Anda di halaman 1dari 7

Lompat ke isi

Buka/tutup bilah samping

 Buat akun baru

Perkakas pribadi


 Halaman
 Pembicaraan

 Baca
 Sunting
 Sunting sumber
 Lihat riwayat

 Halaman Utama
 Daftar isi
 Perubahan terbaru
 Artikel pilihan
 Peristiwa terkini
 Halaman baru
 Halaman sembarang

Komunitas

 Warung Kopi
 Portal komunitas
 Bantuan

Wikipedia

 Tentang Wikipedia
 Pancapilar
 Kebijakan
 Menyumbang
 Hubungi kami
 Bak pasir

Bagikan

 Facebook
 Twitter

Perkakas
 Pranala balik
 Perubahan terkait
 Halaman istimewa
 Pranala permanen
 Informasi halaman
 Kutip halaman ini
 Butir di Wikidata
 Pranala menurut ID
 Sunting pranala interwiki

Cetak/ekspor

 Buat buku
 Unduh versi PDF
 Versi cetak

Bahasa

Di Wikipedia ini, pranala bahasa terletak di bagian atas halaman di sebelah judul artikel.
Pergi ke paling atas.

Daftar isi

Awal

Pendidikan IPS sebagai Pendidikan Disiplin Ilmu

Tradisi Social Studies

Strategi Pembelajaran IPS

IPS dalam Kurikulum 2013


Referensi

Ikuti Wikipedia bahasa Indonesia di Facebook, Twitter, Instagram, dan


Telegram

Pendidikan ilmu pengetahuan sosial


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan
humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah
dan pedagogik/psikologis untuk tujuan pendidikan.[1]

Definisi tersebut berlaku untuk pendidikan dasar dan menengah. Sedangkan untuk perguruan
tinggi atau Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), Prof. Dr. Nu'man Somantri,
pakar IPS Indonesia, menggunakan kata seleksi.

Adanya kedua definisi tersebut, berimplikasi bahwa Pendidikan IPS dapat dibedakan menjadi
"Pendidikan IPS sebagai mata pelajaran" dan "Pendidikan IPS sebagai kajian akademik".

Pendidikan IPS sebagai mata pelajaran diterapkan dalam kurikulum di sekolah mulai jenjang
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), hingga Sekolah Menengah
Atas/Kejuruan (SMA/SMK). Pendidikan IPS di jenjang persekolahan erat kaitannya dengan
disiplin ilmu sosial yang terintegrasi dengan pengetahuan lain yang dikemas secara ilmiah
dan pedagogis untuk kepentingan pembelajaran.

IPS di sekolah pada dasarnya bertujuan mempersiapkan peserta didik sebagai warga negara
yang baik (good citizenship). Sebagai warga negara yang baik, peserta didik harus menguasai
pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitude dan values) yang
dapat digunakan untuk memecahkan masalah pribadi maupun sosial serta dapat mengambil
keputusan untuk berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat di tingkat lokal, regional, maupun
global.[2]

Sejak tahun 1970-an, Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial mulai dikenal di Indonesia sebagai
hasil kesepakatan komunitas akademik. Pengertian IPS dalam istilah asing lebih dikenal
dengan nama Social Studies. Pengertian social studies yang paling berpengaruh hingga akhir
abad ke-20 adalah definisi yang dikemukakan Edgar Wesley pada tahun 1937. Wesley
mengatakan bahwa "Pendidikan IPS adalah ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan-
tujuan pedagogi."[3] Di Indonesia, perkembangan social studies atau IPS tidak lepas dari
peranan Profesor Muhamad Nu'man Somantri yang merumuskan definisi Pendidikan IPS
yang disampaikan dalam forum Komunikasi II Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu-Ilmu
Sosial Indonesia (HISPISI).
Pendidikan IPS sebagai Pendidikan Disiplin Ilmu
Pendidikan IPS sebagai pendidikan disiplin ilmu dengan bidang kajian eklektik. Gagasan IPS
sebagai pendidikan disiplin ilmu banyak disuarakan oleh Numan Somantri dalam berbagai
forum akademik. IPS memiliki kekhasan sebagai pendidikan disiplin ilmu, yakni kajiannya
bersifat terpadu (integrated), interdisipliner, dan multidimensional. Pendidikan IPS yang baru
dikenalkan dan dikembangkan dalam kurikulum Indonesia di awal tahun 1970-an, kini
semakin berkembang, sejalan dengan perkembangan pemikiran di negara maju.

Program pembelajaran IPS harus mampu memberikan pengalaman-pengalaman belajar yang


berorientasi pada aktivitas belajar peserta didik, Pelibatan peserta didik dalam aktivitas
belajar agar mereka memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam lingkungan belajar
yang dibuat sebagaimana realitas yang sesungguhnya.[4]

Tujuan pendidikan IPS menurut Gross dalam Al Muchtar (2001) adalah mempersiapkan
peserta didik menjadi warga negara yang baik dalam masyarakat yang demokratis.[5]

Tradisi Social Studies


Ada tiga tradisi dalam social studies, menurut Robert Bart, James Barth dan Samuel J.
Shermis, yaitu:

1. IPS sebagai transmisi kewarganegaraan (Social Studies taught as Citizenship


Transmission)
2. IPS sebagai ilmu-ilmu sosial (Social Studies taught as Social Science)
3. IPS sebagai penelitian mendalam (Social Studies taught as Reflective Inquiry)

Strategi Pembelajaran IPS


Terdapat empat kategori strategi pembelajaran IPS sebagai berikut:[6]

Strategi pembelajaran yang menunjang kreativitas guru, di antaranya adalah:

1.      Strategi Sinektik (Synectics)

Strategi ini berasal dari W.J.J Gordon yang merupakan strategi (teknik) berpikir kreatif
menggunakan analogi dan metafora (kiasan) untuk membantu pemikir menganalisis masalah
dan mengembangkannya dari berbagai sudut. Terdapat tiga jenis analogi yang digunakan
dalam sinektik yaitu: (1) analogi fantasi, (2) analogi langsung, (3). analogi pribadi. Yang
paling banyak digunakan dalam pembelajaran adalah analogi fantasi. Dalam analogi fantasi,
siswa mencari pemecahan masalah ideal untuk mencari solusi bahkan yang aneh-aneh, tidak
lazim tapi menarik.

2.     Strategi sosiodrama

Sosiodrama pada hakekatnya merupakan usaha pembelajaran untuk memainkan kembali


suatu insiden historis ataupun peristiwa-peristiwa sejarah.  Sosiodrama juga dapat
menggambarkan secara artistik seluruh proses kehidupan manusia, merefleksikan hidup
dalam pertentangan tokoh, gerakan sosial, atau moral yang timbul. Dalam sosiodrama
didasarkan pada karya kreatif untuk menampilkan kehidupan dari gambaran yang tak lengkap
menjadi bentuk yang hidup dan bergairah dalam realitas yang obyektif. Dalam Sosiodrama
tedapat komponen-komponen kegiatan: (1) menentukan tujuan pembelajaran, (2) menentukan
topik, (3) menentukan/memilih peran, (4) pemeranan adegan, (5) diskusi/evaluasi pemeranan.
Sosiodrama dapat dikatakan sebagai alat pendidikan dalam menghayati karakter
tokoh/pameran yang dimainkan tentunya tidak lepas dari upaya karakterisasi nilai-nilai
kejuangan yang diperankan siswa, yang pada gilirannya diharapkan adanya transfer of
learning pada pribadi siswa.

3.      Strategi Studi Ekskursi Perjalanan

Studi Wisata adalah suatu prosedur pembelajaran yang memberikan pengamatan langsung
tentang fenomena dan kumpulan data di tempat sebenarnya. Studi wisata merupakan strategi
pembelajaran dengan datang dan mengamati langsung objek pembelajaran. Hal ini berbeda
dengan studi pustaka atau studi ke perpustakaan. Tujuan dari studi wisata adalah mempelajari
sesuatu objek baik objek sejarah, geografi secara konkret, menggunakan pengalaman sensori
dan melatih murid dalam menerapkan metodologi riset. Melalui studi wisata ini, siswa tidak
hanya belajar hafalan semata melainkan melakukan riset bersama langsung ke tempat yang
dituju.

4.     Strategi Inkuiri Sosial

Strategi inkuiri sosial pada hakekatnya sebagai suatu strategi pengembangan kemampuan
siswa untuk melakukan penyelidikan dan merefleksikan sifat kehidupan sosial terutama
sebagai latihan hidup langsung di masyarakat. Pendekatan strategi ini bertolak dari suatu
keyakinan bahwa dalam rangka pengembangan kemampuan siswa secara independen,
penyelidikan masalah-masalah sosial sangat diperlukan sebagai partisipasi aktif
warganegara / warga masyarakat. Siswa dan sekolah sebagai bagian dari masyarakat juga
harus berkontribusi dalam pemikiran dalam menghadapi permasalahan dalam kehidupan
nyata di masayarakat. Sekolah tidak hanya berkewajiban untuk memelihara nilai-nilai di
masyarakat, tetapi juga harus memberikan keaktifan kepada siswa yang secara kritis dalam
menghadapi masalah-masalah sosial yang muncul.

IPS dalam Kurikulum 2013


Perkembangan IPS dalam Kurikulum 2013, untuk jenjang SMP IPS merupakan mata
pelajaran yang mengkaji tentang isu-isu sosial dengan unsur kajiannya dalam konteks
peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi. Tema yang dikaji dalam IPS adalah fenomena-
fenomena yang terjadi pada masa lalu, masa sekarang, dan kecenderungan pada masa
mendatang.[7]

Pada jenjang SMP/MTs mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan
ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diharapkan dapat menjadi warga negara
Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab serta warga dunia yang cinta damai. Materi
disajikan terpadu, tidak dipisah dalam kelompok Geografi, Sejarah, Ekonomi, Sosiologi.

Terdapat empat hal penting dalam perkembangan IPS pada kurikulum 2013 yakni:
a.      Bahwa IPS untuk SMP/MTs objek kajianya merupakan isu-isu sosial, dengan unsur
kajianya dalam konteks peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi. Hal ini dapat dipahami
karena isu-isu sosial dalam konteks peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi pada hakikatnya
menggambarkan dunia nyata (peristiwa) dan struktur keilmuan (fakta, konsep dan
generalisasi).

b.     Tema yang dikaji dalam IPS adalah fenomena-fenomena yang terjadi di dalam
masyarakat baik masa lalu, masa sekarang maupun kecenderungan masa yang akan datang.
Hal ini maksudnya adalah bahwa dalam kajian pembelajaran IPS tidak lepas dari proses masa
lalu yang berkesinambungan maupun perubahan dengan masa sekarang serta dapat diprediksi
kecenderungan untuk masa depan.

c.      Materi IPS terdiri atas geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi

d.     Tujuan pembelajaran IPS adalah agar peserta didik menjadi warga negara Indonesia
yang demokratis, bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

Referensi
1.

 Somantri, Numan. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Remaja


Rosdakarya.
  Sapriya (2009). Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
  Wesley, Edgar Bruce. (1950), Teaching Social Studies in high School. Lexington,
D.C.: Heath and Company.
  Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI (2009). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan:
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Imtima.
  Al Muchtar, Suwarma. (2001). Epistemologi Pendidikan IPS. Bandung: Gelar Pustaka
Mandiri.
  Supardan, Dadang (2014). Pendidikan IPS: Perspektif filosofi, Kurikulum dan
Pembelajaran. Bandung: Prodi IPS Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan
Indonesia. hlm. 188–190.

7.  Supardan, Dadang (2014). Pendidikan IPS: Perspektif filosofi, Kurikulum dan


Pembelajaran. Bandung: Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.
hlm.  20.

Kategori:

 Pendidikan
 Pendidikan sosial
 Ilmu pendidikan sosial

 Halaman ini terakhir diubah pada 9 Juni 2022, pukul 02.43.


 Teks tersedia di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa; ketentuan
tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.
 Kebijakan privasi
 Tentang Wikipedia
 Penyangkalan
 Tampilan seluler
 Pengembang
 Statistik
 Pernyataan kuki

Anda mungkin juga menyukai