DI SUSUN OLEH
RIKE PANGESTIKA 121434061
BAB I
PENDAHULUAN
Ciri khas pendidikan saat ini adalah adanya perubahan paradigma tentang pendidikan
itu sendiri. Pendidikan di sekolah tidak lagi cukup hanya dengan mengajar peserta didik
membaca, menulis, dan berhitung, kemudian lulus ujian, dan nantinya mendapatkan
pekerjaan yang baik. Sekolah harus mampu mendidik peserta didik untuk mampu
memutuskan apa yang benar dan salah. Sekolah juga perlu membantu orang tua untuk
menemukan tujuan hidup setiap peserta didik. Di tengah-tengah perkembangan dunia yang
begitu cepat dan semakin kompleks dan canggih, prinsip-prinsip pendidikan untuk
membangun etika, nilai, dan karakter peserta didik tetap harus dipegang. (Edy)
Proses pengembangan nilai yang menjadi landasan dari karakter menghendaki proses
berkelanjutan yang dilakukan melalui pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang
berlaku. Pendidikan karakter yang diintegrasikan dalam pembelajaran IPA (sains) dapat
memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Pada dasarnya pendidikan
karakter merupakan bgian yang tidak terpisahkan dari IPA, karena salah satu hakikat IPA
berupa nilai atau sikap ilmiah yang merupakan termasuk dalam karakter. (Indriana dan Ani,
2012)
Kemendikbud (2013: 8) menjelaskan bahwa dalam Kurikulum 2013, setiap
pembelajaran wajib mencakup 4 kompetensi inti yang meliputi aspek sikap (keagamaan dan
sosial), pengetahuan, dan keterampilan (penerapan pengetahuan). Oleh karena itu, penilaian
di dalam kurikulum 2013 juga mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Zuchdi (2012,p.15) dalam jurnal Ani, 2015, menyatakan bahwa penilaian pendidikan
karakter juga harus dilakukan secara komprehensif atau holistic dengan ranah penilaian
meliputi pemikiran, perasaan, dan kebiasaan perilaku sehari hari (habit). Penilaian
perkembangan
pemikiran
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan
dilema
moral.
Perkembangan perasaan dapat dinilai dengan berbagai bentuk skala sikap atau wawancara.
Aktualisasi nilai dalam perilaku sehari hari agar menjadi habit dapat dilakukan melalui
pengamatan dalam proses pendidikan.
Sains dikembangkan sebagai pelajaran integrative science bukan sebagai pendidikan
disiplin ilmu. Sains berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berfikir, kemampuan
belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli, dan bertanggung jawab terhadap
lingkungan sosial dan alam (Kemendikbud: 2013: 4-5). Dengan kata lain pembelajaran sains
membelajarkan pengetahuan, sikap, karakter, dan keterampilan yang diajarkan secara
terpadu. ((Retno, Bambang, Jumadi dan Prodjosantoso, 2014)
Pembelajaran ilmu pengetahuan tidak lepas dari media dan bahan ajar yang
digunakan. Akan tetapi media dan bahan ajar yang beredar di lapangan belum sesuai dengan
harapan pemerintah kaitannya dengan materi ilmu pengetahuan (sains). Selain itu, media dan
bahan ajar yang umum dan sering digunakan berupa buku teks atau modul dengan ciri khas
banyak berisi tulisan atau penjelasan dengan kalimat dan sedikit disertai gambar yang
cenderung membuat peserta didik bosan dan kurang termotivasi, sebagaimana diungkapkan
oleh Daryanto bahwa peserta didik cenderung tidak menyukai buku teks apalagi yang tidak
disertai gambar dan ilustrasi yang menarik, dan secara empirik siswa cenderung menyukai
buku bergambar, penuh dengan warna, dan divisualisasikan dalam bentuk realistis atau
kartun. (Retno, Bambang, Jumadi dan Prodjosantoso, 2014)8
Oleh karena itu jika minat peserta didik berkurang, maka motivasi peserta didik untuk
belajar IPA juga berkurang sehingga akan berdampak pada hasil belajar. Hal tersebut
disebabkan karena motivasi memberikan sumbangan terhadap hasil belajar sebagaimana hasil
penelitian Ghullam Hamdu (2011) menunjukkan bahwa motivasi belajar berpengaruh sebesar
48,1% terhadap prestasi belajar IPA. hal tersebut didukung oleh hasil penelitian I Putu Wina
Yasa dkk (2013) bahwa peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih mudah
mengikuti proses pembelajaran karena merasa pembelajaran itu penting, sebaliknya peserta
didik dengan motivasi rendah terlihat tidak bergairah sehingga mengalami kesulitan
memahami konsep dan proses pembelajaran tidak kondusif. (Retno, Bambang, Jumadi dan
Prodjosantoso, 2014)
Salah satu upaya mengembangkan karakter dan pemahaman konsep sains peserta didik
yaitu dengan cara media pembelajaran yang menarik, contohnya komik. Sebagaimana
dikatakan Nana Sudjana & Ahmad Rivai (2011:68) bahwa peranan komik dalam pengajaran
adalah kemampuannya dalam meningkatkan minat belajar para peserta didik. Pemberian
pengalaman belajar yang menyenangkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Selain itu, penggunaan komik sains dalam pembelajaran membuat kegiatan pembelajaran
lebih menarik dan tidak membosankan. Sehinggga minat belajar peserta didik menjadi lebih
tinggi. (Retno, Bambang, Jumadi dan Prodjosantoso, 2014)
BAB II
ISI
A. Komik
Sebelum langsung ke penjabaran manga, ada baiknya kita bergerak dari kata dalam
Bahasa Indonesia, yaitu komik yang digunakan untuk menerjemahkan manga. Komik
merupakan kata serapan dari Bahasa Belanda yang berasal dari kata komiek yang artinya
pelawak. Kata komik, dijabarkan dengan kata-kata yang berbeda oleh para ahli, namun
intinya tidak jauh berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sesuai dengan pendapat ahli
tersebut, komik adalah alat komunikasi massa yang menggabungkan khayalan dan realitas
sosial, politik dan ideologi yang tumbuh dalam masyarakat pada zamannya, yang tak terlepas
dari budaya suatu bangsa. Literatur komik diupayakan para penciptanya untuk jauh dari
kesan menggurui, namun cukup mempengaruhi pembentukan mentalitas pembacanya.
Perpaduan antara huruf dan gambar yang sesuai merupakan rahasia kekuatan daya tarik
komik. Tidak hanya itu, ada kalanya suatu gambarpun telah dapat berperan sebagai kata-kata.
Di Indonesia, kata komik bersifat universal. Penggunaan kata komik tidak hanya terbatas
untuk menyatakan karya sastra bergambar buatan sastrawan domestik. Untuk sastrawan yang
menulis komik, disebut komikus.(Anonim, 2011)
Manga yang tadinya sangat dipengaruhi oleh komik Amerika sebagai salah satu kiblat
komik dunia, kini telah balik mempengaruhi komik Amerika. Oleh karena itu, manga ()
adalah istilah untuk menyebutkan komik dalam bahasa Jepang. Secara sederhana manga yang
terdiri dari dua kanji, diartikan sebagai gambar yang lucu. Di China, Hongkong dan Taiwan
kata dibaca manhua. Universitas Sumatera Utara Dan Korea yang memiliki hurufnya
sendiri, menyebut manga dengan manhwa. Pendapat para ahli yang digunakan untuk
menjelaskan komik, dapat juga digunakan untuk mejelaskan manga. Pada daerah di luar
Jepang seperti Indonesia, manga biasanya digunakan untuk menyebutkan komik buatan
Jepang. Kadang kala, untuk komik-komik yang gambarnya beraliran komik Jepang juga
disebut dengan manga. Dan untuk mereka pembuat manga, baik itu orang Jepang sendiri atau
kalangan di luar Bangsa Jepang, disebut dengan mangaka. Segala bentuk yang di Indonesia
dikenal sebagai komik, di Jepang juga mengenalnya sebagai manga. Manga menyajikan
cerita dengan khayalan-khayalan yang disajikan dikaitkan dengan realita keseharian. Hal
tersebut seperti, sekolah, situasi belajar, tentang kota, dan hal lainnya. Dalam setiap karyanya,
para mangaka selalu berusaha menghasilkan manga yang dapat menggugah perasaan para
pembacanya (Anonim, 2011)
Kata komik berasal dari bahasa Inggris comic yang berarti segala sesuatu yang lucu
serta bersifat menghibur ( Kamus Lengkap Inggris Indonesia, 1991).
Dalam jurnal
UNIKOM, 2010, Scott McCloud, Understanding Comics, 1993 menyatakan Sequential Art
(seni yang berurutan), demikian pakar komik Will Eisner menyebut komik. Gambar-gambar
jika berdiri sendiri dan dilihat satu persatu tetaplah hanya sebuah gambar, akan tetapi ketika
gambar tersebut disusun secara berurutan, meskipun hanya terdiri dari dua gambar, seni
dalam gambar tersebut berubah nilainya menjadi seni komik. (UNIKOM, 2010)
Cerita bergambar atau komik modern pertama kali terbit di Indonesia pada saat
munculnya media massa berbahasa Melayu-Cina pada masa penjajahan Belanda. Cerita
bergambar (cergam) Put On karya Kho Wan Gie (Sopoiku) pada tahun 1931 diharian Sin Po
adalah komik Indonesia yang pertama kali terbit. (UNIKOM, 2010 )
Komik merupakan suatu bentuk bacaan di mana peserta didik diharap mau membaca
tanpa perasaan terpaksa/harus dibujuk (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, 2005:68). Hal ini
tentunya tidak terlepas dari anggapan bahwa cerita komik lebih mudah dicerna dengan
bantuan gambar yang ada di dalamnya. Kelebihan dari bacaan yang berbentuk komik ini telah
banyak dimanfaatkan oleh negara-negara maju sebagai alat untuk meningkatkan minat baca
anak pada buku-buku pelajaran. Salah satu negara yang telah memanfaatkan komik sebagai
salah satu pendukung keberhasilan pendidikannya adalah Jepang (Indriana dan Ani, 2012).
Di negara Jepang, komik bukan merupakan benda asing yang digunakan sebagai
media dalam pembelajaran. Bahkan, beberapa buku sekolah di Jepang diterbitkan dalam
bentuk komik. Kenyataannya, komik menjadi media pembelajaran yang sangat efektif dan
sangat diminati siswa dengan gambar dan cara bertuturnya yang lugas. Selain di Jepang,
pemanfaatan komik sebagai media pembelajaran juga telah banyak dilakukan oleh praktisi
pembelajaran di Indonesia. Komik telah banyak dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran
di dalam kelas, maupun sebagai media penyuluhan bagi masyarakat mengenai topik-topik
tertentu. Saat ini, di Indonesia telah beredar komik pembelajaran yang dibukukan, tetapi lebih
banyak didominasi oleh komik untuk pembelajaran ilmu pengetahuan alam dan matematika.
Respon dari masyarakat terhadap komik pembelajaran ini positif dan komik pembelajaran ini
dianggap mampu membantu siswa untuk lebih mudah mempelajari konsep-konsep pelajaran
yang sebelumnya dianggap sulit untuk dipahami. (Indriana dan Ani, 2012)
Komik menggabungkan teks dan gambar dalam bentuk yang kreatif. Perpaduan inilah
yang membuat komik mudah untuk dipahami oleh semua orang dari segala usia. Sehingga
komik dapat menarik perhatian dan semangat siswa untuk belajar dan mengajari siswa untuk
menerjemahkan cerita ke dalam gambar, bahkan seolah-olah siswa dihadapkan pada konteks
yang nyata sehingga muncul efek yang membekas pada siswa dan dapat mengingat lebih
lama. Materi dalam komik dapat dijelaskan secara sungguh-sungguh, yang artinya bahwa
materi dalam bentuk gambar dapat menjelaskan keseluruhan cerita atau materi yang
dibarengi oleh ilustrasi gambar untuk mempermudah siswa dengan mengetahui bentuk atau
contoh kongkret apa maksud materi. (Wulandari dan Riza, 2012)
B. Karakter (sikap ilmiah)
Furqon (2011) menuliskan beberapa pengertian karakter yaitu (1) karakter adalah
gabungan sifat sifat kejiwaan akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari
yang lain, tabiat, watak. (kamus lengkap Bahasa Indonesia), (2) Karakter adalah sifat nyata
dan berbeda yang ditunjukkan oleh individu, (3) karakter adalah kepribadian ditinjau dari
titik tolak etis atau moral, (4) karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh individu. Dari
beberapa pendapat tersebut akhirnya disimpulkan bahwa karakter adalah kualitas atau
kekuatan mental atau moral , akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan keperibadian
khusus yang menjadi pendorong dan penggerak serta yang membedakan dengan individu
lain. Seseorang dikatakan berkarakter jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang
dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya. (Warsiti,
2010)
Menurut Achmad Mubarok (2011) karakter bisa dibentuk dan bisa berubah malalui
pendidikan. Pembentukan karakter sangat dipengaruhi oleh pendidikan dalam keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Menurut Adolf Heuken, dkk (1996) pembentukan karakter sebagai
pembentukan kepribadian dipengaruhi oleh enam unsur yaitu Tuhan, agama, keluarga,
masyarakat, sekolah dan perbedaan jenis kelamin. Selanjutnya dituliskan kepribadian adalah
pola menyeluruh semua kemampuan, perbuatan serta kebiasaan seseorang baik jasmani,
mental, rohani, emosional maupun sosialnya. Kepribadian yang mantap menunjukkan adanya
suatu kedewasaan yang memiliki ciri ciri tanggung jawab, mempunyai harga diri, mengenal
norma susila, loyal dalam masyarakat, mandiri dan merdeka. (hal . 59). Pembentukan
karakter melalui proses pendidikan dimulai dari anak anak terutama ketika anak menjalani
masa keemasan (golden age). Pembentukan karakter anak dimulai dari keluarga baru
mengharapkan siswa mampu memahami konsep, situasi dan fakta yang diketahui, serta dapat
menjelaskan dengan kata-kata sendiri sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya, dengan
tidak mengubah artinya. (Anonim, 2011)
Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar dalam Garis-garis Besar Program Pendidikan
(GBPP) kelas IV Sekolah Dasar dinyatakan: Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains
merupakan hasil kegiatan manusia yang berupa pengetahuan serta gagasan dan konsepkonsep yang terorganisasi tentang alam yang ada disekitar,dimana hal ini dapat diperoleh dari
pengalaman melalui dan serangkaian proses kegiatan ilmiah antara lain penyelidikan,
penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan. (Anonim, 2011)
Pendekatan Saintifik adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi,
menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan
berdasarkan teori tertentu. Kemendikbud (2013) memberikan konsepsi tersendiri bahwa
pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran didalamnya mencakup
komponen:
mengamati,
menanya,
menalar,
mencoba/mencipta,
mengamati,
mengklasifikasi,
mengukur,
meramalkan,
menjelaskan,
dan
Respon dari masyarakat terhadap komik pembelajaran ini positif dan komik pembelajaran ini
dianggap mampu membantu siswa untuk lebih mudah mempelajari konsep-konsep pelajaran
yang sebelumnya dianggap sulit untuk dipahami. (jurnal Indriana dan Ani, 2012)
Komik menggabungkan teks dan gambar dalam bentuk yang kreatif. Perpaduan inilah
yang membuat komik mudah untuk dipahami oleh semua orang dari segala usia. Sehingga
komik dapat menarik perhatian dan semangat siswa untuk belajar dan mengajari siswa untuk
menerjemahkan cerita ke dalam gambar, bahkan seolah-olah siswa dihadapkan pada konteks
yang nyata sehingga muncul efek yang membekas pada siswa dan dapat mengingat lebih
lama. Materi dalam komik dapat dijelaskan secara sungguh-sungguh, yang artinya bahwa
materi dalam bentuk gambar dapat menjelaskan keseluruhan cerita atau materi yang
dibarengi oleh ilustrasi gambar untuk mempermudah siswa dengan mengetahui bentuk atau
contoh kongkret apa maksud materi. (Wulandari dan Riza, 2012)
Eka Arif Nugraha (2013: 61) menyatakan bahwa komik sains merupakan salah satu
alternatif media bermain sambil belajar. Pemberian pengalaman belajar yang menyenangkan
dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Selain itu, penggunaan komik sains dalam
pembelajaran membuat kegiatan pembelajaran lebih menarik dan tidak membosankan.
Sehinggga minat belajar peserta didik menjadi lebih tinggi. Hasil penelitian I Putu Wina Yasa
dkk (2013) menunjukkan peserta didik yang belajar dengan menggunakan komik lebih
unggul dalam hal motivasi belajar dan pemahaman konsep. Tidak hanya itu, penelitian
Daryanto (2013: 27) mengatakan bahwa komik menyediakan cerita yang sederhana, mudah
ditangkap dan dipahami isinya sehingga sangat digemari oleh anak-anak ataupun orang
dewasa. Apabila media komik diintegrasikan dengan karakter melalui tokoh dan jalan cerita,
maka peserta didik akan mendapatkan contoh dan suri teladan yang baik dan patut dicontoh,
sehingga secara tidak langsung komik dapat menanamkan nilai, sikap, dan karakter. (Retno,
Bambang, Jumadi dan Prodjosantoso, 2014)
Hasil penelitian lain, media pembelajaran materi sistem saraf manusia yang sudah
digunakan dalam pembelajaran biologi di SMA Negeri I Bojong selama beberapa tahun
terakhir berupa chart sistem saraf manusia. Ke dua, proses pengembangan media
pembelajaran komik bergambar dilakukan dengan beberapa tahap yaitu tahap validasi,
simulasi, ujicoba di kelas XI IPA 1 dan revisi, sehingga dihasilkan media pembelajaran komik
bergambar pada strategi PQ4R materi sistem saraf manusia yang memadukan kekuatan
gambar dan tulisan, dirangkai dalam alur cerita yang menarik karena terdapat gambar visual
yang bisa menarasikan bacaan didalamnya. Ke tiga, media pembelajaran komik bergambar
pada materi sistem saraf manusia yang diaplikasikan dengan strategi PQ4R menumbuhkan
sikap positif siswa untuk membaca dan mempelajari materi sistem saraf yang bersifat abstrak
dengan kemauannya sendiri, siswa menjadi pembaca yang efektif , efisien, dan berdampak
pada peningkatan minat, aktivitas, dan hasil belajar siswa secara klasikal. (Ary, 2011)
E. Dampak Sikap dari membaca Komik
Darmiyati Zuchdi (2011: 22) bahwa pendidikan karakter dapat dilakukan menggunakan
pendekatan komprehensif yang meliputi inkulkasi (penanaman), keteladanan, fasilitasi, dan
pengembangan keterampilan. Penanaman pendidikan karakter dilakukan melalui ajakan dan
pemodelan karakater yang baik di dalam cerita komik. Keteladanan tercermin dari watak dan
aktivitas para tokoh dalam komik yang mengajak peserta didik untuk peduli terhadap
lingkungan, bertanggung jawab, gemar membaca, dan besyukur atas ciptaan Tuhan. Fasilitasi
dapat dilakukan dengan memberikan tat tertib dan aturan yang tegas atau memberikan hadiah
atau hukuman. Melalui media komik IPA peserta didik secara tidak langsung difasilitasi
untuk dapat memilah dan menerapkan karakter yang baik dan patut dicontoh di dalam
kehidupan sehari-hari sehingga melalui pembelajaran dengan media komik dapat
meningkatkan hasil belajar efektif. (Retno, Bambang, Jumadi dan Prodjosantoso, 2014)
Dari hasil penelitian (Ary, 2011) pembelajaran biologi menggunakan media komik
bergambar pada strategi PQ4R materi sistem saraf manusia dapat disimpulkan bahwa selain
media buku ajar dan chart sistem saraf manusia hasil pengembangan berupa media
pembelajaran komik bergambar materi system saraf manusia untuk pembelajaran yang
menggunakan strategi PO4R dapat menumbuhkan sikap positif siswa, meningkatnya minat
membaca, aktivitas, dan hasil belajar siswa secara klasikal serta dapat mejadi media
pembelajaran alternative. (Ary, 2011)
Nilai edukatif media komik dalam proses belajar mengajar tidak diragukan lagi. Menurut
Sudjana dan Rivai (2002:68) menyatakan media komik dalam proses belajar mengajar
menciptakan minat para peserta didik, mengefektifkan proses belajar mengajar, dapat
meningkatkan minat belajar dan menimbulkan minat apresiasinya. (Ary, 2011)
Rohani (1997:79) menyatakan bahwa komik merupakan suatu bentuk bacaan di mana
peserta didik membacanya tanpa harus dibujuk. Melalui bimbingan dari guru, komik dapat
berfungsi sebagai jembatan untuk menumbuhkan minat baca. Sujana dan Rivai (2010:68)
mangemukakan bahwa peran pokok dari buku komik dalam pengajaran adalah
kemampuannya dalam menciptakan minat para siswa, sehingga komik akan dapat menjadi
alat pengajaran yang efektif. Gambar-gambar kartun dalam komik biasanya memuat esensi
pesan yang harus disampaikan dan dituangkan dalam gambar sederhana dan tmenggunakan
simbol serta karakter yang mudah dikenal, juga dimengerti dengan cepat. Selain itu,
pemilihan media komik didasarkan pada suatu alasan bahwa tujuan mengajar di kelas bukan
hanya mentransformasikan pengetahuan saja, tetapi menumbuhkan peran aktif siswa. (Galuh,
2012)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Komik merupakan gabungan teks dan gambar dalam bentuk yang kreatif.
Materi dalam komik dapat dijelaskan secara sungguh-sungguh, yang artinya
bahwa materi dalam bentuk gambar dan teks dapat menjelaskan keseluruhan cerita
atau materi yang dibarengi oleh ilustrasi gambar dan teks untuk mempermudah
siswa mengetahui bentuk atau contoh kongkret apa maksud dari materi tersebut.
Media komik mampu meningkatkan penguasaan konsep sains dan pengembangan
karakter siswa itu sendiri, terutama dalam karakter sikap ilmiah.
Saran
Komik dapat digunakan untuk media berbagai macam materi sekolah tidak hanya
untuk sains.
Sebaiknya komik di buat semenarik mungkin untuk menarik minat baca siswa.
DAFTAR PUSTAKA
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0CCQQFjABah
UKEwjSutL6rPTHAhUIK4gKHXzIALM&url=http%3A%2F%2Fjournal.uny.ac.id
%2Findex.php%2Fjipi%2Farticle%2Fdownload
%2F4529%2F3901&usg=AFQjCNFk0HpBFqxdIjMg1E8XufTkCC0Fg&sig2=NDcQxmJ58-j_Qv2mqX0_3g diakses tanggal 1
september 2015
Anonim. 2011. Komik Jepang (manga) . Chapter II Journal, 28.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17147/3/Chapter%20II.pdf , diakses
tanggal 11 september 2015
Ary Nur Wahyuningsih . 2011 . Pengembangan Media Komik Bergambar Materi Sistem
Saraf Untuk Pembelajaran Yang Menggunakan Strategi Pq4r . Jurnal Pp Volume 1,
NO. 2 . Http://1533-3753-1-SM%20(1).pdf . diakses tanggal 12 september 2015
Edy Riyanto. Sikap ilmiah sebagai implementasi pendidikan karakter Pada pembelajaran
sains di sekolah dasar.
http://ejournal.ikippgrimadiun.ac.id/sites/default/files/3.10_Edy_Sikap%20Ilmiah
%20sbg%20Implementasi%20Pendidikan%20Karakter.pdf . diakses tanggal 11
september 2015
Galuh Cita Sagami . 2012 . Keefektifan Media Komik Tanpa Teks Dalam Pembelajaran
Menulis Dongeng Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Wates. Skripsi,
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA. Yogyakarta.
KBBI . http://kbbi.web.id/paham . diakses tanggal 12 september 2015
Lazim. M. 2013 . Penerapan Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Kurikulum 2013 .
Http://Penerapan%20Pendekatan%20Saintifik%20Dalam%20Pembelajaran
%20Kurikulum%202013.Pdf . Diakses Tanggal 12 September 2015
Listiyani. I. M. Dan Widayati. A. 2012 . Pengembangan Komik Sebagai Media Pembelajaran
Akuntansi Pada Kompetensi Dasar Persamaan Dasar Akuntansi Untuk Siswa Sma
Kelas Xi . Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 2.
http://core.ac.uk/download/pdf/12346193.pdf . Diakses tanggal 11 september 2015
Kartono . 2012 . Pengembangan Model Penilaian Sikap Ilmiah Ipa Bagi Mahasiswa Pgsd .
http://eprints.uns.ac.id/15202/1/Publikasi_Jurnal_(37).pdf . diakses tanggal 12
september 2015
Retno Puspitorini, A.K Prodjosantoso, Bambang Subali Dan Jumadi .2014 . Penggunaan
Media Komik Dalam Pembelajaran Ipa Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil
Belajar Kognitif Dan Afektif . http://eprints.uny.ac.id/20746/1/AK_Prodjosantoso
%20JURNAL%20Th-2%202014%20%282%29.pdf diakses tanggal 11 september
2015
UNIKOM. 2010. Perkembangan Komik .
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/598/jbptunikompp-gdl-fahliosman-29877-9babii.pdf . Diakses tanggal 12 september 2015
Lampiran