Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas atau puerperium dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung kira-kira selama 6 minggu.
Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisiologis,yaitu:
1. Perubahan fisik
2. Pemeriksaan fisik
3. Tanda-tanda bahaya pada Ibu nifas
4. Penanganan
Masa nifas (puerpurium) adalah waktu yang dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir kira-kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat kandungan kembali
seperti semula (sebelum hamil) dalam waktu kurang lebih 3 bulan. di mulai
dengan kehamilan, persalinan dan di lanjutkan dengan masa nifas merupakan
masa yang kritis bagi ibu dan bayinya. Kemungkinan timbul masalah dan
penyulit selama masa nifas. Apabila tidak segera ditangani secara efektif akan
membahayakan kesehatan, bahkan bisa menyebabkan kematian dan 50%
kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. untuk itu pemberian
asuhan kebidanan kepada ibu dalam masa nifas sangat perlu dilakukan yang
bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi, melaksanakan deteksi dini
adanya komplikasi dan infeksi, memberikan pendidikan pada ibu serta
memberikan pelayanan kesehatan pada ibu dan bayi.
Selama masa nifas ibu akan mengalami berbagai perubahan. pelayanan atau
asuhan merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan
ibu nifas normal dan mengetahui secara dini bila ada penyimpangan yang
ditemukan dengan tujuan agar ibu dapat melalui masa nifasnya dengan selamat
dan bayi sehat. Asuhan nifas dilakukan paling sedikit 4 kali, untuk menilai
keadaan ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan
menangani masalah-masalah yang terjadi, dilakukan pada :
Kunjungan I : 6-8 jam pasca persalinan.
Kunjungan II : 6 hari pasca persalinan.
Kunjungan III : 2 minggu pasca persalinan.

1
Kunjungan IV : 6 minggu pasca persalinan.
Asuhan nifas dilakukan untuk menemukan kondisi yang tidak normal dan
masalah masalah kegawatdaruratan pada ibu dan perlu tidaknya rujukan
terhadap keadaan kritis yang terjadi.

B. Tujuan
Tujuan asuhan masa nifas yaitu :
1. Dapat mengetahui pemeriksaan fisik pada ibu nifas
2. Menjaga Kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologik
3. Mengeetahui tanda-tanda bahaya pada ibu nifas
4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada
bayinya dan perawatan bayi sehat.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Masa nifas atau puerperium berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari,
merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan
yang normal. Masa nifas adalah waktu yang dimulai setelah kelahiran placenta
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil.(Prawirohardjo, 2002:122). Masa nifas (puerperium) adalah masa
sesudahnya persalinan terhitung darisaat selesai persalinan sampai pulihnya
kembali alat-alat kandungan.(Depkes RI, 2004:176). Masa nifas adalah masa
pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali
seperti sebelum hamil, lama masa nifas yaitu 6-8 minggu.(Muchtar, 1998:115).
Masa nifas adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6
minggu.(KapitaSelektaJilidI,2001:316)

B. Perubahan Fisilogi pada Masa Nifas


Pada masa nifas ini akan terjadi perubahan fisiologi, yaitu:
1. Alat genitalia
Alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur
pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil atau sering disebut involusi,
selain itu juga perubahan-perubahan penting lain, yakni hemokonsentrasi
dan timbulnya laktasi karena lactogenik hormone dari kelenjar hipofisis
terhadap kelenjar mammae.
2. Fundus uteri
Setelah janin lahir fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera setelah
plasenta lahir, TFU kurang lebih 2 jari di bawah pusat. Pada hari ke-5 post
partum uterus kurang lebih setinggi 7 cm di atas symfisis pusat, sesudah
12 hari uterus tidak dapat diraba lagi di atas symfisis.
Dinding uterus sendiri kurang lebih 5 cm, sedangkan pada bekas
implantasi plasenta lebih tipis dari bagian lain. Bagian bekas implantasi
plasenta merupakan Penanganan suatu luka yang kasar dan menonjol ke
dalam kavum uteri, segera setelah persalinan.
Otot-otot uterus berkontraksi setelah post partum. Pembuluh-pembuluh
darah yang berada di antara anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini
akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan.
Proses involusi uteri:
Involusi Tinggi fundus Berat uterus

3
Plasenta lahir Sepusat 1.000 gr
7 hari (1 minggu) Pertengehan pusat dan simfisis 500gr
14 hari (2 minggu) Tak teraba 350gr
42 hari (minggu) Sebesar hamil 2 minggu 50gr
56 hari (minggu) normal 50gr
3. Serviks
Segera setelah post partum bentuk servik agak menganga seperti
corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan
kontraksi, sedangkan servik uteri tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah
pada perbatasan antara korpus dan servik uteri terbentuk semacam cincin.
4. Ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang
selama kehamilan dan partus, setelah jalan lahir, berangsur-angsur ciut
kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi
kendor yang mengakibatkan uterus jatuh ke belakang. Tidak jarang pula
wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan karena
ligamenta, fasia, jaringan alat penunjang genetalia menjadi menjadi agak
kendor. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat
genitalia tersebut, juga otot-otot dinding perut dan dasar panggul
dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada 2 hari post
partum sudah dapat diberikan fisioterapi. Keuntungan lain ialah
dicegahnya pula stasis darah yang dapat mengakibatkan trombosis masa
nifas.

C. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan fisik
a. Keaaan umum dan kesadaran
b. Tanda-tanda vital
- Tekanan darah
Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami
peningkatan sementara tekanan darah sistolik dan diastolik, yang
kembali secara spontan kanan darah sebelum hamil selama
beberapa hari bidan bertanggung jawab mengkaji resiko
preeklamsi pascaparum, komplikasi yang relatif jarang, tetapi
serius, jika peningkatan tekanan darah signifikan.
- Suhu
Suhu maternal kembali dari suhu yang sedikit meningkat selama
periode intrapartum dan stabil dalam 24 jam pertama

4
pascapartum. Perhatikan adanya kenaikan suhu samapi 38 derajat
pada hari kedua samapi hari kesepuluh yang menunjukkan adanya
morbiditas puerperalis.
- Nadi
Denyut nadi yang meningkat selama persalinan akhir, kembali
normal selama beberapa jam pertama pascapartum. Hemoragi,
demam selama persalinan, dan nyeri akut atau persisten dapat
mempengaruhi proses ini. Apabila denyut nadi diatas 100 selama
puerperium, hal tersebut abnormal dan mungkin menunjukkan
adanya infeksi atau hemoragi pascapartum lambat.

- Pernapasan
Fungsi pernafasan kembali pada rentang normal wanita selama
jam pertama pascapartum. Nafas pendek, cepat, atau perubahan
lain memerlukan evaluasi adanya kondisi – kondisi seperti
kelebihan cairan, seperti eksaserbasi asma, dan emboli paru.
c. Kepala,wajah dan leher
Periksa ekspresi wajah, adaya oedema, sclera dan konjuctiva mata,
mukosa mulut, adanya pembesaran limfe, pembesaran kelenjar thiroid
dan bendungan vena jugolaris.
d. Dada dan payudara
Auskultasi jantung dan paru-paru sesuai ondikasi keluhan ibu, atau
perubahan nyata pada penampilan atau tanda-tanda vital.
Pengakajian payudara pada periode awal pascapartum meliputi
penampilan dan integritasi puting, posisi bayi pada payudara, adanya
kolostrum, apakah payudara terisi susu, dan adanya sumbatan ductus,
kongesti, dan tanda – tanda mastitis potensial.
e. Abdomen dan uterus
Evaluasi abdomen terhadap involusi uterus, diatesis recti dan kandung
kemih. Untuk involusi uterus periksa kontraksi uterus, posisi dan
tinggi fundus uteri.
f. Genitalia
Pengkajian perinium terhadap memar, oedema, hematoma,
penyembuhan setiap jahitan, inflamasi. Pemeriksaan type, kuntitas dan
bau lokhea. Pemeriksaan anus terhadap adanya hemoroid.
g. Ekstremitas
Pemeriksaan ekstremitas terhadap adanya oedema, nyeri tekan atau
panas pada betis adanya tanda homan, refleks.

5
Tanda homan didapatkan dengan meletakkan satu tangan pada lutut
ibu, dan lakukan tekanan ringan untuk menjaga tungkai tetap lurus.
Dorsifleksi kai tersebut jika terdapat nyeri pada betis maka tanda
homan positif.
2. Pemeriksaan penunjang
Berupa pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjnag
lainnya.

6
BAB III
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMERIKSAAN FISIK IBU NIFAS

A. Petunjuk
1. Susunlah alat secara ergonomis dan mudah dijangkau
2. Bertindaklah dengan lembut dan hati-hati
3. Perhatikan kondisi alat sebelum bekerja untuk menilai kelayakkan
penggunaanya
4. Pakailah alat sesuai fungsinya
B. Peralatan
1. Stetoschope
2. Spignomanometer
3. Thermometer
4. Jam tangan
5. Reflex hammer
6. Pengukur tinggi badan
7. Timbangan
C. Prosedur Tindakan
Langkah Kerja Gambar
1. Jelaskan Prosedur tindakan kepada Ibu
Key point:
- Menerangkan apa kegunaan pemeriksaan fisik pada ibu nifas
2. Periksa Tanda Tanda Vital ibu
Key Point:
- Pemeriksaan tekanan darah
Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami peningkatan
sementara tekanan darah sistolik dan diastolik, yang kembali secara
spontan kanan darah sebelum hamil selama beberapa hari bidan
bertanggung jawab mengkaji resiko preeklamsi pascaparum, komplikasi
yang relatif jarang, tetapi serius, jika peningkatan tekanan darah
signifikan. Tekanan darah normal 120/80 mmHg
- Pemeriksaan suhu
Suhu badan pasca persalinan (periode intrapartum) dapat naik lebih dari
0,5°C dari keadaan normal dan stabil dalam 24 jam pertama
pascapartum. Tetapi tidak lebih dari 39°C sesudah 12 jam pertama
setelah melahirkan. Umumnya suhu badan kembali normal. Bila lebih
dari 38°C kemungkinan ada infeksi. Suhu Normal 36-37’C.

7
- Pemeriksaan nadi
Denyut nadi meningkat selama persalinan akhir, kemabali normal
setelah beberapa jam pertama pascapartum. Hemoragi, demam selama
persalinan, dan nyeri akut atau persisten dapat mempengaruhi proses
ini. Nadi umumnya 60-80 x/menit dan segera setelah partus dapat
terjadi takikardi. Bila terdapat takikardi dan badan tidak panas
mungkin ada perdarahan berlebihan/penyakit jantung. Apabila denyut
nadi di atas 100 selama puerperium, hal tersebut abnormal dan mungkin
menunjukkan adanya infeksi atau hemoragi pascapartum lambat. Pada
nifas umumnya denyut nadi lebih labil dibanding suhu badan. Nadi
normal 60-90 kali per menit.
- Pemeriksaan pernafasan
Fungsi pernafasan kembali pada rentang normal wanita selama jam
pertama pascapartum. Nafas pendek, cepat, atau perubahan lain
memerlukan evaluasi adanya kondisi – kondisi seperti kelebihan cairan,
seperti eksaserbasi asma, dan emboli paru. Nafas normal 16-24 kali
permenit.
3. Payudara
Key Point:
- Adanya pembesaran atau tidak
- Putting susu menonjol atau tidak
- Simetris atau tidak
- Hiperpigmentasi atau tidak
- Aerola bersih atau tidak
- Pengeluaran kolostrum ada atau tidak
4. Punggung dan pinggang
Key Point:
- Simetris atau tidak
- Apakah terjadi skoliosis, lordosis dan kifosis atau tidak
5. Posisi tulang belakang
Key point:
- Simetris atau tidak
- Ada kelainan atau tidak
6. Ekstermitas atas dan bawah
Key point:
- Oedema atau tidak
- Ada kemerahan atau tidak
- Varises atau tidak

8
7. Abdomen
Key point:
- Ada bekas luka operasi atau tidak
- Kandung kemih kosong atau tidak
Miksi harus secepatnya dapat dilakukan sendiri. Bila kandung kemih
dapat dilakukan kateterisasi. Untuk mengistirahatkan otot-otot kandung
kencing sehingga kelancaran kedua sistem tersebut berlangsung dengan
baik BAB harus dilakukan setelah 2 hari PP.

8. Vulva
Key point:
- Apakah vulva bersih atau tidak
- Apakan ada pengeluaran darah dan cairan lain atau tidak

Palpasi
9. Leher
Key point:
- Apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe atau tidak
10. Dada
Key point:
- Apakah ada retraksi atau tidak
11. Abdomen
- Teraba pembesaran kelenjar lien/ tidak,
- Teraba pembesaran hepar/ tidak,
- Berapa tinggi fundus uterinya.

Auskultasi
Key point:
- Apakah pada dada terdengar wheezing dan ronchi atau tidak
- Apakah pada abdomen terdengar bising usu atau tidak

Perkusi
Key point:
- Apakah perut kembung atau tidak
- Apakah ada reflek patella
12. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
Key point:
- Menginformasikan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan

9
13. Dokumentasi
Key point:
- Catat hasil pemeriksaan

D. Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas


1. Perdarahan Pervaginam Banyak dan Menggumpal
Kurang 24 jam PP, penyebabnya:
- Sisa uri
- Kontraksi lemah/inertia uteri
- Perdarahan karena luka jalan lahir
- Lebih dari 24 jam PP penyebabnya adalah sisa uri
2. Lochia Berbau
Kemungkinan penyebab: koprostatis (lochea yang tertimbun pada vagina)
3. Payudara yang berubah menjadi merah, panas dan terasa nyeri
Bendungan Payudara
- Suhu tidak lebih dari 38,5°C
- Terjadi dalam minggu-minggu pertama PP
Mastitis
- Suhu lebih dari 38,5°C
- Terjadi pada minggu ke-2 PP
- Bengkak, keras, kemerahan, nyeri tekan
4. Kaki terasa sakit, merah dan bengkak
Kemungkinan penyebab tromboplebitis femuralis
5. Demam
Kemungkinan penyebab:
- Febris puerpuralis
- Mastilitis
- Flegmasia Alba Dolens
6. Rasa Sakit Waktu BAK, Kemungkinan Penyebab Sistitis
Gejala :
- kencing sakit
- daerah atas sympisis nyeri tekan
7. Rasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya.
8. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
9. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastitik

E. Penanganan
Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu, yaitu:

10
1. Kebersihan Diri
a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan
sanun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah
di sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang baru kemudian
membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ubu untuk
membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
c. sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya
dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan
baik, dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.
d. sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
untuk menghindari menyentuh daerah luka.
2. Istirahat
a. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan
b. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kagiatan rumah tangga biasa
secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi
bayi tidur.
c. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam berbagai hal
1. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
2. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan
3. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi
dan dirinya sendiri.
3. Latihan
a. Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul
kembali normal. Ibu akan merasakan lebih kuat dan ini menyebabkan
otot perutnya.
b. menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
c. Jelaskan bahwa latuhan-latihan tertentu beberapa menit setiap hari
dapat membantu mempercepat mengembalikan otot-otot perut dsan
panggul kembali normal, seperti:
1. Tidur telentang dengan lengan di samping, menarik otot perut
selagi menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke
dada, tahan satu hitungan sampai lima. Rileks dan ulangi 10 kali.

11
2. Untuk memperkuat otot vagina, berdiri dengan tungkai dirapatkan.
Kencangkan otot-otot pantat dan dan panggul tahan sampai 5 kali
hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebsnyak 5 kali.
3. Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan.
Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada
minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan latihan
sebanyak 30 kali.
4. Gizi
Ibu menyusui harus:
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari
b. makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan
vitamin yang cukup
c. minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum
setiap kali menyusui)
d. Tablet zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya
selama 40 hari pasca bersalin
e. minum kapsul vit. A (200.000 unit) agar bias memberikan vitamin A
kepada bayinya melalui ASInya.

5. Perawatan Payudara
a. menjaga payudara tetap bersih dan kering
b. Mengenakan BH yang menyokong payudara
c. Apabila putting susus lecet oleskan colostrums atau ASI yang keluar
pada sekitar putting susu setiap kali seleswai menyusui. Menyusu tetap
dilakukan dari putting susu yang tidak lecet.
d. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminumkan dengan sendok.
e. Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan:
1. Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan
hanagat selama 5 menit.
2. Urut payudara dari arah pangkal menuju putting atau gunakan sisir
untuk mengurut payudara dengan arah “Z” menuju putting.
3. Keluarkan ASI sebagian dari nagian depan payudara sehingga
putting susu menjadi lunak.
4. Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali. Apabila tidak dapat menghisap
seluruh ASI keluakan dengan tangan.
5. Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
6. Payudara dikeringkan.

12
6. Hubungan Perkawinan atau Rumah Tangga
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu
darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke
dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan tidak
merasakan ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan hubungan
suami istri kapan saja ibu siap. Banyak budaya mempunyai tradisi
menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya
setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan tergantung
pada pasangan yang bersangkutan.
7. Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun
sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri
kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya.
Namun, petugas kesehatan dapat mem,Bantu merencanakan
keluarganyadengan mengajarkan kepada mereka cara mencegah
kehamilan yang tidak diinginkan.
Biasanya wanita tidak menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia
mendapatkan lagi haidnya selama menyusui. Oleh karena itu, metode
amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid pertamakembali
untukmencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko cara ini adalah 2 %
kehamilan.
Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, menggunakan
kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu telah haid lagi.
Pada ibu nifas juga ter jadi perubahan psikologi, seperti:
a. Taking in : focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri,
pengalaman waktu melahirkan diceritakannya, kelelahan membuat ibu
cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur,.
b. Taking hold : ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa
tanggungjawab merawat bayi, perasaan sangat sensitive sehingga
mudah tersinggung jadi komunikasi kurang hati-hati, ibu butuh
dukungan untuk merawat diri dan bayinya.
c. Letting go : ibu sudah mulai menerima tanggung jawab akan peran
barunya, ibu sudah menyesuaikan diri dengan ketergantungan
bayinya, keinginan untuk merawat bayinya sudah meningkat pada fase
ini.

13
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa nifas atau puerperium berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari,
merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada
keadaan yang normal. Pada masa nifas juga terjadi perubahan pada alat
reproduksi yaitu pada serviks dan endometrium. Pada psikologi ibu nifas juga
terjadi perubahan yaitu masa taking in, taking hold, dan letting go.
Pada masa nifas TFU 2 jari di bawah pusat, pada hari ke-5 post partum
uterus kurang lebuh setinggi 7 cm atas symfisis/ setengah sympisis pusat.
Setelah 12 hari uterus sudah tidak teraba lagi.
Pada masa nifas dapat terjadi masalah – masalah yang dapat berakibat
fatal karena dapat menyebabkan kematian ibu. Maka ibu perlu perhatian yang
lebih banyak dimana seorang perawat harus bisa memberikan dapat melakukan
asuhan keperawatan pada ibu nifas.

B. Saran
1. Sebaiknya Petugas Kesehatan melakukan pemeriksaan fisik dengan hati-
hati dan teliti
2. Segera lakukan tindakan bila ada tanda-tanda abnormal pada Ibu nifas
pada saat melakukan pemeriksaan fisik.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/doc/90591965/Pemeriksaan-Fisik-Ibu-Nifas

http://bidanku04.blogspot.com/2011/10/pemeriksaan-fisik-ibu-nifas-bab-i.html

15

Anda mungkin juga menyukai