Anda di halaman 1dari 7

BUKU JAWABAN UJIANUNIVERSITAS TERBUKA

1. PTK yang dilaksabkan oleh Bu Fitri di kelas 3 di SD “Tampi Asih”


a. Rancangan PTK

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)


PENGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING
UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPS SISWA KELAS III SD TAMPIL ASIH
TAHUN 2021

A. PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI


BELAJAR SISWA
B. BIDANG KAJIAN
Model pembelajaran Role Playing

C. PENDAHULUAN
Sejak tahun 1975 IPS secara resmi dipergunakan di Indonesia, ilmu pengetahuan

sosial di ambil dari kata social studies dan secara harapiah artinya ilmu sosial yang telah
lama digunakan di Sekolah Dasar di Amerika yang bertujuan untuk membantu peserta

didik mengetahui dan memahami bagai mana seluk beluk kehidupan sosial dimana

mereka tinggal dan membantu untuk mengetahui sisi ke manusiaan mereka, termasuk
didalamnya kebudayaan dankewarganegaraan.

Pendidikan IPS di Sekolah Dasar harus memperhatikan ke butuhan anak yang


berusia 6-12 tahun, anak dalam kelompok usia 7-11 tahun menurut Diage (1963) berada

dalam perkembangan kemampuan intelektual kognitifnya pada tingkat kognitif


oprasional. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan menghargai

tahun yang akan datang sebagi waktu yang masih jauh.Yang mereka pedulikan adalah

sekarang (kognitif), dan bukan masa depan yang belum mereka


pahami(absrtak).Padahal bahan materi IPS penuh dengan pesan-pesan yang bersifat

abstrak.
Dalam pola pendidikan pola lingkungan yang semakin luas pembelajaran IPS SD
akan dimulai dengan pengenalan diri (self), kemudian keluarga, tetangga, lingkungan
RT/RW-kelurahan / desa, kecamatan kota / kabupaten, propinsi, negara, negara
tetangga, kemudian dunia. Anak bukanlah sehelai kertas putih yang menunggu
untuk di tulis atau orang dewasa dalam format kecil yang dapat dimanipulasi sebagai
tenaga buruh yang murah, melainkan anak adalah entinitas yang unik, yang memiliki
berbagai potensi yang masih laten dan memerlukan proses serta sentuhan - sentuhan
tertentu dalam perkembangannya.
Ditingkat Sekolah Dasar pendidikan IPS bertujuan untuk mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan dasar siswa yang berguna untuk kehidupan sehari-
harinya dan berperan aktif atau berpartisipasi dalam pembangunan Indonesi dan
terlibat dalam pergaulan masyarakat dunia ( global society ). Dalam kenyataanya,
sangat sulit menerapkan Ilmu Pengetahuan Sosial didalam kelas. Hal ini pula yang
dihadapi penulis dalam kegiatan proses belajar mengajar didalam kelas SD Tampil
Asih pada materi JUAL BELI.
Hal ini dapat dilihat dari gejala – gejala yang penulis temukan di lapangan
1. Rasa ingin tahu siswa tentang pelajaran IPS rendah, terlihat dari sedikitsiswa yang
bertanya dan menjawab pertanyaan yang diberikan guru.
2. Dalam menjawab soal yang diberikan guru siswa lebih bayak menerkajawaban.
3. Ada juga siswa tidak dapat mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan
tuntas.
4. Siswa merasa kesulitan dalam menjawab tes evaluasi belajar.
Gejala – gejala tersebut menimbulkan masalah yang dihadapi peneliti yaituhasil
belajar siswa masih jauh di bawah kriteria ketuntasan minimal. Terlihat dari siklus I, II
dan III hasilnya masih sama tidak ada perubahan hasil belajar.
D. PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah penerapan model
pembelajaran role playing dapat meningkatkan hasil belajar IPS kelas III SD Tampi Asih?”
Pemecahan masalah dapat dilakukan dengan cara guru menerangkan materi pembelajaran
dengan memberikan contoh-contoh konkret, menggunakan alat peraga yang sesuai, tidak
menggunakan kata-kata yang asing yang sulit dipahami siswa, serta memberikan kesempatan
siswa bertanya dan berdiskusi kepada siswa, maka pemahaman siswa akan meningkat.
E. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah apakah dengan model pembelajaran role
playing dapat meningkatkan motivasi belajar IPS pada siswa kelas III SD Tampi Asih
F. MANFAAT HASIL PENELITIAN
1. Bagi siswa dapat menerima pelajaran yang disampaikan dengan cara yang
menyenangkan dan siswa dapat memahami materi yang disampaikan sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Bagi guru, guru dapat mengembangkan metode pembelajaran yang berbeda dari
biasanya.
3. Bagi sekolah, dengan adanya penelitian dapat dijadikan dasar bagi kepala sekolah
dalam mengambil kebijakan.
4. Bagi peneliti, dijadikan sebagai dasar penelitian lanjut.
G. KAJIAN PUSTAKA
Model pembelajaran bermain peran (role playing) titik tekananya terletak pada
keterlibatan emosional dan pengamatan indra ke dalam situasi masalah yang secara nyata
di alami (dihadapi). Menurut Syiful Bahri Djamarah dalam buku Guru dan anak didik dalam
interaksi edukatif (2000 : 199) model pembelajaran bermain peran adalah suatu cara
penguasan bahan pelajaran melalui pengembangan dan penghayatan anak didik.
Menurut Nana Sudjana dan Syaiful Bahri Djamarah dalam buku Neviyarni

S. (2005 ; 29) model pembelajaran role playing atau sosioderama dapat dikatakan
sama, yakni dalam pembahasan pembelajaran dengan cara mendramatisasikantingkah laku
dalam hubunganya dengan masalah sosial. Menurut Acep Yonny dan Sri Rahayu Yunus dalam
buku Begini Cara Menjadi Guru Inspiratif & disenangi siswa (2011 ; 111) model pembelajaran
role playing adalah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan
imajinatif, daya ekspresi danpenghayatan.
Maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran role playing adalah cara
penguasaan bahan pelajaran dengan cara mendramatisasikan tingkah laku dalam
hubungan pembelajaran yang akan disampaikan melalui pengembanganimajinasi, daya
ekspresi, penghayatan dan kreativitas anak.
Menurut Dr. Ekawarna, M.Psi langkah-langkah yang harus dilakukandalam
menggunakan model role playing adalah sebagai berikut :
1 Memilih situasi bermain peran
2 Mempersiapkan kegiatan bermain peran
3 Memilih peserta / pemain peran
4 Mempersiapkan penonton
5 Memainkan peran (melaksanakan kegiatan bermain peran)
6 Mendiskusikan dan mengevaluasi kegiatan bermain peran
H. RENCANA DAN PROPOSAL PENELITIAN
1. Subjek penilaian adalah seluruh siswa kelas kelas III,yangberjumlah 30 orang, jumlah
anak perempuan 12 orang dan 18 orang anak laki- laki. Penelitian dilakukan di SD
Tampi Asih dengan waktu penelitian yang direncanakan pada semester II minggu ke
dua bulan Maret sampai Mei 2021.
2. Prosedur PTK
Penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas (PTK) direncanakan sejak minggu
ke dua bulan maret 2021. Siklus ke I dilaksanakan pada tanggal 15 maret 2021. Siklus
ke II pada bulan April minggu ke pertama. Siklus ke III pada bulan Mei minggu
pertama. Penelitian tindakan kelas menurut Syahrilfuddin merupakan suatu bentuk
penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan - tindakan tertentu agar
dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di dalam kelas
secara profesional.
Langkah-langkah penelitian yang di lakukan terbagi dalam bentuk siklus
kegiatan mengacu pada model yang di adopsi dari hopkins dalam buku Arikunto,
(2008:16) dimana setiap siklus terdiri atas empat tahap kegiatan yaitu :
a) Perencanaan Tindakan
Masalah yang ditemukan di atasi dengan melakukan langkah-langkah
perencanaan tindakan yaitu menyusun instrumen penelitian berupa RPP,LKS,
soal tes, lembar observasi.
b)Pelaksanaan
Pada tahap ini di lakukan tindakan berupa pelaksanaan program pembelajaran,
pengambilan (pengumpulan data) lembar observasi dan hasil tes. Materi
pelajaran pada tahap pelaksanaan tindakan :memerankan tokoh cerita dalam
‘Penjual dan Pembeli’
c) Observasi,Refleksi,dan Evaluasi
Tahap ini dilakukan untuk mengumpulkan data-data dan menganalisa,
kemudian di ambil kesimpulan.
b. Menurut saya Bu Fitri tidak bisa melanjutkan PTK ke siklus berikutnya dikarenakan tidak adanya
perubahan hasil belajar yaitu hasilnya hasil belajar dari siklus 1-3 masih jauh di bawah kriteria
ketuntasan minimal.
2. Kasus Pak Indra seorang guru matematika kelas 5 SD Jati Luhur
a. Pak Indra melakukan analisis pembelajaran dengan cara wawancara langsung terhadap siswanya
tentang masalah yang ia hadapi selama proses pembelajaran. Dari hasil analisis ditemukan akar
penyebab masalah mengapa siswa tidak tertarik terhadap materi yang dibahas.
Akar penyebab masalahnya adalah sebagai berikut.
1) Cara mengajar Pak Indra terlalu formal, hampir tidak ada komunikasi dengan siswa.
Setelah selesai menjelaskan dengan satu rumus, langsung memberi latihan. Tidak ada pengantar
rumus-rumus ini dengan kehidupan nyata siswa.
2) Soal-soal yang diberikan terlalu sulit.
3) Siswa merasa tidak ada manfaatnya belajar matematika.
4) Pak Indra kurang kreatif dalam menyampaikan materi pembelajaran, seperti menggunakan alat
peraga.
5) Kurang adanya motivasi belajar dari guru terhadap siswa agar siswa tertarik dengan pelajaran
matematika.
b. Alternatif Tindakan Perbaikan
Pak Indra memulai pelajaran dengan menyapa siswa, tanya jawab sekitar keadaan siswa yang ada
hubungannya dengan topik yang akan disajikan, menggunakan alat peraga ketika menjelaskan
komponen/rumus baru, meminta siswa ikut meragakan, mengadakan tanya jawab, memberi latihan,
membahas Latihan Bersama-sama, serta memberikan penguatan verbal dan nonverbal terhadap
siswa yang memberikan respons yang bermakna.

3. Tabel Distribusi hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri 1 Alas
No. Skor (S) Frekuensi (F) % SxF
1. 90 5 16,7% 450
2. 85 5 16,7% 425
3. 80 4 13,3% 320
4. 75 5 16,7% 375
5. 70 3 10% 210
6. 65 3 10% 195
7. 60 5 16,7% 300
Jumlah 30 100% 2.275

a. Diket : Jumlah siswa (F) = 30 Siswa


Jumlah seluruh nilai (SxF) = 2.275
Dit : Nilai rata-rata?
Jwb : Nilai rata-rata = Jumlah Seluruh Nilai
Jumlah Siswa
= 2.275
30
= 75,83
Jadi, nilai rata-rata siswa adalah 75,83
b.
Grafik hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA
kelas V SD Negeri 1 Alas.
6

5
Jumlah 4
Siswa 3

0
50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100

Skor

4. Kesimpulan dan saran hasil PTK yang dilakukan oleh Pak Deni
a. Kesimpulan hasil PTK adalah Pak Deni melaksanakan PTK di kelas IV SD Suka mulia untuk
meningkatkan keterampilan “Membaca” dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Menggunakan model
pembelajaran cooperative learning dengan dua topik yang berbeda yaitu Membaca Pemahaman
Kritis dan Membaca Pemahaman Inferensial.
b. Saran saya, sebaiknya siswa disuruh memilih sesuai kemampuan yang dimiliki siswa itu sendiri,
kerena terkadang ada siswa yang kurang memahami topik yang sedang dibahas dan ada juga siswa
yang memahami topik tersebut, serta guru juga harus lebih kreatif saat melakukan proses
pembelajaran. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa dalam
pelajaran Bahasa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai