PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut: Limbah yang berkaitan
dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif). Limbah
laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang
perawatan/isolasi penyakit menular. Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan,
darah dan cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi. Limbah
sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat
sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik.
Hasil dari kualitas pengolahan limbah cair tidak terlepas dari dukungan pengelolaan
limbah cairnya. Suatu pengelolaan limbah cair yang baik sangat dibutuhkan dalam
mendukung hasil kualitas effluent sehingga tidak melebihi syarat baku mutu yang ditetapkan
oleh pemerintah dan tidak menimbulkan pencemaran pada lingkungan sekitar.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
J Kumpulan terpisah limbah kaca, logam dan plastic
3
C. Cara Pengelolaan Limbah Laboratorium
Tujuan penanganan limbah adalah untuk mengurangi resiko pemaparan limbah terhadap
kuman yang menimbulkan penyakit (patogen) yang mungkin berada dalam limbah tersebut.
Penanganan limbah antara lain ditentukan oleh sifat limbah, yaitu :
a. Limbah berbahaya dan beracun, dengan cara :
Netralisasi
Limbah yang bersifat asam dinetralkan dengan basa seperti kapur tohor, CaO atau
Ca(OH)2 Sebaliknya, limbah yang bersifat basa dinetralkan dengan asam seperti H2SO4
atau HCI.
Pengendapan/sedimentasi, koagulasi dan flokulasi
Kontaminan logam berat dalam ciaran diendapkan dengan tawas/FeC13, Ca(OH)2/CaO
karena dapat mengikat As, Zn, Ni. Mn dan Hg.
Reduksi-Oksidasi
Terhadap zat organik toksik dalam limbah dapat dilakukan reaksi reduksi oksidasi
(redoks) sehingga terbentuk zat yang kurang/tidak toksik.
Penukaran ion
Ion logam berat nikel, Ni dapat diserap oleh kation, sedangkan anion beracun dapat
diserap oleh resin anion.
b. Limbah infeksius
Ada beberapa metode penanganan limbah cair/padat yang bersifat infeksius, yaitu:
Metode Desinfeksi
Adalah penanganan limbah (terutama cair) dengan cara penambahan bahan-bahan
kimia yang dapat mematikan atau membuat kuman-kuman penyakit menjadi
tidak aktif.
Metode Pengenceran (Dilution)
Dengan cara mengencerkan air limbah sampai mencapai konsentrasi yang cukup
rendah, kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Kerugiannya ialah bahan
kontaminasi terhadap badan-badan air masih tetap ada, pengendapan yang terjadi dapat
menimbulkan pendangkalan terhadap badan-badan air seperti selokan, sungai dan
sebagainya sehingga dapat menimbulkan banjir.
Metode Proses Biologis
4
Dengan menggunakan bakteri-bakteri pengurai. Bakteri-bakteri tersebut akan
menimbulkan dekomposisi zat-zat organik yang terdapat dalam limbah.
Metode Ditanam (Landfill)
Yaitu penanganan limbah dengan menimbunnya dalam tanah.
Metode Insinerasi (Pembakaran)
Pemusnah limbah dengan cara memasukkan ke dalam insinerator. Dalam insinerator
senyawa kimia karbon yang ada dibebaskan ke atmosfir sebagai CO2 dan H2O. Bahan-
bahan seperti mineral, logam dan bahan organik lainnya (kuman penyakit, jaringan
tubuh, hewan, darah, bahan kimia, kertas, plastik) yang tidak terbakar tersisa dalam
bentuk abu yang beratnya 10-30% dari berat aslinya (tergantung dari jenis limbah).
c. Limbah radioaktif
Masalah penanganan limbah radioaktif dapat diperkecil dengan memakai radioaktif
sekecil mungkin, menciptakan disiplin kerja yang ketat dan menggunakan alat yang
mudah didekontaminasi. Penanganan limbah radioaktif dibedakan berdasarkan:
1. Bentuk : cair, padat dan gas,
2. Tinggi-rendahnya tingkat radiasi sinar gamma (γ),
3. Tinggi-rendahnya aktifitas
4. Panjang-pendeknya waktu paruh,
5. Sifat : dapat dibakar atau tidak.
Ada 2 sistem penanganan limbah radioaktif :
1. Dilaksanakan oleh pemakai secara perorangan dengan memakai proses
peluruhan, peguburan dan pembuangan.
2. Dilaksanakan secara kolektif oleh instansi pengolahan limbah radioaktif,
seperti Badan Tanaga Atom Nasional (BATAN).
d. Limbah umum
Limbah umum non infeksius setelah dikumpulkan dalam wadah kantong plastik diikat
kuat dan dibakar di incinerator.
Berdasarkan bentuk limbah yang dihasilkan, dibedakan menjadi:
1. Limbah padat
Limbah padat di laboratorium relatif kecil, biasanya berupa endapan atau kertas saring
terpakai, sehingga masih dapat diatasi. Limbah padat dibedakan menjadi:
5
1. Limbah padat infeksius
2. Limbah padat non infeksius
e. Limbah gas
Limbah yang berupa gas umumnya dalam jumlah kecil, sehingga relatif masih aman
untuk dibuang langsung di udara, contohnya limbah yang dihasilkan dari penggunaan
generator, sterilisasi dengan etilen oksida atau dari thermometer yang pecah (uap air
raksa).
f. Limbah cair
Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair (PP
No.82 Thn 2001). Umumnya laboratorium berlokasi di sekitar kawasan hunian,
sehingga akumulasi limbah cair yang meresap ke dalam air tanah dapat membahayakan
lingkungan sekitar. Limbah cair terbagi atas:
1. Limbah cair infeksius
2. Limbah cair domestic
3. Limbah cair kimia
Berdasarkan atas dasar asalnya, dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1. Limbah organic
Limbah ini terdiri atas bahan-bahan yang besifat organik seperti dari kegiatan rumah
tangga, kegiatan industri. Limbah ini juga bisa dengan mudah diuraikan melalui proses
yang alami.
1. Limbah anorganik
Limbah anorganik berasal dari sumber daya alamyang tidak dapat di uraikan dan tidak
dapat diperbaharui.
Langkah-langkah Untuk Mengurangi Limbah Laboratorium
Berikut merupakan langkah-langkah yang dapat kita lakukan untuk mengurangi limbah di
laboratorium kesehatan:
1. Penggunaan kembali limbah laboratorium berupa bahan kimia yang telah
digunakan, setelah melalui prosedur daur ulang yang sesuai. Sebagai contoh:
(hal ini paling sesuai untuk pelarut yang telah digunakan) Pelarut organik
6
seperti etanol, aseton, kloroform, dan dietil eter dikumpulkan di dalam
laboratorium secara terpisah dan dilakukan destilasi.
2. Sebelum melakukan reaksi kimia, dilakukan perhitungan mol reaktan-reaktan
yang bereaksi secara tepat sehingga tidak menimbulkan residu berupa sisia
bahan kimia. Selain menghemat bahan yang ada, hal ini juga akan mengurangi
limbah yang dihasilkan.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai seorang laboran pastinya kita tahu bagaimana kondisi di laboratorium
kesehatan. Dimana setiap kegiatan di laboratorium tidak selalu memberikan dampak positif
bagi masyarakat sekitarnya tetapi juga dapat menjadi dampak negatif bagi mereka. Salah
satunya adalah cemaran limbah laboratorium yang tidak diolah dengan benar. Pengelolaan
limbah laboratorium kesehatan yang tidak baik akan memicu resiko terjadinya kecelakaan
kerja dan penularan penyakit dari pasien ke pasien yang lain maupun dari dan kepada
masyarakat pengunjung laboratorium kesehatan. Oleh kerna itu untuk menjamin keselamatan
dan kesehatan tenaga kerja maupun orang lain yang berada dilingkungan laboratorium
kesehatan dan sekitarnya perlu kebijakan sesuai manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
dengan melaksanakan kegiatan pengelolaan dan monitoring limbah rumah sakit sebagai salah
satu indikator penting yang perlu diperhatikan.
B. Saran
Demi menjaga keselamatan dan kesehatan kerja, perlu diperhatikan dalam pengelolaan
limbah laboratorium dengan baik dan benar. Dengan demikian resiko dampak negative bagi
pasien, masyarakat maupun petugas laboratorium kesehatan akan berkurang dan bahkan tidak
akan terjadi dampak negatif.
8
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/upload-
document?archive_doc=254250797&escape=false&metadata=%7B%22context%22%3A%22arc
hive_view_restricted%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C%22action%22%3A%22dow
nload%22%2C%22logged_in%22%3Atrue%2C%22platform%22%3A%22web%22%7D