Karsinoma duktal berasal dari sel-sel yang melapisi saluran yang menuju ke
puting susu. Sekitar 90% kanker payudara merupakan karsinoma duktal.
Kanker ini bisa terjadi sebelum maupun sesudah masa menopause. Kadang
kanker ini dapat diraba dan pada pemeriksaan mammogram, kanker ini
tampak sebagai bintik-bintik kecil dari endapan kalsium (mikrokalsifikasi).
Kanker ini biasanya terbatas pada daerah tertentu di payudara dan bisa
diangkat secara keseluruhan melalui pembedahan. Sekitar 25-35% penderita
karsinoma duktal akan menderita kanker invasif (biasanya pada payudara
yang sama).
3. Karsinoma Lobuler
4. Kanker Invasif
Kanker invasif adalah kanker yang telah menyebar dan merusak jaringan
lainnya, bisa terlokalisir (terbatas pada payudara) maupun metastatik
(menyebar ke bagian tubuh lainnya). Sekitar 80% kanker payudara invasif
adalah kanker duktal dan 10% adalah kanker lobuler
5. Karsinoma Meduler
6. Karsinoma Tubuler
C. Etiologi
Tidak ada satupun penyebab spesifik kanker payudara, sebaliknya serangkaian
faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat menunjang
terjadinya kanker ini. Bukti yang terus bermunculan menunjukkan bahwa
perubahan genetik berkaitan dengan kanker payudara, namun apa yang
menyebabkan perubahan genetik masih belum diketahui. Perubahan genetik ini
termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal, dan hubungan protein baik
yang menekan atau meningkatkan perkembangan payudara (Brunner&Suddarth,
2001).
1. Virus
Virus dianggap dapat menyatukan diri dalam struktur genetik sel, sehingga
mengganggu proliferasi dari populasi sel tersebut.
2. Agens fisik
Faktor-faktor yang berkaitan dengan karsinogenesis mencakup pemajanan
terhadap sinar matahari, radiasi pengionisasi, pemajanan terhadap medan
elektomagnetik, dan iritasi atau inflamasi kronik.
3. Agens kimia
a. Berat badan
Obesitas berhubungan dengan meningkatnya risiko kanker payudara,
khususnya pada wanita menopause. Lemak tubuh merupakan bahan
dasar utama pembuatan estrogen, karena itu pada wanita yang gemuk
mempunyai kecenderungan memproduksi estrogen lebih banyak,
sehingga akan meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara.
b. Olahraga
Berolahraga dapat menurunkan risiko kanker payudara. American
cancer society merekomendasikan melakukan olahraga 5 kali
seminggu selama 45-60 menit.
c. Konsumsi alkohol
Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa meningkatnya risiko
kanker payudara berbanding lurus dengan jumlah alcohol yang
dikonsumsi. Alkohol dapat membatasi kemampuan hati untuk
mengontrol kadar hormone estrogen yang beredar dalam darah.
d. Penggunaan obat hormonal
Pemakaian obat hormonal terutama oral yang dipakai secara terus
menerus lebih dari 7 tahun, meningkatkan risiko untuk terjadinya
kanker payudara.
e. Riwayat menyusui
Pada perempuan yang tidak pernah menyusui, kelenjar susu tidak
pernah dirangsang untuk mengeluarkan air susu. Sehingga dapat
dikatakan bahwa pemberian ASI pada anak dapat mengurangi risiko
kanker payudara.
f. Riwayat kehamilan
Melahirkan anak pertama di usia lebih dari 35 tahun dapat
meningkatkan risiko kanker payudara. Kehamilan di atas usia 35
tahun akan disertai peningkatan pengeluaran hormone estrogen yang
pada akhirnya merangsang payudara secara berlebihan.
2. Faktor yang tidak dapat dikontrol :
a. Jenis kelamin
Wanita lebih berisiko terkena kanker payudara, karena sel pada
payudara wanita selalu berubah dan tumbuh sebagian besar
disebabkan karena aktivitas hormone estrogen dan progesterone.
b. Riwayat keluarga yang menderita kanker
Kemungkinan terjadinya kanker payudara meningkat jika ibu, saudara
kandung, bibi (tante), saudara sepupu, atau nenek ada yang menderita
kanker payudara atau jenis kanker lainnya.
c. Riwayat memiliki tumor jinak dan kanker sebelumnya
Jika seorang wanita pernah terdiagnosa dengan kanker payudara maka
risiko terkena kanker payudara kembali semakin meningkat bila
dibandingkan dengan wanita yang belum pernah memiliki kanker
payudara.
d. Status menstruasi (menarche dan menopause)
Mendapat haid pertama pada usia kurang dari 10 tahun, keadaan ini
berarti peredaran hormone sudah dimulai pada usia yang muda dan
menyebabkan peningkatan pertukaran zat hormone. Risiko kanker
payudara juga dapat meningkat ketika seorang wanita mendapatkan
menopause pada usia lebih dari 50 tahun, yang berarti peredaran
hormone akan berlangsung dalam jangka waktu yang lebih lama.
e. Usia
Risiko kanker payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia.
Setiap sepuluh tahun risiko kanker meningkat dua kali lipat. Kejadian
puncak kanker payudara meningkat di usia 40-50 tahun.
E. Tanda dan Gejala Kanker Payudara
Keluhan pasien kanker payudara berbeda-beda sesuai dengan stadiumnya.
Umumnya pasien karsinoma in situ, T1 dan T2 datang dengan keluhan adanya
benjolan pada payudara tanpa disertai nyeri atau hasil pemeriksaan skrining
mamografi yang abnormal. Pada stadium lanjut, perubahan-perubahan pada
payudara akan ditemui, seperti :perubahan pada permukaan kulit payudara,
keluarnya discharge dari putting, serta perubahan pada ukuran dan bentuk
payudara. Selain itu, dapat pula ditemui pembesaran kelenjar limfa dan tanda-
tanda metastase pada jaringan lain. (Hoskins dkk, 2005).
Menurut depkes (2009) gejala yang paling sering didapat pada kanker payudara
adalah adanya benjolan di payudara yang dapat menimbulkan keluhan seperti :
1. Keluhan di payudara atau ketiak dan riwayat penyakitnya
a. Benjolan
b. Kecepatan tumbuh
c. Rasa sakit
d. Nipple discharge (keluarnya cairan dari putting susu berupa cairan,
darah atau pus)
e. Retraksi puting (putting tertarik ke dalam)
f. Krusta pada areola
g. Kelainan kulit : dimpling (lekukan pada kulit payudara seperti lesung
pipit di pipi karena tarikan tumor), peau de orange (penampakan kulit
payudara berkerut seperti kulit jeruk karena adanya oedema
subkutan), ulserasi dan venektasi.
h. Perubahan warna kulit, kulit putting susu dan areola melekuk ke
dalam atau berkerut.
i. Perubahan bentuk dan besarnya payudara
j. Adanya benjolan di ketiak
k. Edema lengan
Penentuan stadium kanker payudara dapat didasarkan pada hasil dari pemeriksaan
fisik, biopsy dan tes pencitraan (stadium klinis), atau hasil dari tes tersebut
ditambah hasil dari pembedahan (stadium patologis) ketika luasnya penyebaran
kanker ditemukan setelah proses pembedahan. (Lichtenfeld, 2011). Stadium
kanker payudara ditentukan berdasarkan sistem Tumor, Nodus, Metastase (TNM)
dari the American joint committee on cancer (AJCC) sebagai berikut :
G. Pencegahan Kanker
Pencegahan kanker payudara adalah pencegahan yang bertujuan menurunkan
insidens kanker payudara dan secara tidak langsung akan menurunkan angka
kematian akibat kanker payudara.Pencegahan yang paling efektif bagi kejadian
penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula
pada kanker payudara pencegahan yang dilakukan antara lain berupa pencegahan
primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tersier (Sukardja, 2000).
1. Pencegahan primer
3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier biasanya ditujukan pada individu yang telah positif
menderita kanker payudara. Pencegahan tersier bertujuan untuk mengurangi
terjadinya komplikasi yang lebih berat dan memberikan penanganan yang
tepat pada penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya untuk
mengurangi kecacatan dan memperpanjang hidup penderita, meneruskan
pengobatan serta memberikan dukungan psikologis bagi penderita.
H. Penatalaksanaan
Biasanya pengobatan dimulai setelah dilakukan penilaian secara menyeluruh
terhadap kondisi penderita, yaitu sekitar 1 minggu atau lebih setelah biopsi.
Pengobatannya terdiri dari pembedahan, terapi penyinaran, kemoterapi dan obat
penghambat hormon. Terapi penyinaran digunakan membunuh sel-sel kanker di
tempat pengangkatan tumor dan daerah sekitarnya, termasuk kelenjar getah
bening. Kemoterapi (kombinasi obat-obatan untuk membunuh sel-sel yang
berkembanganbiak dengan cepat atau menekan perkembangbiakannya) dan obat-
obat penghambat hormon (obat yang mempengaruhi kerja hormon yang
menyokong pertumbuhan sel kanker) digunakan untuk menekan pertumbuhan sel
kanker di seluruh tubuh.
Untuk kanker yang terbatas pada payudara, pengobatannya hampir selalu meliputi
pembedahan (yang dilakukan segera setelah diagnosis ditegakan) untuk
mengangkat sebanyak mungkin tumor. Terdapat sejumlah pilihan pembedahan,
pilihan utama adalah mastektomi (pengangkatan seluruh payudara) atau
pembedahan breast-conserving (hanya mengangkat tumor dan jaringan normal di
sekitarnya).
Pembedahan breast-conserving:
HBsAg dapat dijumpai selama perjalanan infeksi VHB. Pada infeksi akut dapat
dijumpai pada saat munculnya gejala-gejala hepatitis, sedangkan pada infeksi
VHB kronik dapat dijumpai pada fase immune tolerance dan immune clearance,
yang merupakan fase replikatif VHB (Amtarina et al., 2009).
Peningkatan SGOT dalam jumlah besar di dalam serum terjadi setelah terjadinya
nekrosis jaringan yang luas. Kadar SGOT meningkat pada penyakit hati kronik
dan juga pada infark miokard. Peningkatan kadar enzim hepar berat (>20 kali,
1000 U/L) terjadi pada beberapa hepatitis virus, obar atau toksin yang
menginduksi nekrosis hepar, dan syok (Aleya, 2016).
Meskipun kadar enzim dapat menjadi penanda nekrosis hepatoselular, kadar
tersebut tidak berhubungan dengan klinis. Peningkatan kadar enzim hepar sedang
(3-20 kali) .SGPT biasanya lebih meningkat dibandingkan dengan SGOT kecuali
pada penyakit hepar kronik. Pada hepatitis virus akut, kadar inisial paling tinggi
terjadi dalam 5 minggu dan mencapai kadar normal pada 8 minggu pada us.
Sedangkan peningkatan kadar enzim hepar yang ringan biasanya ditemukan pada
fatty liver, sirosis, toksisitas obat, dan non alcoholic steato hepatitis (Thapa BR
75% kas
and Walia A., 2007).
Tes biokimia juga dilakukan selama perawatan kemoterapi. Urea darah nitrogen
(BUN) memberikan pengukuran kasar laju filtrasi glomerulus. Selama proses
kemoterapi tingkat nitrogen urea darah (BUN) diamati lebih dari kisaran normal
(7-20 mg / dl). Nilai rata – rata Nitrogen urea darah sebelum dimulainya kursus
kemoterapi ditemukan 32,58 ± 19,7. Mengurangi pola tingkat nitrogen urea darah
dicatat selama pengobatan kemoterapi sebagai nilai non-signifikan. Nilai rata-rata
kreatinin selama pengobatan kemoterapi pada pasien kanker payudara diamati
berada di dalam kisaran rujukan normal (0,6-1,1 mg / dl). Nilai rata-rata kreatinin
tercatat 1,05 ± 0,59mg / dl sebelum Mulai kemoterapi Tidak ada perubahan
spesifik yang diamati pada tingkat kreatinin selama kursus kemoterapi.
Peningkatan kadar SGPT menunjukkan fungsi hati yang tidak tepat.Nilai rata-rata
fosfatase alkali dalam keadaan sebelum kemoterapi adalah 111 ± 24.04U / L
hepatotok
(Chauhan et al., 2016). Disfungsi hati yang terkait dengan kelebihan sin
Senior JR
atau hepatotoksik dikenal sebagai hepatotoksisitas.
I. Asuhan Keperawatan
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri dan ketidak nyamanan b.d perkembangan ca mamae
b. Ansietas b.d anman yang dirasakan pada diri sendiri karena diagnois
ca mamae
c. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d efek radiasi dan
kemoterapi, deficit imonologi, penurunan intake nutrisi dan anemia
d. Risiko tinggi infeksi b.d tidak adekutnya pertahanan tubuh sekunder
dan system imun, malnutrisi, prosedur infasif
2. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Nyeri dan ketiaknyamanan b.d perkembangan ca mamae
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperwatan diharapakan
intensitas nyeri klien berkurang atau hilang, dengan kriteria hasil :
- Klien tidak merasa nyeri
- Klien tampak tenang
Intervensi
Intervensi :
Tujuan :
Intervensi :
- Cuci tangan
- Jaga personal hygine klien dengan baik
- Monitor temparatur
- Kaji semua system untuk melihat tanda- tanda infeksi
- Hindrkan/ batasi prosedur infasif dan jaga aseptik prosedur
- Berkolaborasi untuk memberikan antibiotic
- Monitor CBC, WBC, granulosit, platelets