Dengan nilai rata-rata 61,94. berlangsungnya pembelajaran di
Selanjutnya jika dilihat dari nilai kelas. Siswa akan dapat
masing-masing siswa mulai dari pra menyampaikan kembali pengetahuan
siklus, siklus I, dan siklus II terlihat yang mereka dapat jika meraka
ada siswa yang nilainya mengalami paham akan metari yang
kenaikan namun ada juga siswa yang disampakan. Sebaliknya jika siswa
nilainya turun, namun jika dilihat tidak paham materi yang telah
secara keseluruhan banyak siswa disampaiakan maka siswa akan
yang nilainya mangalami kesulitan untuk menyampaikan
peningkatan. Kemudian dari nilai pengetahuan yang dia dapat selama
rata-rata kelas juga menunjukkan berlangsungnya proses pembelajaran
bahwa adanya peningkatan dari di kelas. Untuk itu guru dituntut
masing-masing siklus. Dari hasil untuk dapat membantu siswa
tersebut dapat dikatakan bahwa memahami materi yang disampaikan
pemanfaatan media film dalam mata agar siswa dapat megemukakan
kembali pengetahuan yang mereka pengetahuan merekan yang mereka
peroleh selama proses pembelajaran. tuliskan dari hasil diskusi mereka
Guru harus dapat memahami sesuai dengan film yang telah
karakteristik siswa, karena masing- ditanyangkan. Kaitanya teori
masing anak dalam memahami kognitif, bahwa jika siswa
materi pembelajran pasti berbeda- memahami materi yang disampaikan
beda. Ada siswa yang sudah paham maka siswa akan dapat
materi hanya dengan membaca buku, mengemukakan kembali
mendengarkan, tapi ada juga siswa pengetahuan yang dia peroleh.
yang memahami materi dengan cara Kemudian dalam kegiatan evalusi,
melihat contohnya. Oleh karena itu teori menyatakan bahwa “ evalusi
guru harus dapat melihat dalam satu menekankan pada hasil, dan evaluasi
kelas tersebut rata-rata siswanya menuntut jawaban benar. jawaban
dapat memahami materi dengan cara yang benar menunjukkan bahwa
seperti apa. Baru kemudian guru siswa telah menyelesaikan tugas
memutuskan untuk menggunkan cara belajarnya” (Endang Komara, 2014:
yang sesuai agar siswa memahami 9). Dari penjelasan diatas
materi yang disampaikan. Seperti menunjukkan bahwa teori kognitif
yang telah dijelaskan diatas bahwa, menurut Piaget sangat menekankan
siswa lebih paham ketika diberikan pada hasil akhir dari proses
contoh menggunakan film, maka pembelajaran yang telah
dalam penelitian kali ini peneliti dan berlangsung, kaitanya dengan
guru memanfaatkan media film. penelitian ini, bahwa penelitian ini
Dalam proses pembelajaran pada akhirnya bertujuan untuk
menggunkan media film, guru meningkatkan hasil belajar siswa dan
meminta siswa untuk mengamati hasilnya diperoleh dari tes evaluasi,
film yang ditayangakan kemudian jika jawaban siswa banyak yang
secara berkelompok mereka diminta benar maka siswa akan memperoleh
untuk mendiskusikan dan pada nilai yang tinggi dan pada akhirya
akhirnya masing-masing kelompok dapat menunjukkan peningkaatan
akan diminta untuk menyampaikan hasil belajar. Berdasarka teori
kognitif menurut Piaget dan data persentase ketuntasan pra siklus
hasil pelaksanakan penelitian ini, 9,375% menjadi 46,875% pada
maka dapat disimpulkan bahwa siklus I. Kemudian nilai rata-rata
memalui pemanfaatan media film kelas juga mengalami peningkatan
dalam mata pelajaran sosiologi di sebanyak 11, 3725 dari nilai rata-rata
kelas XI IIS 4 SMA Negeri 1 pra siklus 61,94 menjadi 73,3125
Banyudono dapat membatu untuk pada siklus I. Kemudian pada siklus
meningkatkan hasil belajar siswa. II juga mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan siklus I.
SIMPULAN DAN SARAN Persentase ketuntasan dari siklus I ke
Simpulan siklus II mengalami peningkatan
Berdasarkan hasil Penelitian sebanyak 28,125% dari persentase
Tindakan Kelas (PTK) yang ketuntasan siklus I 46,875% menjadi
dilaksanakan di kelas XI IIS 4 SMA 75% pada siklus II. Kemudian nilai
Negeri 1 Banyudono tahun telajaran rata-rata kelas juga mengalami
2016/2017, dengan memanfaat media peningkatan sebanyak 4,15625 dari
film dalam proses pembelajaran, nilai rata-rata siklus I 73,3125
maka dapat ditarik simpulan bahwa, menjadi 77,46875 pada siklus II.
pemanfaatan media film dalam Nilai masing-masing anak pada tiap
proses pembelajaran dapat siklusnya ada yang naik dan ada
meningkatkan hasil belajar siswa yang turun, namun secara
kelas XI IIS 4 SMA Negeri 1 keseluruhan nilai rata-ratanya
Banyudono. Hal tersebut terlihat dari mengalami peningkatan.
peningkatan persentase ketuntasan
dan peningkatan nilai rata-rata kelas Saran
siswa. Pada nilai pra siklus hanya Berdasarkan penelitian
9,375% siswa yang dinyatakan tuntas tindakan kelas yang telah
dengan nilai rata-rata kelas 61,94. dilaksanakan, maka dapat
Dalam pelaksanaan siklus I disampaikan beberapa saran sebagai
persentase ketuntasan mengalami bahan pertimbangan, anatara lain:
peningkatan sebanyak 37,5% dari
1. Bagi guru pengetahuan bahwa ada banyak
a. Guru hendaknya mengetahui media pembelajaran yang dapat
karakteristik siswanya dalam dimanfaatkan dalam proses
memahami materi pelajaran, pembelajaran.
sihingga guru dapat
mengetahui apa yang harus DAFTAR PUSTAKA
dia lakukan agar siswanya Komara, Endang. (2014). Belajar
dan Pembelajaran Interaktif.
dapat memahami materi yang
Bandung: PT Refika
disampaikan. Aditama
b. Guru hendaknya memberikan
Ratnawulan, Elis. dkk. (2015).
variasi media pembelajaran Evaluasi Pembelajaran.
Bandung: CV Pustaka
dalam proses pembelajaran.
Setia.
2. Bagi siswa
Sunarno. (2010). Upaya
Siswa hendaknya berani Meningkatkan Prestasi
menyampaikan keinginan Belajar Kompetensi Berbagai
Variasi Kelompok Sosial
mereka kaitannya dalam proses Dalam Pendekatan
pembelajaran, misalnya mereka Pembelajaran Bermedia
Vidio Compact Disk (VCD),
ingin diberikan variasi media Teknodika: Jurnal Penelitian
pembelajaran sehingga tidak Teknologi Pendidikan, 8
(2) 147.
hanya belajar dengan membaca
Sutirman, (2013). Media Dan Model-
buku dan maencari materi di Model Pembelajaran
tambahan di internet. Inovatif. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
3. Bagi sekolah
Sekolah hendaknya memberikan Undang-Undang No. 33 Tahun 2009
Tentang Perfilman.
dorongan kepada guru untuk http://www.bpi.or.id/
melaksanakan pembelajaran
yang maksimal, misalnya
dengan memberikan

Anda mungkin juga menyukai