Skrip Si
Skrip Si
SKRIPSI
DIAJUKAN OLEH:
ini dengan baik. Penulisan Tugas Akhir ini disusun dalam rangka memenuhi
Karya ini secara khusus penulis persembahkan untuk kedua orang tua saya
yang tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan, dan doa yang tulus
Penulis menghaturkan terima kasih kepada Bapak Jahidin, S.Si., M.Si, dan
Bapak Harisma Buburanda, ST., MT, selaku pembimbing yang dengan keikhlasan
hingga selesainya penulisan tugas akhir ini, serta Bapak Deniyatno, S.Si., MT,
Bapak Erwin Anshari, S.Si., M.Eng, dan Bapak Marwan Zam Mili, ST., MT,
berbagai pihak.
iii
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Rektor Universitas Halu Oleo Bapak Prof. Dr. Muhammad Zamrun, S.Si.,
M.Si., M.Sc.
2. Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Dr. Ida Usman, S.Si., M.Si
3. Wakil Dekan III Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Drs. Firdaus., M.Si
4. Para dosen Program Studi S1 Teknik Pertambangan terutama Ibu Fitrani amin,
ST., MT, dan staf Akademik Universitas Halu Oleo yang telah memberikan
terselesaikan.
5. Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua Ibu Muli, Ibu
Suwarti, S.Pd , Kakak tercinta Alang Wahyuni, S.Kom, dan Bibi yang telah
Saleh, Amin, Opan, Wulan, Monaswati, Lina, Dila, Fitri, Ika, dan Cucu atas
Tugas akhir ini merupakan usaha maksimal dari penulis dan masih banyak
keterbatasan dan kekurangannya. Oleh karena itu, penulis megharapkan saran dan
kritik dari semua pihak demi perbaikan dan penyempurnaannya kelak. Semoga
Penulis
iv
ANALISIS POTENSI PEMANFAATAN BATUBARA MENGGUNAKAN
DATA ANALISIS ULTIMATE DAN NILAI KALORI DI DAERAH
TAWANGA,KECAMATAN ULUIWOI, KABUPATEN KOLAKA TIMUR,
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
OLEH
ABSTRAK
v
THE ANALYSIS OF UTILIZATION POTENTIAL OF COAL BY USING
ULTIMATE ANALYSIS AND CALORIFIC VALUE IN THE
TAWANGA AREA, EAST KOLAKA REGENCY,
SOUTHEAST OF SULAWESI
by
ABSTRACT
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
ABSTRAK v
ABSTRACT vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB 1 PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian 3
vii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 22
A . Data Stasiun 22
1. Lokasi 1 (ST3) 23
2. Lokasi 2 (ST4) 24
3. Lokasi 3 (ST5) 25
B. Data Hasil Pengujian Batubara 26
C. Pemanfaatan Batubara 31
BAB V PENUTUP 39
A. Kesimpulan 39
B. Saran 40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dari sisa-sisa tumbuhan purba, berwarna coklat sampai hitam, yang sejak
Sumatra dan Kalimantan. Hal ini disebabkan kedua daerah tersebut merupakan
Tenggara keterdapatan batubara tidak begitu banyak akan tetapi sumber bahan
2016)
Maka dari itu kualitas batubara berperan penting dalam menentukan kelas
parameter kualitas pada batubara. Hal ini dapat diketahui menggunakan analisis
kimia atau analsis ultimat dan pengujian laboratorium terhadap sampel batubara.
Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O) dan belerang (S) dalam batubara dengan
1
2
Berdasarkan kendungan unsur dan nilai kalorinya dari yang paling besar
bituminus, sub bituminus, dan lignit (brown coal). Meningkatkan kadar atau nilai
pada batubara untuk berbagai keperluan sangat perlu dilakukan karena mengingat
batubara peringkat rendah, 60% peringkat sedang, dan 15 peringkat tinggi serta
Oleh karena itu perlu ada solusi untuk meningkatkan kualitas batubara
batubara menggunakan data analisis ultimate dan nilai kalori Di Daerah Tawanga,
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kandungan unsur kimia seperti karbon (C), hidrogen (H), oksigen
(O), sulfur (S) dengan menggunakan analisis ultimate dan nilai kalori pada
C. Tujuan Penelitian
1. Menentukan kandungan unsur kimia seperti karbon (C), hidrogen (H), oksigen
(O), sulfur (S) dengan menggunakan analisis ultimate dan nilai kalori pada
3. Manfaat Penelitian
peneliti lainnya untuk mengkaji lebih jauh mengenai kandungan unsur kimia
berlapis. Singkapan batubara dapat terlihat di sepanjang sungai baik di dasar, tepi
4
5
ditandai oleh lapisan yang berwarna hitam dengan nilai resistivitas 100-145
di atas 12 m (titik sounding 10-11) dengan ketebalan rata-rata kurang dari 2 meter
dan Berdasarkan komparasi data GPR dan resistivitas, diperoleh sebaran lapisan
B. Batubara
terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan purba, berwarna coklat sampai hitam, yang
yang dikenal sekarang ini. Pembusukan dari bahan tumbuhan merupakan proses
yang terjadi tanpa adanya oksigen, kemudian berlangsung di bawah air yang
disertai aksi dari bakteri, sehingga terbentuklah arang kayu. Tidak adanya oksigen
sehingga terlepasnya grup OH, COOH, OCH3, dan CO dalam wujud cair dan gas.
Karena banyaknya unsur oksigen dan hidrogen yang terlepas maka unsur karbon
dengan adanya kompresi yang terus menerus serta kenaikan temperatur maka
lebih tinggi dibandingkan dengan brown coal. Bumi tidak pernah berhenti, oleh
moisture sangat sedikit serta unsur karbon yang banyak merubah batubara
sebelumnya ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu antrasit yang merupakan kasta
tertinggi pada batubara (Cook, 1982). Proses pembentukan batubara sendiri dapat
2. Pengotor Batubara
pencemaran udara dari emisi gas buang yang dihasilkan. Senyawa yang sering
ditemui dalam jumlah kecil tersebut antara lain sodium (Na), sulfur (S),
Phosphorous (P), Klorida (Cl), Nitrat (NO3), Sulfat (S) dan Arsen (As). Senyawa
sodium dalam batubara akan menyebabkan presipitasi dalam boiler yang dapat
dalam batubara akan teroksidasi menghasilkan gas SO2 dalam gas buang yang
berpotensi menimbulkan hujan asam jika gas SO2 bereaksi dengan uap air
sulfur. Phosphorus dalam batubara akan menyebabkan endapan keras dalam boiler
yang akan menurunkan efisiensi pembakaran. Unsur Clorida (K), Nitrat (NO3-),
dan Sulfat (SO42-) akan menyebabkan korosi di boiler. Arsen terkandung dalam
jumlah yang sangat kecil dalam satuan ppb (partsper billion). Salah satu senyawa
yang umum dijumpai pada endapan batubara adalah sulfur. Beberapa jenis sulfur
a. Pirit (FeS2), dijumpai berupa bentukan makrodeposit, seperti lensa, urat, dan
rekahan (joint).
8
b. Sulfur organik, secara kimia terikat dalam endapan batubara dengan jumlah
antara 20% - 80%.
c. Sulfur sulfat, umumnya dijumpai berupa kalsium sulfat dan besi sulfat dengan
Karbon, Hidrogen (H), Nitrogen (N), Oksigen (O) dan belerang (S) dalam
karbon ke dalam alat laboratorium dan hasil analisis akan muncul kemudian pada
layar computer.
Batubara terdiri dari senyawa kompleks dari karbon dan hydrogen yang
b. Kadar Nitrogen
Biasanya senyawa nitrogen terdapat dalam kapiler air sehingga umumnya hanya
800oC. Hasil dari proses pembakaran itu dicampur dengan larutan barium klorida
dan membentuk endapan putih barium sulfat. Dengan begitu kandungan belerang
d. Kadar Oksigen
lempung, moisture dan lain – lain. Oksigen memiliki peranan dalam penentuan
Nilai kalori yaitu jumlah panas yang dihasilkan apabila batubara dibakar
atau indikasi kandungan nilai energi yang terdapat pada batubara dan
serta sulfur.
4. Klasifikasi batubara
adalah sistem klasifikasi batubara secara ilmiah yang kebanyakan berada pada
dalam batubara. Contohnya adalah unsur karbon (dmmf) yang doplot terhadap
a. Lignit
Lignit atau biasa dikenal dengan brown coal adalah batubara yang sangat
lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya. Lignit merupakan batubara
geologis muda yang memiliki kandungan karbon terendah, 25- 35%. Nilai panas
yang dihasilkan berkisar antara 4.000 hingga 8.300 BTU per pon
12
b. Sub-Bituminus
antara 8.300 hingga 13.000 BTU per pon. Meskipun nilai panasnya rendah,
batubara ini umumnya memiliki kandungan belerang yang lebih rendah daripada
c. Bituminus
10% dari beratnya. Nilai panas yang dihasilkan antara 10.500 - 15.500 BTU
per pon.
e. Antrasit
berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86-98% unsur karbon (C) dengan
kadar air kurang dari 8%. Nilai panas yang dihasilkan hampir 15.000 BTU per
pon.(Sukandarrumidi, 1995).
5. Pemanfaatan Batubara
Berdasarkan kandungan unsur dan nilai kalorinya dari yang paling besar ke
yang paling kecil, batubara Indonesia termasuk ke dalam jenis antrasit, bituminus,
sub bituminus, dan lignit (brown coal) (Ghafarunnisa.D, 2017). Di Indonesia lebih
bahan bakar dan bahan bakar langsung. Pemanfaatan batubara kualitas rendah
briket. Briket merupakan bahan bakar padat dengan bentuk dan ukurab tertentu,
yang tersusun dari butiran batubara halus yang telah mengalami proses
pemampatan dengan daya tekan tertentu, agar bahan bakar tersebut lebih muda
2009).
Briket batubara biasa (Non Karbonisasi) yaitu campuran berupa batubara mentah
dan zat perekat (biasanya lempung). Sangat sederhana dan biasanya berkualitas
sehingga sebagian zat pengotor terutama zat terbang (Volatile Metters) hilang.
Dengan bahan bahan perekat yang baik briket batubara yang dihasilkan akan
menjadi sangat baik dan rendah emisi. Briket Bio-Batubara yaitu selain kapur dan
ampas industri agro (seperti bagas tebu,ampas kelapa sawit, sekam padi,dll)atau
serbuk gergaji.
Akan tetapi ada beberapa parameter tertentu yang yang mentukan kualitas
dari sebuah briket batubara yang di hasilkan. Seprti menentukan tingkat kadar air
batubara (Moisture), nilai zat terbang (Volatile Metters), nilai zat abu (Ash), nilai
Tabel 1. Standar Kualitas Batubara Sebagai Bahan Baku Briket Batubara Dan
Bahan Bakar Padat Berbasis Batubara (sumber : ESDM, 2006)
Jenis Briket
Abu % Nilai Total
Batubara/Bahan
No (Adb) Kalori Sulfur Keterangan
Bakar Padat
Cal/g % (Adb)
Berbasis Batubara
Penambahan
Briket Batubara Bahan Pengikat
Tanpa Akan
Terkarbonisasi Dan Min Meningkatkan
1 Briket Bio- <10 5.100 Maks 1 Kadar Abu Dan
Batubara Menurunkan
Nilai Kalori
Karbonisasi
Akan
Briket Batubara Min Meningkatkan
Terkarbonisas Dan <5 3.500 Maks 1 Nilai Kalori Dan
2 Light Coal Kadar Abu
batubara atau kokas sebagai reduktor, memanfaatkan sifat fisik batubara misalnya
karbon aktif dengan bahan baku batubara jenis lignit (Suliestyah, 2014).
seperti tempurung kelapa dan arang kayu yang jumlahnya terbatas. Beberapa jenis
percobaan pembuatan karbon aktif dengan bahan baku batubara peringkat rendah:
antara lain pembuatan Arang Aktif dari batubara (Pari,2000), Pembuatan karbon
Lokasi Penelitian
16
17
B. Jenis Penelitian
Data primer yaitu data yang di dapat di lapangan, Observasi, serta analisis
kordinat. Data sekunder, yaitu data yang di kumpulkan dari pustaka dan instansi
kimia dan nilai kalori yang terkandung dalam analisis ultimate dan nilai Kalori
C. Instrumen Penelitian
sifatnya membantu peneliti dalam proses pengumpulan data dan analisis data
penelitian. Instrumen yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut :
sampel
18
tahap persiapan, studi literaur, Pengambilan data (data primer dan data sekunder),
tahap pengolahan sampel batubara, tahap analisa laboratorium, serta yang terakhir
laboratorium.
1. Tahapan Persiapan
Pada tahapan persiapan dilakukan pembuatan proposal penelitian,
penelitian.
a. Perizinan
Pada tahap ini dilakukan pembutan surat izin penelitian dari jurusan yang
b. Persiapan Peralatan
Pada tahapan ini dilakukan persiapan alat-alat yang akan digunakan selama
dilakukannya penelitian lapangan, seperti palu geologi, GPS, kompas geologi, dan
peta lokasi penelitian
19
2. Studi Literatur
3. Penngambilan Data
4. Pengolahan Data
5. Analisis Laboratorium
(C), Hidrogen (H), Oksigen (O) dan belerang (S) dalam batubara dengan
6. Pemanfaatan Batubara
menggunakan metode analisis ultimate dan nilai kalori, agar batubara bernilai
ekonomis
21
MULAI
Studi Literatur
Pengambilan Data
Data Primer
- Penentuan titik
kordinat Data Sekunder
- Pengambilan - Peta Geologi
sampel batubara - Peta Topografi
di atas
permukaan
Pengolahan Data
- Pendeskripsian sampel batubara
- Preparsai sampel batubara
Analisis Laboratorium
- Analisis Ultimate
- Nilai Kalori
Selesai
A. Data Stasiun
Lokasi Penelitian
22
23
a. Lokasi 1 (ST3)
Dijumpai singkapan batuan sedimen non klastik dengan dimensi penjang 3,60
meter dan lebar 68 cm berada pada koordinat S 030 46’ 58,18” dan E 1210 42’
05,11”. Secara fisik batuan ini dalam kondisi lapuk berwarna coklat kehitaman
dengan gores berwarna coklat kehitaman, kilap dull/ kusam dengan kekerasan
sampel dapat di pecahkan oleh tangan tanpa kesulitan (very soft), serta
porositas yang rendah dan memiliki pongotor seperti terdapat akar tumbuhan pada
23
24
b. Lokasi 2 (ST4)
meter dan lebar 2,80 m berada pada koordinat S 030 46’ 58,62” dan E 1210 42’
04,89” .Secara fisik batuan ini dalam kondisi lapuk berwarna coklat kehitaman
dengan gores berwarna coklat kehitaman, kilap dull/ kusam dengan kekerasan
sampel dapat di pecahkan oleh tangan tanpa kesulitan (very soft), serta
porositas yang rendah dan tidak memiliki pongotor seperti akar tumbuhan (plant
roots).
24
25
c. Lokasi 3 (ST5)
3,4 cm dan lebar 68 cm berada pada koordinat S 030 47’ 00,72” dan E 1210 42’
03,63” .Secara fisik batuan ini dalam kondisi lapuk berwarna hitama dengan
gores berwarna hitam, kilap dull/ kusam dengan kekerasan sampel dapat di
pecahkan oleh tangan tanpa kesulitan (very soft)., serta pemilahannya ketidak
merataan persebaran ukuran butir (poory sorted) dengan porositas yang rendah
25
26
yang dilakukan antara lain Analisis ultimate dan nilai kalori sebanyak 3 sampel
oksigen (O), nitrogen (N), dan sulfur (S) terhadap sampel batubara. Prosedur
dalam alat dan hasil analisis akan muncul kemudian pada layar computer. Analisis
ultimate untuk menentukan kadar karbon (C), hidrogen (H), nitrogen (N)
menggunakan alat LECO CHN 2000 dengan teknik infra merah (IR) dan analisis
sulfur memakai LECO SC 632 dengan teknik infra merah. Metode yang
Pengujian nilai kalori (heating value) suatu bahan bakar diperoleh dengan
calorimeter adalah nilai kalori atas atau highest heating value (HHV) dan nilai
kalori bawah atau lowest heating value (LHV). Perhitungan nilai kalori kotor
Dari pengujian bomb calorimeter dapat dihitung panas yang diserap air
dalam bomb calorimeter dan energi setara bomb calorimeter serta LHV dan HHV
26
27
Teknologi Mineral dan Batubara (TekMira) didapatkan hasil yaitu seperti berikut :
STASIUN SAMPEL
PARAMETER 6386/18 6387/18 6388/18
SAMPEL SATUAN
ST3 ST4 ST5
ULTIMATE :
SULFUR 0,40 0,68 0,56 %
KARBON 29,49 37,08 26,21 %
HIDROGEN 3,78 4,25 3,50 %
NITROGEN 0,74 1,14 0,56 %
NILAI KALORI
4,000
3,000
2,000
1,000
0
ST1 ST2 ST3
27
28
batubara seperti kadugan sulfur, karbon, hidrogen dan nitrogen dan nilai kalori
dari conto lokasi 1 (ST3) yang dilakukan proses pengujian diLab TekMira
terdapat pada lokasi 1 (ST3) dapat diklasifikasikan dalam batubara brown coal
seperti kadugan sulfur, karbon, hidrogen dan nitrogen dan nilai kalori dari conto
28
29
terdapat pada lokasi 2 (ST4) dapat diklasifikasikan dalam batubara brown coal
seperti kadugan sulfur, karbon, hidrogen dan nitrogen dan nilai kalori dari conto
kandungan kalori sebesar 2.349 cal/gram. Hasil data diatas dapat disimpulkan
bahwa barubara yang terdapat pada lokasi 3 (ST5) dapat diklasifikasikan dalam
29
30
dan nilai kalori pada conto batubara lokasi 2 (ST4) memiliki nilai kalori yang
lebih tinggi dibandingkan conto batubara lokasi 1 (ST3) dan lokasi 3 (ST5) yag di
sebabkan oleh tingginya nilai unsur karbon, hidrogen dan nitrogen yang memicu
nilai karbon, hidrogen dan nitrogen pada suatu batubara maka nilai kalori yang
dengan conto batubara lokasi 3 (ST5) yaitu di mana conto batubara lokasi 1
kandungan karbon, nitrogen dan hidrogen pada lokasi 1 (ST3) lebih besar
30
31
sehingga nilai kalori pada lokasi 1 (ST3) lebih besar di bandingkan dengan nilai
C. Pemanfaatan Batubara
bakar alternatif seperti briket kalori rendah pengganti minyak bumi dan gas yang
lebih murah.
(Lignit) menjadi sesuatu agar bernilai ekonomis salah satunya dibuat menjadi
briket. Briket batubara adalah bahan bakar padat dengan bentuk dan ukuran
tertentu yang tersusun dari butiran batubara halus yang mengalami proses
pemampatan dengan daya teken tertentu, agar bakar tersebut lebih muda ditangani
Jenis briket batubara terbagi atas 2 yaitu briket batubara terkabonisasi dan
serendah mungkin sehingga produksi akhirnya tidak berbau dan berasap. Proses
karbonisasi meliputi tahap pemanasan batubara dalam kondisi udara terbatas atau
tanpa udara sehingga sebagian zat pengotor terutama zat terbang (Volatile
Metters), minyak dan gas akan menguap, dan yang tersisa hanya sebagian besar
arang batubara (fixed carbon). Dengan bahan perekat yang baik, briket batubara
31
32
yang dihasilkan akan menjadi sangat baik dan rendah emisi. Briket batubara non
sebelum diproses menjadi briket batubara sehingga harganya lebih murah karena
Dalam penelitian ini dilakukan dua jenis pembuatan briket yaitu non
karbonisasi pada sampel batubara ST3 dan batubara ST4 dikarbonisasi terlebih
32
33
105 (4
Briket ST3 jam) 19,8051 40,9511 60,7562 57,9999 13,91712
Briket ST4
105 (4
Terkarbonisasi jam) 20,7687 40,9511 61,7079 60,2761 6,89798
20
15
Briket
10
Briket
5 Terkarbonisasi
Kadar Air
penting terhadap kualitas yang lain terutama Calorific value. Dimana Calorific
value berperan dalam nilai kualitas pembakaran dan sudah di atur dalam
tahun 2006 nilai Inherent Moisture maksimal 20%. Dari komposisi dan ukuran
yang digunakan dalam penelitian ini nilai Inherent Moisture dibawa angka yang
ditentukan permen ESDM, dimana nilai Inherent Moisture analisis sampel briket
33
34
6,8979 %
A B
Kode Bobot
No A+B Bobot
Sampel Bobot Cawan (g) Setelah Kehilangan Kadar
sampel Kosong Tanur Bobot Abu
(g) (g) (g) (g) (%)
6.74
5.81
berperan pentung terhadap kualitas yang lain dan sudah di atur dalam pembuatan
dan pemanfaatan briket batubara berdasarkan permen ESDM no. 47 tahun 2006
nilai bahwa nilai Ash Content maksimal 10%. Dari komposisi dan ukuran yang
digunakan dalam penelitian ini nilai Ash Content dibawa angka yang ditentukan
permen ESDM, dimana nilai Ash Content analisis sampel briket batubara tanpa
yang terkandung dalam bahan bakar padat adalah mineral silika yang tidak dapat
34
35
terhadap nilai kalori yang dihasilkan. Sehingga semakin tinggi Ash Content maka
20.12
16.28
Volatile Matter bertujuan untuk mengetahui jumlah zat yang dapat menguap
sebagai hasil dekomposisi senyawa yang masih terdapat di dalam batubara selain
Moisture, dalam permen ESDM no. 47 tahun 2006 tentang pemanfaatan briket
batubara tidak ada presentase yang ditetapkan akan tetapi Volatile Matter
terendalah yang menjadi nilai yang terbaik sebab kandungan Volatile Matter yang
tiggi dalam batubara akan meyebabpkan asap lebihbanyak saat briket dinyalakan,
yang di sebabkan adanya reaksi karbon monoksida. Pada briket batubara tanpa
35
36
16,28%
80 71.012
70 59.2229
60
50
Kadar Karbon (%)
Fixed Carbon bertujuan untuk mengetahui jumlah zat yang terdapat atau yang
tertambat. Dalam pemanfaatan briket batubara dan bahan bakar berbasis batubara
bahwa untuk Fixed Carbon tidak ada ketentuan umum untuk presentase hasil
namun semakin besar nilai Fixed Carbon maka akan lebih baik, jika mengarah
pada permen ESDM sebab Fixed Carbon adalah 100% di kirang jumlah Ash
36
37
untuk briket tanpa terkarbonisasi yaitu 59,2229 % sedangkan Fixed Carbon untuk
permen ESDM No.47 tahun 2006 batubara daerah penelitian berpotensi untuk
kalori yang lebih tinggi 6796,98 cal/g dibandingan dengan briket tanpa
sebuah briket batubara terlebih dahulu dikabonisasi terlebih dahulu dimana pada
fase ini batubara dipanaskan dalam tanur dengan suhu 3500C selama 1,5 jam
dalam kondisi udara terbatas sehingga zat terbang berupa minyak dan gas akan
menguap dan yang tersisa hanya sebagian besar arang batubara (fixed carbon ).
Serta memiliki kandungan air lebih rendah yaitu 6,89798 %, kadar abu (Ash
Content) yaitu 5,81% dengan zat terbang sebesar 16,28 %. Sedangkan briket
Kadar Abu (Ash Content ) yaitu 13,9171 % dengan kandungan zat terbang
sebesar 20,12 %.
Akan tetapi briket batubara ini memiliki sedikit kekurang pada saat briket
batbara dinyalakan. Briket tanpa terkarbonisasi memiliki watu yang cukup lama
37
38
untuk dinyalakan dengan waktu 5 menit yang disebabkan briket belum kering
benar, bara batubara sebentar yang disebabkan minimnya pengapaan, nyala api
serta kandungan asap relatif banyak dan abu mudah rontok. Sedangkan briket
dibandingkan briket tanpa terkarbinisasi yaitu dengan waktu 3 menit. Akan tetapi
briket ini memiliki sedikit kendala saat dinyalakan yaitu nyala api sebentar yang
disebabkan pengapaan minim, serta abu muda rontok yang disebabkan kurangnya
bahan perekat .
(A) (B)
Gambar 17. Uji nyala briket batubara terkarbonisasi (A) dan briket batubara
tanpa terkarbonisasi (B)
38
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
nitrogen, silfir dan nilai kalori yang lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi 1
hidrogen sebesar 4,25 %, nitrogen sebesar 1,14 %, dan sulfur sebesar 0,68 %
6,89798 %, kadar abu (Ash Content ) yaitu 5,81% dengan zat terbang sebesar
16,28 % dengan nilai kalori 6796,98 cal/g. Namun daerah penelitian jika
dilakukan kegiatan penambangan dalam skala besar masih kurang efektif yang
39
40
B. Saran
analisis ultimate dan nilai kalori sehingga bataubara daerah penelitian dapat
LAMPIRAN A
FOTO PENGAMBILAN SAMPEL DAN PENGUJIAN
ST 3
Locatio PB River
Structure B
ST 4
Locatio PB River
Pengotor -
Structure
ST 5
Locatio PB River
Warna Hitama
Gores Hitam
Structure -
Lampiran 7. Proses uji Leb TekMira analisis ultimate dan nilai kalori
46
Lampiran 8. Hasil uji leb TekMira dari Analisis ultimate dan nilai kalori
47
LAMPIRAN B
FOTO PEMBUATAN BRIKE DAN PENGUJIAN
Lampiran 10. Proses pengeringan batubara dengan suhu 1050C selama 1 jam
48
Lampiran 11. Proses Karbonisasi batubara dengan suhu 3500C selama 2 jam
Lampiran 14. Proses pengeringan briket dengan oven dengan suhu 1050C selama
1 jam
Lampiran 15. Proses Pengukuran Zat terbang dengan suhu 9000C selama 10
menit dan pengukuran kadar abu dengan suhu 7500C selama 2 jam menggunakan
tanur
LAMPIRAN C
PERHITUNGAN
(𝐦𝟐−𝐦𝟑)
Kadar air (%) = 𝐱 𝟏𝟎𝟎%
(𝐦𝟐−𝐦𝟏 )
Ket .
1,4927
Kadar air (%) = x 100%
4,777
seperti di bawah
Massa
Stasiun Parameter m1 (g) m2 (g) m3 (g) Kadar Air
Sampel
(𝐦𝟐−𝐦𝟑)
Kadar air (%) = 𝐱 𝟏𝟎𝟎%
(𝐦𝟐−𝐦𝟏 )
Ket .
2,7563
Kadar air (%) = x 100%
19,8051
Dengan menggunakan rumus yang sama akan didapatkan nilai kadar air
Massa Kadar
Stasiun Parameter m1 (g) m2 (g) m3 (g)
Sampel Air
105 (4
Briket ST3 jam) 19,8051 40,9511 60,7562 57,9999 13,91712
Briket ST4
105 (4
Terkarbonisasi jam) 20,7687 40,9511 61,7079 60,2761 6,89798
52
Rumus yang digunakan untuk menghitung kadar zar terbang dengan temperatur
Ket.
Peny.
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 –𝑆𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡
Kadar VM (%) = 𝑥 100 %
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 3,0217 gram
Bobot
Bobot Cawan
sampel Kosong
(g) (g)
1 Briket 3,0217 43,2754 46,2971 43,8835 2,4136 20,12
Briket
2 Karbonisasi 3,1063 43,6281 46,7344 44,1339 2,6005 16,28
Dengan menggunakan rumus yang sama akan didapatkan nilai kadar Zat
Rumus yang digunakan untuk menghitung kadar abu (ash) dengan suhu 7500C
𝐾𝑒ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡
Kadar Ash (%) = 𝑥 100 %
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Ket.
Peny.
𝐾𝑒ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡
Kadar Ash (%) = 𝑥 100 %
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 3,0217 gram
0,2036 𝑔𝑟𝑎𝑚
Kadar Ash (%) = 3,0217 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100 %
Dengan menggunakan rumus yang sama akan didapatkan nilai kadar abu
A B
Kode Bobot
No A+B
Sampel Bobot Bobot Cawan Setelah Kehilangan Kadar
(g)
sampel Kosong Tanur Bobot Abu
(g) (g) (g) (g) (%)
1 Briket 3,0217 43,2754 46,2971 46,0935 0,2036 6,74
Briket
2 Karbonisasi 3,1063 43,6281 46,7344 46,5539 0,1805 5,81
E. Perhitungan Karbon
Dik.
Peny.