Anda di halaman 1dari 16

KANKER PAYUDARA

A. Pengertian Kanker Payudara


Kanker adalah suatu proses penyakit yang dimulai ketika DNA sel normal
bermutasi secara genetik dan sel menjadi abnormal. Sel kemudian membelah dan
berproliferasi secara abnormal tidak terkendali, dan akan terus membelah diri,
selanjutnya menyusup ke jaringan sekitarnya (invasive) dan terus menyebar
melalui jaringan ikat, darah, dan menyerang organ-organ penting serta syaraf
tulang belakang. Dalam keadaan normal, sel hanya akan membelah diri jika ada
penggantian sel-sel yang telah mati dan rusak. Sebaliknya sel kanker akan
membelah terus meskipun tubuh tidak memerlukannya, sehingga akan terjadi
penumpukan sel baru yang disebut tumor ganas. (Brunner&Suddarth, 2001).
Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, dan
jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara (Depkes, 2009).
Kanker payudara adalah massa ganas yang berasal dari pembelahan diluar kendali
sel-sel yang ada di jaringan payudara (Sukardja, 2000). Kanker payudara dapat
berasal dari jaringan payudara itu sendiri atau dari jaringan lain yang merupakan
hasil metastase dari kanker lain.
B. Klasifikasi
Menurut Suryo (2009), klasifikasi kanker payudara :
1. Karsinoma In Situ
Karsinoma in situ artinya adalah kanker yang masih berada pada tempatnya,
merupakan kanker dini yang belum menyebar atau menyusup keluar dari
tempat asalnya.
2. Karsinoma Duktal

Karsinoma duktal berasal dari sel-sel yang melapisi saluran yang menuju ke
puting susu. Sekitar 90% kanker payudara merupakan karsinoma duktal.
Kanker ini bisa terjadi sebelum maupun sesudah masa menopause. Kadang
kanker ini dapat diraba dan pada pemeriksaan mammogram, kanker ini
tampak sebagai bintik-bintik kecil dari endapan kalsium (mikrokalsifikasi).
Kanker ini biasanya terbatas pada daerah tertentu di payudara dan bisa
diangkat secara keseluruhan melalui pembedahan. Sekitar 25-35% penderita
karsinoma duktal akan menderita kanker invasif (biasanya pada payudara
yang sama).

3. Karsinoma Lobuler

Karsinoma lobuler mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, biasanya terjadi


setelah menopause. Kanker ini tidak dapat diraba dan tidak terlihat pada
mammogram, tetapi biasanya ditemukan secara tidak sengaja pada
mammografi yang dilakukan untuk keperluan lain. Sekitar 25-30% penderita
karsinoma lobuler pada akhirnya akan menderita kanker invasive (pada
payudara yang sama atau payudara lainnya atau pada kedua payudara).

4. Kanker Invasif

Kanker invasif adalah kanker yang telah menyebar dan merusak jaringan
lainnya, bisa terlokalisir (terbatas pada payudara) maupun metastatik
(menyebar ke bagian tubuh lainnya). Sekitar 80% kanker payudara invasif
adalah kanker duktal dan 10% adalah kanker lobuler

5. Karsinoma Meduler

Kanker ini berasal dari kelenjar susu.

6. Karsinoma Tubuler

Kanker ini berasal dari kelenjar susu

C. Etiologi
Tidak ada satupun penyebab spesifik kanker payudara, sebaliknya serangkaian
faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat menunjang
terjadinya kanker ini. Bukti yang terus bermunculan menunjukkan bahwa
perubahan genetik berkaitan dengan kanker payudara, namun apa yang
menyebabkan perubahan genetik masih belum diketahui. Perubahan genetik ini
termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal, dan hubungan protein baik
yang menekan atau meningkatkan perkembangan payudara (Brunner&Suddarth,
2001).
1. Virus
Virus dianggap dapat menyatukan diri dalam struktur genetik sel, sehingga
mengganggu proliferasi dari populasi sel tersebut.
2. Agens fisik
Faktor-faktor yang berkaitan dengan karsinogenesis mencakup pemajanan
terhadap sinar matahari, radiasi pengionisasi, pemajanan terhadap medan
elektomagnetik, dan iritasi atau inflamasi kronik.
3. Agens kimia

Kebanyakan zat kimia yang berbahaya menghasilkan efek-efek toksik


dengan mengganggu struktur DNA pada bagian-bagian tubuh yang jauh dari
pajanan zat kimia.
4. Faktor genetik
Faktor genetik juga memainkan peranan dalam pembentukan sel kanker.
Jika kerusakan DNA terjadi pada sel dimana pola kromosomnya abnormal,
dapat terbentuk sel-sel mutan.
5. Faktor makanan
Faktor makanan diduga berkaitan 40% sampai 60% sebagai penyebab
kanker. Substansi makanan dapat proaktif (protektif), karsinogenik atau ko-
karsinogenik. Risiko kanker meningkat sejalan ingesti janka panjang
karsinogenik atau ko-karsinogenik atau tidak adanya substansi proaktif
dalam diet.
6. Agens hormonal
Pertumbuhan tumor mungkin dipercepat engan adanya gangguan dalam
keseimbangan hormone baik oleh pembentukan hormon tubuh sendiri
(endogenus) atau pemberian hormon eksogenus.

D. Faktor Risiko Kanker Payudara


Faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko kanker payudara dikelompokkan
menjadi 2 yaitu : (Jochelson, 2011)
1. Faktor yang dapat dikontrol

a. Berat badan
Obesitas berhubungan dengan meningkatnya risiko kanker payudara,
khususnya pada wanita menopause. Lemak tubuh merupakan bahan
dasar utama pembuatan estrogen, karena itu pada wanita yang gemuk
mempunyai kecenderungan memproduksi estrogen lebih banyak,
sehingga akan meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara.
b. Olahraga
Berolahraga dapat menurunkan risiko kanker payudara. American
cancer society merekomendasikan melakukan olahraga 5 kali
seminggu selama 45-60 menit.
c. Konsumsi alkohol
Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa meningkatnya risiko
kanker payudara berbanding lurus dengan jumlah alcohol yang
dikonsumsi. Alkohol dapat membatasi kemampuan hati untuk
mengontrol kadar hormone estrogen yang beredar dalam darah.
d. Penggunaan obat hormonal
Pemakaian obat hormonal terutama oral yang dipakai secara terus
menerus lebih dari 7 tahun, meningkatkan risiko untuk terjadinya
kanker payudara.
e. Riwayat menyusui
Pada perempuan yang tidak pernah menyusui, kelenjar susu tidak
pernah dirangsang untuk mengeluarkan air susu. Sehingga dapat
dikatakan bahwa pemberian ASI pada anak dapat mengurangi risiko
kanker payudara.
f. Riwayat kehamilan
Melahirkan anak pertama di usia lebih dari 35 tahun dapat
meningkatkan risiko kanker payudara. Kehamilan di atas usia 35
tahun akan disertai peningkatan pengeluaran hormone estrogen yang
pada akhirnya merangsang payudara secara berlebihan.
2. Faktor yang tidak dapat dikontrol :
a. Jenis kelamin
Wanita lebih berisiko terkena kanker payudara, karena sel pada
payudara wanita selalu berubah dan tumbuh sebagian besar
disebabkan karena aktivitas hormone estrogen dan progesterone.
b. Riwayat keluarga yang menderita kanker
Kemungkinan terjadinya kanker payudara meningkat jika ibu, saudara
kandung, bibi (tante), saudara sepupu, atau nenek ada yang menderita
kanker payudara atau jenis kanker lainnya.
c. Riwayat memiliki tumor jinak dan kanker sebelumnya
Jika seorang wanita pernah terdiagnosa dengan kanker payudara maka
risiko terkena kanker payudara kembali semakin meningkat bila
dibandingkan dengan wanita yang belum pernah memiliki kanker
payudara.
d. Status menstruasi (menarche dan menopause)
Mendapat haid pertama pada usia kurang dari 10 tahun, keadaan ini
berarti peredaran hormone sudah dimulai pada usia yang muda dan
menyebabkan peningkatan pertukaran zat hormone. Risiko kanker
payudara juga dapat meningkat ketika seorang wanita mendapatkan
menopause pada usia lebih dari 50 tahun, yang berarti peredaran
hormone akan berlangsung dalam jangka waktu yang lebih lama.
e. Usia
Risiko kanker payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia.
Setiap sepuluh tahun risiko kanker meningkat dua kali lipat. Kejadian
puncak kanker payudara meningkat di usia 40-50 tahun.
E. Tanda dan Gejala Kanker Payudara
Keluhan pasien kanker payudara berbeda-beda sesuai dengan stadiumnya.
Umumnya pasien karsinoma in situ, T1 dan T2 datang dengan keluhan adanya
benjolan pada payudara tanpa disertai nyeri atau hasil pemeriksaan skrining
mamografi yang abnormal. Pada stadium lanjut, perubahan-perubahan pada
payudara akan ditemui, seperti :perubahan pada permukaan kulit payudara,
keluarnya discharge dari putting, serta perubahan pada ukuran dan bentuk
payudara. Selain itu, dapat pula ditemui pembesaran kelenjar limfa dan tanda-
tanda metastase pada jaringan lain. (Hoskins dkk, 2005).
Menurut depkes (2009) gejala yang paling sering didapat pada kanker payudara
adalah adanya benjolan di payudara yang dapat menimbulkan keluhan seperti :
1. Keluhan di payudara atau ketiak dan riwayat penyakitnya

a. Benjolan
b. Kecepatan tumbuh
c. Rasa sakit
d. Nipple discharge (keluarnya cairan dari putting susu berupa cairan,
darah atau pus)
e. Retraksi puting (putting tertarik ke dalam)
f. Krusta pada areola
g. Kelainan kulit : dimpling (lekukan pada kulit payudara seperti lesung
pipit di pipi karena tarikan tumor), peau de orange (penampakan kulit
payudara berkerut seperti kulit jeruk karena adanya oedema
subkutan), ulserasi dan venektasi.
h. Perubahan warna kulit, kulit putting susu dan areola melekuk ke
dalam atau berkerut.
i. Perubahan bentuk dan besarnya payudara
j. Adanya benjolan di ketiak
k. Edema lengan

2. Keluhan di tempat lain berhubungan dengan metastasis, antara lain :


a. Rasa nyeri pada tulang (vertebra, femur)
b. Rasa penuh di ulu hati
c. Batuk
d. Sesak
e. Sakit kepala hebat
F. Stadium Kanker Payudara
Stadium adalah suatu sistem klasifikasi berdasarkan pada penampilan luas
anatomik malignansi suatu kanker yaitu letaknya, sampai dimana penyebarannya,
sejauh mana pengaruhnya terhadap organ tubuh yang lain. Sistem universal
penentuan stadium memungkinkan perbandingan kanker dari sel asal serupa.
Klasifikasi membantu menentukan rencana tindakan dan prognosis pasien
individual, evaluasi riset, perbandingan hasil tindakan antara institusi dan
perbandingan statistik dunia.
Penentuan stadium kanker didasarkan pada empat karakteristik :
1. Ukuran kanker
2. Sifat kanker invasif atau non invasif
3. Apakah kanker mencapai kelenjar getah bening
4. Apakah kanker telah menyebar ke bagian tubuh lainnya
Stadium pada kanker biasanya dinyatakan dengan angka pada skala dari 0 sampai
IV. Dengan stadium 0 menggambarkan kanker non invasif yang tetap pada lokasi
asalnya dan stadium IV menggambarkan kanker yang invasif telah menyebar
keluar dari bagian payudara ke bagian tubuh lainnya. Stadium kanker berbeda
dengan grade kanker walaupun keduanya menggunakan angka sebagai skalanya.
Stadium kanker berskala 0 sampai IV sedangkan grade kanker berskala 1 sampai
3. Suatu grade kanker payudara ditentukan berdasarkan pada bagaimana bentuk
sel kanker dan perilaku sel kanker dibandingkan dengan sel normal. (Jochelson,
2011).
Berikut adalah Grade dalam kanker payudara : (Williams, 2011).
1. GRADE 1
Ini adalah grade yang paling rendah, sel kanker lambat dalam berkembang,
biasanya tidak menyebar.
2. GRADE 2
Ini adalah grade tingkat sedang
3. GRADE 3
Ini adalah grade yang tertinggi, cenderung berkembang cepat, biasanya
menyebar.

Penentuan stadium kanker payudara dapat didasarkan pada hasil dari pemeriksaan
fisik, biopsy dan tes pencitraan (stadium klinis), atau hasil dari tes tersebut
ditambah hasil dari pembedahan (stadium patologis) ketika luasnya penyebaran
kanker ditemukan setelah proses pembedahan. (Lichtenfeld, 2011). Stadium
kanker payudara ditentukan berdasarkan sistem Tumor, Nodus, Metastase (TNM)
dari the American joint committee on cancer (AJCC) sebagai berikut :

1. Ukuran tumor (T)


Selain menunjukkan ukuran tumor, huruf T pada sistem TNM ini juga
mendeskripsikan apakah tumor mengenai dinding dada ataupun kulit. Nilai
T dalam centimeter (cm), nilai paling kecil dibulatkan ke angka 0,1 cm
2. Kelenjar getah bening regional (N)
Huruf N menunjukkan luas dan lokasi kelenjar getah bening (KGB) regional
yang terkena.
3. Metastasis (M)
Huruf M menunjukkan metastasis (penyebaran) kanker ke organ yang jauh
atau ke KGB yang tidak langsung berhubungan dengan kanker (misal KGB
di leher).

G. Pencegahan Kanker
Pencegahan kanker payudara adalah pencegahan yang bertujuan menurunkan
insidens kanker payudara dan secara tidak langsung akan menurunkan angka
kematian akibat kanker payudara.Pencegahan yang paling efektif bagi kejadian
penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula
pada kanker payudara pencegahan yang dilakukan antara lain berupa pencegahan
primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tersier (Sukardja, 2000).
1. Pencegahan primer

Menurut AJCC dalam Sukardja (2000), pencegahan primer pada kanker


payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan karena dilakukan
pada orang sehat melalui upaya menghindarkan diri dari kontak karsinogen
dan berbagai faktor risiko, serta melaksanakan pola hidup sehat karena
diperkirakan hampir seluruh kasus kanker disebabkan oleh karsinogen yang
ada di lingkungan hidup kita, dan sebagian besar ada hubungannya dengan
tembakau.

Konsep dasar dari pencegahan primer adalah menurunkan insidens kanker


payudara yang dapat dilakukan dengan :

a. Mengurangi makanan yang mengandung lemak tinggi.


b. Memperbanyak aktivitas fisik dengan berolah raga.
c. Menghindari terlalu banyak terkena sinar-x atau jenis radiasi lainnya.
d. Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak serat. Serat akan
menyerap zat-zat yang bersifat karsinogen dan lemak, yang kemudian
membawanya keluar melalui feses.
e. Mengkonsumsi produk kedelai serta produk olahannya seperti tahu
atau tempe. Kedelai mengandung flavanoid yang berguna untuk
mencegah kanker dan genestein yang berfungsi sebagai estrogen
nabati (fitoestrogen). Estrogen nabati ini akan menempel pada
reseptor estrogen sel-sel epitel saluran kelenjar susu, sehingga akan
menghalangi estrogen asli untuk menempel pada saluran susu yang
akan merangsang tumbuhnya sel kanker.
f. Memperbanyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran, terutama l,
yang mengandung vitamin C, zat antioksidan dan fitokimia seperti
jeruk, wortel, tomat, labu, pepaya, mangga, brokoli, lobak, kangkung,
kacang-kacangan dan biji-bijian.
2. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko


untuk terkena kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan
deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan,
diantaranya adalah dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) dan skrining melalui mammografi. SADARI sebaiknya
dilakukan setiap bulan secara teratur. Kebiasaan ini memudahkan kita untuk
menemukan perubahan pada payudara dari bulan ke bulan. Pemeriksaan
optimum dilakukan pada sekitar 7-14 hari setelah awal siklus menstruasi
karena pada masa itu retensi cairan minimal dan payudara dalam keadaan
lembut dan tidak membengkak sehingga jika ada pembengkakan akan lebih
mudah ditemukan. Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2
tahun sampai mencapai 50 tahun. Deteksi kanker secara dini dapat
menurunkan tingkat kematian karena menentukan tingkat keberhasilan dari
pengobatan kanker. (World cancer report, 2008)

3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier biasanya ditujukan pada individu yang telah positif
menderita kanker payudara. Pencegahan tersier bertujuan untuk mengurangi
terjadinya komplikasi yang lebih berat dan memberikan penanganan yang
tepat pada penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya untuk
mengurangi kecacatan dan memperpanjang hidup penderita, meneruskan
pengobatan serta memberikan dukungan psikologis bagi penderita.

Upaya rehabilitasi terhadap penderita kanker payudara dilakukan dalam bentuk


rehabilitasi medik serta rehabilitasi jiwa dan sosial. Rehabilitasi medik dilakukan
untuk mempertahankan keadaan penderita pasca operasi atau pasca terapi lainnya.
Rehabilitasi jiwa dan sosial diberikan melalui dukungan moral dari orang-orang
terdekat dan konseling dari petugas kesehatan maupun tokoh agama (Sukardja,
2000).

H. Penatalaksanaan
Biasanya pengobatan dimulai setelah dilakukan penilaian secara menyeluruh
terhadap kondisi penderita, yaitu sekitar 1 minggu atau lebih setelah biopsi.
Pengobatannya terdiri dari pembedahan, terapi penyinaran, kemoterapi dan obat
penghambat hormon. Terapi penyinaran digunakan membunuh sel-sel kanker di
tempat pengangkatan tumor dan daerah sekitarnya, termasuk kelenjar getah
bening. Kemoterapi (kombinasi obat-obatan untuk membunuh sel-sel yang
berkembanganbiak dengan cepat atau menekan perkembangbiakannya) dan obat-
obat penghambat hormon (obat yang mempengaruhi kerja hormon yang
menyokong pertumbuhan sel kanker) digunakan untuk menekan pertumbuhan sel
kanker di seluruh tubuh.

Pengobatan untuk kanker payudara yang terlokalisir:

Untuk kanker yang terbatas pada payudara, pengobatannya hampir selalu meliputi
pembedahan (yang dilakukan segera setelah diagnosis ditegakan) untuk
mengangkat sebanyak mungkin tumor. Terdapat sejumlah pilihan pembedahan,
pilihan utama adalah mastektomi (pengangkatan seluruh payudara) atau
pembedahan breast-conserving (hanya mengangkat tumor dan jaringan normal di
sekitarnya).
Pembedahan breast-conserving:

1. Lumpektomi : pengangkatan tumor dan sejumlah kecil jaringan normal di


sekitarnya Eksisi luas atau mastektomi parsial : pengangkatan tumor dan
jaringan normal di sekitarnya yang lebih banyak
2. Kuadrantektomi : pengangkatan seperempat bagian payudara.
Pengangkatan tumor dan beberapa jaringan normal di sekitarnya
memberikan peluang terbaik untuk mencegah kambuhnya kanker.
Keuntungan utama dari pembedahan breast-conserving ditambah terapi
penyinaran adalah
3. Mastektomi

a. Mastektomi simplek : seluruh jaringan payudara diangkat tetapi otot


dibawah payudara dibiarkan utuh dan disisakan kulit yang cukup
untuk menutup luka bekas operasi. Rekonstruksi payudara lebih
mudah dilakukan jika otot dada dan jaringan lain dibawah payudara
dibiarkan utuh. Prosedur ini biasanya digunakan untuk mengobati
kanker invasif yang telah menyebar luar ke dalam saluran air susu,
karena jika dilakukan pembedahan breast-conserving, kanker sering
kambuh.
b. Mastektomi simplek ditambah diseksi kelenjar getah bening atau
modifikasi mastektomi radikal : seluruh jaringan payudara diangkat
dengan menyisakan otot dan kulit, disertai pengangkatan kelenjar
getah bening ketiak.
c. Mastektomi radikal : seluruh payudara, otot dada dan jaringan
lainnya diangkat. Terapi penyinaran yang dilakukan setelah
pembedahan, akan sangat mengurangi resiko kambuhnya kanker
pada dinding dada atau pada kelenjar getah bening di sekitarnya.
Ukuran tumor dan adanya sel-sel tumor di dalam kelenjar getah
bening mempengaruhi pemakaian kemoterapi dan obat penghambat
hormon.
d. Rekonstrusi payudara Untuk rekonstruksi payudara bisa digunakan
implan silikon atau salin maupun jaringan yang diambil dari bagian
tubuh lainnya. Rekonstruksi bisa dilakukan bersamaan dengan
mastektomi atau bisa juga dilakukan di kemudian hari. Akhir-akhir
ini keamanan pemakaian silikon telah dipertanyakan. Silikon
kadang merembes dari kantongnya sehingga implan menjadi keras,
menimbulkan nyeri dan bentuknya berubah. Selain itu, silikon
kadang masuk ke dalam laliran darah.
e. Kemoterapi & Obat Penghambat Hormon Kemoterapi dan obat
penghambat hormon seringkali diberikan segera setelah
pembedahan dan dilanjutkan selama beberapa bulan atau tahun.
Pengobatan ini menunda kembalinya kanker dan memperpanjang
angka harapan hidup penderita. Pemberian beberapa jenis
kemoterapi lebih efektif dibandingkan dengan kemoterapi tunggal.
Tetapi tanpa pembedahan maupun penyinara, obat-obat tersebut
tidak dapat menyembuhkan kanker payudara. flashes ataupun
merubah kekeringan vagina akibat menopause (Suryo, 2009).

Tes HBsAg, SGOT, SGPT pada Pasien Kanker Payudara

HBsAg dapat dijumpai selama perjalanan infeksi VHB. Pada infeksi akut dapat
dijumpai pada saat munculnya gejala-gejala hepatitis, sedangkan pada infeksi
VHB kronik dapat dijumpai pada fase immune tolerance dan immune clearance,
yang merupakan fase replikatif VHB (Amtarina et al., 2009).

Pemeriksaan darah digunakan untuk mengevaluasi hepar dapat menunjukkan


kerusakan sel hepar, kolestasis, dan fungsi hepar. Kadar SGOT/SGPT yang
meningkat disebabkan oleh kerusakan hepatosit. Penyebab utama peningkatan
kadar SGOT/SGPT adalah fatty liver, hepatitis virus, medication induced
hepatitis¸ hepatits autoimun dan penyakit hepar alkoholik (Aleya, 2016).

Peningkatan SGOT dalam jumlah besar di dalam serum terjadi setelah terjadinya
nekrosis jaringan yang luas. Kadar SGOT meningkat pada penyakit hati kronik
dan juga pada infark miokard. Peningkatan kadar enzim hepar berat (>20 kali,
1000 U/L) terjadi pada beberapa hepatitis virus, obar atau toksin yang
menginduksi nekrosis hepar, dan syok (Aleya, 2016).
Meskipun kadar enzim dapat menjadi penanda nekrosis hepatoselular, kadar
tersebut tidak berhubungan dengan klinis. Peningkatan kadar enzim hepar sedang
(3-20 kali) .SGPT biasanya lebih meningkat dibandingkan dengan SGOT kecuali
pada penyakit hepar kronik. Pada hepatitis virus akut, kadar inisial paling tinggi
terjadi dalam 5 minggu dan mencapai kadar normal pada 8 minggu pada us.
Sedangkan peningkatan kadar enzim hepar yang ringan biasanya ditemukan pada
fatty liver, sirosis, toksisitas obat, dan non alcoholic steato hepatitis (Thapa BR
75% kas
and Walia A., 2007).

Tes biokimia juga dilakukan selama perawatan kemoterapi. Urea darah nitrogen
(BUN) memberikan pengukuran kasar laju filtrasi glomerulus. Selama proses
kemoterapi tingkat nitrogen urea darah (BUN) diamati lebih dari kisaran normal
(7-20 mg / dl). Nilai rata – rata Nitrogen urea darah sebelum dimulainya kursus
kemoterapi ditemukan 32,58 ± 19,7. Mengurangi pola tingkat nitrogen urea darah
dicatat selama pengobatan kemoterapi sebagai nilai non-signifikan. Nilai rata-rata
kreatinin selama pengobatan kemoterapi pada pasien kanker payudara diamati
berada di dalam kisaran rujukan normal (0,6-1,1 mg / dl). Nilai rata-rata kreatinin
tercatat 1,05 ± 0,59mg / dl sebelum Mulai kemoterapi Tidak ada perubahan
spesifik yang diamati pada tingkat kreatinin selama kursus kemoterapi.

Tingkat enzim (aspartat aminotransferase, alanine aminotransferase, dan alkaline


phosphatase) dan protein (Protein serum dan albumin total) dianalisis untuk fungsi
hati yang tepat. Uji fungsi hati digunakan untuk infeksi hati, untuk memantau
perkembangan penyakit dan efek samping obat yang mungkin digunakan dalam
kemoterapi.

Peningkatan kadar SGPT menunjukkan fungsi hati yang tidak tepat.Nilai rata-rata
fosfatase alkali dalam keadaan sebelum kemoterapi adalah 111 ± 24.04U / L
hepatotok
(Chauhan et al., 2016). Disfungsi hati yang terkait dengan kelebihan sin
Senior JR
atau hepatotoksik dikenal sebagai hepatotoksisitas.

Hepatotoksisitas meningkatkan nekrosis, steatosis, fibrosis, kolestasis, dan cedera


vaskular. Tes fungsi hati (LFT) terutama didasarkan pada tingkat enzimatik
SGOT, SGPT dan alkaline phosphatase. Serum glutamat oksaloasetat
transaminase (SGOT) dan serum glutamat piruvat transaminase (SGPT)
mengkatalisis aspartat menjadi oksaloasetat dan alanin menjadi piruvat, masing-
masing. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa Pasien kanker payudara
ganas telah meningkatkan aktivitas transaminase ini dibandingkan pada pasien
kanker payudara jinak. Peningkatan SGOT dan SGPT menunjukkan penurunan
fungsi hati dan ginjal yang dapat disebabkan oleh tumor Invasi.

Peningkatan progresif aktivitas serum alkaline phosphatase (ALP) pada pasien


kanker payudara merupakan indikasi Dari metastasis .peningkatan kadar ALP
diketahui berbeda selama kemoterapi. Ini menunjukkan metastasis kanker
payudara baik terhadap tulang maupun hati. Beberapa penelitian tidak
menemukan hal yang signifikan Perbedaan kadar ALP pada kanker payudara non
metastatik.

I. Asuhan Keperawatan
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri dan ketidak nyamanan b.d perkembangan ca mamae
b. Ansietas b.d anman yang dirasakan pada diri sendiri karena diagnois
ca mamae
c. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d efek radiasi dan
kemoterapi, deficit imonologi, penurunan intake nutrisi dan anemia
d. Risiko tinggi infeksi b.d tidak adekutnya pertahanan tubuh sekunder
dan system imun, malnutrisi, prosedur infasif
2. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Nyeri dan ketiaknyamanan b.d perkembangan ca mamae
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperwatan diharapakan
intensitas nyeri klien berkurang atau hilang, dengan kriteria hasil :
- Klien tidak merasa nyeri
- Klien tampak tenang

Intervensi

- Kaji lokasi nyeri secara komprehensif


- Kurangi presipitasi nyeri
- Berikn analgesic sesuai anjuran dokter
- Ajarkan teknik relaksasi seperti tarik napas dalam
- Observasi reaksi non verbal klien
- Gunakan tehnik komunikasi teraupetik untuk mengetahui
pengalaman nyeri klien
b. Ansietas b.d ancaman yang dirasakan padadiri sendiri karena
diagnosis ca mamae
Tujuan : Mengurangi/ menghilangkan ansietas setelah dilakukan
tindakan keperawatan
KH : - Tingkatan kecemasan menurun dan terpelhara pada tingkat
yang dapat diterima
Intervensi :
- Kaji tanda dan gangguan mengindentifikasi berat
rinangannnya ansietas
- Gunakan satu system pendekatan yang tenang yang
meyakinkan
- Lakukan teknik mendengar aktf
- Dukungan penggunaan mekanisme pertahanan yang sesuai
- Monitor ntensitas kecemasan
- Terangkan dan ajarkan stategi koping
- Gunakan teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan
- Bantu klien untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan
- Penurunan kecemasan
- Tenangkan klien
- Berikan informasi tentang diagnose prognosis penyakitnya dan
tindakannya
- Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat
kecemasan
- Gunakan pendekatan dan sentuhan
c. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d efek radiasi dan
kemoterapi, deficit imonologi, penurunan intake nutrisi dan anemia
Tujuan :
- Klien dapat mengidentifikasi interfensi yang b.d kondisi
spesifik
- Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan
penyembuhan

Intervensi :

- Kaji integritas kulit untuk melihat adanya efek samping terapi


kanker, amati penyembuhan luka
- Anjurkan klien untuk tidak menggaruk bagian yang gatal
- Ubah posisi klien secara teratur
- Berikan advise pada klien untuk menghindari pemakaian krim
kulit, minyak, bedak tanpa rekomendasi dokter
d. Risiko tinggi infeksi b.d tidak adekutnya pertahanan tubuh sekunder
dan system imun, malnutrisi, prosedur infasif

Tujuan :

- Klien mampu mengidentifiksi dan berpartisipasi dalam


tindakan pencegahan infeksi
- Tidak menunjukan tada-tanda infeksi dan penyebuhan luka
berlangsung normal

Intervensi :
- Cuci tangan
- Jaga personal hygine klien dengan baik
- Monitor temparatur
- Kaji semua system untuk melihat tanda- tanda infeksi
- Hindrkan/ batasi prosedur infasif dan jaga aseptik prosedur
- Berkolaborasi untuk memberikan antibiotic
- Monitor CBC, WBC, granulosit, platelets

Anda mungkin juga menyukai