Anda di halaman 1dari 69

ANALISIS POTENSI PEMANFAATAN BATUBARA

MENGGUNAKAN DATA ANALISIS ULTIMATE


DAN NILAI KALORI DI DAERAH TAWANGA,
KECAMATAN ULUIWOI, KABUPATEN KOLAKA TIMUR,
PROVINSI SULAWESI TENGGARA

SKRIPSI

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGAI PERSYARATA MENCAPAI


DERAJAT SARJANA (S1)

DIAJUKAN OLEH:

MUHAMMAD ZIGAR AL-GHAZALI


F1B214065

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
ii
KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahirobbil’alamiin, segala puji bagi Allah SWT yang telah

mencurahkan rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan

penulisan Tugas Akhir dengan judul “ANALISIS POTENSI PEMANFAATAN

BATUBARA MENGGUNAKAN DATA ANALISIS ULTIMATE DAN

NILAI KALORI DI DAERAH TAWANGA, KECAMATAN ULUIWOI,

KABUPATEN KOLAKA TIMUR, PROVINSI SULAWESI TENGGARA”

ini dengan baik. Penulisan Tugas Akhir ini disusun dalam rangka memenuhi

persyaratan dalam menyelesaikan studi pada Program Studi S1 Teknik

Pertambangan, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Universitas Halu Oleo.

Karya ini secara khusus penulis persembahkan untuk kedua orang tua saya

yang tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan, dan doa yang tulus

demi kesuksesan penulis.

Penulis menghaturkan terima kasih kepada Bapak Jahidin, S.Si., M.Si, dan

Bapak Harisma Buburanda, ST., MT, selaku pembimbing yang dengan keikhlasan

dan kesungguhan telah meluangkan waktu, memberikan arahan, dan bimbingan

hingga selesainya penulisan tugas akhir ini, serta Bapak Deniyatno, S.Si., MT,

Bapak Erwin Anshari, S.Si., M.Eng, dan Bapak Marwan Zam Mili, ST., MT,

yang telah banyak memberikan kritik dan saran.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini

tidak terlepas dari dukungan, motivasi, kerjasama maupun bimbingan dari

berbagai pihak.

iii
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Rektor Universitas Halu Oleo Bapak Prof. Dr. Muhammad Zamrun, S.Si.,

M.Si., M.Sc.

2. Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Dr. Ida Usman, S.Si., M.Si

3. Wakil Dekan III Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Drs. Firdaus., M.Si

4. Para dosen Program Studi S1 Teknik Pertambangan terutama Ibu Fitrani amin,

ST., MT, dan staf Akademik Universitas Halu Oleo yang telah memberikan

pengetahuan dan pelayanan administrasi sehingga tugas akhir ini dapat

terselesaikan.

5. Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua Ibu Muli, Ibu

Suwarti, S.Pd , Kakak tercinta Alang Wahyuni, S.Kom, dan Bibi yang telah

memberikan semangat dan dorongan disaat penulis mengalami kesulitan.

6. Sahabat-sahabat seperjuangan Geril, Makbul, Asrin, Takwa, Iman, Riki, Arif,

Saleh, Amin, Opan, Wulan, Monaswati, Lina, Dila, Fitri, Ika, dan Cucu atas

dukungan dan kebersamaannya.

Tugas akhir ini merupakan usaha maksimal dari penulis dan masih banyak

keterbatasan dan kekurangannya. Oleh karena itu, penulis megharapkan saran dan

kritik dari semua pihak demi perbaikan dan penyempurnaannya kelak. Semoga

karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Kendari, Maret 2019

Penulis

iv
ANALISIS POTENSI PEMANFAATAN BATUBARA MENGGUNAKAN
DATA ANALISIS ULTIMATE DAN NILAI KALORI DI DAERAH
TAWANGA,KECAMATAN ULUIWOI, KABUPATEN KOLAKA TIMUR,
PROVINSI SULAWESI TENGGARA

OLEH

MUHAMMAD ZIGAR AL GHAZALI


F1B2 14 065

Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Halu Oleo


Email: muhammadzigar96@gmail.com

ABSTRAK

Batubara menjadi salah satu potensi bahan galian di Daerah Tawanga,


Kecamatan Uluiwoi, Kabupaten Kolaka Timur, Provinsi Sulawesi
Tenggara.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi pemanfaatan
batubara berdasarkan kualitas batubara dari hasil analisis ultimate dan nilai
kalori. Pengambilan contoh batubara dilakukan pada 3 lokasi singkapan
batuabara. Pada lokasi 1 (ST3) dijumpai singkapan batubara yang berada pada
koordinat S 030 46’ 58,18’’ dan E 1210 42’ 05,11’’ dengan dimensi panjang 3,60
meter dan lebar 68 cm , dengan nilai sulfur 0,40 %, karbon 29,49 %, hidrogen
3,78 %,nitrogen 0,74 %, dengan nilai kalori 2.716 cal/g. Lokasi 2 (ST4) dijumpai
singkapan batubara yang berada pada koordinat S 030 46’ 58,62’’ dan E 1210 42’
04,89’’ dengan dimensi panjang 18 meter dan lebar 2,80 m , dengan hasil nilai
sulfur 0,68 %, karbon 37,08 %, hidrogen 4,25 %,nitrogen 1,14 %, dengan nilai
kalori 3.350 cal/g. Lokasi 3 (ST5) dijumpai singkapan batubara yang berada pada
koordinat S 030 47’ 00,72’’ dan E 1210 42’ 03,63’’dengan dimensi panjang 3,4
meter dan lebar 68 cm, dengan nilai sulfur 0,56 %, karbon 26,21 %, hidrogen
3,50 %, nitrogen 0,56 %, dengan nilai kalori 2.349 cal/g. Berdasarkan data
analisis ultimate dan nilai kalori batubara daerah penelitian dapat dimanfaatkan
sebagai briket terkarbonisasi. Dari hasil uji kualitas, briket batubara yang
dihasilkan memilikinilai kalori 6.796,98 cal/g, dengan kadara air 6,89798, kadar
abu (Ash Cintet) 5,81 %, dan Zat terbang (Volatile Metters) 16,28%.

Kata kunci : Batubara, Analisil Ultimate, Nila Kalori, dan Briket

v
THE ANALYSIS OF UTILIZATION POTENTIAL OF COAL BY USING
ULTIMATE ANALYSIS AND CALORIFIC VALUE IN THE
TAWANGA AREA, EAST KOLAKA REGENCY,
SOUTHEAST OF SULAWESI

by

MUHAMMAD ZIGAR AL GHAZALI


F1B2 14 065

Mining Enginnering Departemen Halu Oleo University


Email: muhammadzigar96@gmail.com

ABSTRACT

Coal is one of the potential minerals in the Tawanga Region, Uluiwoi


District, East Kolaka Regency, Southeast of Sulawesi. This research was
conducted to determine the potential utilization of coal based on coal quality from
the results of ultimate analysis and calorific value.Coal sampling have taken at 3
coal outcrop locations. at the location 1 (ST3) the coal outcrops were found at
coordinates S 030 46 '58.18''and E 1210 42' 05.11 '' with dimensions of 3.60
meters of long and 68 cm of wide, with sulfur values of 0.40 %, carbon 29.49%,
hydrogen 3.78%, nitrogen 0.74%, with calorific value 2,716 cal / g. Location 2
(ST4) the coal outcrop were found at coordinates S 030 46 '58.62''and E 1210 42'
04.89 '' with dimensions of 18 meters of long and 2.80 m of wide, with yields of
0.68 sulfur %, carbon 37.08%, hydrogen 4.25%, nitrogen 1.14%, with calorific
value 3,350 cal / g. Location 3 (ST5) the coal outcrops were found at coordinates
S 030 47 '00.72''and E 1210 42' 03.63 '' with dimensions of 3.4 meters of long and
68 cm of wide, with 0.56% sulfur value , carbon 26.21%, hydrogen 3.50%,
nitrogen 0.56%, with a calorific value of 2,349 cal / g. Based on the ultimate
analysis data and coal calorific value the research area can be used as carbonized
briquettes. From the results of the quality test, the coal briquettes have a calorific
value of 6,796.98 cal / g, with water content 6.89798, ash content (Ash Cintet)
5.81%, and flying substances (Volatile Metters) 16.28%.

Keywords : Coal, Ultimate Analysis, Calorific Value, Briquettes

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
ABSTRAK v
ABSTRACT vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4


A. Kondisi Geologi dan Batubara Daerah Penelitian 4
B. Batubara 5
1. Proses Pembentukan batubara 5
2. Pengotor Batubara 7
3.Penentuan Kualitas Batubara 8
a. Kadar Karbon dan Hidrogen 8
b. Kadar Nitrogen 8
c. Kadar Sulfur 9
d. Kadar Oksigen 9
e. Nilai Kalori 10
C. Kalsifikasi Batubara 10
BAB III METODE PENELITIAN 16
A. Waktu dan Tempat Penelitian 16
B.Jenis Penelitian 17
C. Instrumen Penelitian 17
D. Tahap Kegiatan Penelitian 18
1. Tahap Persiapan 18
a. Perizinan 18
b. Persiapan Peralatan 18
2. Studi Literatur 19
3. Pengambilan Data 19
4. Pengolahan Data 19
5. Analisis Laboratorium 19
6. Pemanfaatan Batubar 20
E. Diagram Alir Penelitian 21

vii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 22
A . Data Stasiun 22
1. Lokasi 1 (ST3) 23
2. Lokasi 2 (ST4) 24
3. Lokasi 3 (ST5) 25
B. Data Hasil Pengujian Batubara 26
C. Pemanfaatan Batubara 31

BAB V PENUTUP 39
A. Kesimpulan 39
B. Saran 40

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Standar Kualitas Batubara Sebagai Bahan Baku Briket Batubara


Dan Bahan Bakar Padat Berbasis Batubara 14
Tabel 2. Beberapa permasalahan uji nyala 14
Tabel 3. Alat dan bahan yang di gunakan dalam penelitian 17
Tabel 4. Analisis Ultimate 27
Tabel 5. Analisis Ultimate dan nilai kalori Lokasi 1 (ST3) 28
Tabel 6. Analisis Ultimate dan nilai kalori Lokasi 2 (ST4) 29
Tabel 7. Analisis Ultimate dan nilai kalori lokasi 3 (ST5) 30
Tabel 8. Analisis kandungan Air / Kelembapan (Inherent Moisture) 33
Tabel 9. Anlisis Kandungan Kadar Abu (Ash Content) 34
Tabel 10. Analisis Kandungan Zat Terbang (Volatile Matter) 35
Tabel 11. Analisis Kandungan Zat Terbang (Volatile Matter) 36
Tabel 12. Hasil Uji kualitas briket batubara) 37

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Singkapan Batubara Didasar Sungai 4


Gambar 2. Proses Terbentuknya Batubara 6
Gambar 3. Klasifikasi Batubara Menurut Seyler 10
Gambar 4. Jenis, Sifat Dan Kelas Batubara 11
Gambar 5. Peta Lokasi Daerah Penelitian 16
Gambar 6. Diagram Alir 21
Gambar 6. Peta Lokasi Daerah Penelitian 22
Gambar 7. Lokasi 1(St 3)Singkapan Batubara Desa Tawanga Kecamatan
Uluiwoi 23
Gambar 8. Lokasi 2 (St 4) Singkapan Batubara Desa Tawanga
Kecamatan Uluiwoi 24
Gambar 9. Lokasi 3 (St 5) Singkapan Batubara Desa Tawanga
Kecamatan Uluiwoi 25
Gambar 10. Grafit Nilai Kalori 27
Gambar 11. Briket Batubara Terkarbonisasi (St4) Dan Briket Batubara
Tanpa Terkarbonisasi (St3 Dan St5) 32
Gambar 12. Kadar Air Briket Batubara . 33
Gambar 14. Kadar Abu Briket Batubara 34
Gambar 15. Kadar Zat Terbang 35
Gambar 16. Kandungan Karbon Briket Batubara 36
Gambar 17.Uji Nyala Briket Batubara Terkarbonisasi (A) Dan Briket
Batubara Tanpa Terkarbonisasi (B) 38

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Teks Halaman

1 Singkapan Batubara daerah penelitian lokasi 1 41


(ST3)
2 Singkapan Batubara daerah penelitian lokasi 2 41
(ST4)
3 Singkapan Batubara daerah penelitian Lokasi 3 41
(ST5)
4 Deskripsi Sampel batubara lokasi 1 (ST3) 43
5 Deskripsi Sampel batubara lokasi 2 (ST4) 44
6 Deskripsi Sampel batubara lokasi 3 (ST5) 44
7 Proses uji Leb TekMira analisis ultimate dan nilai 45
kalori
8 Hasil uji leb TekMira dari Analisis ultimate dan 46
nilai kalori
9 Pengecilan ukuran batubara 70 mesh 47
10 Proses pengeringan batubara dengan suhu 1050C 48
selama 1 jam
11 Proses Karbonisasi batubara dengan suhu 3500C 48
selama 2 jam
12 Batubara setelah dikeringkan 48
13 Proses pembuatan briket batubra, sebelum 49
dikeringkan dan ditimbang
14 Proses pengeringan briket dengan oven dengan 49
suhu 1050C selama 1 jam
15 Proses Pengukuran Zat terbang dengan suhu 49
9000C selama 10 menit dan pengukuran kadar
abu dengan suhu 7500C selama 2 jam
menggunakan tanur
16 Proses Pengukuran nilai kalori briket 49
17 Lampiran Perhitungan 50

xi
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Batubara adalah batuan sedimen (padatan) yang dapat terbakar, terbentuk

dari sisa-sisa tumbuhan purba, berwarna coklat sampai hitam, yang sejak

pengendapannya mengalami proses fisika dan kimia yang mengakibatkan

pengayaan pada kandungan karbonnya (Anggayana, 2002).

Daerah penghasil batubara yang banyak dikenal di Indonesia adalah pulau

Sumatra dan Kalimantan. Hal ini disebabkan kedua daerah tersebut merupakan

daerah dengan produksi batubara terbesar di Indonesia Di Provinsi Sulawesi

Tenggara keterdapatan batubara tidak begitu banyak akan tetapi sumber bahan

galian seperti batubara sangat diharapkan dapat di produksi. Di Daerah penelitian

keterdapatan batubara termasuk dalam formasi pompangoi yang terdiri dari

litologi satuan batuan malihan berumur paleozoikum dan bersifat termalikan,

sedangkan batubara daerah penelitian masih tergolong sangatlah muda (Rizal,

2016)

Maka dari itu kualitas batubara berperan penting dalam menentukan kelas

batubara. Penentuan kualitas batubara dapat diperoleh dengan cara mengetahui

parameter kualitas pada batubara. Hal ini dapat diketahui menggunakan analisis

kimia atau analsis ultimat dan pengujian laboratorium terhadap sampel batubara.

Analisis ultimat adalah analisa laboratorium untuk menentukan kandungan

Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O) dan belerang (S) dalam batubara dengan

metoda tertentu (Sukandarrumidi, 1995).

1
2

Berdasarkan kendungan unsur dan nilai kalorinya dari yang paling besar

ke yang paling kecil, batubara Indonesia termasuk ke dalam jenis antrasit,

bituminus, sub bituminus, dan lignit (brown coal). Meningkatkan kadar atau nilai

pada batubara untuk berbagai keperluan sangat perlu dilakukan karena mengingat

kondisi cadangan batubara Indonesia berdasarkan kualitasnya 24% termasuk

batubara peringkat rendah, 60% peringkat sedang, dan 15 peringkat tinggi serta

hanya 1% yang termasuk peringkat sangat tinggi.

Oleh karena itu perlu ada solusi untuk meningkatkan kualitas batubara

agar bernilai ekonomis salah satunya pemanfaatan batubara peringkat rendah

sampai sedang menjadi batubara cair, gas, kokas (Ghafarunnisa.D, 2017).

Penelitian ini bermaksud untuk menganalisis potensi pemanfaatan

batubara menggunakan data analisis ultimate dan nilai kalori Di Daerah Tawanga,

Kecamatan Uluiwoi, Kabupaten Kolaka Timur, Provinsi Sulawesi Tenggara.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana kandungan unsur kimia seperti karbon (C), hidrogen (H), oksigen

(O), sulfur (S) dengan menggunakan analisis ultimate dan nilai kalori pada

batubara di Daerah Tawanga, Kecamatan Uluiwoi, Kabupaten Kolaka Timur,

Provinsi Sulawesi Tenggara.

2. Bagaimana potensi pemanfaatan batubara di Daerah Tawanga, Kecamatan

Uluiwoi, Kabupaten Kolaka Timur, Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan

data analisis ultimate dan nilai kalori.


3

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yaitu :

1. Menentukan kandungan unsur kimia seperti karbon (C), hidrogen (H), oksigen

(O), sulfur (S) dengan menggunakan analisis ultimate dan nilai kalori pada

batubara di Daerah Tawanga, Kecamatan Uluiwoi, Kabupaten Kolaka Timur,

Provinsi Sulawesi Tenggara.

2. Menentukan pemanfaatan batubara batubara di Daerah Tawanga, Kecamatan

Uluiwoi, Kabupaten Kolaka Timur, Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan

data analisis ultimate dan nilai kalori.

3. Manfaat Penelitian

Manfaat dilakukan penelitian yaitu :

1. Diharapkan dengan dilaksanakanya penelitian ini dapat menarik minat bagi

peneliti lainnya untuk mengkaji lebih jauh mengenai kandungan unsur kimia

dan nilai kalori daerah penelitian

2. Memperkaya pengetahuan mengenai kualitas batubara di Daerah penelitian

3. Memberikan informasi tentang kualitas batubara di Daerah penelitian yang

menguntungkan bagi pemerintah

4. Memberikan informasi barang tambang yang terdapat di daerah penelitian.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kondisi Geologi dan Batubara Daerah Penelitian

Secara geografis, Daerah Tawanga, Kecamatan Uluiwoi, Kabupaten

Kolaka Timur, Provinsi Sulawesi Tenggara terletak di kordinat 3046’39’’ LS

sampai dengan 3048’26’’ LS dan di antara 121041’30’’ BT sampai dengan

121043’20’’ BT (Satapona, 2015).

Pengamatan kondisi geologi daerah penelitian meliputi pengamatan

geomorfologi, struktur geologi, dan stratigrafi. Di daerah penelitian (Desa

Tawanga) dijumpai perbukitan yang diselingi sungai, pedataran yang banyak

dijadikan area perkebunan, rekahan di sepanjang sungai, dan susunan batuan

berlapis. Singkapan batubara dapat terlihat di sepanjang sungai baik di dasar, tepi

sungai dengan kondisi berlapis, maupun di area perbukitan.

Gambar.1 Singkapan batubara didasar sungai

Dari hasil interpretasi data nilai resistivitas dan sounding kedalaman

(konfigurasi Schlumberger) yang disesuaikan dengan singkapan permukaan

batubara yang dilintasi oleh pengukuran resistivitas diduga lapisan batubara

4
5

ditandai oleh lapisan yang berwarna hitam dengan nilai resistivitas 100-145

Ohm meter. Lapisan ini nampak di permukaan, kedalaman sekitar 50 cm

memanjang di bawah permukaan dangkal (titik sounding 11-12) dan kedalaman

di atas 12 m (titik sounding 10-11) dengan ketebalan rata-rata kurang dari 2 meter

dan Berdasarkan komparasi data GPR dan resistivitas, diperoleh sebaran lapisan

batubara di bawah permukaan berada pada kedalaman 50 cm hingga kedalaman

22 m dengan ketebalan ± 2 meter (Ngkoimani,2017).

B. Batubara

Batubara adalah batuan sedimen (padatan) yang dapat terbakar,

terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan purba, berwarna coklat sampai hitam, yang

sejak pengendapannya mengalami proses fisika dan kimia yang mengakibatkan

pengayaan pada kandungan karbonnya (Anggayana, 2002).

1. Proses Pembentukan Batubara

Proses pembentukan batubara yaitu batubara berasal dari tumbuhan yang

disebabkan karena adanya proses geologi, kemudian berbentuk endapan batubara

yang dikenal sekarang ini. Pembusukan dari bahan tumbuhan merupakan proses

yang terjadi tanpa adanya oksigen, kemudian berlangsung di bawah air yang

disertai aksi dari bakteri, sehingga terbentuklah arang kayu. Tidak adanya oksigen

menyebabkan hidrogen lepas dalam bentuk karbondioksida atau karbonmonoksida

dan beberapa dari keduanya berubah menjadi metan.Vegatasi pada lingkungan

tersebut mati kemudian terbentuklah peat (gambut). Kemudian gambut tersebut

mengalami kompresi dan pengendapan di antara lapisan sedimen dan juga

mengalami kenaikan temperatur akibat geothermal gradient. Akibat proses


6

tersebut maka akan terjadi pengurangan porositas dan pengurangan moisture

sehingga terlepasnya grup OH, COOH, OCH3, dan CO dalam wujud cair dan gas.

Karena banyaknya unsur oksigen dan hidrogen yang terlepas maka unsur karbon

relatif bertambah yang mengakibatkan terjadinya lignit (brown coal). Kemudian

dengan adanya kompresi yang terus menerus serta kenaikan temperatur maka

terbentuklah batubara subbituminus dan bituminus dengan tingkat kalori yang

lebih tinggi dibandingkan dengan brown coal. Bumi tidak pernah berhenti, oleh

karena itu kompresi terus berlangsung diiringi bertambahnya temperatur sehingga

moisture sangat sedikit serta unsur karbon yang banyak merubah batubara

sebelumnya ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu antrasit yang merupakan kasta

tertinggi pada batubara (Cook, 1982). Proses pembentukan batubara sendiri dapat

dilihat pada Gambar.2

Gambar 2. Proses terbentuknya Batubara (Cook, 1982)


7

2. Pengotor Batubara

Beberapa pengotor yang biasanya terkandung dalam batubara antara lain

senyawa sangat kecil (trace element).

Sejumlah senyawa dalam jumlah kecil (trace element) yang terkandung

dalam batubara bisa mempengaruhi proses pembakaran dan mengakibatkan

pencemaran udara dari emisi gas buang yang dihasilkan. Senyawa yang sering

ditemui dalam jumlah kecil tersebut antara lain sodium (Na), sulfur (S),

Phosphorous (P), Klorida (Cl), Nitrat (NO3), Sulfat (S) dan Arsen (As). Senyawa

sodium dalam batubara akan menyebabkan presipitasi dalam boiler yang dapat

menurunkan efisiensi pembakaran. Batubara jenis lignit dengan kandungan

sodium 8% dapat menyebabakan fouling diboiler yang dapat menyebabkan

shutdown boiler yang membutuhkan waktu pembersihan selama 3 hari. . Sulfur

dalam batubara akan teroksidasi menghasilkan gas SO2 dalam gas buang yang

berpotensi menimbulkan hujan asam jika gas SO2 bereaksi dengan uap air

memhasilkan asam sulfat. Batubara biasanya mengandung 0,5%-8% senyawa

sulfur. Phosphorus dalam batubara akan menyebabkan endapan keras dalam boiler

yang akan menurunkan efisiensi pembakaran. Unsur Clorida (K), Nitrat (NO3-),

dan Sulfat (SO42-) akan menyebabkan korosi di boiler. Arsen terkandung dalam

jumlah yang sangat kecil dalam satuan ppb (partsper billion). Salah satu senyawa

yang umum dijumpai pada endapan batubara adalah sulfur. Beberapa jenis sulfur

yang umum dijumpai pada batubara, yaitu :

a. Pirit (FeS2), dijumpai berupa bentukan makrodeposit, seperti lensa, urat, dan

rekahan (joint).
8

b. Sulfur organik, secara kimia terikat dalam endapan batubara dengan jumlah
antara 20% - 80%.
c. Sulfur sulfat, umumnya dijumpai berupa kalsium sulfat dan besi sulfat dengan

jumlah relatif kecil.

3. Penentuan Kualitas Batubara

Penentuan Kualitas batubara dapat menggunakan metode analisis ultimate.

Analisis ultimate adalah analisa laboratorium untuk menentukan kandungan

Karbon, Hidrogen (H), Nitrogen (N), Oksigen (O) dan belerang (S) dalam

batubara dengan metode tertentu.

Prosedur analisis Ultimat ini cukup ringkas, dengan memasukkan sampel

karbon ke dalam alat laboratorium dan hasil analisis akan muncul kemudian pada

layar computer.

a. Kadar Karbon dan Hidrogen

Batubara terdiri dari senyawa kompleks dari karbon dan hydrogen yang

kemudian membentuk senyawa hidrokarbon.Batubara di bakar pada suhu 1300o –

1400o C menggunakan alat yang dilengkapi dengan detector inframerah dan

mikroprosesor. Kandungan karbon dan hydrogen dapat diketahui dengan melihat

intensitas beda potensial yang terdeteksi oleh alat.

b. Kadar Nitrogen

Nitrogen dalam batubara hanya terdapat dalam bentuk senyawa organic.

Biasanya senyawa nitrogen terdapat dalam kapiler air sehingga umumnya hanya

terdapat dibatubara muda. Pada proses pembakaran batubara, nitrogen yang

bereaksi dengan udara akan membentuk nitrogen dioksida


9

Penentuan kadar nitrogen di lakukan dengan memanfaatkan intensitas

bedapotensial yang di deteksi oleh alat.

c. Kadar Belerang Total (S)


Penentuan kadar sulfur dapat dilakukan dengan metode Eschka. Contoh

yang ditambahkan dengan campuran Eschka selanjutnya dibakar pada suhu

800oC. Hasil dari proses pembakaran itu dicampur dengan larutan barium klorida

dan membentuk endapan putih barium sulfat. Dengan begitu kandungan belerang

total dapat dihitung.

d. Kadar Oksigen

Oksigen di batubara terkandung pada senyawa organic, karbonat,

lempung, moisture dan lain – lain. Oksigen memiliki peranan dalam penentuan

derajat pembentukan batubara. Oksigen juga berperan penting dalam proses

gasifikasi dan likuifaksi batubara untuk menghasilkan senyawa hidrokarbon.

Kadar oksigen dapat ditentukan dengan rumus :

O = 100% - %C - %H - %N - %S ……………………………….. (5)

Dimana : O = kadaroksigen (%)

C = Kadar karbon (%)

H = Kadar hydrogen (%)

N = Kadar nitrogen (%)

S = Kadar sulfur (%) (Sukandarrumidi, 2008)


10

e. Nilai Kalori atau Calorivic Value (CV)

Nilai kalori yaitu jumlah panas yang dihasilkan apabila batubara dibakar

atau indikasi kandungan nilai energi yang terdapat pada batubara dan

mempresentasikan kombinasi pembakaran dari karbon, hidrogen, dan nitrogen

serta sulfur.

4. Klasifikasi batubara

Untuk penggolongan batubara ada beberapa klasifikasi batubara, namun

yang umum di gunakan dalam analisis laboratorium seperti analisis Ultimat

adalah klasifikasi batubara menurut seyler. Sistem Klasifikasi menurut seyler

adalah sistem klasifikasi batubara secara ilmiah yang kebanyakan berada pada

senyawa batubara dengan basis kering, bebas-zat mineral (dmmf).

Gambar 3. Klasifikasi batubara menurut seyler (Sukandarrumidi, 2008)


11

Dasar klasifikasi seyler adalah analisis ultimat dari senyawa organik

dalam batubara. Contohnya adalah unsur karbon (dmmf) yang doplot terhadap

unsur hidrogen (dmmf) sebagai koordinat.

Berdasarkan bentuk dan kandungannya batubara dapat di kelompokan

menjadi empat jenis, (Sukandarrumidi, 1995) yaitu :

Gambar 4. Jenis, Sifat dan Kelas Batubara (Sukandarrumidi, 1995).

a. Lignit

Lignit atau biasa dikenal dengan brown coal adalah batubara yang sangat

lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya. Lignit merupakan batubara

geologis muda yang memiliki kandungan karbon terendah, 25- 35%. Nilai panas

yang dihasilkan berkisar antara 4.000 hingga 8.300 BTU per pon
12

b. Sub-Bituminus

Sub-Bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, oleh

karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan

bituminus, dengan kandungan karbon 35-45% dan menghasilkan nilai panas

antara 8.300 hingga 13.000 BTU per pon. Meskipun nilai panasnya rendah,

batubara ini umumnya memiliki kandungan belerang yang lebih rendah daripada

jenis lainnya, yang membuatnya disukai untuk dipakai karena hasil

pembakarannya yang lebih bersih

c. Bituminus

Bituminus mengandung 68-86% unsur karbon (C) serta berkadar air 8 -

10% dari beratnya. Nilai panas yang dihasilkan antara 10.500 - 15.500 BTU

per pon.

e. Antrasit

Antrasit merupakan kelas batubara tertinggi, dengan warna hitam

berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86-98% unsur karbon (C) dengan

kadar air kurang dari 8%. Nilai panas yang dihasilkan hampir 15.000 BTU per

pon.(Sukandarrumidi, 1995).

5. Pemanfaatan Batubara

Berdasarkan kandungan unsur dan nilai kalorinya dari yang paling besar ke

yang paling kecil, batubara Indonesia termasuk ke dalam jenis antrasit, bituminus,

sub bituminus, dan lignit (brown coal) (Ghafarunnisa.D, 2017). Di Indonesia lebih

dari 46% merupakan batubara kualitas rendah dari jenis lignit.


13

Batubara dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar langsung, sebagai non

bahan bakar dan bahan bakar langsung. Pemanfaatan batubara kualitas rendah

(Lignit) dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar langsung contohnya di sebagai

briket. Briket merupakan bahan bakar padat dengan bentuk dan ukurab tertentu,

yang tersusun dari butiran batubara halus yang telah mengalami proses

pemampatan dengan daya tekan tertentu, agar bahan bakar tersebut lebih muda

ditangani dan menghaslikan nilai tambah dalam pemanfaatan. (Soedjoko dkk,

2009).

Ada tiga jenis briket batubara yang berbeda-beda komposisinya yaitu :

Briket batubara biasa (Non Karbonisasi) yaitu campuran berupa batubara mentah

dan zat perekat (biasanya lempung). Sangat sederhana dan biasanya berkualitas

rendah. Briket batubara terkarbonisasi yaitu batubara yang digunakan

dikarbonisasi terlebihdahulu dengan cara membakarnya pada suhu tertentu

sehingga sebagian zat pengotor terutama zat terbang (Volatile Metters) hilang.

Dengan bahan bahan perekat yang baik briket batubara yang dihasilkan akan

menjadi sangat baik dan rendah emisi. Briket Bio-Batubara yaitu selain kapur dan

zat perekat, ke dalam campuran ditambahkan. Bio-masa biasaya digunakan dari

ampas industri agro (seperti bagas tebu,ampas kelapa sawit, sekam padi,dll)atau

serbuk gergaji.

Akan tetapi ada beberapa parameter tertentu yang yang mentukan kualitas

dari sebuah briket batubara yang di hasilkan. Seprti menentukan tingkat kadar air

batubara (Moisture), nilai zat terbang (Volatile Metters), nilai zat abu (Ash), nilai

karbon (Carbon), dan Nilai kalorinya.


14

Tabel 1. Standar Kualitas Batubara Sebagai Bahan Baku Briket Batubara Dan
Bahan Bakar Padat Berbasis Batubara (sumber : ESDM, 2006)

Jenis Briket
Abu % Nilai Total
Batubara/Bahan
No (Adb) Kalori Sulfur Keterangan
Bakar Padat
Cal/g % (Adb)
Berbasis Batubara
Penambahan
Briket Batubara Bahan Pengikat
Tanpa Akan
Terkarbonisasi Dan Min Meningkatkan
1 Briket Bio- <10 5.100 Maks 1 Kadar Abu Dan
Batubara Menurunkan
Nilai Kalori
Karbonisasi
Akan
Briket Batubara Min Meningkatkan
Terkarbonisas Dan <5 3.500 Maks 1 Nilai Kalori Dan
2 Light Coal Kadar Abu

Pada briket, ujinyala perlu dilakukan guna mengetahui apakah

superkarbon yag dibuat dapat berfungsi sebagai mana mestinya. Adapun

parameteryang diamati mencangkup lama penyalaan

Tabel 2. Beberapa permasalahan uji nyala (Sumber : Kurniawan dan Marsono,


2008)
Macam Masalah Faktor Penyebab Cara Mengatasi

Nyala api sebentar Bahan penyala minim Tambahkan bahan


penyala

Bara sebentar Pengempaan minim Tambahkan pengempaan

Briket batubara sulit Briket belum kering Pengeringan maksimal


menyala benar

Asap terlalu banyak Briket masih basah Pengeringan maksimal

Abu muda rontok Bahan perekat minim Tambahkan bahan


perekat
15

Batubara kualitas rendah jenis lignit dapat di manfaatkan sebagai non

bahan bakar dapat dilakukan melalui beberapa cara di antaranya mengkonversikan

batubara menjadi bentuk lain yang bermanfaat melalui proses karbonisasi,

gasifikasi, hidrogenasi, oksidasi, ekstraksi, dan aminasi menggunakan karbon

batubara atau kokas sebagai reduktor, memanfaatkan sifat fisik batubara misalnya

karbon aktif, elektroda karbon, pelapis (coating), dan bahan cetakan

memanfaatkan abu (limbah pembakaran) (Ghafarunnisa.D, 2017).

Mengingat cadangan batubara peringkat rendah jenis lignit jauh lebih

besar dibandingkan dengan sub-bituminus, maka dilakukan percobaan pembuatan

karbon aktif dengan bahan baku batubara jenis lignit (Suliestyah, 2014).

Pembuatan karbon aktif dari batubara, diharapkan dapat menghasilkan

produk yang berkualitas untuk mengurangi penggunaan bahan baku konvensional

seperti tempurung kelapa dan arang kayu yang jumlahnya terbatas. Beberapa jenis

percobaan pembuatan karbon aktif dengan bahan baku batubara peringkat rendah:

antara lain pembuatan Arang Aktif dari batubara (Pari,2000), Pembuatan karbon

aktif dari batubara subbituminus (Nining dkk, 2000).


III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Lokasi penelitian berada pada Desa Tawanga, Kecamatan Uluiwoi,

Kabupaten Kolaka Timur, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Lokasi Penelitian

Gambar 5. Peta Lokasi Daerah Penelitian

16
17

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu metode observasi lapangan,

penelitian kualitatif berupa data primer dan data sekunder.

Data primer yaitu data yang di dapat di lapangan, Observasi, serta analisis

di laboratorium. Data primer berupa pengambilan sampel serta penentuan titik

kordinat. Data sekunder, yaitu data yang di kumpulkan dari pustaka dan instansi

terkait. Data sekunder berupa peta geologi dan peta topografi.

Penelitian kuantitatif adalah analisis laboratorium untuk mengetahui unsur

kimia dan nilai kalori yang terkandung dalam analisis ultimate dan nilai Kalori

batubara yang terdapat di daerah penelitian

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang di gunakan dalam penelitian merupakan instrumen yang

sifatnya membantu peneliti dalam proses pengumpulan data dan analisis data

penelitian. Instrumen yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut :

Tabel 3. Alat dan bahan yang di gunakan dalam penelitian

No Nama Alat/Instrumen Jumlah Kegunaan

1 GPS 1 buah Sebagai penunjuk titik koordinat

2 Kompas Brunton 1 buah Sebagai alat untuk menentukan


arah, mengukur besarnya sudut
kemiringan dan menentukan
posisi horizontal
3 Palu Geologi 3 buah Sebagai alat untuk mengambil
sampel
4 Kantong Sampel 1 set Sebagai tempat menyimpan

sampel
18

No Nama Alat/Instrumen Jumlah Kegunaan

5 Spidol Permanen 1 buah Untuk menandai kantong sampel

6 Rol Meter 1 buah Untuk mengukur dalam skala


lebih besar
7 Buku Lapangan 1 buah Sebagai tempat untuk mencatat
hasil deskripsi di lapangan
8 Peta Topografi lokasi 1 buah Sebagai peta dasar
penelitian skala 1:20.000
9 Peta Adminstrasi Daerah 1 buah Sebagai petunjuk lokasi
penelitian
10 Sampel Batubara 3 sampel Sebagai bahan uji kualitas batu
bara

D. Tahap Kegiatan Penelitian

Kegiatan ini dilaksanakan melalui beberapa tahap, yaitu dimulai dengan

tahap persiapan, studi literaur, Pengambilan data (data primer dan data sekunder),

tahap pengolahan sampel batubara, tahap analisa laboratorium, serta yang terakhir

dilakukan yakni tahap analisis pemanfaaatan batubar berdasarkan hasil analisis

laboratorium.

1. Tahapan Persiapan
Pada tahapan persiapan dilakukan pembuatan proposal penelitian,

persiapan peralatan-peralatan serta perizinan yang akan digunakan selama

penelitian.

a. Perizinan
Pada tahap ini dilakukan pembutan surat izin penelitian dari jurusan yang

akan di kirim ke tempat penelitian.

b. Persiapan Peralatan
Pada tahapan ini dilakukan persiapan alat-alat yang akan digunakan selama
dilakukannya penelitian lapangan, seperti palu geologi, GPS, kompas geologi, dan
peta lokasi penelitian
19

2. Studi Literatur

Tahapan ini meliputi kegitan pengumpulan sumber atau referensi yang

berhubungan dengan analisis pemanfaatan batubara berdasarkan data analisis

ultimate dan nilai kalori.

3. Penngambilan Data

Tahapan ini dilakukan dengan pengumpulan data-data yang berhubungan

dengan penelitian berupa Penentuan titik kordinat, Pengambilan Sampel batubara

di atas permukaan, dan peta geologi sebaran batubara didaera Tawanga,

Kecamatan Uluiwoi, Kabupaten Kolaka Timur, Provinsi Sulawesi Tenggara .

4. Pengolahan Data

Proses pengolahan data dilakukan setelah data yang berkaitan dengan

penelitian ini telah di kumpulkan, kemudian melakukan pendeskripsian sampel

barubara megaskopis, dan perpaparasi sampel batura.

5. Analisis Laboratorium

Pada tahapan pengolahan data dilakukan analisis laboratorium yang

meliputi pengolahan data seperti :

a. Analisa Ultimate yaitu analisa laboratorium untuk menentukan Karbon

(C), Hidrogen (H), Oksigen (O) dan belerang (S) dalam batubara dengan

metode tertentu dengan menggunakan laboratorium TekMira Bandung

b. Penentuan nilai kalori batubara di atas permukaan.


20

6. Pemanfaatan Batubara

Menganalisis pemanfaatan batubara berdasarkan hasil pengujian laboratorium

menggunakan metode analisis ultimate dan nilai kalori, agar batubara bernilai

ekonomis
21

D. Diagram Alir Penelitian

Adapun tahapan penelitian ini dapat di lihat pada Gambar 6

MULAI

Studi Literatur

Pengambilan Data

Data Primer
- Penentuan titik
kordinat Data Sekunder
- Pengambilan - Peta Geologi
sampel batubara - Peta Topografi
di atas
permukaan

Pengolahan Data
- Pendeskripsian sampel batubara
- Preparsai sampel batubara

Analisis Laboratorium
- Analisis Ultimate
- Nilai Kalori

Tahap Analisis Pemanfaatan Batubara


- Analisis Potensi pemanfaatan batubara
berdasarkan data hasil uji leb

Selesai

Gambar 6. Diagram alir


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Stasiun

Lokasi penelitian berada pada Desa Tawanga, Kecamatan Uluiwoi,

Kabupaten Kolaka Timur, Provinsi Sulawesi Tenggara yang terletak di koordinat

3046’39” LS sampai dengan 30 48’26” LS dan antara 121041’30” BT sapai dengan

121043’20” BT dengan pengambilan sampel melalui 3 lokasi stasiun yaitu lokasi

1 (ST3) , lokasi 2 (ST4) dan lokasi 3 (ST5)

Lokasi Penelitian

Gambar 6. Peta Lokasi Daerah Penelitian

22
23

a. Lokasi 1 (ST3)

Gambar 7. Lokasi 1 (ST 3) singkapan batubara Desa Tawanga Kecamatan


Uluiwoi

Dijumpai singkapan batuan sedimen non klastik dengan dimensi penjang 3,60

meter dan lebar 68 cm berada pada koordinat S 030 46’ 58,18” dan E 1210 42’

05,11”. Secara fisik batuan ini dalam kondisi lapuk berwarna coklat kehitaman

dengan gores berwarna coklat kehitaman, kilap dull/ kusam dengan kekerasan

sampel dapat di pecahkan oleh tangan tanpa kesulitan (very soft), serta

pemilahannya ketidak merataan persebaran ukuran butir (poory ported) dengan

porositas yang rendah dan memiliki pongotor seperti terdapat akar tumbuhan pada

sampel (plant roots).

23
24

b. Lokasi 2 (ST4)

Gambar 8. Lokasi 2 (ST 4) singkapan batubara Desa Tawanga Kecamatan


Uluiwoi

Dijumpai singkapan batuan sedimen non klastik dengan dimensi penjang 18

meter dan lebar 2,80 m berada pada koordinat S 030 46’ 58,62” dan E 1210 42’

04,89” .Secara fisik batuan ini dalam kondisi lapuk berwarna coklat kehitaman

dengan gores berwarna coklat kehitaman, kilap dull/ kusam dengan kekerasan

sampel dapat di pecahkan oleh tangan tanpa kesulitan (very soft), serta

pemilahannya ketidak merataan persebaran ukuran butir (poory sorted) dengan

porositas yang rendah dan tidak memiliki pongotor seperti akar tumbuhan (plant

roots).

24
25

c. Lokasi 3 (ST5)

Gambar 9. Lokasi 3 (ST 5) singkapan batubara Desa Tawanga Kecamatan


Uluiwoi

Dijumpai singkapan batuan sedimen non klastik dengan dimensi penjang

3,4 cm dan lebar 68 cm berada pada koordinat S 030 47’ 00,72” dan E 1210 42’

03,63” .Secara fisik batuan ini dalam kondisi lapuk berwarna hitama dengan

gores berwarna hitam, kilap dull/ kusam dengan kekerasan sampel dapat di

pecahkan oleh tangan tanpa kesulitan (very soft)., serta pemilahannya ketidak

merataan persebaran ukuran butir (poory sorted) dengan porositas yang rendah

dan memiliki pongotor seperti terdapat akar tumbuhan pada sampe

25
26

B. Data Hasil Pengujian Batubara

Penelitian ini merupakan studi kegiatan untuk menentukan potensi

pemanfaatan batubara berdasarkan analisis ultimate dan nilai kalori daerah

penelitian. Pengujian dilakukan dilaboratorium Pusat Penelitian Dan

Pengembangan Teknologi Mineral Dan Batubara Bandung (TekMira). Pengujian

yang dilakukan antara lain Analisis ultimate dan nilai kalori sebanyak 3 sampel

yaitu lokasi 1 (ST3), lokasi 2 (ST4), dan lokasi (ST5).

Analisa laboratorium untuk menentukan kadar karbon (C), hidrogen (H),

oksigen (O), nitrogen (N), dan sulfur (S) terhadap sampel batubara. Prosedur

analisis ultimat ini cukup ringkas, dengan memasukkan sampel karbon ke

dalam alat dan hasil analisis akan muncul kemudian pada layar computer. Analisis

ultimate untuk menentukan kadar karbon (C), hidrogen (H), nitrogen (N)

menggunakan alat LECO CHN 2000 dengan teknik infra merah (IR) dan analisis

sulfur memakai LECO SC 632 dengan teknik infra merah. Metode yang

digunakan berdasarkan ASTM (American Society for Testing and Materials).

Pengujian nilai kalori (heating value) suatu bahan bakar diperoleh dengan

menggunakan bomb calorimeter. Nilai kalori yang diperoleh melalui bomb

calorimeter adalah nilai kalori atas atau highest heating value (HHV) dan nilai

kalori bawah atau lowest heating value (LHV). Perhitungan nilai kalori kotor

berdasarkan standar ASTM D240.

Dari pengujian bomb calorimeter dapat dihitung panas yang diserap air

dalam bomb calorimeter dan energi setara bomb calorimeter serta LHV dan HHV

26
27

Berdasarkan Hasil Analisis lab Pusat Penelitian Dan Pengembangan

Teknologi Mineral dan Batubara (TekMira) didapatkan hasil yaitu seperti berikut :

Tabel 4. Analisis Ultimate

STASIUN SAMPEL
PARAMETER 6386/18 6387/18 6388/18
SAMPEL SATUAN
ST3 ST4 ST5

ULTIMATE :
SULFUR 0,40 0,68 0,56 %
KARBON 29,49 37,08 26,21 %
HIDROGEN 3,78 4,25 3,50 %
NITROGEN 0,74 1,14 0,56 %

NILAI KALORI 2.716 3.350 2.349 Cal/g

NILAI KALORI
4,000

3,000

2,000

1,000

0
ST1 ST2 ST3

Gambar 10. Grafit Nilai Kalori

27
28

1. Hasil analisi data Lokasi 1 (ST3)

Berdasarkan hasil analisis ultimate atau penentuan kandungan unsur

batubara seperti kadugan sulfur, karbon, hidrogen dan nitrogen dan nilai kalori

dari conto lokasi 1 (ST3) yang dilakukan proses pengujian diLab TekMira

didapatkan kandungan sulfur 0,40 %, kandugan karbon 29,49 %, kendungan

hidrogen sebesar 3,78 %, kandungan nitrogen sebesar 0,78 %, dengan kandungan

kalori sebesar 2.716 cal/gram .

Berdasarkan hasil data diatas dapat di simpulkan bahwa barubara yang

terdapat pada lokasi 1 (ST3) dapat diklasifikasikan dalam batubara brown coal

atau batubara jenis Lignit.

Tabel 5. Analisis Ultimate dan nilai kalori Lokasi 1 (ST3)

PARAMETER STASIUN SAMPEL


SAMPEL
6386/18 SATUAN
ST3
ULTIMATE :
SULFUR 0,4 %
KARBON 29,49 %
HIDROGEN 3,78 %
NITROGEN 0,74 %
NILAI KALORI 2.716 %

2. Hasil analisi data Lokasi 2 (ST4)

Berdasarkan hasil analisis ultimate atau penentuan kandungan unsur batubara

seperti kadugan sulfur, karbon, hidrogen dan nitrogen dan nilai kalori dari conto

lokasi 2 (ST4) yang dilakukan proses pengujian di Lab TekMira didapatkan

kandungan sulfur 0,68 %, kandugan karbon 37,08 %, kendungan hidrogen

28
29

sebesar 4,25 %, kandungan nitrogen sebesar 1,14 % dengan kandungan

kandungan kalori sebesar 3.350 cal/gram

Berdasarkan hasil data diatas dapat disimpulkan bahwa barubara yang

terdapat pada lokasi 2 (ST4) dapat diklasifikasikan dalam batubara brown coal

atau batubara jenis Lignit

Tabel 6. Analisis Ultimate dan nilai kalori Lokasi 2 (ST4)

PARAMETER STASIUN SAMPEL


ANALISIS
6387/18 SATUAN
ST4
ULTIMATE :
SULFUR 0,68 %
KARBON 37,08 %
HIDROGEN 4,25 %
NITROGEN 1,14 %
NILAI
KALORI 3.350 Cal/g

3. Hasil analisi data Lokasi 3 (ST5)

Berdasarkan hasil analisis ultimate atau penentuan kandungan unsur batubara

seperti kadugan sulfur, karbon, hidrogen dan nitrogen dan nilai kalori dari conto

lokasi 3 (ST5) yang dilakukan proses pengujian di Lab TekMira didapatkan

kandungan sulfur 0,56 %, kandugan karbon 26,21 %, kendungan hidrogen

sebesar 3,50 %, kandungan nitrogen sebesar 0,56 % dengan kandungan

kandungan kalori sebesar 2.349 cal/gram. Hasil data diatas dapat disimpulkan

bahwa barubara yang terdapat pada lokasi 3 (ST5) dapat diklasifikasikan dalam

batubara brown coal atau batubara jenis Lignit.

29
30

Tabel 7. Analisis Ultimate dan nilai kalori lokasi 3 (ST5)

PARAMETER STASIUN SAMPEL


ANALISIS
6388/18 SATUAN
ST5
ULTIMATE :
SULFUR 0,56 %
KARBON 26,21 %
HIDROGEN 3,5 %
NITROGEN 0,56 %

NILAI KALORI 2.349 Cal/g

Berdasarkan uraian diatas, diketahui bahwa secara umum presentase

kandungan sulfur, kendungan karbon, kandungan hidrogen, kandungan nitrogen

dan nilai kalori pada conto batubara lokasi 2 (ST4) memiliki nilai kalori yang

lebih tinggi dibandingkan conto batubara lokasi 1 (ST3) dan lokasi 3 (ST5) yag di

sebabkan oleh tingginya nilai unsur karbon, hidrogen dan nitrogen yang memicu

peningkatan nilai kalori pada proses pembakaran batubara, dimana kandungan

karbon merupakan unsur/komponen utama pada proses pembakaran dan

kandungan unsur hidrogen berperan untuk mengikat nitrogen dalam proses

memproduksi gas amonia dalam proses pembakaran. Sehinga semakin tinggi

nilai karbon, hidrogen dan nitrogen pada suatu batubara maka nilai kalori yang

terdapat pada batubara akan semakin besar.

Sedangkan untuk conto batubara lokasi 1 (ST3) memiliki kandungan sulfur,

kendungan Karbon, kandungan hidrogen, kandungan nitrogen tidak jauh berbeda

dengan conto batubara lokasi 3 (ST5) yaitu di mana conto batubara lokasi 1

(ST3) lebih besar presentasenya di bandingkan conto lokasi 3 (ST5), dimana

kandungan karbon, nitrogen dan hidrogen pada lokasi 1 (ST3) lebih besar

30
31

sehingga nilai kalori pada lokasi 1 (ST3) lebih besar di bandingkan dengan nilai

kalori yang terdapat pada conto sampel 3 (ST5).

C. Pemanfaatan Batubara

Hasil analisis ultimate dan nilai kalori batubara daerah penelitian

merupakan batubara berjenis lignit. Akan tetapi batubara daerah penelitian

potensi dapat dimanfaatkan berdasarkan nilai kalorinya menjadi suatu bahan

bakar alternatif seperti briket kalori rendah pengganti minyak bumi dan gas yang

lebih murah.

Pada tahap ini dilakukan untuk mengelolah batubara kualitas rendah

(Lignit) menjadi sesuatu agar bernilai ekonomis salah satunya dibuat menjadi

briket. Briket batubara adalah bahan bakar padat dengan bentuk dan ukuran

tertentu yang tersusun dari butiran batubara halus yang mengalami proses

pemampatan dengan daya teken tertentu, agar bakar tersebut lebih muda ditangani

dan menghasilkan nilai tambah dalam pemanfaatan.

Jenis briket batubara terbagi atas 2 yaitu briket batubara terkabonisasi dan

briket tanpa terkarbonisasi. Briket batubara terkabonisasi yaitu batubara yang

digunakan dikarbonisasi terlebih dahulu sebelum menjadi briket, dimana pada

proses karbonisasi zat-zat terbang yang terkandung dalam batubara diturunkan

serendah mungkin sehingga produksi akhirnya tidak berbau dan berasap. Proses

karbonisasi meliputi tahap pemanasan batubara dalam kondisi udara terbatas atau

tanpa udara sehingga sebagian zat pengotor terutama zat terbang (Volatile

Metters), minyak dan gas akan menguap, dan yang tersisa hanya sebagian besar

arang batubara (fixed carbon). Dengan bahan perekat yang baik, briket batubara

31
32

yang dihasilkan akan menjadi sangat baik dan rendah emisi. Briket batubara non

karbonisasi yaitu batubara yang di gunakan tidak mengalami dikarbonisasi

sebelum diproses menjadi briket batubara sehingga harganya lebih murah karena

zat terbangnya masih terkandung dalam briket.

Dalam penelitian ini dilakukan dua jenis pembuatan briket yaitu non

karbonisasi pada sampel batubara ST3 dan batubara ST4 dikarbonisasi terlebih

dahulu, untuk membandingkan nilai kalori diantar dua jenis briket.

Gambar 11.Briket Batubara Terkarbonisasi (ST4) Dan Briket Batubara Tanpa


Terkarbonisasi (ST3 dan ST5)

32
33

1. Analisis kandungan Air / Kelembapan (Inherent Moisture)

Tabel 8. Analisis kandungan Air / Kelembapan (Inherent Moisture)


Massa Kadar
Stasiun Parameter m1 (g) m2 (g) m3 (g)
Sampel Air

105 (4
Briket ST3 jam) 19,8051 40,9511 60,7562 57,9999 13,91712

Briket ST4
105 (4
Terkarbonisasi jam) 20,7687 40,9511 61,7079 60,2761 6,89798

20

15
Briket
10
Briket
5 Terkarbonisasi

Kadar Air

Gambar 13. Kadar air briket batubara

Inherent Moisture merupakan parameter kualitas batubara yang berperan

penting terhadap kualitas yang lain terutama Calorific value. Dimana Calorific

value berperan dalam nilai kualitas pembakaran dan sudah di atur dalam

pembuatan dan pemanfaatan briket batubara berdasarkan permen ESDM no. 47

tahun 2006 nilai Inherent Moisture maksimal 20%. Dari komposisi dan ukuran

yang digunakan dalam penelitian ini nilai Inherent Moisture dibawa angka yang

ditentukan permen ESDM, dimana nilai Inherent Moisture analisis sampel briket

batubara tanpa terkarbonisasi memiliki nilai 13, 9171 % sedangkan briket

33
34

batubara yang terkarbonisasi memiliki kandungan Inherent Moisture sebesar

6,8979 %

2. Anlisis Kandungan Kadar Abu (Ash Content)


Tabel 9. Anlisis Kandungan Kadar Abu (Ash Content)

A B
Kode Bobot
No A+B Bobot
Sampel Bobot Cawan (g) Setelah Kehilangan Kadar
sampel Kosong Tanur Bobot Abu
(g) (g) (g) (g) (%)

1 Briket 3,0217 43,2754 46,2971 46,0935 0,2036 6,74


Briket
2 Karbonisasi 3,1063 43,6281 46,7344 46,5539 0,1805 5,81

Briket Briket Terkarbonisasi

6.74

5.81

Kadar Abu (Ash Content)

Gambar 14. Kadar Abu briket batubara

Ash Content merupakan salahsatu parameter kualitas batubara yang

berperan pentung terhadap kualitas yang lain dan sudah di atur dalam pembuatan

dan pemanfaatan briket batubara berdasarkan permen ESDM no. 47 tahun 2006

nilai bahwa nilai Ash Content maksimal 10%. Dari komposisi dan ukuran yang

digunakan dalam penelitian ini nilai Ash Content dibawa angka yang ditentukan

permen ESDM, dimana nilai Ash Content analisis sampel briket batubara tanpa

terkarbonisasi memiliki nilai 6,74% sedangkan briket batubara yang

terkarbonisasi memiliki kandungan Ash Content sebesar 5,81%. Ash Content

yang terkandung dalam bahan bakar padat adalah mineral silika yang tidak dapat

34
35

terbakar setelah proses pembakaran yang mempunyai pengaruh kurang baik

terhadap nilai kalori yang dihasilkan. Sehingga semakin tinggi Ash Content maka

kualitas briket akan semakin rendah.

3. Analisis Kandungan Zat Terbang (Volatile Matter)

Tabel 10. Analisis Kandungan Zat Terbang (Volatile Matter)


A B
Kode Bobot Bobot Kadar
No A+B
Sampel Bobot Cawan Setelah Selisih Zat Mudah
(g)
sampel Kosong Tanur Bobot Menguap
(g) (g) (g) (g) (%)
1 Briket 3,0217 43,2754 46,2971 43,8835 2,4136 20,12
Briket
2 Karbonisasi 3,1063 43,6281 46,7344 44,1339 2,6005 16,28

Briket Tanpa Karbonisasi Briket Terkarbonisasi

20.12
16.28

Kadar Zat Terbang (Volatile Matter)

Gambar 15. Kadar Zat Terbang

Volatile Matter bertujuan untuk mengetahui jumlah zat yang dapat menguap

sebagai hasil dekomposisi senyawa yang masih terdapat di dalam batubara selain

Moisture, dalam permen ESDM no. 47 tahun 2006 tentang pemanfaatan briket

batubara tidak ada presentase yang ditetapkan akan tetapi Volatile Matter

terendalah yang menjadi nilai yang terbaik sebab kandungan Volatile Matter yang

tiggi dalam batubara akan meyebabpkan asap lebihbanyak saat briket dinyalakan,

yang di sebabkan adanya reaksi karbon monoksida. Pada briket batubara tanpa

35
36

terkarbonisasi memiliki kandungan Volatile Matter sebesar 20,12 % sedangkan

batubara yang terkarbonisasi memiliki kandungan Volatile Matter sebesar

16,28%

4. Analisis Kandungan Karbon (Fixed Carbon)


Tabel 11. Analisis Kandungan Zat Terbang (Volatile Matter)
Kadar Kadar A+B+ Kadar
Kadar
Kode Zat Mdh Air C Karbon
No Abu
Sampel Menguap (%) (%) terikat
(%)
(%) (%)
1 Briket 20,12 6,74 13,9171 40, 7771 59,2229
Briket 71,
2 16,28 5,81 6,89798 28,98798
Karbonisasi 01202

80 71.012

70 59.2229
60

50
Kadar Karbon (%)

Briket Tanpa Terkarbonisasi Briket Terkarbonisasi

Gambar 16. Kandungan Karbon briket batubara

Fixed Carbon bertujuan untuk mengetahui jumlah zat yang terdapat atau yang

tertambat. Dalam pemanfaatan briket batubara dan bahan bakar berbasis batubara

bahwa untuk Fixed Carbon tidak ada ketentuan umum untuk presentase hasil

namun semakin besar nilai Fixed Carbon maka akan lebih baik, jika mengarah

pada permen ESDM sebab Fixed Carbon adalah 100% di kirang jumlah Ash

Content, Inherent moisture, volatile matter. Dimana kandungan Fixed Carbon

36
37

untuk briket tanpa terkarbonisasi yaitu 59,2229 % sedangkan Fixed Carbon untuk

briket terkarbonisasi yaitu 71,012%

Tabel 12. Hasil Uji kualitas briket batubara


Kadar Kadar Nilai
No Kode Sampel Zat Mdh Kadar Kadar Karbon Kalori
Menguap Abu Air (%) terikat Cal/g
(%) (%) (%)

1 Briket 20,12 6,74 13,9171 59,2229 5926,23


2 Briket 16,28 5,81 6,89798 71,012 6796,98
Karbonisasi

Berdasarkan hasil pengamatan diatas dan bakumutu kualitas briket batubara

permen ESDM No.47 tahun 2006 batubara daerah penelitian berpotensi untuk

dijadikan sebagai bahan bakara alternatif yaitu briket batubara yang

terkarbonisasi, karena berdasarkan hasil uji kualitas briket terkarbonisasi memiliki

kalori yang lebih tinggi 6796,98 cal/g dibandingan dengan briket tanpa

terkarbonisasi sebesar 5926,23 cal/g. Dikarenakan sebelum batubara dijadikan

sebuah briket batubara terlebih dahulu dikabonisasi terlebih dahulu dimana pada

fase ini batubara dipanaskan dalam tanur dengan suhu 3500C selama 1,5 jam

dalam kondisi udara terbatas sehingga zat terbang berupa minyak dan gas akan

menguap dan yang tersisa hanya sebagian besar arang batubara (fixed carbon ).

Serta memiliki kandungan air lebih rendah yaitu 6,89798 %, kadar abu (Ash

Content) yaitu 5,81% dengan zat terbang sebesar 16,28 %. Sedangkan briket

tanpa terkarbonisasi memiliki kandungan air lebih banyak sebesar 13,9171 % ,

Kadar Abu (Ash Content ) yaitu 13,9171 % dengan kandungan zat terbang

sebesar 20,12 %.

Akan tetapi briket batubara ini memiliki sedikit kekurang pada saat briket

batbara dinyalakan. Briket tanpa terkarbonisasi memiliki watu yang cukup lama

37
38

untuk dinyalakan dengan waktu 5 menit yang disebabkan briket belum kering

benar, bara batubara sebentar yang disebabkan minimnya pengapaan, nyala api

sebentar yang disebabkan kurangnya bahan penyala seperti penambahan arang,

serta kandungan asap relatif banyak dan abu mudah rontok. Sedangkan briket

batubara terkarbonisasi memilki watu yang cukup cepat untuk dinyalakan

dibandingkan briket tanpa terkarbinisasi yaitu dengan waktu 3 menit. Akan tetapi

briket ini memiliki sedikit kendala saat dinyalakan yaitu nyala api sebentar yang

disebabkan kurangnya/minimnya bahan penyala, bara briket sebentar yang

disebabkan pengapaan minim, serta abu muda rontok yang disebabkan kurangnya

bahan perekat .

(A) (B)
Gambar 17. Uji nyala briket batubara terkarbonisasi (A) dan briket batubara
tanpa terkarbonisasi (B)

38
V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan batubara daerah penelitian dapat di

simpulkan sebai berikut :

1. Berdasarkan kandungan unsur kimia seperti karbon, hidrogen, nitrogen, sulfur

dengan menggunakan Analisis Ultimate dan Nilai kalori pada batubara di

Daerah Tawanga, Kecamatan Uluiwoi, Kabupaten Kolaka Timur, Provinsi

Sulawesi Tenggara pada lokasi 2 (ST 4) memiliki kandungan karbon hidrogen,

nitrogen, silfir dan nilai kalori yang lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi 1

(ST3) dan lokasi 3 (ST5) dengan kandungan karbon sebesar 37,08 %,

hidrogen sebesar 4,25 %, nitrogen sebesar 1,14 %, dan sulfur sebesar 0,68 %

dan dengan nilai kalori dari 3.350 cal/g

2. Berdasarkan hasil analisis ultimate dan nilai kalori potensi pemanfaatan

batubara di Daerah Tawanga, Kecamatan Uluiwoi, Kabupaten Kolaka Timur,

Provinsi Sulawesi Tenggara batubara daerah penelitian potensi dapat

dimanfaatkan menjadi briket terkarbonisasi dengan kandungan air yaitu

6,89798 %, kadar abu (Ash Content ) yaitu 5,81% dengan zat terbang sebesar

16,28 % dengan nilai kalori 6796,98 cal/g. Namun daerah penelitian jika

dilakukan kegiatan penambangan dalam skala besar masih kurang efektif yang

dikarenkan batubara masih dalam kualitas rendah (lignit).

39
40

B. Saran

1. Berdasarkan hasil penelitian ini penulis menyarankan agar peneliti

selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai batubara

daerah Tawanga, kecamatan Uluiwoi, kabupaten Kolaka Timur berdasarkan

analisis ultimate dan nilai kalori sehingga bataubara daerah penelitian dapat

dimanfaatkan berdasarkan kualitas batubara.

2. Untuk peneliti selanjutnya penulis menyarankan mencari lebih banyak lagi

metode pemanfaatan batubara jenis lignit untuk dimanfaatkan lebih lanjut.


DAFTAR PUSTAKA

Anggayana, K, 2002, Genesa batubara.Departemen teknik pertambangan Institut


Teknologi Bandung : Bandung
Cook, A. C. 1982. The Origin and Petrology of Organic Matter in Coals, Oil,
Shales, and Petroleum Source-Rock. Australia: Geology Departement
of Wollonggong University. Ltd
ESDM., 2006. Standar Kualitas Batubara Sebagai Bahan Baku Briket Batubara
Dan Bahan Bakar Badat Berbasis Batubara.
Ghafarunnisa.D, 2017, Pemanfaatan Batubara Menjadi Karbon Aktif Dengan
ProsesKarbonisasi Dan Aktivasi Menggunakan Reagen Asam Fosfat
(H3po4) Dan Ammonium Bikarbonat (Nh4hco3). Magister Teknik
Pertambangan, UPN “Veteran” Yogyakarta
Hambali E, dkk, 2007, Teknologi Bioenergi, Agromedia, Jakarta.

Kurniawan,O,. dan Marsono., 2008, Superkarbon, Bahan Bakar Alternatif


Pengganti Minyak Tanah dan Gas. Penebar Swadya. Jakarta

Ngkoimani dkk, 2017., analisa potensi cadangan batubara di kecamatan uluiwoi


kabupaten kolaka timur provinsi sulawesi tenggara, Kendari :
Universitas Halu Oleo
Ninin dkk, 2000, Pembuatan Karbon Aktif dengan Bahan Baku Batubara
Indonesia (Adaro), Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Mineral, Bandung, .
Rizal, 2016. Studi Pemetaan Pola Sebaran Dan Analisa Kualitas Batubara Daerah
Tawanga, Kecamatan Uluiwoi, Kabupaten Kolaka Timur, Provinsi
Sulawesi Tenggara [Skripsi], Kendari : Universitas Halu Oleo

Soedjoko Tirtosoekotjo, dkk., 2009, Prospek Briket Batubara Lignit Sebagai


Bahan Bakar Alternatif Sektor Rumah Tangga Dan Industri Kecil.
Jakarta : Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara, Departemen
ESDM dan Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi

Satapona, 2015, Geologi Regional Tawangatua Kolaka Timur, Kendari :


Universitas Halu Oleo

Suliestyah, Hanny D, 2003, Pemanfaatan Batubara Lignit Bangko Sumatera


Selatan Sebagai Bahan Baku Pembuatan Karbon Aktif, Laporan
Penelitian Dosen FTM Usakti Jakarta.
Suliestyah, 2014, Pemanfaatan Batubara Peringkat Rendah Sebagai Bahan Baku
Karbon Aktif Dengan Aktivator Zncl2, Jakarta : Fakultas
Teknologi Kebumian & Energi, Usakti

Sukandarrumidi. 2008. Batubara dan Gambut. Yogyakarta: GadjahMada


University Press.
Sukandarrumidi. 1995. Batubara dan Gambut. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Yuli Patmawati dkk, 2017. Pemanfaatan Batubara Lignit Kalimantan Timur


Menjadi Karbon Aktif. Samarinda-KALTIM : Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda
LAMPIRAN
41

LAMPIRAN A
FOTO PENGAMBILAN SAMPEL DAN PENGUJIAN

Lampiran 1. Singkapan Batubara daerah penelitian lokasi 1 (ST3)

Lampiran 2. Singkapan Batubara daerah penelitian lokasi 2 (ST4)

Lampiran 3. Singkapan Batubara daerah penelitian Lokasi 3 (ST5)


42

ST 3

Locatio PB River

Warna Coklat Kehita man

Kilap Dull / kusam

Gores Coklat Kehitaman

Kekerasan Sampel dapat di pecahkan oleh tangan tanpa


kesulitan (Very soft).

Pemilahan Ketidak merataan persebaran ukuran butir (Poory


Sorted) dengan porositas yang rendah

Pengotor Terdapat akar tumbuhan pada sampel (Plant


Roots)

Structure B

Lampiran 4. Deskripsi Sampel batubara lokasi 1 (ST3)


43

ST 4

Locatio PB River

Warna Coklat Kehitaman

Kilap Dull / kusam

Gores Coklat Kehitaman

Kekerasan Sampel dapat di pecahkan oleh tangan tanpa


kesulitan (Very soft).

Pemilahan Ketidak merataan persebaran ukuran butir (Poory


Sorted) dengan porositas yang rendah

Pengotor -

Structure

Lampiran 5. Deskripsi Sampel batubara lokasi 2 (ST4)


44

ST 5

Locatio PB River

Warna Hitama

Kilap Dull / kusam

Gores Hitam

Kekerasan Sampel dapat di pecahkan oleh tangan tanpa


kesulitan (Very soft).

Pemilahan Ketidak merataan persebaran ukuran butir (Poory


Sorted) dengan porositas yang rendah

Pengotor Terdapat akar tumbuhan pada sampel (Plant Roots)

Structure -

Lampiran 6. Deskripsi Sampel batubara lokasi 3 (ST5)


45

Lampiran 7. Proses uji Leb TekMira analisis ultimate dan nilai kalori
46

Lampiran 8. Hasil uji leb TekMira dari Analisis ultimate dan nilai kalori
47

LAMPIRAN B
FOTO PEMBUATAN BRIKE DAN PENGUJIAN

Lampiran 9. Pengecilan ukuran batubara 70 mesh

Lampiran 10. Proses pengeringan batubara dengan suhu 1050C selama 1 jam
48

Lampiran 11. Proses Karbonisasi batubara dengan suhu 3500C selama 2 jam

Lampiran 12. Batubara setelah dikeringkan

Lampiran 13. Proses pembuatan briket batubra, sebelum dikeringkan dan


ditimban
49

Lampiran 14. Proses pengeringan briket dengan oven dengan suhu 1050C selama
1 jam

Lampiran 15. Proses Pengukuran Zat terbang dengan suhu 9000C selama 10
menit dan pengukuran kadar abu dengan suhu 7500C selama 2 jam menggunakan
tanur

Lampiran 16. Proses Pengukuran nilai kalori briket


50

LAMPIRAN C
PERHITUNGAN

A. Perhitungan Nilai Kadar Air batubara

Rumus yang digunakan untuk menghitung kadar air adalah

(𝐦𝟐−𝐦𝟑)
Kadar air (%) = 𝐱 𝟏𝟎𝟎%
(𝐦𝟐−𝐦𝟏 )

Ket .

m1 = berat cawan kosong


m2 = berat cawan + sampel (gr) sebelum pemanasan
m3 = berat cawan + sampel (gr) setelah pemanasan
Dik. m1 = 40,9511 gram massa sampel = 4,777 gram
m2 = 45,7281 gram
m3 = 44,2354 gram
peny.

(45,7281 gram − 44,2354 gram)


Kadar air (%) = 𝐱 𝟏𝟎𝟎%
(45,7281 gram – 40,9511 gram )

1,4927
Kadar air (%) = x 100%
4,777

Kadar air (%) = 31,2476 %


Dengan menggunakan rumus yang sama akan didapatkan nilai kadar air

seperti di bawah

Massa
Stasiun Parameter m1 (g) m2 (g) m3 (g) Kadar Air
Sampel

ST3 105 (1 jam) 4,777 40,9511 45,7281 44,2354 31,24764497

ST4 105 (1 jam) 4,8723 40,9511 45,8234 44,3211 30,83348726


51

B. Perhitungan Nilai Kadar Air briket

Rumus yang digunakan untuk menghitung kadar air adalah :

(𝐦𝟐−𝐦𝟑)
Kadar air (%) = 𝐱 𝟏𝟎𝟎%
(𝐦𝟐−𝐦𝟏 )

Ket .

m1 = berat cawan kosong


m2 = berat cawan + sampel (gr) sebelum pemanasan
m3 = berat cawan + sampel (gr) setelah pemanasan
Dik. m1 = 40,9511 gram massa sampel = 19,8051 gram
m2 = 60,7562 gram
m3 = 57,9999gram
peny.

(60,7562 gram – 57,9999 gram)


Kadar air (%) = 𝐱 𝟏𝟎𝟎%
(60,7562 gram – 40,9511 gram )

2,7563
Kadar air (%) = x 100%
19,8051

Kadar air (%) = 13,9171 %

Dengan menggunakan rumus yang sama akan didapatkan nilai kadar air

briket seperti di bawah

Massa Kadar
Stasiun Parameter m1 (g) m2 (g) m3 (g)
Sampel Air

105 (4
Briket ST3 jam) 19,8051 40,9511 60,7562 57,9999 13,91712

Briket ST4
105 (4
Terkarbonisasi jam) 20,7687 40,9511 61,7079 60,2761 6,89798
52

C. Perhitungan Zat Terbang (Volatile Matter)

Rumus yang digunakan untuk menghitung kadar zar terbang dengan temperatur

9500C dengan waktu 10 menit adalah :

𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 –𝑆𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡


Kadar VM (%) = 𝑥 100 %
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Bobot Sampel = Berat sampel + cawan - Berat cawan kosong

Selisih Bobot = Berat sampel + cawan - Bobot setelah di tanur

Ket.

Berat cawan kosong = 43,2754 gram


Berat sampel + cawan = 46,2971 gram
Bobot Setelah Di Tanur = 43,8835 gram

Peny.
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 –𝑆𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡
Kadar VM (%) = 𝑥 100 %
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Bobot Sampel = Berat sampel + cawan - Berat cawan kosong

Bobot Sampel = 46,2971 gram - 43,2754 gram

= 3,0217 gram

Selisih Bobot = Berat sampel + cawan - Bobot setelah di tanur

Selisih Bobot = 46,2971 gram - 43,8835 gram


= 2,4136 gram
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 –𝑆𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡
Kadar VM (%) = 𝑥 100 %
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

3,0217 gram –2,4136 𝑔𝑟𝑎𝑚


Kadar VM (%) = 𝑥 100 %
3,0217 𝑔𝑟𝑎𝑚

Kadar VM (%) = 20,12gram

No Kode A B A+B Bobot Selisih Kadar


Sampel (g) Setelah Bobot Zat Mudah
Tanur (g) Menguap
(g) (%)
53

Bobot
Bobot Cawan
sampel Kosong
(g) (g)
1 Briket 3,0217 43,2754 46,2971 43,8835 2,4136 20,12
Briket
2 Karbonisasi 3,1063 43,6281 46,7344 44,1339 2,6005 16,28
Dengan menggunakan rumus yang sama akan didapatkan nilai kadar Zat

Terbang (Volatile Matter)briket seperti di bawah

D. Perhitungan Zat Abu (Ash)

Rumus yang digunakan untuk menghitung kadar abu (ash) dengan suhu 7500C

dengan waktu 2 jam adalah :

𝐾𝑒ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡
Kadar Ash (%) = 𝑥 100 %
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Bobot Sampel = Berat sampel + cawan - Berat cawan kosong

Kehilangan Bobot = Berat sampel + cawan - Bobot setelah di tanur

Ket.

Berat cawan kosong = 43,2754 gram

Berat sampel + cawan = 46,2971 gram

Bobot Setelah Di Tanur = 46,0935 gram

Peny.
𝐾𝑒ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡
Kadar Ash (%) = 𝑥 100 %
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Bobot Sampel = Berat sampel + cawan - Berat cawan kosong

Bobot Sampel = 46,2971 gram - 43,2754 gram

= 3,0217 gram

Kehilangan Bobot = Berat sampel + cawan - Bobot setelah di tanur


54

Kehilangan Bobot = 46,2971 gram - 46,0935 gram


= 0,2036 gram
𝐾𝑒ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡
Kadar Ash (%) = 𝑥 100 %
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

0,2036 𝑔𝑟𝑎𝑚
Kadar Ash (%) = 3,0217 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100 %

Kadar Ash (%) = 6,74 gram

Dengan menggunakan rumus yang sama akan didapatkan nilai kadar abu

(Ash) briket seperti di bawah

A B
Kode Bobot
No A+B
Sampel Bobot Bobot Cawan Setelah Kehilangan Kadar
(g)
sampel Kosong Tanur Bobot Abu
(g) (g) (g) (g) (%)
1 Briket 3,0217 43,2754 46,2971 46,0935 0,2036 6,74
Briket
2 Karbonisasi 3,1063 43,6281 46,7344 46,5539 0,1805 5,81

E. Perhitungan Karbon

Rumus yang digunakan untuk menghitung kadar Karbon d adalah :

Kadar Karbon (%) = 100% - (Kadar air + VM + Ash)

Dik.

Kadar air (%) = 13,9171 %


Kadar Ash (%) = 6,74 %
Kadar VM (%) = 20,12 %

Peny.

Kadar Karbon (%) = 100% - (Kadar air + VM + Ash)

Kadar Karbon (%) = 100% - (13,9171% + 20,12 % + 6,74 %)

Kadar Karbon (%) = 100 % - 40, 7771%


55

Kadar Karbon (%) = 59,2229 %


Dengan menggunakan rumus yang sama akan didapatkan nilai Kandungan

Karbon briket seperti di bawah

Kadar A+B+ Kadar


Kadar Kadar
Kode Zat Mdh C Karbon
No Abu Air (%)
Sampel Menguap (%) terikat
(%)
(%) (%)

1 Briket 20,12 6,74 13,9171 40, 7771 59,2229


Briket
2 16,28 5,81 6,89798 28,98798 71, 01202
Karbonisasi

Anda mungkin juga menyukai