Anda di halaman 1dari 5

Nama : Almira Cahya S

Nim : F1319004
Kelas : S1 Akuntansi Transfer/ A

BAB 3
SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM

A. Pendahuluan
Ilmu ekonomi islam sebagai studi ilmu pengetahuan modern baru muncul pada tahun
1970-an, tetapi pemikiran tentang ekonomi islam telah muncul sejak islam diturunkan
melalui Nabi Muhammad Saw. Setelah abad akhir 6M – awal abad 7M banyak sarjana
muslim yang memberikan kontribusi karya pemikiran ekonomi.
B. Perekonomian di Masa Rasulullah Saw (571-632M)
Rasulullah baru membangun perekonomian pada periode Madinah, membangun
masyarakat yang sejahtera dan beradab. Perekonomian pada masa ini masih relatif
sederhana, tetapi sudah ada prinsip-prinsip mendasar bagi pengelolaan ekonomi. Karakter
umum perekonomian pada masa itu antara lain :
- Komitmen yang tinggi terhadap etika dan norma
- perhatian yang besar terhadap keadilan dan pemerataan kekayaan
- usaha ekonomi harus dilakukan secara etis dalam bingkai syariah islam, sedangkan
sumber daya ekonomi harus beredar bagi kesejahteraan seluruh umat.
- Pasar menduduki peranan penting sebagai mekanisme ekonomi, tetapi pemerintah dan
masyarakat juga bertindak aktif dalam mewujudkan kesejahteraan dan menegakkan
keadilan. Untuk menjaga agar mekanisme pasar tetap berada dalam bingkai etika dan
moralitas islam Rasulullah mendirikan Al-Hisbah yaitu institusi yang bertugas sebagai
pengawas pasar, selain itu juga dibentuk Baitul Maal yaitu institusi yang bertindak
sebagai pengelola keuangan negara.
Rasulullah Saw mengawali pebangunan Madinah tanpa sumber keuangan yang pasti,
distribusi kekayaan juga masih timpang. Rasulullah Saw mempersaudarakan kaum
Muhajirin dan Anshar sehingga terjadi resdistribusi kekayaan. Selanjutnya untuk memutar
roda perekonomian, Rasulullah mendorong kerja sama usaha di antara anggota masyarakat
(muzaraah, mudharabah, musaqah, dll). Sejalan dengan perkembangan masyarakat
muslim, maka penerimaan negara juga meningkat.
Sumber-sumber penerimaan negara
Dari kaum muslim Dari kaum non- Umum
muslim
1. Zakat 1. jizyah 1. ghanimah
2. Ushr (5-10%) 2. kharaj 2. fay
3. Ushr (2,5%) 3. ushr (5%) 3. uang tebusan
4. Zakat fitrah 4. pinjaman dari kaum muslim
5. Wakaf atau non muslim
6. Amwal Fadila 5. hadiah dari pemimpin atau
7. Nawaib pemerintah negara lain
8. Shadaqah yang lain
9. khumus

Peranan negara dalam menjaga kesejahteraan rakyatnya tercermin dari distribusi


pengeluaran negara
Primer Sekunder
1. biaya pertahanan, seperti : 1. bantuan untuk orang yang belajar
persenjataan, unta, kuda dan agama di Madinah
persediaan 2. hiburan untuk para delegasi
2. penyaluran zakat dan ushr kepada keagmaan
yang berhak menerimanya menurut 3. hiburan untuk para utusan suku dan
ketentuan Alquran negara serta biaya perjalanan
3. pembayaran gaji untuk wali, qadi, mereka. Pengeluaran untuk duta-
guru, imam, muadzin, dan pejabat duta negara
negara lainnya 4. hadiah untuk pemerintah negara
4. pembayaran upah para lain
sukarelawan 5. pembayaran untuk kaum muslimin
5. pembayaran utang negara yang menjadi budak
6. bantuan untuk musafir (dari daerah 6. pembayarn denda atas mereka
Fadak) yang terbunuh secara tidak sengaja
oleh pasukan muslim
7. pembayaran utang orang yang
meninggal dalam keadaan miskin
8. tunjangan untuk sanak saudara
Rasulullah Saw
9. pengeluaran rumah tangga
Rasulullah Saw (hanya sebagian
kecil)
10. persediaan darurat (sebagian dari
pendapatan perang Khaibar) c

C. Perekonomian di Masa Khulafaurrasyidin


Para Khulafaurrasyidin merupakan penerus kepemimpinan Nabi Muhammad Saw,
karenanya kebijakan mereka tentang perekonomian adalah melanjutkan dasar-dasar yang
dibangun Rasulullah Saw.
1. Abu Bakar Siddiq (51SH-13H/537-634M)
Banyak dijumpai masalah terkait pengumpulan zakat, masyarakat enggan membayar
zakat. Beliau membangun lagi Baitul Maal dan meneruskan sistem pendistribusian
harta untuk rakyat. Selain itu, beliau juga mempelopori sistem penggajian bagi aparat
negara.
2. Umar bin Khattab (40SH-23H/584-644M)
Paling banyak melakukan inovasi dalam perekonomian, seperti perkembangan pada
sektor pertanian, membangun saluran irigasi, membangun pasar-pasar di daerah
pedalaman, membangun Baitul Mall yang reguler dan permanen di ibu kota,
mendirikan diwan islam yang pertama dengan nama al-Diwan yaitu kantor yang
ditujukan untuk membayar tunjangan-tunjangan angkatan perang dan pensiun serta
tunjangan lainnya dalam basis yang reguler dan tepat.
3. Usman bin Affan (47SH-35H/577-656M)
Permasalahan ekonomi semakin rumit, sejalan dengan semakin luasnya wilayah
negara islam. Pemasukan negara dari zakat, jizyah dan rampasan perang semakin
banak.
Dalam pemerintahan Usman, komposisi kelas sosial di dalam masyarakat berubah
sedemikian cepat, yang kemudian menimbulkan masalah sosial politik yang berbuah
konflik. Tidak mudah mengakomodasi orang kota yang cepat kaya karena adanya
peluang-peluang baru yang terbuka menyusul ditaklukannya provinsi-provinsi baru.
4. Ali bin Abi Thalib (23SH-40H/600-661M)
Ali mengelola perekonomian dengan hati-hati. Ia secara sukarela menarik dirinya dari
daftar penerima dana bantuan Bitul Mall dan memberikan 5.000 dirham setiap
tahunnya. Ali sangat ketat menjalankan perekonomian negara. Salah satu upayanya
yaitu mencetak mata uang sendiri atas nama pemerintah islam.
D. Pemikiran Ekonomi Islam
1. Periode pertama/ fondasi (masa awal islam-450H/1058M)
Pada periode ini banyak sarjana muslim yang hidup bersama para sahabat Rasulullah dan
para tabi’in sehingga dapat memperoleh referensi ajaran islam yang autentik. Beberapa di
antara mereka antara lain :
a. Abu Hanifa (80-150H/699-767M)
- Beliau merupakan ahli hukum agama islam yang meninggalkan beberapa karya tulis,
antara lain Al-Makharif fi Al-Fiqh, Al-Musnad, dan Al-Fiqh Al-Akbar.
- Menyumbangkan beberapa konsep ekonomi, salah satunya adalah salam yaitu suatu
bentuk transaksi dimana antara pihak penjual dan pembeli sepakat bila barang yang
dibeli dikirimkan setelah dibayar secara tunai pada waktu kontrak disepakati.
- Salah satu kebijakannya adalah menghilangkan ambiguitas dan perselisihan dalam
masalah transaksi. Contohnya murabahah dimana persentase kenaikan harga
didasarkan atas kesepakatan penjual dan pembeli terhadap harga pembelian yang
pembayarnnya diangsur.
b. Abu Yusuf (113-182H/731-798M)
- Merupakan fuqaha pertama yang memiliki buku atau kitab yang secara khusus
membahas masalah ekonomi, dengan judul Al-Kharaj yang membahas ekonomi
publik, khususnya tentang perpajakan dan peran negara dalam pembangunan ekonomi.
- Dalam pemerintahannya, beliau menyusun kaidah fiqh yaitu Tasarruf al-imam ‘ala
Ra’iyyah Manutun bi al-Mashlahah (setiap tindakan pemerintah yang berkaitan
dengan rakyat senantiasa terkait dengan kemashlahatan mereka).
- Menekankan pada prindip keadilan, kewajaran dan penyesuaian terhadap kemampuan
membayar dalam perpajakan, srta perlunya akuntabilitas dalam pengelolan keuangan
negara.
c. Muhammdan bin Al-Hasan Al0Shaybani (132-189H/750-804M)
- Menulis buku atau kitab al-iktisab fiil Rizq al-Mustahab membahas aturan syariat
tentang ijarah, tijarah, ziraah dan sinaah.
- Buku atau kitab yang kedua berjudul al Asl membahas berbagai bentuk transaksi atau
kerja sama dalam bisnis, misalnya salam, sharikah, mudharabah.
d. Abu Ubayd Al-Qasim Ibn Sallam (w. 224H/838M)
- Menulis buku yang berjudul Al-Amwal membahas keuangan publik atau kebijakan
fiskal secara komprehensif. Misalnya tentang hak dan kewajiban neara, pengumpulan
dan penyaluran zakat dan sumber penerimaan negara lainnya.
e. Harith bin Asad Al-Muhasibi (w. 243H/ 859M)
- Menulis buku yang berjudul Al-Makasib yang membahas cara-cara memperoleh
pendapatan sebagai mata pencaharian melalui perdagangan, industri dan kegiatan
ekonomi produktif lainnya. Pendapatan harus diperoleh secara baik, laba dan upah
tidak boleh dibayarkan secara zalim, tidak menarik diri dari kegiatan.
f. Ibn Miskwaih (w. 421H/1030m)
- membahas pertukaran barang dan jasa serta peranan uang.
g. Mawardi (w. 450H/1058M)
- Buku pertama berjudul Al-Ahkam al-Sulthoniyyah membahas mengenai pemerintah
dan administrasi, seperti kewajiban pemerintah, penerimaan dan pengeluaran negara,
hak preogratif negara untuk menghibahkan tanah, dll.
- Buku kedua berjudul Adab al-Din da’i Dunya membahas perilaku ekonomi muslim
secara individual. Individu dalam perekonomian yang meliputi 4 mata pencaharian
utama yaitu pertanian, peternakan, perdagangan dan industri. Dan membahas perilaku
yang dapat merusak budi luhur, seperti ketamakan dalam menimbun kekayaan dan
menuntut kekuasaan.
2. Periode kedua (450-850H/1058-1446M)
Pada masa ini banyak dilatarbelakangi menjamurnya korupsi dan dekadensi moral, serta
melebarnya kesenjangan antara golongan miskin dan kaya, meskipun secara umum
kondisi perekonomian masyarakat islam berada pada taraf kemakmuran. Terdapat
pemikir-pemikir besar yang karyanya dijadikan rujukan hingga kini, antara lain :
a. Al-Ghazali (451-505H/1055-1111M)
- Membahas aspek ekonomi secara luas, seperti pertukaran dan evolusi pasar, prosuksi,
barter dan evolusi uang serta peranan negara dan keuangan publik.
b. Ibn Taimiyah (661-728H/1263-1328M)
- Membahas pentingnya persaingan dalam pasar yang bebas, peranan “market
supervisor” dan lingkup dari peranan negara.
- Membahas aspek ekonomi mikro, misalnya tentang beban pajak tidak langsung yang
dapat digeserkan dari penjual kepada pembeli dalam bentuk harga beli yang lebih
tinggi.
- Membahas peranan demand dan supply terhadap penentuan harga serta konsep harga
ekuivalen yang menjadi dasar penentuan keuntungan yang wajar.
c. Ibn Khaldun (732-808H/1332-1404M)
- Menekankan suatu pentingnya sistem ekonomi pasar
d. Nasiruddin Tusi (w. 485H/1093M)
- Ia menyatakan bahwa spesialisasi dan pembagian tenaga kerja telah menciptakan
surplus ekonomi sehingga memungkinkan kerja sama dalam masyrakat untuk saling
menyediakan barang dan jasa kebutuhan hidup.
- Menekankan pentingnya tabungan dan mengutuk konsumsi yang berlebihan serta
pengeluaran untuk aset tidak produktif.
3. Periode ketiga (850-1350H/1446-1931M)
Dalam periode ini kejayaan pemikiran, dan dalam bidang lain, dari umat islam telah
mengalami penurunan. Pemikir ekonomi pada masa ini antara lain :
a. Shah Walullah (1114-1176H/ 1703-1762M)
- Menekankan perlunya pembagian faktor-faktor ekonomi yang bersifat alamiah secara
lebih merata, misalnya tanah.
b. Muhammad Iqbal (1289-1356H/ 1873-1938M)
- Menganalisis dengan tajam kelemahan kapitalisme dan komunisme. Semangat
kapitalisme yang memupuk materi sebagai dasar sistem ini bertentangan dengan islam,
demikian juga semangat komunisme yang malakukan paksaan kepada masyarakat juga
bertentangan dengan islam.
4. Periode kontemporer (1930-sekarang)
Pada awalnya perkembangan ini diawali oleh kiprah para ulama yang kebanyakan tidak
didukung pengetahuan ekonomi yang memadai dalam menyoroti berbagai persoalan sosial
ekonomi saat itu dari perspektif islam. Hal ini memicu minat para ekonom islam untuk
mengembangkan aspek tertentu dalam perekonomian, kemudian diikuti dengan pendirian
institusi ekonomi yang berbasis syariat islam. Saat ini, upaya untuk membangun teori
ekonomi islam ke dalam bangunan ilmu yang integral telah dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai