Perkakas pribadi
Halaman
Pembicaraan
Baca
Sunting
Sunting sumber
Lihat riwayat
Halaman Utama
Daftar isi
Perubahan terbaru
Artikel pilihan
Peristiwa terkini
Halaman baru
Halaman sembarang
Komunitas
Warung Kopi
Portal komunitas
Bantuan
Wikipedia
Tentang Wikipedia
Pancapilar
Kebijakan
Menyumbang
Hubungi kami
Bak pasir
Bagikan
Facebook
Twitter
Perkakas
Pranala balik
Perubahan terkait
Halaman istimewa
Pranala permanen
Informasi halaman
Kutip halaman ini
Butir di Wikidata
Pranala menurut ID
Sunting pranala interwiki
Cetak/ekspor
Buat buku
Unduh versi PDF
Versi cetak
Bahasa
Di Wikipedia ini, pranala bahasa terletak di bagian atas halaman di sebelah judul artikel.
Pergi ke paling atas.
Daftar isi
Awal
Referensi
Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan
humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah
dan pedagogik/psikologis untuk tujuan pendidikan.[1]
Definisi tersebut berlaku untuk pendidikan dasar dan menengah. Sedangkan untuk perguruan
tinggi atau Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), Prof. Dr. Nu'man Somantri,
pakar IPS Indonesia, menggunakan kata seleksi.
Adanya kedua definisi tersebut, berimplikasi bahwa Pendidikan IPS dapat dibedakan menjadi
"Pendidikan IPS sebagai mata pelajaran" dan "Pendidikan IPS sebagai kajian akademik".
Pendidikan IPS sebagai mata pelajaran diterapkan dalam kurikulum di sekolah mulai jenjang
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), hingga Sekolah Menengah
Atas/Kejuruan (SMA/SMK). Pendidikan IPS di jenjang persekolahan erat kaitannya dengan
disiplin ilmu sosial yang terintegrasi dengan pengetahuan lain yang dikemas secara ilmiah
dan pedagogis untuk kepentingan pembelajaran.
IPS di sekolah pada dasarnya bertujuan mempersiapkan peserta didik sebagai warga negara
yang baik (good citizenship). Sebagai warga negara yang baik, peserta didik harus menguasai
pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitude dan values) yang
dapat digunakan untuk memecahkan masalah pribadi maupun sosial serta dapat mengambil
keputusan untuk berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat di tingkat lokal, regional, maupun
global.[2]
Sejak tahun 1970-an, Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial mulai dikenal di Indonesia sebagai
hasil kesepakatan komunitas akademik. Pengertian IPS dalam istilah asing lebih dikenal
dengan nama Social Studies. Pengertian social studies yang paling berpengaruh hingga akhir
abad ke-20 adalah definisi yang dikemukakan Edgar Wesley pada tahun 1937. Wesley
mengatakan bahwa "Pendidikan IPS adalah ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan-
tujuan pedagogi."[3] Di Indonesia, perkembangan social studies atau IPS tidak lepas dari
peranan Profesor Muhamad Nu'man Somantri yang merumuskan definisi Pendidikan IPS
yang disampaikan dalam forum Komunikasi II Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu-Ilmu
Sosial Indonesia (HISPISI).
Pendidikan IPS sebagai Pendidikan Disiplin Ilmu
Pendidikan IPS sebagai pendidikan disiplin ilmu dengan bidang kajian eklektik. Gagasan IPS
sebagai pendidikan disiplin ilmu banyak disuarakan oleh Numan Somantri dalam berbagai
forum akademik. IPS memiliki kekhasan sebagai pendidikan disiplin ilmu, yakni kajiannya
bersifat terpadu (integrated), interdisipliner, dan multidimensional. Pendidikan IPS yang baru
dikenalkan dan dikembangkan dalam kurikulum Indonesia di awal tahun 1970-an, kini
semakin berkembang, sejalan dengan perkembangan pemikiran di negara maju.
Tujuan pendidikan IPS menurut Gross dalam Al Muchtar (2001) adalah mempersiapkan
peserta didik menjadi warga negara yang baik dalam masyarakat yang demokratis.[5]
Strategi ini berasal dari W.J.J Gordon yang merupakan strategi (teknik) berpikir kreatif
menggunakan analogi dan metafora (kiasan) untuk membantu pemikir menganalisis masalah
dan mengembangkannya dari berbagai sudut. Terdapat tiga jenis analogi yang digunakan
dalam sinektik yaitu: (1) analogi fantasi, (2) analogi langsung, (3). analogi pribadi. Yang
paling banyak digunakan dalam pembelajaran adalah analogi fantasi. Dalam analogi fantasi,
siswa mencari pemecahan masalah ideal untuk mencari solusi bahkan yang aneh-aneh, tidak
lazim tapi menarik.
2. Strategi sosiodrama
Studi Wisata adalah suatu prosedur pembelajaran yang memberikan pengamatan langsung
tentang fenomena dan kumpulan data di tempat sebenarnya. Studi wisata merupakan strategi
pembelajaran dengan datang dan mengamati langsung objek pembelajaran. Hal ini berbeda
dengan studi pustaka atau studi ke perpustakaan. Tujuan dari studi wisata adalah mempelajari
sesuatu objek baik objek sejarah, geografi secara konkret, menggunakan pengalaman sensori
dan melatih murid dalam menerapkan metodologi riset. Melalui studi wisata ini, siswa tidak
hanya belajar hafalan semata melainkan melakukan riset bersama langsung ke tempat yang
dituju.
Strategi inkuiri sosial pada hakekatnya sebagai suatu strategi pengembangan kemampuan
siswa untuk melakukan penyelidikan dan merefleksikan sifat kehidupan sosial terutama
sebagai latihan hidup langsung di masyarakat. Pendekatan strategi ini bertolak dari suatu
keyakinan bahwa dalam rangka pengembangan kemampuan siswa secara independen,
penyelidikan masalah-masalah sosial sangat diperlukan sebagai partisipasi aktif
warganegara / warga masyarakat. Siswa dan sekolah sebagai bagian dari masyarakat juga
harus berkontribusi dalam pemikiran dalam menghadapi permasalahan dalam kehidupan
nyata di masayarakat. Sekolah tidak hanya berkewajiban untuk memelihara nilai-nilai di
masyarakat, tetapi juga harus memberikan keaktifan kepada siswa yang secara kritis dalam
menghadapi masalah-masalah sosial yang muncul.
Pada jenjang SMP/MTs mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan
ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diharapkan dapat menjadi warga negara
Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab serta warga dunia yang cinta damai. Materi
disajikan terpadu, tidak dipisah dalam kelompok Geografi, Sejarah, Ekonomi, Sosiologi.
Terdapat empat hal penting dalam perkembangan IPS pada kurikulum 2013 yakni:
a. Bahwa IPS untuk SMP/MTs objek kajianya merupakan isu-isu sosial, dengan unsur
kajianya dalam konteks peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi. Hal ini dapat dipahami
karena isu-isu sosial dalam konteks peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi pada hakikatnya
menggambarkan dunia nyata (peristiwa) dan struktur keilmuan (fakta, konsep dan
generalisasi).
b. Tema yang dikaji dalam IPS adalah fenomena-fenomena yang terjadi di dalam
masyarakat baik masa lalu, masa sekarang maupun kecenderungan masa yang akan datang.
Hal ini maksudnya adalah bahwa dalam kajian pembelajaran IPS tidak lepas dari proses masa
lalu yang berkesinambungan maupun perubahan dengan masa sekarang serta dapat diprediksi
kecenderungan untuk masa depan.
d. Tujuan pembelajaran IPS adalah agar peserta didik menjadi warga negara Indonesia
yang demokratis, bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
Referensi
1.
Kategori:
Pendidikan
Pendidikan sosial
Ilmu pendidikan sosial